Paper 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

Departemen Teknik Industri, Universitas Diponegoro


rentasia1221@gmail.com

ABSTRAK

Kata “Mutu” sudah tidak asing lagi di berbagai kalangan. Banyak dari kita yang
beranggapan bahwa mutu adalah suatu tingkat atau nilai dari suatu produk atau jasa yang
dapat diukur. Mutu suatu produk ataupun jasa dapat mempengaruhi tingkat kepuasan
konsumen. Semakin baik kualitas yang diberikan maka semakin sering pula konsumen
tersebut membeli produk atau menggunakan jasa tersebut. Jadi, perlu adanya pengendalian
dan penjaminan mutu dalam suatu perusahaan baik dibidang produk ataupun jasa.
Kata Kunci : Definisi Mutu, Ruang Lingkup Mutu, Tokoh-tokoh Pengendalian dan
Penjaminan Mutu.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mutu tidak dapat disamaratakan bagi setiap konsumen. Karenanya, untuk dapat
memenangkan pasar dan bersaing dengan produk atau layanan para pesaing, produsen wajib
melakukan peningkatan kualitas pada produk atau layanan yang dihasilkan. Tingkatan daya
saing dapat dikategorikan berdasarkan wilayah atau cakupannya yaitu : internal perusahaan,
kompetisi lokal, negara, dan kompetisi pasar global. Mutu juga sering diartikan sebagai
sesuatu yang bernilai tingkat tinggi dan unggul. Namun perlu diketahui, penafsiran seperti ini
kurang tepat menjadi dasar dalam menganalisa mutu suatu produk atau jasa.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut rumusan masalah dari paper ini :
1. Apa definisi dari mutu?
2. Apa dimensi dalam mutu?
3. Apa saja ruang lingkup mutu?
4. Siapa tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan mutu?

1.3 Tujuan
Berikut tujuan penulisan paper ini :
1. Memahami definisi mutu
2. Mengetahui sejarah mutu
3. Memahami ruang lingkup mutu
4. Mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam perkembangan mutu

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Mutu

Mutu merupakan suatu takaran nilai yang dapat diukur untuk menentukan kualitas
dari suatu barang ataupun jasa. Mutu adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Perspektif ini didasarkan pada pemikiran bahwa mutu
tergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling memuaskan preferensi
seseorang adalah sebagai produk yang berkualitas paling tinggi (Juran, 1980).
Mutu juga merupakan salah satu faktor keputusan konsumen terpenting dalam
pemilihan produk atau service yang diinginkanya. Dengan pemilihan produk atau jasa yang
berkualitas akan membuat loyalitas pelanggan menjadi meningkat. (Montgomery, 2009:4)
Di dalam mutu diperlukan sebuah pengendalian dan manajemen. Menurut Juran,
manajemen mutu memiliki beberapa karakteristik yang terdiri dari :
a. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen puncak
b. Sasaran kualitas dimasukkan ke dalam rencana bisnis
c. Jangkauan sasaran diturunkan daribenchmarking yaitu fokus kepada pelanggan dan pada
kesesuaian kompetisi dan peningkatan kualitas setiap tahunnya
d. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan
e. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat dalam suatu perusahaan
f. Pengukuran ditetapkan seluruhnya
g. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran
h. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik
i. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki

2.2 Sejarah Mutu


Sejarah konsep mutu dimulai pada tahun 1800-an pada saat terjadi revolusi industri di
sebagian besar negara Eropa, yang selanjutnya dikenal dengan sebutan zaman Inspeksi
(Inspection Era). Pada masa ini mutu produk hanya terbatas pada atribut yang melekat pada
produk, hanya berkisar pada masalah produk rusak, cacat, maupun menyimpang.

Tahun 1930-an, mulai timbul pergeseran pandangan terhadap mutu sebagai


serangkaian karakteristik yang melekat pada produk yang dapat diukur secara kuantitatif
menggunakan pengukuran statistik. Dengan demikian maka masa ini dikenal dengan sebutan
zaman pengendalian mutu secara statistik (Statistical Quality Control Era). Zaman ini telah
diperlengkapi dengan alat-alat dan metode statistik dalam mendeteksi penyimpangan.

Pada tahun 1950-an, pandangan terhadap mutu kembali mengalami perluasan. Dalam
hal ini telah terdapat koordinasi dengan departemen jasa yang menangani perencanaan dan
pengendalian produksi serta pergudangan yang tetap menempatkan pengendalian mutu secara
statistik sebagai faktor penting dalam penanganan mutu produk. Jika analisis statistik
menghasilkan angka dalam batas-batas kontrol berarti penyimpangan atribut yang terjadi
bersifat kebetulan dan tidak perlu dilakukan tindakan koreksi terhadap sistem dan proses
produksi. Sebaliknya apabila angka yang dihasilkan berada di luar batas-batas kontrol, maka
penyimpangan harus diberitahukan pada departemen produksi sebagai dasar tindakan koreksi
terhadap proses dan sistem yang digunakan untuk mengolah produk. Pada masa ini telah
terlihat adanya keterlibatan manajemen puncak, pemasok, bagian desain dan pengembangan
produk sehingga telah terjalin adanya kerja sama tim antarfungsi. Masa ini lebih dikenal
dengan sebutan zaman jaminan mutu (Quality Assurance Era).

Pada tahun 1980-an. untuk pertama kalinya, adanya keterlibatan manajemen puncak
sangat besar dan sangat menentukan untuk menjadikan faktor mutu dalam menempatkan
perusahaan pada posisi yang kompetitif. Pada masa ini mutu produk menjadi tanggung jawab
setiap orang di dalam organisasi perusahaan mulai dari manajemen puncak sampai dengan
karyawan, dan meluas sampai dengan organisasi pemasok dan juga mitra bisnis.

2.3 Ruang Lingkup Mutu


Dimensi mutu merupakan faktor pengukuran yang dipakai untuk menilai mutu suatu
prodk atau jasa. Mutu memiliki delapan dimensi yaitu (Montgomery, 2009) :

1. Kinerja (Performance)
Karakterisrik dasar dari sebuah produk.
2. Daya tahan (Durability)
lamanya sebuah produk bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.
3. Kesesuaian (Conformance)
Kesesuaian kinerja dan mutu produk dengan standar, minimalisasi kecacatan produk.
4. Mutu atau kualitas yang diterima (Perceived quality)
Mutu atau kualitas yang diterima dan dirasakan oleh konsumen.
5. Fitur (Features)
Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau
menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
6. Estetika (Aesthetics)
Penampilan produk yang bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Reliabilitas (Reliability)
Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode
waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinnan terjadinya kerusakan, maka produk
tersebut dapat diandalkan.
8. Kemudahan perbaikan (Serviceability)
Kemudahan service atau perbaikan produk ketika dibutuhkan.

2.4 Tokoh- Tokoh dalam Mutu


Pengendalian mutu akan selalu ditingkatkan melalui alat-alat dan metode yang
diciptakan. Banyak tokoh-tokoh yang telah berkontribusi pada metodologi peningkatan
kualitas. Berikut beberapa tokoh yang berkaitan dalam hal filosofi implementasi dan
manajemen (Montgomery. 2009) :
1. Philip B. Crosby
Terkenal dengan dua pandangan yang sangat menarik dan sangat kuat dalam mutu
yaitu “zero defect dan cost of quality”. Pandangan yang pertama adalah bahwa mutu itu
gratis dan yang kedua adalah kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu, serta
semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk
ini. Ini adalah gagasan ‘tanpa cacat’ yang kontroversial.
2. Edwards Deming
seorang Amerika statistik , profesor , penulis , dosen , dan konsultan . Sejak tahun
1950 dan seterusnya ia mengajar manajemen puncak bagaimana memperbaiki desain
kualitas produk, pengujian dan penjualan melalui penerapan metode statistik. Dia terkenal
dengan konsep konsep “SPC dan quality manajemen”.
Deming memberikan kontribusi yang signifikan untuk Jepang dalam hal inovasi produk
berkualitas tinggi dan kekuatan ekonomi. Meskipun dianggap pahlawan di Jepang, dia baru
mulai mendapat pengakuan di Amerika Serikat pada saat kematiannya.

3. Joseph Juran
terkenal dengan konsep “Quality Trilogy”. Gagasannya ini menunjukkan bahwa
produk atau jasa yang sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun
belum tentu sesuai dengan tujuannya. Dia adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang
juga seorang penulis dan editor sejumlah buku salah satunya Juran on Planning for Quality.
Juran telah mengembangkan sebuah pendekatan yang disebut Manajemen Mutu
Strategis (SQM) untuk membantu manajer dalam merencanakan. SQM adalah sebuah proses
tiga-bagian yang didasarkan pada staf pada tingkat berbeda yang memberi kontribusi unik
terhadap peningkatan mutu. Peningkatan mutu hanya akan berarti ketika diaplikasikan secara
praktis, dan aplikasi tersebut merupakan variasi dari tahap itu sendiri.

III. METODOLOGI
Penulisan paper ini menggunakan berbagai referensi dari data-data yang pada
beberapa jurnal internasional dan buku pengendalian mutu.

IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari penulisan ini antara lain :
a. Mutu merupakan suatu takaran nilai yang dapat diukur untuk menentukan kualitas
dari suatu barang atau jasa dan dapat mempengaruhi kepuasan konsumen.
b. Sejarah mutu dimulai dari tahun 1800-an yaitu dikenal sebagai zaman inspeksi. Lalu
tahun 1930-an berkembang menjadi zaman pengendalian mutu secara statistik. Tahun
1950-an merupakan zaman jaminan mutu hingga berkembang lagi pada tahun 1980-
an sebagai manajemen puncak pengendalian mutu.
c. Banyak tokoh – tokoh yang berperan penting dalam pengendalian mutu diantaranya
Philip B. Crosby, Edwards Deming, dan Joseph Juran yang berkontribusi pada
metodologi peningkatan kualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Juran, J. M., dan F. M. Gryna Jr. (1980). Quality Planning and Analysis, 2nd ed.
New York : McGraw-Hill.
Montgomery, Douglas.C. 2009. Introduction to Statistical Quality Control. Arizona State
University: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai