Anda di halaman 1dari 18

PENYAKIT NON OBSTETRI YANG MEMPENGARUHI SISTEM REPRODUKSI

“ TBC, MALARIA, DAN THYPHUS ABDOMINALIS”

Disusun Oleh :

1. Mei Nika Rani (15)


2. Pucha Wahyu Merita (17)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


D III Kebidanan Malang
TAHUN AJARAN 2017/2018
1.1 TBC Paru

1. Definisi

TBC merupakan suatu penyakit infeksi yang menyerang paru paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain

2. Anatomi Fisiologi

Anatomi fisiologi pernafasan terdiri dari 2 bagian yaitu :

a. Anatomi fisiologi saluran pernapasan bagian atas


1. Hidung
Terdiri dari hidung eksterna, dan interna (rongga hidung), kedua rongga
hidung dipisahkan oleh septum. Didalam hidung terdapat konkha superior,
inferior dan media. Selain konkha terdapat sinus yaitu: sphenoid, ethmoid,
frontalis, dan maksilaris.
2. Faring
Faring adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu nasal, oral
dan laring
3. Laring
Merupakan struktur yang lengkap dari kartilagi, kartilago tiroid, epiglottis,
kartilago krikoid dan kartilago arytenoid.
4. Trakea
Merupakan tuba yang lentur dan fleksibel dengan panjang sekitar 10 cm
dan lebar 2,5 cm
b. Anatomi fisiologi pernapasan bagian bawah
1. Bronkus
Bronkus terdiri dari bronkus lobaris, tiga pada paru kann dan dua pada
paru kiri dan bronkus segmentalis dibagi menjadi tiga bronkus sub
segmental
2. Bronkiolus
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang
tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi bronkiolus resporatori atau saluran transisional antara
jalan udara konduksi dan jalan pertukaran gas dan bronkiolus respiratori
mengarah ke duktus alveolar dan sakus alveolar.
3. Alveolus
Alveolus adalah tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida.
c. Fisiologi pernapasan
1. Ventilasi adalah gerakan udara masuk dan keluar dari paru paru
2. Difusi adalah gerakan diantara udara dan karbondioksida dalam alveoli
dan darah di dalam kapiler sekitarnya
3. Transport adalah pengankutan oksigen dan karbondioksida oleh darah
4. Metabolisme adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida diantara
darah dan jaringan

5. Patofisiologi
Kuman tuberkolosis masuk kedalam tubuh melalui udara pernafasan. Bakteri
yang terhirup akan dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka
berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Selain itu bakteri juga dapat
dipindahkan melalui system limfe dan cairan darah ke bagian tubuh yang lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
menekan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberkolosis menghancurkan bakteri dan
jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli yang dapat
menyebabkan bronchopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu
setelah pemajaman.
Massa jaringan baru yang disebut granuloma merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk dinding protektik
granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa bagian sentral dari fibrosa ini disebut “
Tuberkel”. Bakteri dan makrofag menjadi nekrotik membentuk massa seperti keju.
Setelah pemajaman dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit taktif
karena penyakit tidak adekuatnya system imun tubuh. Penyakit aktif dapat juga terjadi
dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri. Tuberkel memecah, melepaskan bahan seperti
keju ke dalan bronchi. Tuberkel yang pecah menyembuh dan membentuk jaringan parut
paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak dan mengakibatkan terjadinya
bronchopneumonia lebih lanjut.
6. Etiologi
TB paru disebabkan oleh “ Mycobacterium Tuberculosis” sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um, dan tebal 0,3-0,6/um. Kuman terdiri
dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis.
7. Tanda dan Gejala
Pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukan tanda gejala yang
spesifik. Namun sering berjalannya penyakit akan menambah jaringan parunya
mengalami kerusakan, sehingga dapat meningkatkan produksi sputum yang ditunjukan
dengan seringnya klien batuk sebagai bentuk kompensasi pengeluaran dahak.
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan. Secara rinci tanda gejala TB paru ini dapat dibagi
menjadi 2 golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik
a. Gejala Sistemik adalah :
1. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari tuberkolosis paru, biasanya
timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip demam
influenza yang segera mereda. Tergantung daya tahan tubuh dan virulensi
kuman. Serangan demam yang berikutnya dapat terjadi setelah 3 bulan, 6
bulan, 9 bulan. Demam seperti influenza ini hilang timbul dan semakin
lama semakin panjang masa serangannya, sedangkan masa bebas
serangannya akan makin pendek. Demam dapat mencapai suhu tinggi
yaitu 400 -410 C.
2. Malaise
Karena tuberkolosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi
rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, dan makin
kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita dapat terjadi gangguan
siklus haid.
b. Gejala Respiratorik
1. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya
adalah akibat peradangan pada ronkhus, batuk akan menjadi produktif.
Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi
peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulent.
2. Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan
ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat
pecahnya aneorisma pada dinding cavitas, juga dapat terjadi karena
ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah inilah yang paling sering
membawa penerita berobat ke dokter.
3. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan
paru yang cukup luas. Pada awal penyakit, gejala ini tidak pernah
ditemukan.
4. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila system pernapasan yang terdapat di
pleura terkena, gejala ini dapat bersifat local atau pleuritik.
8. Komplikasi pada kesehatan reproduksi wanita
Akibat TB pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keparahan
penyakit, usia kehamilan saat terdiagnosis TBC, ada atau tidak ada penyebaran infeksi ke
luar paru, adanya penyakit HIV dan akses pengobatan. Akibat TBC saat kehamilan
sendiri antara lain:

1. Abortus

2. Berat bayi lahir rendah

3. Persalinan premature, terutama jika telat terdiagnosis, dapat meningkatkan


kemungkinan terjadinya persalinan prematur 9x lipat

4. Kemungkinan kematian janin (IUFD) meningkat 4x lipat

5. TBC Kongenital, meskipun jarang terjadi, TBC kongenital pada bayi (bayi sejak
lahir terkena TBC) memiliki angka kematian yang cukup tinggi. TBC kongenital
terjadi akibat penyebaran infeksi melalui aliran darah ibu ke janin atau akibat
tertelannya cairan ketuban yang terinfeksi.

9. Pola diet
Tujuan dari pola diet untuk penderita TB paru adalah:
1. Memberikan makanan adekuat untuk meningkatkan berat badan normal
2. Memperbaiki kerusakan jaringan atau luka pada paru
3. Memberikan makanan tinggi energi dan protein secara bertahap sesuai dengan
kemampuan pasien untuk mencapai keadaan gizi optimal
4. Menurunkan asupan kolestrol dari makanan
5. Meningkatkan kadar Hb
6. Menetralkan neuritis
7. Mencegah dehidrasi
Makanan yang diperbolehkan :
1) Semua sumber karbohidrat diperbolehkan seperti nasi, roti, mie, makaroni
kentang, dsb.
2) Semua sumber protein diperbolehkan seperti telur, ayam, daging ikan susu, tempe,
tahu, kacang-kacangan, dsb.
3) Semua jenis sayuran diperbolehkan.
4) Semua jenis buah baik buah segar, buah kaleng, buah kering, maupun jus buah
diperbolehkan.
5) Minyak goreng, mentega, margarin, santan encer diperbolehkan, namun
penggunaannya perlu dibatasi.
6) Susu sangat dianjurkan untuk meningkatkan asupan kalsium. Madu, sirup, teh,
kopi encer diperbolehkan.
7) Bumbu tidak tajam seperti bawang merah, bawang putih, laos, salam, kecap, dsb
diperbolehkan. Bumbu yang tajam seperti cabe dan merica sebaiknya dibatasi.
Sebaiknya hindari makanan yang dapat merangsang batuk seperti gorengan, minuman
dingin (es), makan pedas dan masam.

10. Penatalaksanaan pada kehamilan dan persalinan


1. Kehamilan Trimester I
a. Kurangi aktivitas fisik (bedrest), Terpenuhinya kebutuhan nutrisi (tinggi kalori
tinggi protein), Pemberian vitamin dan Fe, Dukungan keluarga & kontrol teratur
b. Jika pasien sejak sebelum kehamilan telah menderita TB paru, obat diteruskan
tetapi penggunaan rifampisin di stop
c. Bila pada pemeriksaan antenatal ditemukan gejala klinis tuberkulosis paru (batuk-
batuk/batuk berdarah, demam, keringat malam, nafsu makan menurun, nyeri
dada,dll) maka sebaiknya diperiksakan PPD (Purified Protein Derivate), bila
hasilnya positif maka dilakukan pemeriksaan foto dada dengan pelindung pada
perut, bila tersangka tuberkulosis maka dilakukan pemeriksaan sputum BTA 3
kali dan biakan BTA. Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala klinis dan
kelainan bakteriologis, tetapi diagnosis dapat juga dengan gejala klinis ditambah
kelainan radiologis paru.
d. INH 400 mg/hr selama 1 bulan, dilanjutkan 700 mg 2 kali seminggu 5-8 bln,
Etambutol 1000 mg/hr selama 1 bulan , Rifampisin sebaiknya tidak diberikan
pada kehamilan trimester pertama
2. Kehamilan Trimester II dan III
Pada penderita TB paru yang tidak aktif, selama kehamilan tidak perlu dapat
pengobatan. Sedangkan pada yang aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan
wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal dan ketika mendekati persalinan
sebaiknya dirawat di rumah sakit; dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah
penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan yang cukup serta pengobatan yang
intensif dan teratur. Dianjurkan untuk menggunakan obat dua macam atau lebih untuk
mencegah timbulnya resistensi kuman. Untuk diagnosis pasti dan pengobatan selalu
bekerja sama dengan ahli paru-paru. Penatalaksanaan sama dengan masa kehamilan
trimester pertama tetapi pada trimester kedua diperbolehkan menggunakan rifampisin
sebagai terapi.
Pengobatan :
a. Medikamentosa: (Dilakukan atas konsultasi dengan Internest) PPD (+) tanpa
kelainan radiologis maupun gejala klinis: - INH 400 mg selama 1 tahun
b. TBC aktif (BTA +) :
- Rifampisin 450-600 mg/hr selama 1 bulan, dilanjutkan 600 mg 2x seminggu
selama 5-8 bulan

- INH 400 mg/hr selama 1 bulan, dilanjutkan 700 mg 2x seminggu selama 5-8
bulan Etambutol 1000 mg/hr selama 1 bulan
3. Persalinan

asien yang sudah cukup mendapat pengobatan selama kehamilan biasanya masuk
kedalam persalinan dengan proses tuberkulosis yang sudah tenang. Persalinan pada
wanita yang tidak mendapat pengobatan dan tidak aktif lagi, dapat berlangsung seperti
biasa, akan tetapi pada mereka yang masih aktif, penderita ditempatkan dikamar bersalin
tertentu ( tidak banyak digunakan penderita lain). Persalinan ditolong dengan kala II
dipercepat misalnya dengan tindakan ekstraksi vakum atau forsep, dan sedapat mungkin
penderita tidak mengedan, diberi masker untuk menutupi mulut dan hidungnya agar tidak
terjadi penyebaran kuman ke sekitarnya. Sedapat mungkin persalinan berlangsung
pervaginam. Sedangkan sectio caesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik dan tidak
atas indikasi tuberkulosis paru.
2.1 Malaria

1. Definisi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit. Malaria menyebar melalui
gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi oleh parasit. Malaria bahkan bisa mematikan jika
tidak ditangani dengan benar. Infeksi malaria bisa terjadi cukup dengan satu gigitan
nyamuk. Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu orang ke orang lainnya.
Contoh kondisi penularan penyakit ini adalah jika terjadi kontak dengan darah penderita
atau janin bisa terinfeksi karena tertular dari darah sang ibu.
2. Patofisiologi
Penyaberan penyakit malaria pada manusia dilakukan oleh nyamuk Anopheles
betina yang sudah terinfeksi parasite Plasmodium. Nyamuk akan terinfeksi jika
menggigit penderita malaria. Nyamuk ini kemudian menyebarkan parasite pada orang
lain melalui gigitan.
Parasit akan masuk ke aliran darah dan bergerak ke organ hati. Infeksi akan
terjadi dan berkembang di organ hati. Dari situ parasite akan masuk kembali ke aliran
darah dan menyerang sel darah merah. Parasite akan memanfaatkan sel darah merah
sebagai tempat berkembang biak.
Jika sel darah merah sudah penuh terisi dengan parasite malaria, sel tersebut akan
meletus sehingga lebih banyak lagi parasite yang tersebar di aliran darah. Sel darah
merah yang terinfeksi meletus tiap 2-3 hari. Ketika ini terjadi, penderita mengalami
gejala demam, menggigil dan berkeringat
Ketika berada di daerah endemic malaria, pendatang akan lebih rentan terserang
malaria. Hal ini dikarenakan system kekebalan tubuh mereka tidak sebaik penduduk
daerah endemic malaria dalam melawan parasite. Karena itu disarankan untuk
mengonsumsi obat anti malaria bagi yang ingin bepergian ke daerah endemic malaria.
3. Etiologi
Plasmodium adalah jenis parasite yang menyebabkan malaria. Ada banyak sekali
jenis parasit Plasmodium, tapi hanya 5 jenis yang menyebabkan malaria pada manusia.
Parasit Plasmodium hanya disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Gigitan ini paling
sering terjadi pada malam hari.
Kasus yang paling sering terjadi di Indonesia adalah disebabkan oleh Plasmodium
Falciparum dan Plasmodium Vivax. Plasmodium falciparum telah banyak menyebabkan
kematian yang disebabkan malaria sedangkan Plasmodium vivax menyebabkan penderita
yang telah sembuh menjadi sakit lagi karena paarasit ini diam di dalam organ hati
manusia sebelum aktif lagi.
4. Tanda dan gejala
Gejala malaria akan muncul jika digigit oleh nyamuk yang sudah terinfeksi oleh
parasite Plasmodium. Masa inkubasi yaitu waktu antara gigitan nyamuk malaria dan
dimulainya gejala tergantung kepada jenis parasite yang menginfeksi. Masa inkubasi
Plasmodium falciparum adalah sekitar 1-2 minggu sedangkan untuk Plasmodium vivax
adalah 2-3 minggu. Kedua jenis parasite inilah penyebab malaria paling umum. Tanda
gejala awal dari malaria adalah :
1. Demam yang naik turun
2. Sakit kepala
3. Berkeringat dingin di malam hari
4. Mual dan muntah
5. Nyeri otot
6. Diare

Malaria akibat plasmodium falciparum perlu lebih diwaspadai karena merupakan


penyebab malaria yang paling berbahaya dan dapat menyebabkan komplikasi.

5. Komplikasi pada kesehatan reproduksi wanita


a. Anemia
Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah yang berfungsi
dengan baik dalam membawa oksigen ke organ-organ tubuh.
Kerusakan sel darah merah yang disebabkan parasit malaria bisa mengakibatkan
terjadinya anemia pada tingkat anemia parah.
b. Kematian ibu
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 10.000 kematian ibu
setiap tahun berhubungan dengan infeksi malaria selama kehamilan. Malaria
merupakan penyebab utama kematian ibu di daerah endemik tidak stabil saat terjadi
wabah . Lebih dari sepertiga kematian ibu terkait malaria, terjadi pada remaja
primigravida.
c. BBLR
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dapat disebabkan oleh kelahiran
prematur dan gangguan pertumbuhan janin. Kondisi ini dapat terjadi akibat malaria di
masa keha-milan karena adanya gangguan suplai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin
yang dikandungnya. Gangguan sirkulasi uteroplasentaterjadi akibat adanya
sekuestrasi eritrosit terinfeksi yang terus mengkonsumsi glukosa dan oksigen eritrosit,
terjadinya penebalan membran sitotropoblas dan kondisi anemia pada ibu.
d. Hipoglikemia
Komplikasi malaria berupa hipoglikemia lebih sering terjadi pada wanita hamil
dibandingkan dengan individu yang tidak hamil. Keadaan hipoglikemia ini sering
tidak terdeteksi karena gejala hipoglikemia itu sendiri mirip dengan gejala malaria.
Gangguan susunan saraf pusat akibat hipoglikemi sering dira-gukan dengan malaria
serebral. Hipoglikemia yang tidak diatasi segera dapat jatuh ke keadaan asidosis
laktat yang dapat mengakibatkan fetal distress.

e. Pola diet
Diet malaria harus fokus pada penguatan sistem kekebalan tubuh penderita tanpa
harus memberatkan fungsi hati, ginjal, dan sistem pencernaan secara keseluruhan.
Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang kaya sumber zat besi. Selama
transmisi malaria, parasit plasmodium memasuki aliran darah dan menghancurkan sel
darah merah, yang merupakan sel-sel darah yang penting untuk mengangkut darah
yang kaya oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Contoh Makanan kaya zat besi seperti
daging merah, hati sapi, kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau seperti bayam

f. Penatalaksanaan pada kehamilan dan persalinan


a. Pada Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan malaria pada ibu hamil sama dengan
pengobatan pada orang dewasa lainnya. Perbedaannya adalah pada pemberian
obat malaria berdasarkan usia kehamilan. Pada ibu hamil tidak diberikan
primakuin.

Umur Kehamilan Pengobatan


Trimester I Kina tablet+ Klindamisin selama 7 hari
(Dosis Klindamisin 10mg/kg BB diberikan
2 kali sehari)
Trimester II ACT tablet selama 3 hari

Trimester III ACT tablet selama 3 hari

Tabel 1.1 Pengobatan malaria falciparum pada ibu hamil

Umur Kehamilan Pengobatan


Trimester I Kina tablet selama 7 hari

Trimester II ACT tablet selama 3 hari

Trimester III ACT tablet selama 3 hari

Tablet 1.2 Pengobatan malaria vivax pada ibu hamil


3.1 Thypus Abdominal
1. Definisi
 Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat
gangguan kesadaran
 Tifus (tipes ) atau demam tifoid adalah penyakit yang terjadi karena infeksi bakteri
Salmonella typhi dan umumnya menyebar melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi.

tifus dapat menular dengan cepat. infeksi demam tifoid ketika seseorang mengkonsumsi
makanan atau minuman yang telah terkontaminasi sejumplah kecil tinja yang
mengandung bakteri, pada kasus yang jarang terjadi, penularan terjadi akibat terkena
urine yang terinfeksi bakteri.

2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut(oris), tenggorokan (faring),
kerongkongan(esofagus), lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan
yaitu:pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan
pipi
b. Bagian rongga mulut bagian dalamyaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandibularis
2. Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
3. Kerongkongan (Esofagus)Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak
dengan lambung, panjangnya ±25cm.
4. Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang. Sekresi
getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan
merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi
yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi gatah
lambung. Getah lambung dihalangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada
waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.
5. Usus halus (usus kecil)Usus halus merupakan saluran paling panjang tempat proses
pencernaan makanan dan absorbsi hasil pencernaan. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari(duodenum), usus kosong(jejunum), dan usus
penyerapan(ileum).
a.Usus dua belas jari (Duodenum)Usus dua belas jari, panjangnya±25cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri.
b.Usus Kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum) lekukan jejunum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
6. Usus besarPanjang usus± 180cm dan terdiri atas sekum, appendik, kolon, rektum dan
anus. Bahan makanan masuk dalam sekum masih setengah cair, kemudian dalam
kolon menjadi setengah padat. Jadi salah 1 fungsi usus besar adalah absorbsi cairan.
Fungsi lain adalah mensekresi mukus atau lendir, yang berfungsi sebagai pelumas.
Pelumasan ini menjadi lebih penting karena cairan diarbsorbsi dan feses menjadi lebih
keras sehingga kemungkinan merusak mukosa menjadi lebih kecil.
7. Apendiks adalah divertikulum kecil langsing dan buntu yang berasal dari sekum.
8. Rektum Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
9. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkanrektum dengan
dunia (udara luar).
3. Patofisiologis

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan
5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan
melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara
lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan
dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal
dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak,
lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang
sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

4. Penyebab

Bakteri penyebab tifus (tipes), Salmonella typhi, masuk ke usu melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi untuk kemudian berkembang biak di dalam saluran cerna.
Demam tinggi, sakit perut, sembelit, atau diare akan timbul ketika bakteri ini telah
berkembang biak. Bakteri ini berkaitan, tetapi tidak sama dengan bakteri salmonella yang
menyebabkan seseorang keracunan makanan. Sanitasi buruk adalah penyebab utama
penularan. Tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhi adalah sumber utama yang
menyebabkan tifus. Tinja ini diproduksi oleh orang yang lebih dulu telah terinfeksi.
Dinegara indonesia, persebaran bakteri salmonella typhi biasanya terjadi melalui
konsumsi air yang terkontaminasi tinja yang terinfeksi tersebut.

Dampak yang sama terjadi pada makana yang dicuci dengan air yang terkontaminasi.
kondisi ini terutama disebabkan oleh buruknya sanitasi dan akses mendapatkan air bersih.
Bakteri ini juga dapat menyebar jika orang yang telah terinfeksi bakteri tidak mencuci
tangan sebelum menyentuh atau mengolah makanan. penyebaran bakteri terjadi ketika
ada orang lain yang menyantap makanan yang tersentuh tangan pengidap. orang yang
menyantap makanan olahan pengidap juga akan terinfeksi jika pengelolah tidak mencuci
tangannya setelah buang air kecil karena penularan juga dapat terjadi dari urine pengidap
bakteri, meski cara ini memang lebih jarang terjadi.

Beberapa situasi berikut juga dapat menjadi penyebab tifus sebagai berikut :

a. mengkonsumsi Salmonella typhi dari air yang terkontaminasi urine dan tinja
terinfeksi
b. mengkonsumsi sayur-sayuran yang menggunakan pupuk yang terdiri dari kotoran
manusia yang terinfeksi
c. mengkonsumsi produk susu yang telah terkontaminasi
d. menggunakan toilet yang terkontaminasi bakteri, akan terinfeksi jika menyentuh
mulut sebelum mencuci tangan setelah buang air
e. melakukan seks oral dengan pembawa bakteri salmonella typhi.

jika tidak segera diobati, Salmonella typhi akan menyebar ke seluruh tubuh dengan
memasuki pembuluh darah. Gejala tifus akan memburuk jika bakteri telah menyebar
keluar sistem pencernaan. kondisi yang paling umum terjadi adalah pendarahan internal
atau usus bocor.

5. Tanda dan Gejala

pada umumnya, masa inkubasi bakteri penyebab tifus (tipes) adalah 7-14 hari,
namun juga bisa lebih pendek, yaitu tiga hari, atau bahkan 30 hari. Ini adalah durasi
antara bakteri pertama memasuki jaringan tubuh sampai gejala pertama muncul. Jika
tidak ditangani dengan tepat, kondisi pengidap typus dapat memburuk dalam beberapa
minggu. Bahkan perlu waktu hingga bulanan sebelum tubuh dapat sepenuhnya pulih
ditambah dengan meningkatnya resiko berkembangnya komplikasi. Gejala juga dapat
muncul kembali karena tidak mendapat pengobatan. padahal jika dirawat dengan baik,
kondisi pengidap bisa mulai membaik dalam 3-5 hari. Berikut gejala yang umum terjadi
begitu terinfeksi :

a. demam yang dapat meningkat secara bertahap tiap hari di minggu pertama.
demam biasanya meninggi pada malam hari.
b. otot tersa sakit
c. sakit kepala
d. merasa sakit atau tidak enak badan
e. pembesaran ginjal dan hati
f. kelelahan dan lemas
g. berkeringat
h. batuk kering
i. penurunan berat badan
j. sakit perut
k. kehilangan nafsu makan
l. konstipasi
m. muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik kecil berwarna merah muda
n. linglung.merasa sedang tidak tahu sedang berada dimana dan apa yang
sedang terjadi disekitar dirinya.
Gejala tifus berkembang dari minggu ke minggu, dengan ciri –ciri berikut :
a. Minggu Pertama
gejala awal disini perlu diperhatikan, terutama terkait perkembangan suhu
badan penderita :
1) Demam. Awalnya tidak tinggi, kemudian meningkat menjadi 39-
40 0C. Temperatur tubuh dapat naik atau turun di minggu ini.
2) sakit kepala
3) lemas dan tidak enak badan
4) batuk kering
5) mimisan
b. Minggu kedua
jika tidak segera ditangani, maka akan memasuki stadium kedua dengan
gejala :
1) Demam tinggi yang masih berkelanjut yang cenderung
memburuk di daerah perut dan dada.
2) mengigau
3) Sakit perut
4) Diare atau sembelit parah
5) tinja umumnya berwarna kehijauan
6) perut sangat kembung akibat pembengkakan hati dan empedu
c. Minggu Ketiga
Temperatur tubuh akan menurun diakhir minggu ketiga, namun jika tidak
segera ditangani, komplikasi mungkin akan muncul ditahap ini, seperti :
1) Perdarahan pada usus
2) Pecahnya usus
d. Minggu Keempat
Suhu demam akan menurun secara perlahan-lahan. Jika tidak segera
ditangani, maka akan muncul gejala-gejala lain, antara lain mengigau dan
berbaring kelelahan tanpa gerakan dengan mata setengah tertutup, hingga
kompikasi yang membahayakan nyawa. Pada sebagaian kasus, gejala
dapat kembali muncul dua minggu setelah demam mereda.
7. Pola Diet
Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak menimbulkan
gas.
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

8. Penatalaksanaan pada Kehamilan dan Persalinan


1) Memberitahu klien untuk tirah baring sementara waktu
2) Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak
menimbulkan gas.
3) Hindari jajanan dipinggir jalan terlebih dahulu atau telur ayam yang dimasak
setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri tipes.
4) Bagi orang yang pernah mengalami penyakit tipes sebaiknya tidak melakukan
kegiatan yang sangat melelahkan. Karena akan lebih mudah kambuh kembali dari
pada orang yang sama sekali belum menderita tipes.
5) Daya tahan tubuh harus ditingkatkan seperti gizi yang baik, tidur 7-8 jam sehari,
Hindarilah makanan yang tidak bersih dan cucilah tangan sebelum makan.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai