Anda di halaman 1dari 10

Submitted: 07-05-2015 p-ISSN: 2088-8139

Accepted : 28-05-2015 e-ISSN: 2443-2946


Published : 30-06-2015
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN


BEDAH
EVALUATION OF THE USE OF ANTIBIOTIC PROPHYLAXIS IN SURGERY PATIENTS
Sefi Megawati1), Fita Rahmawati2) dan Djoko Wahyono2)
2) Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi. Penggunaan antibiotik profilaksis di
rumah sakit merupakan pemberian antibiotik yang dilakukan sebagai upaya preventif untuk mencegah terjadinya ILO. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui besar angka kejadian ILO, persentase penggunaan antibiotik profilaksis yang rasional (kategori 0), jenis
ketidak rasionalan penggunaan antibiotik profilaksis (kategori I-V) dan hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan
antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO. Penelitian merupakan penelitian observasional mengunakan metode cross sectional.
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang. Analisa dan evaluasi data berupa analisis deskriptif untuk mengetahui jumlah ILO serta melihat rasionalitas
penggunaan antibiotik berdasarkan metode Van der Meer dan Gyssens serta analisa bivariat menggunakan metode Chi-square untuk
mengetahui hubungan antara jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO. Hasil penelitian
menunjukan bahwa besarnya angka kejadian ILO sebanyak 7 pasien (4,0%) dari 177 pasien. Penggunaan antibiotik yang rasional
0% dan jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik menurut kategori V (indikasi) sebanyak 4,0%, kategori IVA (efektifitas)
sebanyak 98,2%, kategori IVC (harga) sebanyak 5,9%, kategori IVD (spektrum) sebanyak 98,2%, kategori IIIA (durasi terlalu lama)
sebanyak 99,4%, kategori IIA (dosis) sebanyak 0,6%, dan kategori I (waktu pemberian) sebanyak 27,1%. Tidak ada hubungan antara
jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik profilaksis dengan infeksi luka operasi.

Kata kunci: Infeksi luka operasi, Antibiotik, Profilaksis

ABSTRACT

Surgical site infection (SSI) is one of the most common nosocomial infection. The use of antibiotic prophylaxis in hospitals
is an antibiotic treatment is done as a preventive measure to prevent SSI. This study aimed to detect incidence of surgical site
infection, determine the percentage of rational antibiotics prophylaxis (category 0), as well as of irrationality antibiotic prophylaxis
uses (category I-V) according to of Van der Meer and Gyssens method.The study also aimed to determine the relationship between
the type of irrationality antibiotic prophylaxis uses and incidence of SSI. This study was an observational study using cross sectional
method. Data collected both retrospectively and prospectively during the period November 2014 to February 2015 at the Islamic
Hospital Sultan Agung Semarang. The data were analyzed descriptively to determine incidence of SSi and and bivariate analysis
using Chi-square to determine the relationship between the type of irrationality antibiotic prophylaxis uses and incidence of SSI. The
result showed that incidence of surgical site infection was 7 patient (4.0%) from 177 patients. Rational antibiotic use 0% and the
type irrationality antibiotic use was category V (indication) was 4.0%, category IVA (Efficacy) 98.2%, category IVC (price) 5.9%,
category IVD (spectrum) 98.2%, category IIIA (duration is too long) 99.4%, category IIA (dose) 0.6%, and category I (timing) 27.1%
There was no relationship between the type of irrationality antibiotic prophylaxis use and incidence of surgical site infection.

Keywords: surgical site infection, antibiotic, prophylaxis

PENDAHULUAN
Infeksi luka operasi (ILO) merupakan karena infeksi ini (Mauger et al., 2014). Angka
salah satu infeksi nosokomial yang sering infeksi nosokomial di Indonesia terus
terjadi. Infeksi ini dapat menyebabkan meningkat, hasil survei rumah sakit di DKI
ketidakmampuan fungsional, stress, penurunan Jakarta yang dilakukan oleh Perhimpunan
kualitas hidup pasien dan menimbulkan Pengendalian Infeksi Indonesia dan Rumah
masalah ekonomi (Ducel et al., 2002). Pada Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Suliati Saroso
tahun 2002 Centers for Disease Control and Jakarta pada tahun 2003 mendapatkan angka
Prevention (CDC) memperkirakan angka infeksi nosokomial untuk ILO adalah 18,9%,
kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit 1,7 (Depkes RI, 2008).
juta orang dan sekitar 99.000 orang meninggal Evaluasi penggunaan obat, khususnya
Korespondensi antibiotik merupakan salah satu bentuk
Sefi Megawati, S. Farm., Apt. tanggung jawab apoteker di lingkungan rumah
Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada
Jalan Sekip Utara Yogyakarta sakit dalam rangka mempromosikan
Email : sefi.megawati@gmail.com penggunaan antibiotik yang rasional
HP : 085640500159

127
Volume 5 Nomor 2 – Juni 2015

(Siregar dan Kumolosasi, 2006). Berbagai yang tidak dapat diikuti perkembangannya
penelitian membuktikan bahwa apoteker selama 30 hari dan pasien bedah dengan
mempunyai peran penting dalam meningkatkan pemasangan implant.
kualitas penggunaan antibiotik (Arnold et al.,
2004; Hand, 2007). Penelitian Saraswati (2013) HASIL DAN PEMBAHASAN
mengenai evaluasi penggunaan antibiotik Infeksi luka operasi merupakan infeksi
profilaksis pada pasien bedah sesar nosokomial yang terjadi dalam 30 hari jika tidak
menunjukkan hasil bahwa penggunaan menggunakan implant atau dalam 1 tahun jika
antibiotik profilaksis tidak terdapat kategori 0 menggunakan implant (Wilmore, 2003).
berdasarkan metode Van der Meer dan Gyssens, Penentuan infeksi luka operasi berdasarkan
penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat informasi dari pasien melalui telepon dan
jenis antibiotik yaitu 25,61%, tepat rute catatan rekam medis pasien. Kriteria terjadinya
pemberian yaitu 100%, tepat dosis, frekuensi infeksi luka operasi adalah jika setidaknya
dan durasi yaitu 5,49%. terdapat satu dari kriteria berikut yaitu adanya
Berdasarkan fakta yang disebutkan cairan purulen (pus), terdapat minimal satu dari
maka perlu dilakukan suatu penelitian tanda-tanda infeksi seperti nyeri, bengkak,
mengenai evaluasi penggunaan antibiotik panas dan didapatkan hasil kultur positif.
profilaksis pada pasien bedah di Rumah Sakit Selama penelitian infeksi luka operasi terjadi
Islam Sultan Agung Semarang menggunakan pada 7 pasien (4,0%) dari 177 pasien.
metode Van der Meer dan Gyssens. Penelitian Angka kejadian infeksi luka operasi di
dilakukan di RSI Sultan Agung Semarang RSI Sultan Agung cukup kecil jika dibandingkan
karena di RSI Sultan Agung Semarang belum dengan hasil survey di rumah sakit DKI Jakarta
pernah dilakukan penelitian mengenai evaluasi yang dilakukan pada tahun 2003 mendapatkan
penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien angka infeksi luka operasi sebesar 18,9%
bedah. (Depkes RI, 2008). Banyak faktor yang
berpengaruh terhadap risiko terjadinya infeksi
METODE luka operasi, faktor risiko yang dievaluasi pada
Rancangan penelitian ini adalah cross penelitian ini meliputi karakteristik pasien,
sectional, pengambilan data dilakukan secara karakteristik pembedahan dan faktor-faktor lain
retrospektif yaitu data bulan November sampai yang terkait dengan kejadian infeksi luka
Desember 2014 dan secara prospektif yaitu data operasi. Distribusi pasien ILO dan tidak ILO
bulan Januari sampai Februari 2015. Data berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada
dikumpulkan dari rekam medik pasien yang Tabel I.
menjalani rawat inap dan tindakan pembedahan Tabel I menunjukkan tidak terdapat
di RSI Sultan Agung Semarang. Adapun kriteria hubungan bermakna antara faktor risiko dengan
inklusi adalah pasien yang mendapatkan kejadian ILO (p>0,05). Pada penelitian ini pasien
antibiotik profilaksis dan menjalani operasi serta laki-laki yang menjalani pembedahan sebanyak
rawat inap di bangsal bedah umum dan bangsal 11 dan yang terkena ILO sebanyak 1 pasien
bedah obgyn RSI Sultan Agung Semarang, (9,1%) sedangkan pasien perempuan yang
bersedia sebagai subyek penelitian, sedangkan menjalani pembedahan sebanyak 166 pasien dan
kriteria eksklusi penelitian meliputi pasien yang terkena ILO sebanyak 6 pasien (3,6%),
dengan data medis tidak lengkap karena tidak menurut Fitriyastantir dan Sulchan (2003)
dapat dievaluasi rasionalitas penggunaan pesentase terjadinya ILO lebih banyak pada laki-
antibiotik berdasarkan metode Van der Meer laki hal ini diduga berkaitan dengan kebersihan
dan Gyssens, pasien yang menjalani rawat inap diri pribadi pasien yang kurang terjaga.
dan meninggal dunia kurang dari 48 jam, pasien

