Disusun oleh:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu, serta memberikan masukan dan saran selama proses penulisan dan
penyusunan ini berlangsung, Pimpinan Universitas Diponegoro, seluruh dosen
pengajar jurusan kimia Universitas Diponegoro dan dosen pembmbing dalam
penulisan karya tulis ini. Ungkapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
orang tua serta rekan-rekan, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya bentuk dasar suatu bahan komposit adalah tunggal dimana
merupakan susunan dari paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja bersama
untuk menghasilkan sifat-sifat bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur
bahan penyusunnya. Dalam prakteknya komposit terdiri dari suatu bahan utama
(matrik – matrix) dan suatu jenis penguatan (reinforcement) yang ditambahkan
untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan matrik. Penguatan ini biasanya
dalam bentuk serat (fibre, fiber).
3
akurat kinerja optimum bahan. Bagaimanapun juga satu serat dapat hanya
memperlihatkan sifat-sifat kekuatan tarik sesuai panjang serat, seperti halnya serat
dalam suatu tali.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komposit adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri
dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu
sama lainnya baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam
hasil akhir bahan tersebut (bahan komposit). Dengan adanya perbedaan dari
material penyusunnya maka komposit antar material harus berikatan dengan
kuat, sehingga perlu adanya penambahan wetting agent. Beberapa definisi
komposit sebagai berikut :
• Tingkat dasar : pada molekul tunggal dan kisi kristal, bila material
yang disusun dari dua atom atau lebih disebut komposit (contoh
senyawa, paduan, polymer dan keramik)
• Mikrostruktur : pada kristal, phase dan senyawa, bila material disusun
dari dua phase atau senyawa atau lebih disebut komposit (contoh
paduan Fe dan C)
• Makrostruktur : material yang disusun dari campuran dua atau lebih
penyusun makro yang berbeda dalam bentuk dan/atau komposisi dan
tidak larut satu dengan yang lain disebut material komposit (definisi
secara makro ini yang biasa dipakai) (P.K.Mallick,2008).
Perbedaan antara komposit dan alloy adalah dalam hal sistem proses
pemaduannya: o Komposit bila ditinjau secara mikroskopi masih
menampakkan adanya komponen matrik dan komponen filler, sedangkan
alloy telah terjadi perpaduan yang homogen antara matrik dan filler o Pada
5
material komposit, dapat leluasa merencanakan kekuatan material yang
diinginkan dengan mengatur komposisi dari matrik dan filler, sifat material
yang menyatu dapat dievaluasi dan diuji secara terpisah (Ray, 2009).
1) Thermoplastic
2) Thermoset
2.5 Polimer
Suatu polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang,
terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang
disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan organik (memiliki rantai
karbon), ada juga banyak polimer inorganik. Contoh terkenal dari polimer
adalah plastik dan DNA.
Polimer didefinisikan sebagai substansi yang terdiri dari molekul-
molekul yang menyertakan rangkaian satu atau lebih dari satu unit
monomer. Manusia sudah berabad-abad menggunakan polimer dalam
bentuk minyak, aspal, damar, dan permen karet. Tapi industri polimer
modern baru mulai berkembang pada masa revolusi industri. Di akhir
1830-an, Charles Goodyear berhasil memproduksi sebentuk karet alami
yang berguna melalui proses yang dikenal sebagai “vulkanisasi”. 40 tahun
kemudian, Celluloid (sebentuk plastik keras dari nitrocellulose) berhasil
dikomersialisasikan. Adalah diperkenalkannya vinyl, neoprene,
polystyrene, dan nilon pada tahun 1930-an yang memulai ‘ledakan’ dalam
6
penelitian polimer yang masih berlangsung sampai sekarang (Malcolm,
2001).
2.6 Matriks
Matriks polimer yang biasanya digunakan untuk aplikasi dalam
bidang militer dapat berupa resin termoset dan resin termoplastik. Resin
termoset yang paling umum digunakan dalam komposit balistik adalah
fenolik, epoksi, vinilester, dan poliester. Resin fenolik sering dipilih
karena sifatnya yang tahan api, tahan terhadap cairan dan bahan kimia,
kekakuannya yang tinggi, serta efisinsi balistiknya yang baik apabila
dikombinasikan dengan serat gelas dan aramid. Resin epoksi dipilih
karena sifat mekanik dan termalnya yang tinggi, ketangguhan yang baik,
ketahanan air dan ketahanan termal yang baik, tingkat penyusutan yang
rendah, serta mudah untuk difabrikasi. Vinilesters menawarkan perpaduan
antara sifat mekanik yang baik dan kemudahan dalam proses fabrikasi.
Resin termoplastik yang umum digunakan dalam proses pembuatan
prepreg termoplastik balistik antara lain elastomer karet, poliuretan,
polietilen, akrilik, atau campuran dari beberapa resin. Poliuretan
menawarkan sifat mekanik yang baik, ketahanan terhadap termal yang
baik, serta resiko kegagalan delaminasi yang lebih rendah ketika terkena
beban impak. Elastomer karet cenderung memiliki sifat mekanik yang
paling rendah, resiko kegagalan delaminasi yang paling tinggi, namun
memiliki kemampuan menyerap energi potensial yang paling tinggi
dibandingkan dengan jenis resin termoplastik lainnya. Resin polietilena
sering digunakan dalam pembuatan prepeg termoplastik balistik karena
dapat dibuat menjadi film yang memiliki densitas rendah. Resin berbasis
film lebih mudah dan lebih murah untuk digunakan daripada resin dalam
bentuk cairan, tetapi resin ini tidak mengelilingi dan membasahi serat
dengan baik sehingga terkadang memberikan peforma yang kurang baik.
Serat tenun atau serat searah yang memanfaatkan matriks dalam bentuk
film biasanya dibuat dengan melelehkan film ke dalam serat. Dengan
proses tekan panas film terikat dengan serat dan membentuk prepreg
laminasi film termoplastik (Ru-Min Wang, 2011).
7
BAB III
ISI
8
1. Proses Cetakan Terbuka (Open-Mold Process)
b) Vacuum Bag
9
Gambar proses percetakan dengan Vacuum Bag
c) Pressure Bag
10
tempat pencetakan spray- up telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu
proses selanjutnya adalah dengan embiarkannya mengeras pada kondisi
atsmosfer standar.
Fiber tipe roving atau single strand dilewatkan melalui wadah yang
berisi resin, kemudian fiber tersebut akan diputar sekeliling mandrel yang
sedang bergerak dua arah, arah radial dan arah tangensial. Proses ini
dilakukan berulang, sehingga cara ini didapatkan lapisan serat dan fiber
sesuai dengan yang diinginkan. Resin termoseting yang biasa di gunakan
pada proses ini adalah poliester, vinil ester, epoxies, dan fenolat.
11
2. Proses Cetakan Tertutup (Closed mold Processes)
12
Gambar proses percetakan Injection Molding
c). Continuous Pultrusion
Dalam proses pembuatan bahan komposit polimer ini melalui proses fisis,
yakni pencairan, pembentukan, dan pembekuan. Pencairan dilakukan dengan
blending dengan suhu leleh, pembentukan dilakukan saat sampel dicetak, dan
selanjutnya pembekuan dilakukan dengan pendinginan. Parameter-parameter
prosesnya adalah suhu, lamanya proses, dan kecepatan proses pengadukan. Saat
proses pencampuran (blending) polipropilena dengan pasir dilakukan pada suhu
180°C selama 10 men it dengan kecepatan putar pengaduk 30 rpm. Dengan
menggunakan suhu 180°C diharapkan tingkat swelling PP lebih tinggi dan lebih
lunak, sehingga partikel pasir lebih mudah terikat oleh PP, dan tersebar lebih
merata dalam matriks serta kemungkinan terbentuknya agglomeration dan
porositas komposit dapat dihindari. Selanjutnya lamanya proses blending juga
mempengaruhi produk hasil pemrosesan. Diharapkan dengan meningkatkan
waktu pemrosesan didapatkan yang lebih baik, karena kesempatan partikel pasir
tersebar secara merata menjadi lebih besar. Kecepatan putar pengaduk dapatjuga
mempengaruhi kualitas hasil, namun masih perlu penelitian lebih lanjut untuk
menentukan kecepatan putar yang optimal gun a mendapatkan hasil yang lebih
baik. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembuatan komposit ini yakni proses
13
pembekuan. Pemrosesan polimer disertai pendinginan cepat dari fasa cair ke fasa
padat untuk mendapatkan kristalinitas yang meningkat. Profit pendinginan
menentukan derajat kristalinitas, tegangan internal sampai pengkerutannya.
Kristalisasi acapkali disertai pengkerutan. Karena bagian luar cetakan mendingin
lebih dulu, maka bagian permukaan akan mengkristal, mengkerut dan memadat
lebih dulu, padahal bagian dalamnya masih bentuk Ielehan. Proses berlangsung
makin ke bagian dalam, tetapi serentak makin besar pula terjadi tegangan dalam
bahan. Tegangan terse but dapat menimbulkan rongga dalam cetakan, sehingga
produknya tidak memenuhi syarat. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam
pembuatan polimer, yaitu perilaku viskoelastik bahan polimer, dim ana bahan
sampel mengalami pemelaran dan relaksasi tegangan.
14
Struktur Komposit Matriks Polimer Ban yang digunakan antara
lain Natural dan Synthetic Rubber, Carbon Black, Silica, Zinc Oxide, Sulfur, Oli,
dan beberapa material kimia lain.
Jenis Matrix pada PMC dibagi menjadi 2 yaitu termoset dan termoplastic.
1. Termoset
15
2. Termoplastik
16
3.4 Sifat Fisik dan Sifat Kimia PMC
Sifat Fisik
• Padat
• Bahan diproduksi dalam bentuk serat
• Lentur
• Mampu untuk dibentuk dengan mudah kedalam bentuk yang rumit
• Memiliki LCTE(Linear Coefficient of Therma Expansion) nilai perubahan
bentuk yang disebabkan karena suhu nilai 30-600 ppm/ °C.
• Produk yang ringan dan kuat dapat dibuat. Berat jenis polimer rendah
dibandingkan dengan logam dan keramik. Density cukup rendah (sekitar
2,55 g/cc)
• Kemampuan cetak yang baik. Pada temperatur relatif rendah bahan dapat
dicetak dengan pernyuntikan, penekanan, ekstrusi dan seterusnya yang.
• Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada
tetapi masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik. Tensile
strengthnya cukup tinggi (sekitar 1,8 GPa) dan biasanya stiffnessnya
rendah (70GPa).
Sifat Kimia
Secara umum, sifat-sifat komposit matriks polimer ditentukan oleh:
1. Sifat-sifat serat
2. Sifat-sifat resin
3. Rasio serat terhadap resin dalam komposit (Fraksi Volume Serat – Fibre
17
Volume Fraction)
4. Geometri dan orientasi serat pada komposit
Dapat disimpulkan ecara universal sifat-sifat kimiawinya adalah:
• Tahan korosi
• Daya rekat yang bagus
• Membentuk ikatan koheren, permukaan matrik/serat.
• Tidak memiliki kekuatan yang tinggi apabila dibandingkan dengan
material pada umumnya
• Baik sekali dalam ketahanan air dan ketahanan kimia. Pemilihan bahan
yang baik akan menghasilkan produk yang mempunyai sifat-sifat baik
sekali. (contoh : politetrafluoroetilen, dan sebagainya).
• Mampuan untuk bertahan terhadap siklus tegangan konstan
• Banyak diantara polimer bersifat isolasi listrik yang baik. Polimer
mungkin juga dibuat konduktor dengan jalan mencampurkan dengan
serbuk logam, butiran karbon, dan sebagainya.
• Kekerasan permukaan yang sangat kurang. Bahan polimer yang keras ada
tetapi masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik.
18
fiber glass untuk kapal – kapalnya. Proses meliputi: pemakaian release
agent bukan tipe silicon, gelcoat diberikan dgn merata ketebalan 0.4-0.6
mm, lapisan pertama mat atau fabric dgn segera maks 460 gr/m2, resin
30% berat, tanpa ada gelembung udara, dgn mempergunakan roller besi.
Setiap sambungan dilakiskan 25 mm per 600 gr/cm2, potongan dibuat
overlap. Pengujian: sampel harus dapat mewakili produk sebenarnya.
Sampel dikeringkan dan dikondisikan pada suhu 40 deg selama 16 jam.
Glas content: ISO 1172 dgn 3 spesimen, tensile strength ISO527-4, 6
spesimen, uji bending ISO 14125 metoda A, 6 spesimen, kondisi uji 23
deg 50% RH
19
Menerapkan dan bersertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001: 2008
sejak 2010.
Bahan baku utama yang digunakan adalah material berkualitas tinggi dari
merek terkenal di dunia: POLYNT Composites (Total Group, Perancis),
Jushi dan Torray (ex Japan).
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Polymer Matrix Composites (PMC) adalah komposit bermatriks
polimer, yang terdiri dari thermoset, thermoplastics, dan rubber
sebagai matriks dari resin polimer dan serat sebagai penguatnya.
4.1.2 PMC dapat dimanfaatkan sebagai alat rumah tangga, panel pintu
kendaraan, lemari perkantoran, peralatan elektronika, rotor helikopter,
rantai pesawat terbang, Body armor ,Helm balistik, kendaraan darat
militer.
4.2 Saran
4.2.1 Pengembangan dari Polymer Matrix Composites (PMC) harus
dilakukan agar pemanfaatan material dapat maksimal.
4.2.2 Masih banyaknya masyarakat yang belum tahu menaung mengenai
Polymer Matrix Composites yang dapat diperoleh dari serat-serat
tumbuhan sekitar.
21
DAFTAR PUSTAKA
Billmeyer, Fried W, Textbook of Polymer Science, John Wiley dan Sons, New
York, (1984).
Guru raja, M.N., Hari rao, A.N., Effect of an angle-ply orientation on textile
properties of kevlar/glass hybrid composites. International Journal on
Theoratical and Applied Research in Mechanical Engineering 2 (3), 1.
ISSN:2319-3182. 2013.
22