Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KIMIA MATERIAL ANORGANIK

POLYMER MATRICS COMPOSITE (PMC)

Dosen Pengampu : Pardoyo, S.Si., M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 11 : Ahmad Sholikin (24030117120029)

Millatun Nahdliyah (24030117120033)

Sarahtrinitita Glikeria L.M (24030117140029)

Nadira Rahma Nurfalah (24030117140030)

Novemi Eliza (24030117120031)

Dihan Vigy Laksana (24030117120034)

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena nikmat dan karunia-Nya,


sehingga kami mampu menyelesaikan makalah tentang Polymer Matrics
Composite yang disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Material Anorganik.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu, serta memberikan masukan dan saran selama proses penulisan dan
penyusunan ini berlangsung, Pimpinan Universitas Diponegoro, seluruh dosen
pengajar jurusan kimia Universitas Diponegoro dan dosen pembmbing dalam
penulisan karya tulis ini. Ungkapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
orang tua serta rekan-rekan, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diperlukan demi kesempurnaan makalah ini, dan akan kami terima dengan senang
hati. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama untuk
masyarakat.

Semarang, 8 April 2019

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana
merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama
untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur
bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama
(matrik – matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan
untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya
dalam bentuk serat (fibre, fiber).

Sekarang, pada umumnya komposit yang dibuat manusia dapat dibagi


kedalam tiga kelompok utama: Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix
Composites – PMC), Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites –
MMC), Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites –
CMC).Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites – PMC) – Bahan
ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer
Berpenguatan Serat (FRP – Fibre Reinforced Polymers or Plastics) – bahan ini
menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis
serat seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.
Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites – MMC) – ditemukan
berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam seperti
aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.
Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites – CMC) – digunakan
pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan keramik
sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut (whiskers)
dimana terbuat dari silikon karbida atau boron nitrida.

Sistem resin seperti epoksi dan poliester mempunyai batasan penggunaan


dalam manufaktur strukturnya, dikarenakan sifat-sifat mekanik tidak terlalu tinggi
dibandingkan sebagai contoh sebagian besar logam. Bagaimanapun, bahan
tersebut mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, sebagian besar khususnya
kemampuan untuk dibentuk dengan mudah kedalam bentuk yang rumit.
Bahan seperti kaca, aramid dan boron mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan
tekan yang luar biasa tinggi tetapi dalam ‘bentuk padat’ sifat-sifat ini tidak
muncul. Hal ini berkenaan dengan kenyataan ketika ditegangkan, serabut retak
permukaan setiap bahan menjadi retak dan gagal dibawah titik tegangan patah
teoritisnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, bahan diproduksi dalam bentuk
serat, sehingga, meskipun dengan jumlah serabut retak yang terjadi sama, serabut
retak tersebut terbatasi dalam sejumlah kecil serat dengan memperlihatkan sisa
kekuatan teoritis bahan. Oleh karena itu seikat serat akan mencerminkan lebih

3
akurat kinerja optimum bahan. Bagaimanapun juga satu serat dapat hanya
memperlihatkan sifat-sifat kekuatan tarik sesuai panjang serat, seperti halnya serat
dalam suatu tali.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat diberikan adalah:
1.2.1 Bagaimana asal usul material, proses terjadinya dan proses terbentuknya
Polymer Matrics Composite (PMC)?
1.2.2 Dimana Polymer Matrics Composite (PMC) banyak ditemukan
khususnya di Indonesia?
1.2.3 Bagaimana struktur dari Polymer Matrics Composite (PMC)?
1.2.4 Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia Polymer Matrics Composite
(PMC)?
1.2.5 Apa saja manfaat dari Polymer Matrics Composite (PMC)?
1.2.6 Bagaimana peluang usaha Polymer Matrics Composite (PMC) dan
bagaimana caranya?
1.2.7 Dimana saja perusahaan yang telah mengelola atau memproduksi
Polymer Matrics Composite (PMC)?
1.2.8 Apa saja permasalahan dan solusi yang berhubungan dengan Polymer
Matrics Composite (PMC)?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mengetahui asal usul material, proses terjadinya dan proses


