Anda di halaman 1dari 11

The definition in creating Green Offices

Green Building Council Indonesia

During the early part of the 20’s century, the mission of the war effort brought everyone
together; the office was wherever the action was. But lack of privacy, poor equipment,
and slow communication made life difficult. The prosperity of the 50’s and 60’s gave
corporation new courage to build facilities and experiment with different styles of working
and communicating. The ingenuity of the 70’s and 80’s offered much new storage,
lighting and seating variations. Open office styles and landscapes promised better
connections with management and more efficient use of shared equipment. In the 90’s
and in the future, distance learning, PDAs, cell phones, and e-mail link us in ways that
offer access to part-timer worker and a more satisfying work environment. Due to the
global warming issue, the green concept added more in the office value which refers to
the health impact of what we do on office living. The office workplace now is a time as
well as a space……

One architect even said that the year 2010 will be a transitional period from purely
minimalist to minimalist plus green concept.

Responsif terhadap perubahan iklim yang makin ekstrim dan itikad baik kita
bersama untuk menyelamatkan bumi ini bagi generasi kedepan amat sangat diperlukan.
Dimulai pertama kali dengan merubah cara kita dalam hidup yang cenderung untuk lebih
nyaman berbuat sekehendak hati seperti halnya mempergunakan sumber daya alam
yang Tuhan sediakan terbatas namun bukan hanya untuk kebutuhan satu generasi
melainkan untuk sejumlah generasi yang tidak dapat kita prediksi jumlahnya.

Menurut data yang didapatkan dari Departemen Sumber Daya Energi dan
Mineral, menyebutkan bahwa bangunan gedung menyumbang emisi CO2 terbesar
dalam sektor konsumsi energi untuk sumber daya listrik dibandingkan sektor lain, seperti
transportasi dan industri. Terutama bangunan yang berdaya guna komersial seperti
halnya perkantoran, pertokoan, pusat perbelanjaan, hotel dan apartemen.

Penerapan konsep eco-office sangat dirasakan pentingnya guna mendukung


gerakan green building atau bangunan hijau yang selama ini sering kita dengungkan.
Banyak keuntungannya yang diperoleh antara lain produktifitas dari penghuni gedung
yang semakin meningkat hingga isu pengurangan degradasi lingkungan yang juga tidak
kalah pentingnya. Dilatar belakangi dari hal diatas, maka penataan atau desain dari
sebuah ruangan menjadi sangat penting

Ada 5 (lima) prinsip dasar yang dapat dipertimbangkan untuk membentuk desain
sebuah ruang yang baik :

1. Mengedepankan Kesehatan dan Kesejahteraan


Lingkungan dalam ruangan sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Sebuah tempat
kerja yang efektif harus dirancang sedemikian rupa untuk mendukung dan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penghuninya melalui prinsip-prinsip desain
eko dan berkelanjutan membantu mencapai tujuan ini.

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


Menyediakan akses maksimum untuk
pencahayaan alami dan akses penglihatan ke
luar bangunan
Gunakan alat analisa pencahayaan matahari
untuk membantu memandu proses desain.
Desain jendela untuk memungkinkan cahaya
siang hari untuk menembus sejauh mungkin ke
dalam ruangan. Pertimbangkan untuk
menggunakan rak-rak buku/shelf yang
transparan (elemen horizontal padat
ditempatkan di atas ketinggian mata, tetapi di
bawah bagian atas jendela.
Pertimbangkan elemen pembentuk interior
(warna, tirai, atau tirai) dan eksterior (teritisan
atap, warna dinding luar serta pohon) sebagai strategi untuk mensiasati pantulan
sinar matahari yang berlebihan
Mengintegrasikan pencahayaan alami dengan sistem penerangan listrik.
Memberikan sensor pengatur kontrol untuk mematikan lampu secara otomatis
jika cahaya siang hari cukup.
Desain sistem ventilasi sesuai dengan standar kode bangunan yang berlaku.
pastikan bahwa ventilasi udara secara efektif dapat didistribusikan ke seluruh
zona ruang tanpa ada halangan apapun demi mencegah adanya tingkat
kelembaban yang tinggi dalam ruang sehingga mencegah timbulnya kualitas
udara yang buruk didalam ruang.
Memberikan lubang akses keluar untuk mengeluarkan udara langsung dari
ruangan toilet, dapur, pantry, ruang foto kopi dan ruang
server guna menyalurkan panas yang dihasilkan
peralatan tersebut langsung ke luar bangunan.
Pertimbangkan untuk menginstal sensor gas CO2
(karbondioksida) untuk menyediakan real time
monitoring kualitas udara.
Bila menggunakan pendingin ruangan, pertimbangkan
penempatannya jauh dari lubang ventilasi untuk
menghindari udara panas yang dihasilkan masuk
kedalam ruangan
Tentukan bahan dan perabot yang memiliki daya pancar rendah kontaminan
terhadap udara dalam ruangan seperti senyawa organik kimia yang mudah
menguap.
Berikan tenggang waktu yang cukup lama untuk bahan bangunan yang baru
diinstal dan perabot yang baru difishing untuk "outgas" sebelum sebuah tempat
kerja yang baru ditempati. Hal ini membantu menghilangkan sisa toksin yang
kemungkinan masih tertinggal di furniture ataupun equipment akibat pemakaian
bahan kimia dalam memproduksi barang tersebut.
Pertimbangkan "zonasi modular" untuk distribusi udara untuk menghindari
kontaminasi silang. Instal penghambat yang tepat antara zona bekerja dengan
zona konstruksi bila ada kegiatan renovasi untuk melindungi kesehatan dan
membatasi kebisingan.
Mengontrol kelembaban di dalam ruangan dengan desain sistem ventilasi
minimal 30% dan 50% dari total luas ruangan untuk mempertahankan
kelembaban relatif ruangan.

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


Desain ruang untuk menghindari kondensasi uap air, terutama pada dinding dan
bagian bawah dek atap, dan di sekitar pipa saluran dan jendela.

Menyediakan Lingkungan yang Nyaman


Tempat kerja yang dirancang dan dioperasikan harus dapat memberikan tingkat

kenyamanan tinggi dari segi visual, akustik, dan termal untuk penghuninya, yang
mendukung efektivitas dan kreatifitas pekerja. Seperti halnya :

Meningkatkan efek psikologis seseorang dengan mendesain ruang yang


memungkinkan pekerja untuk bergerak bebas
Memberikan teknologi bergerak (telepon, komputer, konektivitas nirkabel) yang
mendukung gaya kerja baru dan praktik kerja yang paling fleksibel sehingga
tidak memerlukan suatu ruangan yang besar dan bersifat permanen
Desain untuk mengurangi stres dan mem-fasilitasi kondisi relaksasi, dengan
memberikan ruang yang mendukung privasi dalam penglihatan dan sistem
akustik tetapi tetap memberi kesempatan penghuninya untuk melakukan
pertemuan formal dan informal.
Menyediakan lingkungan visual yang menarik dan pada saat yang sama, desain
untuk keseimbangan antara fungsi dan estetika. Memberikan tambahan elemen
hijau berupa vegetasi alami didalam ruangan jika memungkinkan.
Upayakan untuk membuat 'sense of place' (rasa m e m i l i k i ruangan)
sehingga tempat kerja memiliki karakter unik yang
menimbulkan kenyamanan bagi pekerja
secara individu dan komunitas tempat kerja.
Mengurangi waktu dengung suara di dalam
tempat kerja dengan menentukan bahan
menyerap suara dan dengan
mengkonfigurasi letak dan susunan ruang
Meminimalkan kebisingan latar belakang
dari sistem HVAC (Heating, Ventilation and
Air Conditioner), sistem bangunan dan
peralatan lainnya
Memberikan kenyamanan termal dan kualitas ventilasi dengan menganalisis
penempatan, konfigurasi, dan jenis jendela dan skylight dan memberikan yang
memadai, shading dikendalikan untuk menghindari "titik panas" yang disebabkan
oleh sinar matahari langsung.