128
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Tabel I. Distribusi Pasien ILO dan tidak ILO Berdasarkan Faktor Risiko
ILO Tidak ILO
Faktor Risiko Nilai p
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 1 9,1 10 90,9 0,367
Perempuan 6 3,6 160 96,4
Total 7 4,0 170 96,0
Umur
15-60 tahun 7 4,0 167 96,0 1,000
≥ 60 tahun 0 0 3 100
Total 7 4,0 170 96,0
Lama Perawatan Sebelum Operasi
> 3hari 1 50 1 50 0,078
≤ 3hari 6 3,4 169 96,9
Total 7 4,0 170 96,0
Jenis Operasi
Emergensi 2 4,7 41 95,3 0,678
Elektif 5 3,7 129 96,3
Total 7 4,0 170 96,0
Kelas Operasi
Bersih Terkontaminasi 6 3,6 163 96,4 0,281
Bersih 1 12,5 7 87,5
Total 7 4,0 170 96,0
Lama Operasi
≥1 jam 4 6,3 59 93,7 0,248
< 1jam 3 2,6 111 97,4
Total 7 4,0 170 96,0
Nilai ASA
<3 6 3,4 168 96,6 0,115
≥3 1 33,3 2 66,7
Total 7 4,0 170 96,0
Penyakit penyerta

Dengan penyakit penyerta 1 4,3 22 95,7


1,000
Tanpa penyakit penyerta 6 3,9 148 96,1
Total 7 4,0 170 96,0
Status gizi
Normal 6 3,9 147 96,1 1,000
Tidak normal 1 4,2 23 95,8
Total 7 4,0 170 96,0
Fisher’s Exact Test, p bermakna bila nilai p<0,05

Umur merupakan faktor risiko pasien dalam perawatan di rumah sakit sebelum
terjadinya ILO, pada usia lanjut terjadi menjalani operasi. Pasien dengan perawatan
peningkatan kejadian ILO karena menurunya sebelum operasi yang lebih lama akan
pertahanan tubuh (Mayhall, 1993). Berdasarkan meningkatkan risiko kontaminasi kuman serta
penelitian ini pasien dengan umur ≥60 tahun menurunnya daya tahan tubuh diduga menjadi
hanya 3 pasien dengan status gizi normal faktor risiko signifikan untuk terjadinya ILO
sehingga tidak terjadi ILO. Lama perawatan (Mayhall, 1993). Jenis operasi dan kelas operasi
sebelum operasi adalah waktu yang dibutuhkan juga mempengaruhi terjadinya ILO. Penyebab