terbentuknya Polymer Matrics Composite (PMC).
1.3.2 Mengetahui tempat Polymer Matrics Composite (PMC) banyak
ditemukan khususnya di Indonesia
1.3.3 Mengetahui struktur dari Polymer Matrics Composite (PMC).
1.3.4 Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia Polymer Matrics Composite
(PMC)
1.3.5 Mengetahui manfaat dari Polymer Matrics Composite (PMC).
1.3.6 Mengetahui peluang usaha Polymer Matrics Composite (PMC) dan
caranya.
1.3.7 Mengetahui perusahaan yang telah mengelola atau memproduksi
Polymer Matrics Composite (PMC).
1.3.8 Mengatasi permasalahan dan solusi yang berhubungan dengan
Polymer Matrics Composite (PMC).

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Polymer Matrics Composite (PMC)

Material komposit adalah bahan struktural yang terdiri dari dua


atau lebih bahan yang digabungkan pada tingkat makroskopik dan tidak larut
satu sama lain . Komposit merupakan sistem multi fasa yang tersusun atas
bahan matriks dan bahan penguat. Bahan matriks adalah fase kontinu dan
penguat merupakan fase terdispersi. Bahan penguat dapat berupa serat,
partikel atau serpihan. Komposit dengan matriks polimer merupakan material
yang menggunakan polimer sebagai matriks dan serat sebagai penguat. Serat
yang umum digunakan dalam material komposit polimer berpenguat serat
adalah serat gelas, serat karbon dan serat organik lainnya. Biasanya, kekuatan
dan kekakuan serat yang digunakan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kekuatan dan kekakuan matriks. Bahan matriks harus memiliki sifat adhesive
yang baik terhadap serat sehingga mampu mengikat serat secara kuat dan
mampu mentransfer beban yang diterima komposit kepada serat. Pada
material komposit, peforma dari matriks, peforma serat serta sifat antara
muka antara matriks dan serat akan memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap sifat dari material komposit (Guru raja, 2013).

2.2 Definisi Komposit

Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri
dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu
sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam
hasil akhir bahan tersebut (bahan komposit). Dengan adanya perbedaan dari
material penyusunnya maka komposit antar material harus berikatan dengan
kuat, sehingga perlu adanya penambahan wetting agent. Beberapa definisi
komposit sebagai berikut :
• Tingkat dasar : pada molekul tunggal dan kisi kristal, bila material
yang disusun dari dua atom atau lebih disebut komposit (contoh
senyawa, paduan, polymer dan keramik)
• Mikrostruktur : pada kristal, phase dan senyawa, bila material disusun
dari dua phase atau senyawa atau lebih disebut komposit (contoh
paduan Fe dan C)
• Makrostruktur : material yang disusun dari campuran dua atau lebih
penyusun makro yang berbeda dalam bentuk dan/atau komposisi dan
tidak larut satu dengan yang lain disebut material komposit (definisi
secara makro ini yang biasa dipakai) (P.K.Mallick,2008).

2.3 Perbedaan Komposit dan Alloy

Perbedaan antara komposit dan alloy adalah dalam hal sistem proses
pemaduannya: o Komposit bila ditinjau secara mikroskopi masih
menampakkan adanya komponen matrik dan komponen filler, sedangkan
alloy telah terjadi perpaduan yang homogen antara matrik dan filler o Pada

5
material komposit, dapat leluasa merencanakan kekuatan material yang
diinginkan dengan mengatur komposisi dari matrik dan filler, sifat material
yang menyatu dapat dievaluasi dan diuji secara terpisah (Ray, 2009).

2.4 Jenis Polimer Yang Banyak Digunakan

1) Thermoplastic

Thermoplastic adalah plastic yang dapat dilunakkan berulang


kali (recycle) dengan menggunakan panas. Thermoplastic merupakan
polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan. Thermoplastic
meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan
mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu
kembali mengeras bila didinginkan. Contoh ari thermoplastic yaitu
Poliester, Nylon 66, PP, PTFE, PET, Polieter sulfon, PES, dan Polieter
eterketon (PEEK).

2) Thermoset

Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel).


Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan
kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset
melainkan akan membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang
demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis
melamin. Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur
ulang karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit
(sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik. Contoh
dari thermoset yaitu Epoksida, Bismaleimida (BMI), dan Poli-imida (PI)
(Linda, 2003).

2.5 Polimer
Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang,
terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang
disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan organik (memiliki rantai
karbon), ada juga banyak polimer inorganik. Contoh terkenal dari polimer
adalah plastik dan DNA.
Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-
molekul yang menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit
monomer. Manusia sudah berabad-abad menggunakan polimer dalam
bentuk minyak, aspal, damar, dan permen karet. Tapi industri polimer
modern baru mulai berkembang pada masa revolusi industri. Di akhir
1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi sebentuk karet alami
yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai “vulkanisasi”. 40 tahun
kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil
dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl, neoprene,
polystyrene, dan nilon pada tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’ dalam

6
penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang (Malcolm,
2001).
2.6 Matriks
Matriks polimer yang biasanya digunakan untuk aplikasi dalam
bidang militer dapat berupa resin termoset dan resin termoplastik. Resin
termoset yang paling umum digunakan dalam komposit balistik adalah
fenolik, epoksi, vinilester, dan poliester. Resin fenolik sering dipilih
karena sifatnya yang tahan api, tahan terhadap cairan dan bahan kimia,
kekakuannya yang tinggi, serta efisinsi balistiknya yang baik apabila
dikombinasikan dengan serat gelas dan aramid. Resin epoksi dipilih
karena sifat mekanik dan termalnya yang tinggi, ketangguhan yang baik,
ketahanan air dan ketahanan termal yang baik, tingkat penyusutan yang
rendah, serta mudah untuk difabrikasi. Vinilesters menawarkan perpaduan
antara sifat mekanik yang baik dan kemudahan dalam proses fabrikasi.
Resin termoplastik yang umum digunakan dalam proses pembuatan
prepreg termoplastik balistik antara lain elastomer karet, poliuretan,
polietilen, akrilik, atau campuran dari beberapa resin. Poliuretan
menawarkan sifat mekanik yang baik, ketahanan terhadap termal yang
baik, serta resiko kegagalan delaminasi yang lebih rendah ketika terkena
beban impak. Elastomer karet cenderung memiliki sifat mekanik yang
paling rendah, resiko kegagalan delaminasi yang paling tinggi, namun
memiliki kemampuan menyerap energi potensial yang paling tinggi
dibandingkan dengan jenis resin termoplastik lainnya. Resin polietilena
sering digunakan dalam pembuatan prepeg termoplastik balistik karena
dapat dibuat menjadi film yang memiliki densitas rendah. Resin berbasis
film lebih mudah dan lebih murah untuk digunakan daripada resin dalam
bentuk cairan, tetapi resin ini tidak mengelilingi dan membasahi serat
dengan baik sehingga terkadang memberikan peforma yang kurang baik.
Serat tenun atau serat searah yang memanfaatkan matriks dalam bentuk
film biasanya dibuat dengan melelehkan film ke dalam serat. Dengan
proses tekan panas film terikat dengan serat dan membentuk prepreg
laminasi film termoplastik (Ru-Min Wang, 2011).

7
BAB III

ISI

3.1 Asal Usul Material, Proses Terjadinya Dan Proses Terbentuknya


Polymer Matrics Composite (PMC)

3.1.1 Asal Usul

Secara garis besar komposit diklasifikasikan menjadi tiga macam


yaitu:

1.Komposit serat (Fibrous Composites)


2.Komposit partikel (Particulate Composites)
3.Komposit lapis (Laminates Composites) (Jones, 1975).

Istilah material komposit pertama kali digunakan di luar negeri


pada 1950-an, dan telah digunakan di dalam negeri sekitar 1960-an.
Material komposit adalah sejenis sistem multi-komponen multi-komponen
yang kompleks, dan sulit untuk didefinisikan secara akurat
(Sulaiman,1997). Polymer matrix composites (PMC) Komposit ini
menggunakan bahan polimer sebagai matriknya. Sifat-sifat komposit
polimer ditentukan oleh sifat-sifat penguat,Sifat-sifat polimer,rasio
penguat terhadap polimer dalam komposit (fraksi volume penguat),
geometri dan orientasi penguat pada komposit (Hull dan Clyne, 1996).

3.1.2 Proses Terjadinya

Komposit matriks polimer (PMC) terdiri dari berbagai serat pendek


atau kontinu yang diikat bersama oleh matriks polimer organik. Serat yang
umum digunakan dalam material komposit polimer berpenguat serat
adalah serat gelas, serat karbon dan serat organik lainnya. Matrikspolimer
terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik. Perbedaannya polimer termoset
tidak dapat didaur ulang, sedangkan termoplastik dapat didaur ulang
sehingga lebih banyak digunakan belakangan ini. Jenis-jenis termoplastik
yang biasa digunakan adalah polypropylene (PP), polystryrene (PS),
polyethylene (PE), dan lain-lain (Hull dan Clyne, 1996).

3.1.3 Proses Pembentukan

Secara Garis besar metoda pembuatan material komposit terdiri


dari atas dua cara, yaitu
Proses Cetakan Terbuka (Open-Mold Process)

Proses Cetakan Tertutup (Closed mold Processes)

8
1. Proses Cetakan Terbuka (Open-Mold Process)

`a) Contact Molding/ Hand Lay Up


Hand lay-up adalah metoda yang paling sederhana dan merupakan
proses dengan metode terbuka dari proses fabrikasi komposit.Adapun
proses dari pembuatan dengan metoda ini adalah dengan cara menuangkan
resin dengan tangan kedalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain,
kemudian memberi takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol
atau kuas. Proses tersebut dilakukan berulang-ulang hingga ketebalan yang
diinginkan tercapai. Pada proses ini resin langsung berkontak dengan
udara dan biasanya proses pencetakan dilakukan pada
temperatur kamar.Padametoda hand lay up ini resin yang paling banyak di
gunakan adalah polyester dan epoxies. Proses ini dapat kita lihat pada
gambar berikut :

Gambar Proses Pencetakan dengan Hand Lay Up

b) Vacuum Bag

Proses vacuum bag merupakan penyempurnaan dari hand lay-up,


penggunaan dari proses vakum ini adalah untuk menghilangkan udara
terperangkap dan kelebihan resin. Pada proses ini digunakan pompa
vacuum untuk menghisap udara yang ada dalam wadah tempat
diletakkannya komposit yang akan dilakukan proses pencetakan. Dengan
divakumkan udara dalam wadah maka udara yang ada diluar penutup
plastic akan menekan kearah dalam. Hal ini akan menyebabkan udara yang
terperangkap dalam specimen komposit akan dapat diminimalkan.
Dibandingkan dengan hand lay-up, metode vakum memberikan penguatan
konsentrasi yang lebih tinggi, adhesi yang lebih baik antara lapisan, dan
kontrol yang lebih resin / rasio kaca. Proses ini dapat dilihat pada gambar
berikut:

9
Gambar proses percetakan dengan Vacuum Bag
c) Pressure Bag

Pressure bag memiliki kesamaan dengan metode vacuum bag,


namun cara ini tidak memakai pompa vakum tetapi menggunakan udara
atau uap bertekanan yang dimasukkan malalui suatu wadah elastis Wadah
elastis ini yang akan berkontak pada komposit yang akan dilakukan
proses. Biasanya tekanan basar tekanan yang di berikan pada proses ini
adalah sebesar 30 sampai 50 psi.

Gambar proses percetakan dengan Pressure Bag


d) Spray-Up

Spray-up merupakan metode cetakan terbuka yang dapat


menghasilkan bagian-bagian yang lebih kompleks ekonomis dari hand lay-
up. Proses spray-up dilakukan dengan cara penyemprotan serat (fibre)
yang telah melewati tempat pemotongan (chopper). Sementara resin yang
telah dicampur dengan katalis juga disemprotkan secara bersamaan Wadah

10
tempat pencetakan spray- up telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu
proses selanjutnya adalah dengan embiarkannya mengeras pada kondisi
atsmosfer standar.

Gambar proses percetakan dengan Spray-Up


e) Filament Winding

Fiber tipe roving atau single strand dilewatkan melalui wadah yang
berisi resin, kemudian fiber tersebut akan diputar sekeliling mandrel yang
sedang bergerak dua arah, arah radial dan arah tangensial. Proses ini
dilakukan berulang, sehingga cara ini didapatkan lapisan serat dan fiber
sesuai dengan yang diinginkan. Resin termoseting yang biasa di gunakan
pada proses ini adalah poliester, vinil ester, epoxies, dan fenolat.

Gambar proses percetakan Filament winding

11
2. Proses Cetakan Tertutup (Closed mold Processes)

a) Proses Cetakan Tekan (Compression Molding)

Proses cetakan ini menggunakan hydraulic sebagai penekannya.


Fiber yang telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga
cetakan, kemudian dilakukan penekanan dan pemanasan. Resin termoset
khas yang digunakan dalam proses cetak tekan ini adalah poliester, vinil
ester, epoxies, dan fenolat.

Gambar proses percetakan Compression Molding


b). Injection Molding

Metoda injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan


cairan atau pelapisan tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan kedalam
rongga cetakan bagian atas, kondisi temperature dijaga supaya tetap dapat
mencairkan resin. Resin cair beserta fiber akan mengalir ke bagian bawah,
kemudian injeksi dilakukan oleh mandrel ke arah nozel menuju cetakan.

12
Gambar proses percetakan Injection Molding
c). Continuous Pultrusion

Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian


secara kontinu dilewatkan ke cetakan pra cetak dan diawetkan (cure),
kemdian dilakukan pengerolan sesuai dengan dimensi yang diinginkan.
Atau juga bisa di sebut sebagai penarikan serat dari suatu jaring atau creel
melalui bak resin, kemudian dilewatkan pada cetakan yang telah
dipanaskan. Fungsi dari cetakan tersebut ialah mengontrol kandungan
resin, melengkapi pengisian serat, dan mengeraskan bahan menjadi bentuk
akhir setelah melewati cetakan.

Gambar proses percetakan Continuous Pultrusion

Dalam proses pembuatan bahan komposit polimer ini melalui proses fisis,
yakni pencairan, pembentukan, dan pembekuan. Pencairan dilakukan dengan
blending dengan suhu leleh, pembentukan dilakukan saat sampel dicetak, dan
selanjutnya pembekuan dilakukan dengan pendinginan. Parameter-parameter
prosesnya adalah suhu, lamanya proses, dan kecepatan proses pengadukan. Saat
proses pencampuran (blending) polipropilena dengan pasir dilakukan pada suhu
180°C selama 10 men it dengan kecepatan putar pengaduk 30 rpm. Dengan
menggunakan suhu 180°C diharapkan tingkat swelling PP lebih tinggi dan lebih
lunak, sehingga partikel pasir lebih mudah terikat oleh PP, dan tersebar lebih
merata dalam matriks serta kemungkinan terbentuknya agglomeration dan
porositas komposit dapat dihindari. Selanjutnya lamanya proses blending juga
mempengaruhi produk hasil pemrosesan. Diharapkan dengan meningkatkan
waktu pemrosesan didapatkan yang lebih baik, karena kesempatan partikel pasir
tersebar secara merata menjadi lebih besar. Kecepatan putar pengaduk dapatjuga
mempengaruhi kualitas hasil, namun masih perlu penelitian lebih lanjut untuk
menentukan kecepatan putar yang optimal gun a mendapatkan hasil yang lebih
baik. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan komposit ini yakni proses

13
pembekuan. Pemrosesan polimer disertai pendinginan cepat dari fasa cair ke fasa
padat untuk mendapatkan kristalinitas yang meningkat. Profit pendinginan
menentukan derajat kristalinitas, tegangan internal sampai pengkerutannya.
Kristalisasi acapkali disertai pengkerutan. Karena bagian luar cetakan mendingin
lebih dulu, maka bagian permukaan akan mengkristal, mengkerut dan memadat
lebih dulu, padahal bagian dalamnya masih bentuk Ielehan. Proses berlangsung
makin ke bagian dalam, tetapi serentak makin besar pula terjadi tegangan dalam
bahan. Tegangan terse but dapat menimbulkan rongga dalam cetakan, sehingga
produknya tidak memenuhi syarat. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam
pembuatan polimer, yaitu perilaku viskoelastik bahan polimer, dim ana bahan
sampel mengalami pemelaran dan relaksasi tegangan.

3.2 Penemuan PMC di Indonesia

Komposit Polimer di Indonesia banyak ditemukan di seluruh Indonesia karena


pembuatan nya berasal dari serat-serat yang ada pada tumbuhan.

Serat alam penguat komposit polimer :


1. Daun Nanas : di seluruh Indonesia.
2. Ijuk /Aren : di seluruh wilayah Indonesia.
3. Kenaf : di seluruh wilayah Indonesia dan daerah yang mempunyai iklim
tropis atau subtropis.
4. Rotan : banyak dipakai dari daerah 90% dari Pulau Sulawesi, Pulau
Sumatra, Pulau Kalimantan.
5. Pelepah Gebang : banyak dipakai di Pulau Timor (NTT), dan masyarakat
Indonesia.
6. Rami : banyak dipakai dari Wonosobo (Jawa Tengah), Garut (Jawa Barat).

3.3 Struktur Kimia Polymer Matrics Composite (PMC)

14
Struktur Komposit Matriks Polimer Ban yang digunakan antara
lain Natural dan Synthetic Rubber, Carbon Black, Silica, Zinc Oxide, Sulfur, Oli,
dan beberapa material kimia lain.

Jenis Matrix pada PMC dibagi menjadi 2 yaitu termoset dan termoplastic.

1. Termoset

15
2. Termoplastik

16
3.4 Sifat Fisik dan Sifat Kimia PMC

Sifat Fisik
• Padat
• Bahan diproduksi dalam bentuk serat
• Lentur
• Mampu untuk dibentuk dengan mudah kedalam bentuk yang rumit
• Memiliki LCTE(Linear Coefficient of Therma Expansion) nilai perubahan
bentuk yang disebabkan karena suhu nilai 30-600 ppm/ °C.
• Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat. Berat jenis polimer rendah
dibandingkan dengan logam dan keramik. Density cukup rendah (sekitar
2,55 g/cc)
• Kemampuan cetak yang baik. Pada temperatur relatif rendah bahan dapat
dicetak dengan pernyuntikan, penekanan, ekstrusi dan seterusnya yang.
• Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada
tetapi masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik. Tensile
strengthnya cukup tinggi (sekitar 1,8 GPa) dan biasanya stiffnessnya
rendah (70GPa).
Sifat Kimia
Secara umum, sifat-sifat komposit matriks polimer ditentukan oleh:
1. Sifat-sifat serat
2. Sifat-sifat resin
3. Rasio serat terhadap resin dalam komposit (Fraksi Volume Serat – Fibre

17
Volume Fraction)
4. Geometri dan orientasi serat pada komposit
Dapat disimpulkan ecara universal sifat-sifat kimiawinya adalah:
• Tahan korosi
• Daya rekat yang bagus
• Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.
• Tidak memiliki kekuatan yang tinggi apabila dibandingkan dengan
material pada umumnya
• Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan kimia. Pemilihan bahan
yang baik akan menghasilkan produk yang mempunyai sifat-sifat baik
sekali. (contoh : politetrafluoroetilen, dan sebagainya).
• Mampuan untuk bertahan terhadap siklus tegangan konstan
• Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer
mungkin juga dibuat konduktor dengan jalan mencampurkan dengan
serbuk logam, butiran karbon, dan sebagainya.
• Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada
tetapi masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik.

3.5 Manfaat PMC


3.5.1 Material Komposit Polimer untuk Konstruksi di Indonesia

Tahun 1985 : industri komposit polimer berkembang untuk pemanfaatan


pipa dan tangki yang menggunakan filament winding machine. Mesin ini
dapat diaplikasikan di lapangan.
Tahun 1980, perkembangan metode pultrussion. Dalam metode ini
diaplikasikan untuk serat panjang. Aplikasi ini untuk atap, lembaran atap
bergelombang, tembus cahaya, yang digunakan untuk pabrik pupuk.
Dengan aplikasi ini, atap tidak mudah terkena korosi.
Tahun 2000, continuous laminating machine. Berbagai atap
bergelombong, mesin ini tinggal ganti cetakan. Contoh aplikasi: kapal
keruk di Bangka, Bangunan pupuk di Kaltim, Bangunan di pupuk Kujang,
pabrik di Halmahera.
Tahun 2005: sheet molding compound menggunakan mesin Hydraulic
press.Contoh aplikasi: Body bus.
Pengembangan polimer termoplastik PVC dibuat menjadi kaku, contohnya
pintu kamar mandi. Komponen ini relative murah, akan tetapi modulus
elastic rendah sehingga atapnya dibuat berongga.

3.5.2 Perkembangan kapal berbahan utama plastic yang diperkuat serat


(FRP) dan poliethilene dengan densitas tinggi (HDPE)

Kapal-kapal yang paling sering menggunakan komposit polimer


adalah kapal ikan. Badan SAR, TNI AL juga menggunakan bahan utama

18
fiber glass untuk kapal – kapalnya. Proses meliputi: pemakaian release
agent bukan tipe silicon, gelcoat diberikan dgn merata ketebalan 0.4-0.6
mm, lapisan pertama mat atau fabric dgn segera maks 460 gr/m2, resin
30% berat, tanpa ada gelembung udara, dgn mempergunakan roller besi.
Setiap sambungan dilakiskan 25 mm per 600 gr/cm2, potongan dibuat
overlap. Pengujian: sampel harus dapat mewakili produk sebenarnya.
Sampel dikeringkan dan dikondisikan pada suhu 40 deg selama 16 jam.
Glas content: ISO 1172 dgn 3 spesimen, tensile strength ISO527-4, 6
spesimen, uji bending ISO 14125 metoda A, 6 spesimen, kondisi uji 23
deg 50% RH

3.5.3 Secara Umum

Matriks berbasis poliester dengan serat gelas.


 Alat rumah tangga
 Panel pintu kendaraan
 Lemari p20erkantoran
 Peralatan elektronika
Matriks berbasis termoset dengan serat carbon
 Rotor helikopter
 Komponen ruang angkasa
 Rantai pesawat terbang
Matriks komposit dalam bidang militer
 Body armor
 Helm balistik
 Kendaraan darat militer

3.6 Peluang Usaha


1. Bahan bangunan (wpc (wood plastic composite) dan deck pvc, lantai
komposit, pagar komposit, dek kapal, panel dinding luar, papan pavilion )
2. Tekstil (nilon)
3. Alat rumah tangga
4. Komposit polimer alami seperti oalahan pati dari singkong, sagu, jagung
yang nantinya dapat diaplikasikan pada industrik elektronik seperti sensor,
solar cell, lampu LED, dll

3.7 Perusahaan yang Memproduksi PMC


1. PT Intex Persada – Indonesia

 Adalah perusahaan manufaktur polymer matrix composite (PMC) yang


berdiri sejak 1999 bekerja sama dengan perusahaan internasional Jerman,
Tholander Ablufttechnik GmbH.

19
 Menerapkan dan bersertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008
sejak 2010.

 Perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi produk polymer


matrix composite menggunakan mesin-mesin modern otomatis antara lain
: Continuous laminating machine, Pultrusion Machine, SMC Production
Line, dan SMC Hydraulic Press.

 Bahan baku utama yang digunakan adalah material berkualitas tinggi dari
merek terkenal di dunia: POLYNT Composites (Total Group, Perancis),
Jushi dan Torray (ex Japan).

 Informasi :Galeri Niaga Mediterania Blok X3-E8F/E8G


Jl. Pantai Indah Utara 2, Pantai Indah Kapuk
Jakarta Utara 14460
Telp. : 021-5596-8181
Fax. : 021-5882-180
WA : 0813-8066-3889

2 PTSPT BPP Teknologi

BPPT, Gedung Teknologi II (251),


Lt.3 Kawasan Puspiptek Serpong,
Tangerang Selatan 15314
Telp : 02175875943 Ext 1122
Fax : 02175875946
Email : sekr-ptspt@bppt.go.id

3.8 Permasalahan PMC dan Solusi

Permasalahan : Material komposit polimer dapat menggantikan material alam


(contoh kayu) dan material logam. Selain tahan korosi, dapat
diatur proses manufakturnya. Namun ini relative mahal, belum
ada standar SNI, dan belum ada asosiasi komposit polimer,
investasi cetakan untuk material. Penggunaan material komposit
polimer di Indonesia masih terbatas.

Solusi : Material komposit polimer di Indonesia berpeluang besar untuk


menggantikan material konvensional seperti kayu dan logam.
Perlu pembinaan industry dari pemerintah untuk mengatasi
persaingan global salah satu dengan cara pembentukan wadah
asosiasi komposit polimer.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.1.1 Polymer Matrix Composites (PMC) adalah komposit bermatriks
polimer, yang terdiri dari thermoset, thermoplastics, dan rubber
sebagai matriks dari resin polimer dan serat sebagai penguatnya.
4.1.2 PMC dapat dimanfaatkan sebagai alat rumah tangga, panel pintu
kendaraan, lemari perkantoran, peralatan elektronika, rotor helikopter,
rantai pesawat terbang, Body armor ,Helm balistik, kendaraan darat
militer.

4.2 Saran
4.2.1 Pengembangan dari Polymer Matrix Composites (PMC) harus
dilakukan agar pemanfaatan material dapat maksimal.
4.2.2 Masih banyaknya masyarakat yang belum tahu menaung mengenai
Polymer Matrix Composites yang dapat diperoleh dari serat-serat
tumbuhan sekitar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Billmeyer, Fried W, Textbook of Polymer Science, John Wiley dan Sons, New
York, (1984).

F. Danusso And G Tiegi, Strength Versus Composition of Rigid Matrix


Particulate Composites, Polymer, 27 (1994) 1385-1390.

Guru raja, M.N., Hari rao, A.N., Effect of an angle-ply orientation on textile
properties of kevlar/glass hybrid composites. International Journal on
Theoratical and Applied Research in Mechanical Engineering 2 (3), 1.
ISSN:2319-3182. 2013.

J.P. Holman, E. Jasjfi, Perpindahan Kalor, edisi keenam, Penerbit Erlangga,


Jakarta, (1994).

Malcolm, P.S., 2001. Polymer Chemistry : An Introduction, diindonesiakan oleh


Lis Sopyan, cetakan pertama, PT Pradnya Paramita : Jakarta.

Ni Nyoman Rupiasih, Pengaruh Beban Pengisi pada Sifat Mekanik Polimer,


Tugas Akhir. ITS: Surabaya.

P.K.Mallick. Fiber-Reinforced Composites. CRC Press Taylor & Francis Group.


2008, hal 24- 40.

Ray, B.C. Impact of environmental and experimental parameters on FRP


composites. In: Eighteenth International Symposium on Processing and
Fabrication of Advanced Materials (PFAM XVIII), pp. 12e14. 2009.

Ru-Min Wang, Shui-Rong Zheng and Ya-Ping Zheng. Polymer Matrix


Composites and Technology. Woodhead Publishing Limited and Science
Press Limited, 2011, hal 6-9.

22

Anda mungkin juga menyukai