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


Memberikan udara langsung kemasing-
masing individu dan kontrol suhu di setiap
lokasi workstation. Memanfaatkan sensor
CO2 untuk menilai kualitas udara ruang
untuk menyesuaikan ventilasi.
Menyediakan perabot dan peralatan yang
akan meningkatkan kenyamanan dan
kinerja pekerja adaptasi perabot untuk
pekerjaan yang harus dilakukan, bukan
sebaliknya.
Tentukan perabot yang mendukung postur tubuh manusia, mekanik tubuh, dan
teknik bekerja untuk tugas-tugas yang ingin dicapai (misalnya kursi dan keyboard
komputer yang ergonomis).
Memberikan workstation (tempat bekerja) yang memungkinkan pengguna untuk
menyesuaikan tempat duduk, peralatan komputer penempatan, tingkat
pencahayaan, ketinggian permukaan kerja, tata letak ruang kerja, dan ventilasi.

Desain yang Dapat Mengikuti Perubahan


Menyediakan ruang dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi, dukungan social dan
perkembangan teknologi untuk memperkenalkan cara-cara baru bekerja, adalah dasar
inovasi di dalam desain yang dapat diterapkan sebagai :

Memasukkan prinsip-prinsip desain yang berkelanjutan, yang dapat membantu


mencapai ruang yang fleksibel dimasa pemakain kini dan yang akan datang
Dukungan mobilitas dengan mempertimbangkan teknologi nirkabel dan selular
untuk memungkinkan pekerja untuk bergerak dengan mudah di antara ruang-
ruang sebagai perubahan kebutuhan mereka.
Menyediakan koneksi ke jaringan internal di seluruh tempat kerja. Aktifkan
interaksi sosial secara informal agar kondisi strees dapat berkurang.
Desain ruang untuk berbagai ukuran dan jenis kegiatan

Mengintegrasikan Teknologi terkini dan Peralatan Pendukung


Secara efektif mengintegrasikan peralatan pendukung, teknologi terkini dan sistem
jaringan distribusi dan telekomunikasi dengan kondisi lingkungan tempat bekerja saat ini
untuk memungkinkan pekerja melakukan tugas mereka dengan mudah dan lebih efisien,

Pertimbangkan teknologi nirkabel dan bergerak untuk mendukung perubahan


sifat kerja, termasuk kemampuan internal dan eksternal.

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


Gabungkan semua sistem bangunan
bertegangan rendah, termasuk sistem data
dan suara, melalui jaringan Ethernet-IP
seperti salah satu contohnya lalu
distribusikan dengan secara merata
Monitor kondisi lingkungan kerja dengan
sistem sentralisasi, tetapi tetap
memaksimalkan kontrol dari masing-masing
pekerja secara detail.
Pertimbangkan konferensi video berbasis
internet (tele-conference) hingga
mengurangi berpergian ke tempat
konferensi dengan menggunakan
kendaraan bermotor.
Penerapan teknologi yang aman, akses berkecepatan tinggi ke desktop untuk
data, suara, keamanan, dan informasi lingkungan (misalnya, serat optik, nirkabel,
tembaga).
Mengatur rencana elektrikal di bawah
lantai atau vertikal melalui patch panel
sehingga mengurangi pemakaian
equipment secara berlebihan dan
mempermudah perawatan
Pilih sistem teknologi informasi berserta
komponennya yang hemat pemakaian
energi, tahan lama, pembongkaran,
perawatan, dan efisiensi dalam
pemakaian segala macam material
Pertimbangkan sub-metering kontrol untuk mengatasi kebutuhan pelanggan
untuk pelacakan penggunaan energi.