129
Volume 5 Nomor 2 – Juni 2015

naiknya kejadian ILO berkaitan dengan jenis Antibiotik profilaksis adalah antibiotik
operasi, bahwa jenis operasi elektif dapat yang diberikan kepada pasien bedah sebelum
mengurangi risiko kejadian infeksi luka operasi, dilaksanakannya pembedahan dengan tujuan
karena pemeriksaan prabedah yang dapat untuk mencegah terjadinya infeksi luka operasi,
dilakukan dengan cermat. Pasien yang mengurangi biaya, morbiditas dan mortalitas
mengalami ILO dengan kelas operasi bersih (Bratzler et al., 2013). Antibiotik profilaksis pada
sebanyak 1 pasien (12,5%) dan 6 pasien (3,6%) tindakan bedah diberikan sebelum adanya tanda
dengan kelas operasi bersih terkontaminasi. dan gejala suatu infeksi dengan tujuan untuk
Berdasarkan uji statistik menunjukkan tidak ada mencegah terjadinya manifestasi klinik infeksi
hubungan antara jenis dan kelas operasi dengan yang diduga akan atau dapat terjadi (Kemenkes,
angka kejadian ILO (p>0,05). Lama operasi 2011). Penggunaan antibiotik harus dilakukan
adalah waktu saat irisan pertama sampai evaluasi untuk mengetahui penggunaan
penutupan luka operasi dan merupakan faktor antibiotik rasional atau tidak. Evaluasi antibiotik
penting sebagai salah satu faktor risiko ini didefinisikan sebagai analisis kesesuaian
terjadinya infeksi luka operasi. Pada penelitian peresepan individual dan merupakan metode
ini, ILO lebih banyak terjadi pada pasien dengan lengkap untuk menilai seluruh aspek terapi
lama operasi ≥1 jam karena semakin lama (Arnold et al., 2004). Penggunaan antibiotik yang
waktu operasi akan semakin banyak tidak rasional dapat mengakibatkan dampak
mikroorganisme yang mengkontaminasi luka negatif yaitu munculnya masalah resistensi
dan lebih banyak kesempatan bakteri dalam terutama resistensi kuman terhadap banyak obat
ruang operasi masuk kedalam luka operasi. (multidrug-resistance). Hal ini mengakibatkan
Penyakit penyerta pada penelitian ini pengobatan menjadi tidak efektif, peningkatan
adalah hipertensi dan anemia, infeksi luka morbiditas maupun mortalitas pasien dan
operasi terjadi pada 1 pasien (4,3%) dengan meningkatnya biaya perawatan kesehatan
penyakit penyerta yaitu anemia dan infeksi luka (Dertarani, 2009).
operasi terjadi pada 1 pasien (4,2%) dengan Evaluasi penggunaan antibiotik
status nutrisi tidak normal (overweight). Anemia menggunakan metode Van der Meer dan
adalah sebuah kondisi saat jumlah sel darah Gyssens karena metode ini lebih spesifik dengan
merah atau kadar hemoglobin (protein mengevaluasi setiap parameter penting yang
pembawa oksigen) dalam sel darah merah terkait dengan penggunaan antibiotik yang
berada di bawah normal. Penelitian di rumah meliputi: indikasi, efektifitas, keamanan, harga
sakit Moewardi Surakarta menunjukkan adanya dan spektrum. Selain itu juga dievaluasi lama
hubungan kadar hemoglobin pasien dengan pengobatan, dosis, interval dan rute pemberian
penyembuhan luka operasi (Vinaya, 2009). serta waktu pemberian (Gyssens, 2005). Evaluasi
Kesembuhan luka operasi sangat dipengaruhi penggunaan antibiotik dilakukan pada 177
oleh suplai oksigen dan nutrisi dalam jaringan. regimen antibiotik, 7 antibiotik diantaranya
Oksigen yang berikatan dengan molekul protein tidak diindikasikan atau termasuk kategori V
hemoglobin diedarkan ke jaringan dan sel-sel sedangkan 170 antibiotik diindikasikan
tubuh melalui sistem peredaran darah. Oksigen penggunaannya. Dari 170 regimen antibiotik
ini berfungsi selain untuk oksidasi biologi juga kemudian dievaluasi mengenai efektifitas,
oksigenasi jaringan sedangkan hemoglobin keamanan, harga, spektrum, durasi, dosis,
merupakan molekul protein di dalam sel darah interval, rute dan waktu pemberian. Persentase
merah yang bergabung dengan oksigen dan ketidakrasionalan penggunaan antibiotik yang
karbon dioksida untuk diangkut melalui sistem paling besar adalah pada kategori IVA, IIIA, dan
peredaran darah ke sel-sel dalam tubuh (Tran et IVD. Hasil evaluasi penggunaan antibiotic
al., 2000). Hasil uji statistik menunjukkan tidak profilaksis dapat dilihat pada Tabel II.
ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian infeksi luka operasi (p>0,05).

130
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

Tabel II. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis berdasarkan Metode Van Der Meer dan
Gyssens
Alur Van der Meer dan Gyssens Jumlah N=177 Persentase (%)
Penggunaan antibiotik tidak tepat indikasi
V (antibiotik tidak diindikasikan) 7 4,0
Penggunaan antibiotik tepat indikasi n=170
IVA (ada antibiotik yang lebih efektif) 167 98,2
IVB (ada antibiotik kurang toksik) 0 0
IVC (ada antibiotik lebih murah) 10 5,9
IVD (ada antibiotik spektrum sempit) 167 98,2
IIIA (durasi terlalu lama) 169 99,4
IIIB (durasi terlalu singkat) 0 0
IIA (tidak tepat dosis) 1 0,6
IIB (tidak tepat interval pemberian) 0 0
IIC (tidak tepat rute pemberian) 0 0
I (tidak tepat waktu pemberian) 46 27,1
0 (rasional) 0 0

Antibiotik profilaksis yang termasuk penggunaan antibiotik profilaksis dengan harga


kategori V adalah antibiotik profilaksis yang yang lebih mahal dari harga sefazolin.
tidak ada indikasi penggunaannya. Penggunaan Penggunaan antibiotik profilaksis dengan harga
antibiotik yang tidak tepat indikasi terjadi pada lebih mahal paling banyak terjadi pada pasien
7 pasien (4,0%) yaitu pada pembedahan umum dengan pemberian obat paten atau
hemorroidektomi, ekstirpasi lipoma (head and sefalosporin generasi ketiga (seftazidim).
neck), debridemen dan eksisi kista. Pada Penggunaan antibiotik profilaksis yang
pembedahan bersih tidak direkomendasikan termasuk kategori IVD (ada antibiotik lain
penggunaan antibiotik profilaksis kecuali pada dengan spektrum sempit) sebanyak 167 (98,2%)
pembedahan jantung, mata dan sendi. karena sebagian besar pasien mendapatkan
Kecenderungan para praktisi medis tetap antibiotik profilaksis dengan spektrum luas
memberikan antibiotik profilaksis pada yaitu sefalosporin generasi ketiga, bukan
pembedahan bersih yang tidak diindikasikan sefalosporin generasi pertama atau kedua.
antibiotik profilaksis karena pertimbangan Antibiotik profilaksis yang diberikan
kondisi ruang operasi dan perawatan luka sefalosporin generasi ketiga karena
operasi sehingga kekhawatiran akan tingginya kekhawatiran adanya resistensi antibiotik
kontaminasi mungkin juga terjadi pada pasien generasi pertama, pola kuman pada ruang
dengan pembedahan bersih. pembedahan dan perawatan. Penggunaan
Pemberian antibiotik profilaksis yang antibiotik profilaksis yang termasuk kategori
termasuk kategori IVA tidak rasional karena ada IIIA (durasi terlalu lama) sebanyak 169 (99,4%)
antibiotik lain yang lebih efektif berdasarkan dengan durasi lebih dari 24 jam. Penggunaan
guideline. Adanya jenis pengunaan antibiotik antibiotik profilaksis diberikan lebih dari 24 jam
profilaksis kategori IVA karena penggunaan karena kekhawatiran terhadap keadaan luka
antibiotik profilaksis didominasi dengan operasi, perawatan pasca bedah dan sumber-
penggunaan antibiotik sefalosporin generasi sumber infeksi lainnya yang dapat memicu
ketiga sedangkan berdasarkan Kemenkes RI terjadinya infeksi luka operasi (Desiyana et al.,
(2011) merekomendasikan sefalosporin generasi 2008).
pertama atau kedua. Pemberian antibiotik Infeksi luka operasi juga dapat
profilaksis yang termasuk kategori IVC tidak disebabkan oleh flora endogen dari kulit pasien,
rasional karena ada antibiotik lain yang selaput lendir atau viscera. Ketika selaput lendir
memiliki harga yang lebih murah. Berdasarkan atau kulit diinsisi, maka jaringan akan beresiko
tabel II, antibiotik profilaksis yang termasuk terkontaminasi dengan flora normal yang
dalam kategori IVC adalah 10 (5,9%) yaitu umumnya bakteri aerob gram positif kokkus

131
Volume 5 Nomor 2 – Juni 2015

(misalnya Staphylococci) tapi dapat juga antibiotik yang diperlukan yaitu dikisaran MEC
disebabkan oleh bakteri anaerob dan gram (Minimum Effective Concentration) dan MTC
negatif (aerob) ketika insisi dibuat dekat daerah (Minimum Toxic Concentration). Pemberian
perineum. Sefalosporin generasi ketiga memiliki antibiotik profilaksis akan lebih optimal apabila
aktifitas yang kurang terhadap infeksi regimen dosis yang diberikan mampu
Staphylococcus dibandingkan dengan sefazolin membunuh atau menghambat perkembangan
sehingga sefalosporin generasi ketiga tidak bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi
boleh digunakan untuk profilaksis infeksi luka pada luka operasi (Avenia et al., 2009).
operasi (Vessal et al.,2011), tetapi sebuah Penggunaan antibiotik profilaksis yang
penelitian lain menunjukkan tidak ada termasuk kategori I (tidak tepat waktu)
perbedaan yang signifikan antara efektivitas sebanyak 46 antibiotik (27,1%). Ketidaksesuaian
sefalosporin generasi pertama dibandingkan waktu pemberian antibiotik profilaksis
sefalosporin generasi kedua dan ketiga sebagai disebabkan antibiotik profilaksis sefazolin
antibiotik profilaksis dalam mengurangi diberikan lebih dari 1 jam sebelum insisi, untuk
terjadinya infeksi luka operasi. Selain itu tidak sefotaksim diberikan lebih dari 90 menit
ada bukti bahwa antibiotik dengan spektrum sebelum insisi, seftriakson diberikan lebih dari 2
lebih luas menghasilkan lebih besar keberhasilan jam sebelum insisi. Pemberian antibiotik
dalam mengurangi morbiditas infeksi pada profilaksis haruslah tepat sehingga menjamin
pasien bedah sectio caesar (Palikhe dan Pokharel, tercapainya kadar yang tinggi atau optimal
2003). didalam serum dan jaringan pada saat insisi,
Penggunaan sefalosporin generasi kadar ini harus dipelihara selama operasi
ketiga terlalu sering sebagai antibiotik berlangsung. Apabila prosedur pembedahan
profilaksis bedah dapat menyebabkan terjadinya lebih lama dari waktu paruh antibiotik yang
Methicillin-resisten Staphylococcus aureus (MRSA), diberikan, maka pemberian antibiotik tersebut
Extended Spektrum-beta lactamase (ESBL), dapat diulang selama operasi berlangsung.
Vankomisin-resisten Enterococci (VRE) dan dapat Dalam studi Classen et al., (1992)
menjadi ancaman potensial dalam resistensi membandingkan potensi pemberian antibiotik
sehingga perlu meningkatkan kewaspadaan profilaksis dari berbagai saat pemberian yaitu 2-
dalam pemilihan antibiotik profilaksis bedah 24 jam prabedah, 2 jam prabedah, 3 jam pasca
(Oh et al., 2014). Dalam penelitian Oh et al., bedah dan 2-24 jam pasca bedah meliputi 2847
(2012) di Departemen Bedah, Rumah Sakit pasien yang menjalani operasi bersih dan bersih
Sarawak 23% dari kasus penggunaan antibiotik terkontaminasi. Hasil yang diperoleh yaitu
profilaksis diberikan lebih dari 24 jam pasca risiko terendah terjadinya infeksi luka operasi
operasi, dengan 60% untuk alasan yang tidak adalah pasien yang menerima profilaksis 2 jam
diketahui. Di Amerika, lebih dari separuh pasien sebelum operasi (0,6%), 2-24 jam sebelum bedah
(59,3%) antibiotik profilaksis diberikan lebih dari (1,4%) dan selanjutnya 3 jam pasca bedah (3,3%)
24 jam setelah operasi berakhir (Larson et al., dan > 3 jam (3,8%).
1999). Penelitian Yalcin (2007) di Rumah Sakit Hasil analisa bivariat dalam penelitian
Turki sebagian besar (71%) pasien menerima menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
antibiotik profilaksis lebih dari satu hari dan di jenis ketidakrasionalan penggunaan antibiotik
rumah sakit Belgia penggunaan antibiotik profilaksis dengan kejadian ILO (p>0,05). Pasien
profilaksis lebih dari 2 hari yaitu 23% dan yang bedah dengan penggunaan antibiotik yang tidak
lebih dari empat hari adalah 8% (Kurz et al., rasional tidak terjadi ILO karena antibiotik
1996). profilaksis yang diberikan dengan spektrum
Penggunaan antibiotik profilaksis yang yang lebih luas yang dapat mencakup bakteri
termasuk kategori IIA (tidak tepat dosis) gram positif dan negatif penyebab ILO serta
sebanyak 1 (0,6%). Penentuan kesesuaian dosis penggunaan antibiotik dengan durasi yang lebih
tersebut pada dasarnya ditetapkan pada range lama yang dapat mencegah kontaminasi bakteri
dosis yang masuk dalam indeks terapi dari di ruang perawatan.

132
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

KESIMPULAN Dertarani, V., 2009, Evaluasi Penggunaan


Angka kejadian infeksi luka operasi pada Antibiotik Berdasar Kriteria Gyssens
periode November 2014-Februari 2015 di RSI Pasien Rawat Inap Kelas III di Bagian
Sultan Agung Semarang adalah sebesar 4,0% (7 Bedah RSUP Dr Kariadi Periode Agustus-
pasien) dari 177 pasien yang menjalani Desember 2008, Tesis, UNDIP, Semarang.
pembedahan dengan penggunaan antibiotik Desiyana, L.S., Soemardi, A., dan Radji, M.,
profilaksis yang tidak rasional berdasarkan 2008, Evaluasi Penggunaan Antibiotik
kriteria Van der Meer dan Gyssens V 7 antibiotik Profilaksis di Ruang Bedah Rumah Sakit
(4,0%); kategori IVA 167 antibiotik (98,2%); Kanker “Dharmais” Jakarta dan
kategori IVC 10 antibiotik (5,9%), kategori IVD Hubungannya dengan Kejadian Infeksi
167 antibiotik (98,2%), kategori IIIA 169 Daerah Operasi, Indonesian Journal of
antibiotik (99,4%), kategori IIA 1 antibiotik Cancer,4: 126-131.
(0,6%), kategori I 46 antibiotik (27,1%) dan tidak Ducel, G., Fabry, J., Nicolle, L., et al., 2002,
ada hubungan antara jenis ketidakrasionalan Prevention of Hospital Acquired Infections: a
penggunaan antibiotik profilaksis dengan Practical Guide, WHO, Malta
infeksi luka operasi (p>0,05). Fitriyastantir, D., dan Sulchan, M., 2003,
Beberapa Faktor yang Terkait dengan
DAFTAR PUSTAKA Kejadian Infeksi Nosokomial Luka Operasi
Arnold, F. W., McDonald, L.C., Newman D., di RSUD Kota Semarang Tahun 2003,
Smith R.S., Ramirez, J.A., 2004, Improving Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1 (1):
Antimicrobial Use: Longitudinal Assesment 38-44.
of an Antimicrobial Team Including a Clinical Gyssens, I.C., 2005, Audits for Monitoring the
Pharmacist, Journal of Managed Care Quality of Antimicrobial Prescriptions,
Pharmacy, 10 (2): 152-158. Gould, I.M., dan Meer, J.W.M., Antibiotic
Avenia, N., Sanguinetti, A., Cirocchi, R., Policies, Springer: New York, hal. 197–226.
Docimo, G., Ragusa, M., Ruggiero, R., et Hand, K., 2007, Antibiotic Pharmacists in the
al., 2009, Management of Complications Ascendancy, Journal of Antimicrobial
After Laparoscopic Niscea Fundoplication: Chemotherapy, 60 (1): 73–76.
A Surgeons Perspective, Annals of Surgical Kemenkes RI, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan
Innovation and Research, 3 (1): 1-9. Republik Indonesia Nomor 2406 tahun 2011,
Bratzler, D.W., Dellinger, E.P., Olsen, K.M., Perl, Kementerian Kesehatan Republik
T.M., Auwaerter, P.G., Bolon, M.K., et al., Indonesia, Jakarta.
2013, Clinical Practice Guidelines for Kurz, X., Mertens, R., Ronveaux, O., 1996,
Antimicrobial Prophylaxis in Surgery, Antimicrobial Prophylaxis in Surgery in
American Journal of Health System Pharmacy, Belgian Hospitals: Room for Improvement,
70 (3): 195–283. The European Journal of Surger Acta
Classen, D.C., Evans, R.S., Pestotnik, S.L., Horn, Chirurgica, 162 (1): 15–21.
S.D., Menlove, R.L., dan Burke, J.P., 1992, Larson, E.L., Pearson, M.L., Lee, M., 1999,
The Timing of Prophylactic Guideline for Prevention of Surgical Site
Administration of Antibiotics and The Infection, Infection Control Hospital
Risk of Surgical-Wound Infection, The New Epidemiology, 20 (4): 248–264.
England Journal of Medicine, 326 (5): 281– Mauger, B., Marbella, A., Pines, E., Chopra, R.,
286. Black, E.R., Aronson, N., 2014,
Depkes RI, 2008, Pedoman Manajerial Pencegahan Implementing Quality Improvement
Dan Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Strategies to Reduce Healthcare-
Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Associated Infections: A Systematic
Departemen Kesehatan Republik Review, American Journal of Infection
Indonesia, Jakarta. Control, 42 (10): 274–283.

133
Volume 5 Nomor 2 – Juni 2015

Mayhall, C.G., 1993, Surgical Infections Tran, T.S., Jamulitrat, S., Chongsuvivatwong, V.,
Including Burns. Prevention and Control of dan Geater, A., 2000, Risk Factors for Post
Nosocomial Infections, 2nd ed, Williams and Cesarean Surgical Site Infection, Obstetrics
Wilkins, Baltimore. and Gynecology, 95 (3): 367–371.
Oh, A.L., Goh, L.M., Azim, N.A.N., Tee, C.S., Vessal, G., Namazi, S., Davarpanah, M.A., dan
Phung, C.W.S., 2014, Antibiotic Usage in Foroughinia, F., 2011, Evaluation of
Surgical Prophylaxis: A Prospective Prophylactic Antibiotic Administration at
Surveillance of Surgical Wards at A The Surgical Ward of a Major Referral
Tertiary Hospital in Malaysia, The Journal Hospital, Islamic Republic of Iran, Eastern
of Infection in Developing Countries, 8 (2): Mediterranean Health Journal, 17 (8): 663-668
193–201. Vinaya, R.E., 2009, Hubungan Kadat
Palikhe, N. dan Pokharel, A., 2003, Prescribing Hemoglobin dengan Penyembuhan Luka
Regimes of Prophylactic Antibiotic Used in Post Sectio Caesarea (SC) di Ruang Mawar
Different Surgeries, Kathmandu University I RSUD DR. Moewardi Surakarta, Tesis,
Medical Journal (KUMJ), 2 (3): 216–224. Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Saraswati, N., 2013, Evaluasi Kualitas Surakarta.
Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Wilmore, D.W., 2003, ACS Surgery: Principles and
Pasien Bedah Sesar di Rumah Sakit Ibu Practice, WebMD Corporation, California.
dan Anak Sakina Idaman Yogyakarta Yalcin, A.N., Erbay, R.H., Serin, S., Atalay, H.,
Periode Januari-Desember 2012, Skripsi, Oner, O., Yalcin, A.D., 2007, Perioperative
UGM, Yogyakarta. Antibiotic Prophylaxis and Cost in a
Siregar, C.J., dan Kumolosasi, E., 2006, Farmasi Turkish University Hospital, Le Infezioni in
Klinik Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Medicina, 15 (2): 99–104.
Kedokteran EGC, Jakarta.

134

Anda mungkin juga menyukai