Anda di halaman 1dari 4

PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LOMBOK UTARA

Pengelolaan persampahan Kabupaten Lombok dari sejak berdirinya KLU Tahun 2008 sampai saat ini
masih mencari dan menyusun formula yang tepat dalam penanganan sampah.
Secara structural pengelolaan persampahan mengalami fluktuasi perubahan-perubahan :
1. Tahun 2008 Dinas PU TAMBEN DAN SDM dengan membentuk UPT Kebersihan dan
pertamanan
2. Tahun 2013 menjadi Kantor Kebersihan dan Pertamanan
3. Tahun 2017 bergabung menjadi Dinas Lingkungan Hidup Perumahan dan Kawasan
Permukiman yang secara struktur berada dibawah bidang Pengelolaan Sampah Limbah B3
dan peningkatan Kapasitas

GAMBARAN UMUM SAMPAH KLU


Total timbunan sampah KLU = 401 m3/hari
Jumlah sampah yang masuk ke TPA = 93 m3/hari,
Karakteristik sampah didominasi sampah organik sebesar 68,5 % dan sisanya merupakan
sampah anorganik seperti plastik, logam, gelas/kaca, kertas.
Rata-rata perhari sampah = 401 m3 atau 100,34 ton/perhari diluar sampah Gili Trawangan
Data Sampah Gili Trawangan
Jumlah Kumpulan/hari : 5633 org
Timbulan Perhari : 2.31 Kg perorang/hari
Jumlah Timbulan perhari : 13.03 Ton atau 53m3/hari

Sampai saat ini pemda belum memiliki TPA dan TPST yang standar dan masih menggunakan lahan
sewa sebagai TPA dengan sistim Open Dumping. Dapat dikatakan bahwa sistim saat ini hanya
sekedar memindahkan masalah

PENGELOLAAN SAMPAH DI KLU MENURUT PERBUP NO.3 TAHUN 2017


Garis besar pengelolaan sampah ada 2 yaitu :
1. Pengurangan sampah (Yang dimulai dari sumber ) dengan cara
a. Membatasi Timbulan
b. Mendaur Ulang
c. Memanfaatkan kembali
2. Penanganan sampah
a. Pemilahan
b. Pengumpulan
c. Pengangkutan
d. Pengolahan
e. Pemrosesan ahir sampah di TPA
PELAKU PENGELOLA SAMPAH DI KLU
A. PENGELOLAAN OLEH PEMERINTAH
 Pemerintah daerah dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah dapat
membentuk dan memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola sampah di Tingkat RT,
Dusun, Desa dan Kecamatan.
 Dinas memberikan pelayanan kepada lembaga pengelola sampah atau pengelola kawasan
 Dalam rangka pengelolaan persampahan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini DLHPKP,
dapat melakukan kerjasama dengan lembaga pengelola sampah/kelompok
masyarakat/pelaku usaha untuk menangani persampahan
 Kerjasama yang dimaksud dituangkan dalam bentuk Perjanjian kerjasama yang sekurang-
kurangnya memuat:
• lingkup pengelolaan sampah;
• bantuan sarana prasarana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah;
• besaran kewajiban membayar jasa persampahan yang disetor ke kas daerah, dan
• lain lain yang dianggap perlu.
 Jika lembaga belum mampu melaksanakan secara mandiri maka dapat dilakukan oleh Dinas
 Jasa pelayanan persampahan dilaksanakan oleh DLHPKP meliputi: pengumpulan,
pengangkutan, Pengolahan dan pemrosesan ahir

B. OLEH MASYARAKAT
 Dilakukan melalui kelompok masyarakat/lembaga yang telah dibentuk dari unsur
masyarakat setempat
 Persyaratan Kelompok / lembaga, paling sedikit mempunyai :
 Kelompok masyarakat/Lembaga Pengelola persampahan dalam melakukan kegiatan
pengelolaan persampahan wajib memenuhi ketentuan:
 Sampah yang dihasilkan ditampung sementara di TPS untuk selanjutnya dipilah dan
didaur ulang kemudian residunya dibuang ke TPA;
 Hasil pengelolaan persampahan dimanfaatkan sendiri oleh kelompok.
 Sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan operasional pengelolaan persampahan
disediakan secara swadaya oleh lembaga pengelola sampah atau dapat dibantu oleh
Pemerintah Daerah melalui bantuan stimulan
 Penyediaan lahan untuk pembangunan prasarana menjadi kewajiban lembaga pengelola
atau juga dapat dibantu oleh Pemerintah Daerah melalui sewa atau pinjam pakai atau juga
dalam bentuk bantuan
 Biaya Operasional Diusahakan sendiri oleh lembaga / kelompok masyarakat pengelola

C. PELAKU USAHA
 Diutamakan pengelolaan secara mandiri
 Wajib Menyediakan TPS di lokasi Kegiatan
 Pelaku usaha yang belum dapat melaksanakan kewajibannya dalam penanganan
persampahan secara mandiri dapat bekerja sama dengan Dinas
JAWABAN UNTUK DPRD KOTA BIMA

1. Sejauh mana Pemerintah Daerah menyediakan Ruang Terbuka Hijau di wilayah


pemerintahan
a. Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan Ruang Terbuka Hijau
Pemerintah Kabupaten Lombok Utara secara konsisten menganggarkan untuk
menambah vegetasi di catchment area, menyediakan bibit pohon (penanaman
sempadan pantai, sempadan sungai dan turus jalan).
b. Bekerjasama dengan kelompok masyarakat pemerhati lingkungan untuk melakukan
penanaman di lahan kritis termasuk juga menambah vegetasi di Fasilitas Umum
seperti di Kuburan.
c. Memanfaatkan sisa-sisa lahan dipinggir jalan raya dengan membuat taman dan
menanam tanaman yang memiliki nilai estetika.
d. Mewajibkan pelaku usaha untuk menyediakan Ruang Terbuka Hijau di kawasan
usaha dan/atau kegiatan minimal 10% dari luas lahan yang dimiliki.

2. Upaya pemerintah membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah


a. Rutin melakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah oleh DLHPKP, tertuang
dalam DPA 2017 dan RKA 2018
b. Mendorong pemanfaatan dana ADD untuk pemberdayaan dalam pelestarian
lingkungan dan kebersihan
c. Terbit Surat Edaran Bupati tahun 2017 tentang kebersihan dan pelestarian
lingkungan yang menekankan pembentukan kelompok 2 masyarakat pegelola
sampah dan membudayakan konsep 3R mulai dari sumber penghasil sampah
d. Memberikan bantuan dan stimulan berupa barang dan alat alat penunjang
kebersihan pada kelompok dan rumah tangga
e. Menggalakkan kegiatan gotong royong seluruh Instansi pemerintah bersama
masyarakat yang rutin dilaksanakan setiap jumat Minggu ke-2 dan ke-4
f. Mengembangkan aplikasi berbasis android untuk sosialisasi dan memberikan
edukasi masyarakat seputar pengelolaan sampah kabupaten
g. Membuka link SKPD seputar penanganan sampah melalui media social facebook

3. Hambatan pengelolaan sampah


a. Sampai saat ini dasar hukum pengeolaan sampah daerah masih setingkat Perbup,
Perda pengelolaan sampah masih rancangan dan dalam proses di Propem Perda
DPRD KLU
b. Pembangunan dan pengembangan TPS 3R di masyarakat terkendala masalah lahan
c. Pembangunan TPA Kabupaten dan TPST di 3 Gili dilaksanakan pada tahun 2018

4. Bentuk Peran Masyarakat


a. Secara aktif dan sukarela menjadi pelanggan persampahan dan aktif membayar
retribusi ke Pemerintah Daerah
b. Telah terbentuknya kelompok kelompok pengelola sampah di masyarakat
c. Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) secara langsung ikut menjadi kelompok
pengelola sampah di daerah wisata dan lingungan sekitarnya
d. Masyarakat setempat bersama tamu secara rutin setiap minggunya di 3 Gili
melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dengan jadwal yang disusun
e. Secara aktif memberikan masukan, saran sekaligus kritikan melalui akun media
sosial terhadap pemerintah dalam hal penanganan sampah
f. Adanya kearifan lokal yaitu kesepakatan kelompok masyarakat dalam mengelola
sampah, contohnya : kelompok masyarakat Gili Meno dan semua pelaku usaha
mengelola sampah organik (buat kompos) di tempat masing-masing, sedangkan
sampah anorganik untuk sementara diangkut ke daratan pulau Lombok.

Anda mungkin juga menyukai