Menyediakan Sistem Bangunan yang Handal serta Mendidik Sumber Daya


Manusia yang tersedia
Kehandalan sistem bangunan merupakan salah satu perhatian terbesar bagi para
pengguna bangunan. Hal tersebut secara langsung mempengaruhi keselamatan,
kesehatan dan kenyamanan para penghuninya. Setiap pekerja harus mampu
mengandalkan sistem bangunan, peralatan, dan alat-alat yang tersedia agar berfungsi
dengan baik dan secara konsisten pula mereka diwajibkan agar dapat menggunakan
dan memeliharanya dengan baik sesuai dengan standar pengoperasian. Hal tersebut
dapat ditempuh melalui :

Memberikan pelatihan yang memadai kepada sumber daya manusia untuk


menggunakan dan memelihara sistem tersebut.
Senantiasa mempertimbangkan bahan bakar alternatif untuk cadangan sistem
bangunan, termasuk didalamnya sistem pemadam kebakaran / darurat, HVAC,
penerangan, listrik, data, suara dan lain-lain
Memberikan kemudahan akses kepada setiap pengguna bangunan untuk
pemeliharaan dan perbaikan sistem. Maksimalkan pengkondisian melalui cara-
cara alami / metode pendekatan alam (misalnya jendela beroperasi, ventilasi
alami, massa bangunan, dll).

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


Menyediakan sistem bangunan yang meminimalkan ketergantungan pada
manajemen bangunan / personil pemeliharaan setempat sehingga biaya
pemeliharaan dapat ditekan.
Menerapkan sistem komputerisasi jaringan sensor terpadu untuk memantau dan
mengelola kontrol setiap sistem berikut: HVAC, energi, pencahayaan,
aksesbilitas, keamanan, pencegah kebakaran, dan alarm. Memberikan sistem
otomatisasi yang dapat diakses dengan mudah dari jarak jauh untuk menentukan
lokasi permasalahan dan memantau kondisi lingkungan tanpa mengganggu
pekerja yang lain

Banyak perubahan yang dibutuhkan secara signifikan terhadap kebiasaan hidup


kita dalam berorganisasi dan bekerja. Seperti halnya dalam mengunakan teknologi tepat
guna sehingga semakin ringkasnya bentuk peralatan dan equipment yang dibutuhkan
dan digunakan di perkantoran menggantikan sejumlah tenaga manusia yang berdampak
pada desain dan luasan ruang yang dibutuhkan. Ruangan-ruangan di dalam kantor akan
semakin terakomodir secara terbuka dan fleksibel tanpa adanya sekat-sekat pembatas
guna memenuhi kebutuhan yang makin variatif.

Disatu sisi kita hanya disibukkan dengan mendesain tata ruang dalam dari
sebuah bangunan kantor, namun dilain pihak kita diwajibkan pula untuk memikirkan
dampak lingkungan yang terjadi akibat dari kegiatan mendesain tersebut. Bayangkan
jika sebuah kantor karena kebutuhannya memerlukan penggantian interior setiap 5
tahun sekali, berapa banyak sampah yang akan kita hasilkan setelah kurun 20 tahun?

Dalam membahas dan menentukan bagaimana Eco-Office perlu ditinjau dari beberapa
hal antara lain:

1. SPACE PLANNING/FACILITY PLANNING


2. JENIS BAHAN/MATERIAL DAN EQUIPMENT YANG DIGUNAKAN
3. CARA PENGUNAAN/OPERATION
4. PERILAKU/BEHAVIOR PENGGUNANYA

Sebuah pepatah menyebutkan “We shape our buildings; thereafter they


shape us”(Winston Churchill), sebuah gambaran singkat yang dapat memberikan
contoh tentang peryataan ini: Disuatu universitas, sebuah gedung perpustakaan
dibangun guna menjadi pusat kegiatan para mahasiswanya sehingga menjadi pusat
orientasi dari suatu kegiatan. Dari hari pertama mereka masuk, mahasiswa lebih tertarik
untuk melaksanakan segala aktivitasnya di gedung yang satu ini. Mereka berkunjung
bukan hanya untuk sekedar meminjam buku, mempelajari, meneliti, namun bertemu
teman-teman mereka, bahkan lebih menarik daripada bertemu disuatu tempat yang
lebih syarat akan keramaian dan hiruk pikuk.

Perpustakaan memiliki makna lebih dari yang mereka harapkan dari sebuah
simbol gedung untuk belajar. Ternyata tren yang berkembang lebih dari itu,
Perpustakaan kini melayani fungsi sosial yang penting sebagai tempat
berkumpul/bersosialisasi yang dibentuk khusus untuk menampung kolaborasi dan
mendorong interaksi kegiatan di seluruh aspek, bukan terpaku lagi dengan kegiatan
belajar dan mengajar yang monoton. Sehingga lambat laun, perilaku penggunanya pun
terbentuk mengikuti desain yang terjadi. Dewasa ini pihak universitas senantiasa
mengintegrasikan fasilitas komersial untuk mendukung kegiatan didalam suatu

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


perpustakaan. Perpustakaan bukan hanya mendapat impresi sebagai bangunan formal
namun lebih kepada bangunan yang fleksibel mengikuti zaman.

Sama halnya untuk fasilitas tempat bekerja. Jika kita menginginkan perubahan
dalam tempat kerja kita maka tempat kerja /ruang harus dirancang menjadi eko dalam
segala hal secara komprehensif, jika tidak, kita akan menemukan penghematan di satu
pihak namun menimbulkan dampak pemborosan di lain pihak.

1. Perencanaan Ruang dan Fasilitas (Space and Facility Planning)

Disini kita dapat membahas akan kebutuhan ruang seperti; berapakah luasan
ruang yang dibutuhkan, siapakah penghuninya (pimpinan atau bawahan),
kegiatan apa sajakah yang akan terjadi didalamnya. Lalu berapa banyak ruang
tersebut akan disediakan, apakah terbuka untuk umum atau tidak, fasilitas apa
saja disekelilingnya yang akan mendukung ruangan tersebut. Setelah kita
mendapatkan informasi tersebut, mulailah dengan letak dan aksesbilitas dari
ruang tersebut sehingga mudah terjangkau dan tidak merupakan territorial dari
suatu bagian.

Kegiatan yang akan berlangsung didalamnya juga menentukan fasilitas apa saja
yang dibutuhkan oleh penghuni dan yang akan disediakan, konsep eko
mengajarkan sebisa mungkin fasilitas yang akan disediakan dapat berbagi atau
disentralisasikan sehingga menghemat penggunaan ruang serta menghemat
pengadaan barang-barang inventaris yang akan digunakan didalamnya.

Dari sini kita akan dapat menghemat ruang yang akan digunakan dan
menghemat pula dalam pengunaan energi, air, dan material sehingga
mengurangi produksi sampah.

Seiring kemajuan jaman dimana sebagian besar peralatan dan perlengkapan


bisa di “sharing“ dan digunakan bersama maka ruangan-ruangan yang tidak
perlu dapat dieliminasi untuk menjadikannya lebih hemat. Hal ini dapat
memungkinkan untuk komunikasi yang terbuka antara karyawan dan manajer
mereka. Ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi di tempat
kerja. Hapus bilik dan pembatas sehingga menurunkan hambatan-hambatan
yang mencegah karyawan dari komunikasi dua arah. Desain kantor berdasarkan
fungsi, kemudahan penggunaan, tujuan ruang kantor dan tipe kerja yang akan
diwadahi. Buatlah pemusatan-pemusatan kecil di mana karyawan dapat
berkumpul dan mendiskusikan ide dalam ruang tersebut tanpa harus
memerlukan ruang rapat tertentu.

Peng-organsasian kegiatan didalam kantor saat ini juga dapat lebih sederhana
sehingga setiap kebutuhan yang berbeda-beda dapat disamakan solusi
penyelesaiannya. Yang tidak dapat disamakan hanya luasan ruang-ruang
tertentu untuk kedudukan yang tertentu pula serta jenis dan jumlah perabot/
furniture yang akan secara khusus juga penyediaannya.

Ditinjau dari desain tentunya lebih diutamakan melalui penyelesaian desain


harus yang mudah dalam pembuatan, pemasangan serta pemeliharaanya

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


dengan tidak banyak mengunakan media air, tenaga ataupun unsur kimia
tertentu.

Seperti halnya : ruang pimpinan, apakah diruang tersebut selalu diperlukan


sebuah ruang duduk, ruang rapat meja serta ruang istirahat yang selalu
terpisah? Ataukah kita dapat menerapkanya lebih fleksibel. Bahkan mungkin
open area atau hoteling system bagi mereka yang sering berada di luar kantor
dan hanya sesekali menggunakan tempat tersebut. Kesemuanya dapat dijadikan
pertimbangan dalam mendesain sehingga kita dapat menghemat :
a) Ruang dan unsur-unsur pendukungnya (seperti partisi, kusen, dan lain-
lain)
b) Jumlah penyekat, pintu serta jendela
c) Struktur pembentuk ruang, hal ini menentukan besarnya jarak antar balok
dan kolom utama dari suatu bangunan sehingga memungkinkan
pembentukan besaran suatu yang ruang yang akan dibentuk.

2. Jenis Bahan, Peralatan ataupun Material yang akan digunakan

Some expert said “Maximizing the use of the modern technology is a


characteristic of the green office”

Tentunya dengan kita mengetahui fasilitas dan kebutuhan ruang, kita dapat
mengatur sendiri jenis bahan bangunan yang akan digunakan. Hal tersebut juga
secara tidak langsung dapat memberikan kita pertimbangan yang matang dalam
pemakaian material yang ramah lingkungan, murah namun masih berkualitas
tinggi. Pertanyaannya adalah apakah material ramah lingkungan yang kita
gunakan sudah dapat benar-benar mengurangi pengunaan energi, air, sampah
dan dapat menghasilkan kwalitas udara yang baik di dalam suatu ruang. Kualitas
udara di suatu ruang menjadi sangat penting demi terciptanya tingkat kesehatan
yang tinggi bagi penghuni khususnya dalam bernafas. Material yang digunakan
tidak boleh sampai mempengaruhi atau bahkan mengganggu aktivitas, skala
gerak-gerik postur tubuh dan fungsi normal dari sistem pengindraan kita.

Sebisa mungkin material yang digunakan juga dapat memberikan nilai lebih
secara berkesinambungan seperti halnya mudah untuk di daur ulang, walaupun
mungkin kualitasnya akan sedikit menurun setelah mereka mengalami tahap
pendaur-ulangan. Namun yang terpenting adalah adanya pengurangan jumlah
pemakaian material baru.

Dengan kita menyiapkan segala sesuatunya dan memberikan sarana dan


prasarana yang menunjang maka pelaksanaan Eco Office ini akan dapat
tercapai.

Pelaksanaan tersebut dapat bersifat aktif maupun pasif. Contoh aktifnya: dalam
usaha pengurangan energi, kita dapat mengunakan penerangan buatan bola
lampu yang kita pakai sehari-hari dengan yang bola lampu yang hemat energi,
terlebih dapat pula digunakan sensor pengatur yang disesuaikan dengan jenis
kegiatan dan jumlah penghuni. Secara pasif dapat dengan cara lain seperti
meletakan ruang-ruang yang tidak digunakan setiap hari di area tengah,
sehingga ruang yang sering digunakan berada di tepi-tepi bangunan dekat

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


dengan jendela untuk memungkinkan terciptanya penghawaan alami dan
pencahayaan alami secara bersamaan.

Contoh lain mengenai isu penghematan energi dapat kita realisasikan dengan
menghemat air melalui penggunaan peralatan dan perlengkapan sanitair yang
hemat penggunaan air seperti penggunaan closet berbasis “water saving 4/3.5
liter saat flushing atau kran yang sekali tekan selama 3 detik otomatis padam
yang dapat digunakan di tempat-tempat pengambian air wudhu sehingga debit
air bekas dapat dikurangi.

Usahakan pembelian peralatan perkantoran yang tidak mengambil daya listrik


yang tinggi dan mengeluarkan energi panas yang tinggi pula ke dalam ruang
sehingga tidak membebani kerja pendingin ruangan.

3. Cara Penggunaan dan Operasinya

Dalam kita mengatur kantor diperlukan ada aturan yang akan mempengaruhi
cara kerja, perilaku kita sehari-hari. Tujuan juga perlu diperjelas sehingga sarana
dan prasarana yang dapat mendukung sudah dapat disiapkan sehingga bukan
hanya sekedar konsep semata menciptakan lingkungan yang hijau di
perkantoran perlu juga diterapkan manajemen yang mengatur dan mengajak
para penggunanya untuk menerapkan konsep hijau itu sendiri diantaranya
melaksanakan konsep 4R seperti : Reduce (pengurangan dalam penggunaan
produk yang terlalu banyak mengkomsumsi energy), Reuse (menggunakan
kembali segala sesuatunya sebelum benar-benar dibuang), Recycle (mendaur
ulang sampah dan limbah yang dihasilkan), dan Refuse (menghindari
penggunaan produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Disamping itu perlu
adanya kedisiplinan dalam waktu bekerja sehingga disarankan untuk
mengurangi bekerja diluar waktunya, sehingga konsumsi energi terhadap
peralatan pun tidak berlebihan.

4. PERILAKU

“Default behavior are designed into the space” each person is responsible for
locating the physical space necessary for one on one, team, or group interface.
Perubahan perilaku juga tidak kalah pentingnya karena merubah budaya kita
sehari hari menjadi dalam kehidupan untuk lebih hemat terhadap energi, air,
sampah dan pengunaan material tidak lah mudah. Ada satu kata bijak;
“Environmental elements fostering innovative behavior” (John E Tropman), yang
menerangkan bahwa perubahan sedikit apapun terhadap lingkungan dapat
berpengaruh terhadap perilaku yang terbentuk, ruang yang disediakan bukan
lagi sebagai wadah kegiatan namun sebagai tools untuk kebutuhan eksternal
dan internal ketika mencoba untuk menyeimbangkan kebutuhan klien. informasi
yang tersedia bukan lagi datang kepada kita namun kita yang akan
menjemputnya, segi arsitektur ruang yang tadinya kurang terlihat menjadi lebih
bermakna dan mempunyai identitas yang jelas, informasi yang tadinya hanya
kita simpan sekarang harus kita sebarkan untuk mendapatkan ide, saran dan
timbal balik untuk pengembangannya, social prescription mengalami perubahan
menuju social awareness, perilaku yang cenderung sedentary berubah menjadi
mobile, proses management by controling menjadi facilitated management

GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA


sehingga kita sebagai pemakai sangat dituntut untuk memiliki persepsi yang
sama dalam bersikap guna membangun teamwork, interaksi, komunikasi serta
tanggung jawab namun dalam porsi yang disesuaikan dengan budaya dan latar
belakang masing-masing.

Singkat kata, The environment has affected the business in many ways…..with
greater interaction of employees, decisions can be more quickly, which increase
efficiency and effectiveness, these character and the culture they reflect have
helped the company grow become a leader and to be consistently recognized.

Conclusion

In the future, architect and interior designer should expect to need the support of the
other experts, such as psychologist in multigenerational studies, a technology futurist or
an attraction and retention strategies. It is this specialist who will be able to identify and
address barriers to the optimal performance of the organization as it relates to specifics
area of expertise and thus, support the success of the architectural and design firm’s
workplace strategy. An interdisciplinary approach to designing the workplace
environment or even eco-office is important.

So, the green office, it’s not just setting the space....but how you use the space…..

Daftar Pustaka:

“Greenship Guidelines for New Building Version 1.0”, Green Building Council Indonesia,
June 2010

Heerwagen, J.K. Kelly and K.Kampschroer, Workplace Research: Changing Nature of


Organization – GSA, 2005

“New Adventures in Office Space : the Integrated W orkplace”,GSA 2002

Stegmeier, Diane, “Innovation in Office Design” the critical influence approach to


effective work environments: Wiley, 2008

Whiton, Sherril, “Elemets of Interior Design and Decoration”, J.B Lippincott Company,
New York,
1963
GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA
GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai