Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
Ind
p
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
362.1
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Kesehatan Masyarakat
Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2018
ISBN 978-602-416-394-5
ii
PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK JALANAN
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Kesehatan Keluarga
Jakarta, 2018
Penasehat
dr. Eni Gustina, MPH (Direktur Kesehatan Keluarga)
Penanggung Jawab
dr. Christina Manurung, MKM (Kepala Subdit Kesehatan Usia
Sekolah dan Remaja)
Tim Penyusun
dr. Linda Siti Rohaeti, MKM
dr. Ni Made Diah Permata, MKM
dr. Stefani Christanti
Putu Ayu Merry Antarina, SKM
dr. Florentine Marthatilova
Sari Angreani, SKM
Sri Hasti
dr. Erni Risvayanti, M.Kes
Maya Raiyan, M.Psi
Evasari Ginting, SKM
Hana Shafiyyah Z., SKM
Putu Krisna Saputra, SKM
Desi Widi Astuti, SKM
Sartiyem, SKM
Hadi Mulyono, S.Kom
iii
Kontributor
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Kementerian Sosial
Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi, Ditjen PAS,
Kementerian Hukum dan HAM
Direktorat Pendidikan Khusus Layanan Khusus, Kemendikbud
Direktorat Pencatatan Sipil, Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil,
Kementerian Dalam Negeri
Direktorat Pondok Pesantren, Kementerian Agama
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Pusat Data dan Informasi
Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan
Pusat Analisis Determinan Masalah Kesehatan
Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Direktorat Gizi Masyarakat
Direktorat Kesehatan Lingkungan
Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan
Direktorat P2 Penyakit Tidak Menular
Direktorat P2 Penyakit Menular Langsung
Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat, Setdijen
Kesehatan Masyarakat
Satgas Perlindungan Anak IDAI (perwakilan DKI Jakarta)
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
Puskesmas Duren Sawit
Puskesmas Cengkareng
Puskesmas Tebet
Puskesmas Cakung
Puskesmas Pademangan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Puskesmas Medokan Ayu Surabaya
iv
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Dinkes Kabupaten Bogor
UPT Puskesmas Kecamatan Cibinong
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Dinkes Kota Medan
Puskesmas Kota Medan
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh
Dinkes Kota Banda Aceh
Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Prof. Irwanto, PhD.
Dr Anasrul SR (Fasilitator PKPR)
Rumah Singgah Himmata
Panti Parapattan
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama, Jakarta Barat
Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3, Jakarta Timur
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya, Jakarta Timur
WHO, MSF, Save The Children, UNICEF
Diterbitkan Oleh :
Kementerian Kesehatan RI
v
KATA PENGANTAR
Anak jalanan merupakan salah satu kelompok anak yang
rentan terhadap masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan perhatian dan pelayanan kesehatan.
Walaupun jumlah mereka kecil, tapi mereka berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dengan
anak-anak yang lain, sesuai dengan amanat UUD 45 pasal
34 bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
Negara. Selain itu Undang Undang No 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak juga mengisyaratkan bahwa
perlindungan anak harus bisa menjamin dan melindungi
anak dan hak-hak nya agar dapat hidup, tumbuh
berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Untuk menjamin pemenuhan hak dimaksud, sekaligus
dalam rangka mendorong upaya peningkatan status
kesehatan anak jalanan, maka disusunlah Pedoman
Pelayanan Kesehatan bagi Tenaga Kesehatan, sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Diharapkan buku ini dapat digunakan sebagai panduan
bagi tenaga kesehatan di lapangan dalam memberikan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan anak jalanan, dan
melakukan pembinaan pemberdayaan anak jalanan agar
tahu, mau dan mampu meningkatkan dan
mempertahankan perilaku hidup bersih dan sehat.
vi
Kami mengucapkan banyak terima kasih untuk semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu atas
semua kontribusinya, serta penghargaan yang setinggi
tingginya atas kerjasamanya selama proses revisi buku
pedoman ini. Kami menyadari buku ini masih jauh dari
sempurna, oleh karenanya kritikan dan masukan dari
pelaksana di lapangan sangat diharapkan untuk
melengkapi dan menyempurnakannya.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN……………………… 1
A. Latar Belakang……………………………. 2
B. Keadaan dan Masalah………………........... 5
1. Demografi……………………………… 5
2. Kategori Anak Jalanan………………… 8
3. Masalah Kesehatan……………………. 9
4. Faktor Penyebab……………………….. 15
C. Pengertian……………………….………… 18
D. Ruang Lingkup……………………………. 23
E. Dasar Hukum……………………………… 23
F. Tujuan……………………………………… 25
G. Sasaran …………………………………… 26
BAB II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI………. 27
A. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan 28
B. Strategi dan Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Anak Jalanan……………………………… 29
BAB III. PELAYANAN KESEHATAN BAGI
ANAK JALANAN…………………………… 43
A. Sistem Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan. 46
1. Pelayanan Kesehatan di Dalam Gedung. 46
2. Pelayanan Kesehatan di Luar Gedung… 52
B. Langkah Langkah Pendampingan Anak Jalanan 58
C. Penanganan Masalah Kesehatan Spesifik
pada Anak Jalanan……………………….. 62
D. Mekanisme Rujukan dan Rujuk Balik……. 78
viii
BAB IV. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN.. 79
A. Pencatatan dan Pelaporan…………………. 80
B. Monitoring dan Evaluasi………………….. 83
C. Indikator…………………………………… 84
BAB V. PENUTUP……………………………… 87
LAMPIRAN……………………………………… 89
Lampiran 1 : Daftar Singkatan……………..… 90
Lampiran 2 : Contoh Materi Penyuluhan……. 92
Lampiran 3 : Kohort Pelayanan Kesehatan Balita
dan Pra Sekolah………………… 94
Lampiran 4: Register Pelayanan Kesehatan Anak
di Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA)………………… 96
Lampiran 5 : Register Pelayanan Kesehatan
Remaja………………………….. 97
Lampiran 6 : Laporan Bulanan Pelayanan
Kesehatan Remaja…………….. 98
Lampiran 7 : Laporan Bulanan Pelayanan
Kesehatan Anak Jalanan/Terlantar
di LKSA………………………… 102
Lampiran 8 : Laporan Bulanan Pelayanan
Kesehatan Anak Jalanan/Terlantar
di Puskesmas…………………….. 103
Lampiran 9 : Instrumen Pemantauan Pelayanan
Kesehatan Anak di Panti (LKSA).. 105
DAFTAR PUSTAKA……………………………... 109
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan sebagai salah satu
aspek penting pembangunan bangsa diarahkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
rangka mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sehingga upaya pembangunan bidang
kesehatan harus dilaksanakan sejak dini dengan
memperhatikan proses tumbuh kembang anak sesuai
siklus kehidupannya.
2
dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal, sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Dengan demikian anak
jalanan yang merupakan bagian dari golongan anak
terlantar termasuk kelompok yang menjadi tanggung
jawab negara. Sebagai bagian dari anak bangsa,
keberadaan anak jalanan perlu mendapat perhatian
baik dari segi pangan dan papan, maupun dari segi
pendidikan dan kesehatan.
3
2006 sebesar 232.894. Menurut hasil penelitian STKS
2014, usia pertama kali anak turun ke jalanan adalah
pada usia 7-10 tahun (42,67%) usia 5-7 tahun
(21,33%), usia 3-5 tahun (13,33%) usia <3 tahun
(6,67%), usia 10-18 tahun (5,33%) dimana 81% anak
jalanan masih bersekolah dengan tingkat pendidikan
terbanyak berada di sekolah dasar (61,54%).
4
HIV/AIDS dengan segala komplikasi yang
menyertainya. Hal ini banyak terjadi oleh karena
pengaruh tekanan sosial dari teman sebaya sesama
anak jalanan maupun sebagai korban perlakuan
sekelompok masyarakat yang menggunakan mereka
sebagai obyek untuk mendapatkan kenikmatan
ataupun keuntungan.
5
50% anak jalanan tinggal bersama orangtuanya
dan 11,5% tidak tinggal bersama orangtuanya.
Penelitian lain di Makassar menunjukkan bahwa
45,1% anak jalanan berada di jalan selama 4-8
jam. Lebih dari setengah anak jalanan memiliki
status pendidikan tidak/belum tamat SD (58,8%).
Sebagian besar anak jalanan tidak terdaftar di
LSM ataupun organisasi lainnya (82,7%)
(Indina,2012).
6
pekerjaan seperti buruh bangunan atau sektor
informal lainnya (Suharma, 2013). Bekerja di
jalanan seolah menjadi lingkaran setan, jika yang
pertama kali bekerja dijalanan ayah atau suami,
maka ia akan mengajak dan melibatkan istrinya
untuk ikut serta bekerja dijalanan. Jika yang
pertama kali melakukan aktivitas di jalanan
tersebut adalah ibu/isteri, maka ia akan mengajak
suaminya untuk bekerja di jalanan. Ketika salah
satu atau kedua orang tuanya berada di jalanan,
maka mereka akan melibatkan dan membawa
anak-anaknya untuk beraktivitas mencari
penghasilan di jalanan. Hal ini akan memperburuk
kualitas hidup dan masa depan anak sebab jika
seorang anak menjadi anak jalanan pada saat
berusia dibawah tiga tahun maka dia cenderung
untuk berada di jalanan sampai dengan usia 18
tahun (Suharma, 2013).
7
Orang tua mempunyai kontribusi dalam
menentukan keberadaan anak di jalanan. Sebagian
besar dari orang tua yang anaknya berada di
jalanan tidak peka terhadap kebutuhan atau hak-
hak anak mereka, tidak peka dan tidak peduli
terhadap risiko kehidupan jalanan bagi anak, dan
tidak berusaha keras melindungi anak dari
kehidupan jalanan.
8
- Berhubungan tidak teratur dengan orang
tuanya.
- 8-16 jam berada di jalanan.
- Mengontrak kamar sendiri, bersama teman,
ikut orang tua/saudara, umumnya di daerah
kumuh.
- Tidak lagi bersekolah.
- Lokasi tersebar pada umumnya di lampu
merah, pasar dan terminal.
- Pekerjaan: penjual koran, pengasong,
pencuci bus, pemulung, penyemir sepatu,
dll
- Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.
c. Anak yang rentan menjadi anak jalanan
(children vulnerable to be street children)
dengan kriteria:
- Bertemu teratur setiap hari/tinggal dan
tidur dengan keluarganya.
- 4-6 jam bekerja di jalan.
- Masih bersekolah.
- Pekerjaan: penjual Koran, penyemir,
pengamen, dll
- Usia rata-rata di bawah 14 tahun.
3. Masalah Kesehatan
a. Masalah kesehatan umum dan perilaku
berisiko lainnya
9
Seorang anak dikatakan sehat jika ia sehat
secara fisik, sehat sosial dan sehat jiwa.
Sehat fisik artinya memiliki badan yang
sehat dan bugar.
Sehat sosial artinya mampu menjalin
hubungan baik dengan orang lain.
Sehat jiwa artinya : merasa senang dan
bahagia, mampu menyesuaikan diri dengan
kehidupan sehari-hari (di rumah dan di
sekolah), dapat menerima kekurangan dan
kelebihan diri sendiri dan teman, melakukan
kegiatan yang bermanfaat.
10
hepatitis, kulit, maupun rawan karena masalah
gizi.
11
perubahan hormonal seiring berkembang dan
berfungsinya organ seksual dan reproduksi,
perubahan fisik, postur tubuh juga suara,
perubahan psikologis dengan berkembang dan
terbentuknya kepribadian sesorang, perubahan
status sosial dalam keluarga dan masyarakat.
Dengan adanya perubahan-perubahan ini usia
remaja rentan terhadap perilaku berisiko.
12
c. Masalah Sosial
Masalah sosial muncul akibat terjadinya
perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Adanya
masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan
oleh lembaga yang memiliki kewenangan
khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan
lain sebagainya.
13
kumuh yang berpindah, higiene dan sanitasi
lingkungan yang buruk. Hal ini dapat
menyebabkan masalah perilaku pasif (merasa
rendah diri, merasa tidak dihargai dan merasa
tidak berguna di masyarakat) atau agresif
(berteriak, premanisme / kriminalitas,
kekerasan, penganiyaan, meminta dengan
memaksa, menghina, mengumpat, berkata-kata
kotor, tidak mau komentar, menendang,
membuat perangkap untuk orang lain dan
mendorong) (Intan, 2014).
14
mencuci peralatan memasak dan peralatan
makan.
- Kebersihan, pengolahan dan proses
pemasakan makanan belum tentu
memenuhi syarat.
4. Faktor penyebab
Faktor yang menyebabkan adanya anak jalanan
dapat dibagi dua, yaitu: faktor eksternal dan
internal.
15
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal biasanya berkaitan dengan
kondisi masyarakat, lingkungan, dan sosial,
antara lain:
- Pemukiman padat dan kumuh (keadaan
penuh sesak di daerah kumuh dan fasilitas
perumahan yang tidak memadai)
- Kelemahan nilai/norma yang ada di
masyarakat.
- Terbatas dan tidak bervariasinya pelayanan
pendidikan.
- Adanya urbanisasi
- Kesempatan kerja yang terbatas (distribusi
sumber daya dan kesempatana yang tidak
merata dalam masyarakat, misalnya
kurangnya kesempatan mendapatkan
pekerjaan)
- Masalah dalam penegakan hukum
- Kondisi politik dan ekonomi, misalnya
kemisikinan dan sumberdaya yang rendah.
- Layanan rujukan penanganan anak
terlantar di lembaga yang tidak tuntas
(misalnya anak yang meninggalkan rumah
binaan tanpa ijin)
16
b. Faktor internal
Faktor internal adanya anak jalanan dapat
berasal dari diri sendiri ataupun kondisi dan
situasi anak dalam keluarga.
Peran orang tua terhadap adanya anak jalanan
sangat penting mengingat sebagian besar anak
jalanan masih tinggal bersama orang tuanya.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak
jalanan, sebagian besar anak masih tinggal
dengan orang tuanya (90.2%) dan beberapa
diantaranya mendukung anaknya untuk turun
ke jalan mencari uang (47.1%) (Nur’aini,
2009).
Faktor penyebab internal, antara lain:
- Ekonomi sulit.
- Hubungan yang tidak harmonis dalam
keluarga (perceraian orangtua, konflik
dalam keluarga, penolakan anak oleh
orangtua dan kondisi terpisah dari orangtua
atau kehilangan orangtua)
- Adanya kesenjangan komunikasi antara
orangtua dan anak
- Adanya kekerasan dan perlakuan yang
salah terhadap anak di dalam keluarga
(penganiayaan anak)
- Status pendidikan anak atau orang tua yang
rendah.
17
- Orang tua yang tidak bertanggung jawab
(penelantaran terhadap anak).
- Penanaman nilai etika, moral dan pola asuh
dalam keluarga (masalah perilaku dalam
pengasuhan anak, misalnya orangtua
penjudi, penyalahgunaan NAPZA)
- Kelemahan internal dalam diri anak sendiri
(sikap dan perilaku anak yang
pembangkang)
C. Pengertian
1. Anak
Adalah seseorang yang berusia 0-18 tahun
termasuk anak di dalam kandungan (Undang-
Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun
2002).
2. Anak terlantar
Adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya
melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan
anak tidak terpenuhi secara wajar baik secara
rohani, jasmani maupun sosial (Undang-Undang
Kesejahteraan Anak Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak).
3. Anak jalanan (anjal)
Anak yang melakukan aktifitas ekonomi atau
aktifitas lainnya di jalan secara langsung termasuk
18
di dalamnya balita yang dimanfaatkan (Panduan
Umum Menuju Bebas Anak Jalanan 2017).
4. Pelayanan Kesehatan Anak
Adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi
berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
5. Tenaga Kesehatan
Adalah setiap orang yang mengabdikan diri di
bidang kesehatan, serta memliki pengetahuan atau
keterampilan melalui pendidikan dibidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
6. Puskesmas
Adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya (Permenkes Nomor 75 Tahun
2014).
7. FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)
Adalah fasilitas kesehatan yang melakukan
pelayanan kesehatan perseorangan yang bersifat
non spesialistik untuk keperluan observasi,
diagnosis, perawatan, pengobatan dan atau
19
pelayanan kesehatan lainnya (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016).
8. PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan
dapat dijangkau oleh remaja serta berkesan
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan
terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan,
peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatan
remaja, serta efektif, efisien dan komprehensif
dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
9. Kemitraan
Adalah bentuk kerjasama yang terintegrasi,
berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan dalam
melaksanakan suatu program/kegiatan secara
efektif dan efisien sesuai bidang, kondisi, dan
kemampuan masing-masing, sehingga hasil yang
dicapai menjadi lebih optimal.
10. Jejaring
Adalah suatu hubungan kerjasama antara 2 (dua)
pihak atau lebih berdasarkan prinsip kemitraan
untuk mencapai tujuan bersama yang telah
disepakati sesuai peran, tanggung jawab dan
fungsi masing-masing.
11. Panti/LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak)
20
Adalah lembaga yang memberikan pelayanan
kesejahteraan social bagi anak terlantar yang
berada di dalam panti maupun anak terlantar di
lingkungan sekitar panti/pelayanan luar panti.
12. Rumah singgah (LKSA non panti)
Adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai
perantara antara anak jalanan dengan pihak-pihak
yang akan membantu dan membimbing mereka,
dan merupakan proses informal yang memberikan
suasana resosialisasi terhadap sistem nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat dan merupakan
tahap awal bagi anak jalanan untuk memperoleh
pelayanan selanjutnya, sehingga diciptakan
sebagai tempat yang aman, nyaman, menarik dan
menyenangkan bagi anak jalanan. (Permensos
Nomor 30 Tahun 2011 tentang Standar Nasional
Pengasuhan Anak).
13. Leader
Adalah pimpinan kelompok anak jalanan yang
sudah tidak berada di jalan lagi dan menjadi
koordinator anak jalanan di rumah singgah.
14. Jeger
Adalah pimpinan kelompok anak jalanan yang
masih berada di jalan dan menguasai beberapa
kantong anak jalanan.
21
15. Pekerja sosial
Adalah seseorang yang mempunyai kompetensi
profesional dalam pekerjaan sosial yang
diperolehnya melalui pendidikan formal atau
pengalaman praktek di bidang pekerjaan
sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara
resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas
profesional pekerjaan sosial (Kepmensos No.
10/HUK/2007).
16. Big brother
Adalah orang yang paling dituakan di kantong-
kantong anak jalanan yang memiliki pengaruh
yang kuat dan besar pada jeger dan anak jalanan.
17. Titik – titik lokasi
Adalah lokasi berkumpul dan beraktifitasnya anak
jalanan pada tempat-tempat tertentu, seperti:
terminal, stasiun, mall, pasar, perempatan jalan,
kuburan.
18. Kohort berasal dari kata cohort
Adalah suatu proses pengamatan prospektif, survei
prospektif terhadap suatu subjek maupun objek.
19. Pendamping
Adalah pekerja sosial yang mempunyai
kompetensi profesional dalam bidangnya.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak).
22
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan kesehatan anak jalanan
adalah pelayanan kesehatan bagi anak jalanan usia 0-
18 tahun, yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan bayi
2. Pelayanan kesehatan balita dan anak pra sekolah
3. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja
Upaya pelayanan yang dilakukan mencakup upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di dalam
dan di luar gedung.
E. Dasar Hukum
1. Undang Undang Dasar Tahun 1945 pasal 34,
bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
oleh Negara.
2. Undang Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak.
3. Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat Daerah.
4. Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM
5. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
6. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan
7. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
23
8. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial
9. Undang Undang No 10 Tahun 2012 Tentang
Pengesahan Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak
Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak,
Dan Pornografi Anak
10. Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Undang Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak
11. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
12. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
13. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
14. Keppres No 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan
Konvensi Hak-Hak Anak
15. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015
tentang perubahan Peraturan Pemerintah 101
tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun
2010 tentang Pedoman Pendataan dan Penerbitan
24
Dokumen Kependudukan Bagi Penduduk Rentan
Administrasi Kependudukan
17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 30 / HUK / 2011
tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Layanan Khusus
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun
2016 tentang Percepatan Peningkatan
Kepemilikan Akta Kelahiran
F. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan status kesehatan anak jalanan.
2. Tujuan khusus
a. Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi anak
jalanan secara terintegrasi
b. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan
anak jalanan.
c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan anak
jalanan.
d. Terbentuknya jejaring dan kemitraan dalam
upaya pelayanan kesehatan anak jalanan.
25
G. Sasaran
Sasaran Langsung, yaitu :
1. Anak jalanan
2. Tenaga Kesehatan
26
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
27
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
28
Penanganan anak jalanan difokuskan pada upaya
promotif dan preventif agar anak terlantar dan rentan
tidak jatuh menjadi anak jalanan, tanpa meninggalkan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
29
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan anak jalanan.
2. Melaksanakan pendekatan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR)
3. Memperkuat mekanisme kemitraan dan jejaring
4. Meningkatkan pembiayaan pelayanan kesehatan
anak jalanan
5. Memfasilitasi kearifan lokal (local wisdom)
30
b. Melaksanakan orientasi dan sosialisasi tentang
program kesehatan bagi anak jalanan
31
mitra yang terkait dalam jejaring ini secara
spontan dapat berbagi peran yang setara, mitra
terkait antara lain Kementerian Sosial,
Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan
Anak, BKKBN, BNP dan LSM terkait.
32
c. Melakukan orientasi dan sosialisasi kegiatan
pelayanan anak jalanan kepada pimpinan panti,
pendamping panti, kantong anak jalanan,
kelompok pendukung / koordinator anak
jalanan.
d. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan
anak jalanan melalui daerah
tangkapan/saluran, antara lain:
- Organisasi sosial (orsos) bidang
kesejahteraan anak.
- Rumah belajar anak jalanan.
- Mobil sahabat anak.
- Institusi pendidikan non formal (PKBM).
- Organisasi kemasyarakatan/LSM/swasta.
e. Melaksanakan pertemuan rutin antar anggota
jejaring. Dilakukan secara periodik, bersama-
sama secara bergantian sebagai ajang
pertukaran informasi dan pengalaman, dalam
bentuk rapat, pertemuan, atau lokakarya.
f. Membangun komunikasi berkala melalui
sarana komunikasi seperti: telepon, fax, email,
telekonferen, internet, aplikasi gadget seperti
BBM, WA, FB, Twitter, dan sebagainya.
Perkembangan di bidang teknologi informasi
sangat membantu kecepatan dan efisiensi kerja
suatu organisasi.
33
g. Memanfaatkan informasi dasar nasional
tentang berbagai kegiatan yang terkait dengan
upaya kesehatan remaja, termasuk anak
jalanan. Jejaring harus mendorong dan
memfasilitasi adanya data dasar nasional
sebagai dokumentasi dan bukti atas upaya
yang sudah dilaksanakan.
h. Memfasilitasi peningkatan kapasitas sumber
daya manusia dan infrastruktur sesama
anggota jejaring. Jejaring menyiapkan
informasi yang dapat diakses oleh setiap
anggota jejaring untuk memperoleh bantuan
teknis dan pendampingan dalam
pengembangan dan pelaksanaan upaya terkait
dengan kesehatan remaja, termasuk anak
jalanan.
34
masyarakat setempat (mapping dan
pendataan).
2. Pengkajian hasil analisa situasi, guna
membahas hasil temuan dalam analisa situasi,
yang meliputi: rumusan masalah, prioritas
masalah, alternatif pemecahan masalah,
sumber daya yang digunakan dan rencana
waktu pelaksanaan kegiatan.
3. Pendekatan sosial, yang ditunjukkan kepada
penentu kebijakan untuk memperoleh
dukungan agar kegiatan yang telah
direncanakan dapat terlaksana. Bentuk
pendekatan sosial, antara lain: anjang sana,
seminar, lokakarya, dll.
4. Pelaksanaan kegiatan, yang merupakan
intervensi untuk memecahkan masalah yang
ada sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Bentuk intervensi kegiatan, antara lain:
orientasi peningkatan kemampuan petugas,
sosialisasi, penyuluhan, pendampingan,
pemberdayaan, dll.
5. Pembinaan, dapat dilakukan dengan mengkaji
laporan yang masuk, monitoring, evaluasi.
6. Kesinambungan program melalui peningkatan
jejaring dan kemitraan.
7. Pengembangan program dalam peningkatan
jangkauan pelayanan kesehatan anak jalanan.
35
Peran dari masing – masing sektor sebagai berikut:
No Sasaran Peran
1 Dinas - menyediakan data
Kesehatan fasilitas pelayanan
Kabupaten / kesehatan
Kota
- menyediakan data-data
tentang masalah
kesehatan
- melaksanakan pelayanan
kesehatan yang bersifat
promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif
2 Dinas Sosial - menyediakan data anak
Kabupaten jalanan
/Kota - menyediakan data
pekerja sosial
- menyediakan data
rumah singgah, Non
Panti Sosial Asuhan
Anak (PSAA), Taman
Anak Sejahtera (TAS),
titik titik rawan PMKS,
dll
3 Dinas - menyediakan data
Pendidikan PKBM dan lembaga non
36
Kabupaten/ formal lainnya
Kota - menyediakan data anak
jalanan yang bersekolah
- menyediakan data anak
jalanan usia sekolah
yang tidak bersekolah
4 Dinas - menyediakan data Balai
Transmigrasi Latihan Kerja (BLK),
dan Tenaga - menyediakan data anak
Kerja jalanan yang bekerja
Kabupaten/
Kota
5 Kantor - menyediakan data
Kementerian Pondok Pesantren
Agama - menyediakan data anak
Kabupaten/
jalanan yang berada di
Kota
Pondok Pesantren
6 Institusi yang - menyediakan data
menangani Lembaga Perlindungan
pemberdayaan Anak/Perempuan,
perempuan,
P2TP2A
pemuda dan
olahraga - menyediakan data kasus
kekerasan dan
perlakukan salah lainnya
yang ditangani oleh
37
Lembaga Perlindungan
Anak/Perempuan,
P2TP2A
- Menyediakan data
terkait organisasi
pemuda
38
program dan efisiensi pemanfaatan dana di setiap
sektor terkait sehingga pelayanan kesehatan anak
jalanan dapat terlaksana tepat sasaran.
39
berhak mendapat pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Apabila fakir miskin
dan orang tidak mampu belum teregister, maka
menjadi kewenangan pemerintah dan/atau
pemerintah daerah, terkait penentuan siapa saja
yang berhak menjadi penerima bantuan iuran.
40
PBI didorong untuk menjadi tanggungan
pemerintah daerah.
41
42
BAB III
PELAYANAN KESEHATAN
BAGI ANAK JALANAN
43
BAB III
PELAYANAN KESEHATAN BAGI ANAK
JALANAN
44
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan berbagai
organisasi / LSM yang menangani anak jalanan adalah
dengan melihat potensi anak tersebut apakah mampu
didik, sehingga bisa diarahkan ke sekolah formal atau
mampu latih yang lebih diarahkan pemberian
keterampilan hidup agar mereka dapat bekerja dan
mandiri. Pelayanan kesehatan pada anak jalanan
diintegrasikan dalam upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas. Selama
ini pelayanan kesehatan pada anak jalanan yang diberikan
baru sebatas pengobatan dengan berbagai kesulitan karena
masalah dana maupun hambatan administrasi pada waktu
mengunjungi layanan kesehatan baik di dalam gedung
maupun di luar gedung. Untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan pada anak jalanan agar bisa terselenggara
secara optimal, sebaiknya bekerjasama dengan lintas
sektor terkait agar pelayanan ini bisa diberikan secara
menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
45
A. Sistem Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan
Dalam sistem pelayanan kesehatan pada anak jalanan
terbagi menjadi 2 kategori, yaitu Pelayanan Kesehatan
di dalam gedung dan pelayanan kesehatan di luar
gedung.
46
Tabel Paket Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan Berdasarkan Usia
47
6. Penyuluhan orangtua asuh
penyakit 6. Peningkatan
menular dan kualitas
tidak kesehatan
menular. lingkungan
dan konseling
kesehatan
lingkungan.
7. Skrining HIV-
AIDS
Anak 1. Penyuluhan 1. Pemberian 1. Pengobatan 1. Rehabilitasi 1. Orangtua
Balita Gizi tentang makanan sesuai jenis Bersumber 2. Wali
(12-59 pemberian tambahan dan penyakit dan daya 3. Pendamping
bulan) makanan gizi Vitamin A. permasala- Masyarakat 4. Anak
seimbang. 2. Imunisasi hannya. (RBM), jika Jalanan
2. Penyuluhan lanjutan pada 2. Merujuk ke programnya
Pola Asuh balita ada di
Rumah Sakit
Anak. 3. Konseling wilayah
setempat
3. Pemanfaatan mengenai KtA kerja
Buku KIA. terhadap setempat.
4. Penyuluhan orangtua dan
PHBS anak.
(perilaku hidup 4. Penerapan
bersih dan PHBS.
48
sehat). 5. Skrining KPSP
5. Penyuluhan (kuesioner pra
tentang skrining
kesehatan perkembangan)
jiwa. 6. Penerapan
6. Penyuluhan SDIDTK
tentang 7. Skrining
penyakit HIV/AIDS.
menular dan 8. Penerapan
tidak menular. penyehatan
7. Penyuluhan lingkungan
penyehatan
lingkungan.
Anak 1. Penyuluhan 1. Penerapan dan 1. Pengobatan 1. Rehabilitasi 1. Orangtua
Usia kesehatan konseling sesuai jenis Bersumber 2. Wali
Sekolah tentang PHBS, PHBS penyakit daya 3. Pendampin
(6-10 gizi, NAPZA, 2. Konseling 2. Merujuk ke Masyarakat 4. Anak
tahun) bahaya mengenai Rumah Sakit (RBM), jika Jalanan
merokok dan Gizi,bahaya setempat. programnya
HIV- AIDS NAPZA, ada di
2. Penyuluhan merokok dan wilayah
kesehatan gigi HIV-AIDS kerja
dan mulut 3. PKHS setempat
3. Penyuluhan (pendidikan
49
Kesehatan keterampilan
Lingkungan. hidup sehat)
4. Penyuluhan 4. Pemberian
penyakit tablet tambah
menular dan darah
tidak menular. 5. Skrining HIV-
AIDS
6. Imunisasi
lanjutan anak
usia sekolah
7. PMT Anak Usia
Sekolah
Remaja 1. Penyuluhan 1. Penerapan 1. Pengobatan 1. Rehabilitasi 1. Orangtua
(10-18 kesehatan PHBS dan gizi. sesuai jenis Bersumber 2. Wali
tahun) tentang PHBS, 2. Konseling penyakit. daya 3. Pendampin
gizi, NAPZA, bahaya 2. Merujuk ke Masyarakat 4. Anak
bahaya NAPZA, Rumah Sakit (RBM), jika Jalanan
merokok, merokok, setempat programnya
HIV- AIDS dan HIV/AIDS, 3. Upaya ada di
kesehatan kesehatan berhenti wilayah
reproduksi. reproduksi, dan merokok kerja
2. Penyuluhan kesehatan setempat
kesehatan gigi lingkungan.
dan mulut. 3. Konseling
50
3. Penyuluhan sebaya.
Kesehatan 4. PKHS
Lingkungan. 5. Pemberian
4. Penyuluhan tablet tambah
penyakit darah.
menular dan 6. Peningkatan
tidak menular. kualitas
kesehatan
lingkungan.
7. Skrining dan
imunisasi
lanjutan Td
WUS
8. Pemenuhan
gizi seimbang.
9. Skrining
HIV/AIDS.
51
2. Pelayanan Kesehatan di Luar Gedung
Pelayanan kesehatan di luar gedung adalah
pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan di luar
Puskesmas berbentuk promotif, preventif, maupun
kuratif dan rehabilitatif secara komperhensif dan
terintegrasi untuk anak jalanan yang berada di
LKSA seperti rumah singgah, panti sosial asuhan
anak (PSAA), atau pusat layanan di masyarakat
serta anak jalanan yang belum pernah mengakses
layanan kesehatan. Bila ada kasus yang tidak dapat
ditangani oleh Puskesmas, maka Puskesmas dapat
merujuk ke FKRTL/Rumah Sakit setempat sesuai
mekanisme rujukan.
52
BAGAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK JALANAN
1
Alternatif pendekatan sasaran langsung 3 4
Kelompok pendukung & koordinator
Anak jalanan P
Hidup di jalanan U Individu:
Bekerja di jalanan S relawan/peksos
Rentan menjadi anak K leader, jeger
jalanan
E Keluarga: orang tua
Kelompok: pimpinan
S
panti sosial asuhan
M
anak [PSAA],
2 Kelembagaan A pimpinan rumah
S singgah
Rumah singgah
Swasta: perusahaan
Panti sosial asuhan anak
Lintas sektor
[PSAA]
Pusat layanan di
masyarakat Rumah sakit
53
Model 1: Pelayanan kesehatan melalui
pendekatan sasaran langsung:
Pelayanan kesehatan yang secara langsung
ditujukan kepada kelompok sasaran pada waktu
yang telah ditentukan minimal 2 kali dalam
setahun. Misalnya dilakukan pada kegiatan besar
nasional dan daerah seperti Hari Anak Nasional,
Hari Kemerdekaan, HUT kab/kota, dll.
54
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan melalui
pendekatan sasaran lamgsung berupa pelayanan
promotif, preventif dan kuratif. Pelayanan
kesehatan, penjaringan kesehatan, pemeriksaan
berkala, imunisasi, pengobatan masal dan rujukan
kasus bila dibutuhkan. Pelayanan ini diberikan
oleh petugas kesehatan dengan lintas program dan
lintas sektor terkait. Pelayanan diberikan oleh
petugas kesehatan bekerjasama dengan sektor
terkait, LSM/organisasi masyarakat lainnya.
55
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran
kelembagaan adalah :
• Koordinasi dengan lintas program dan lintas
sektor terkait untuk pelaksanaan kegiatan.
• Pelaksanaan kegiatan
• Monitoring, evaluasi dan pelaporan
56
Model 4: Pelayanan kesehatan melalui
pendekatan kelompok pendukung dan
koordinator
Pelayanan kesehatan melalui pendekatan
kelompok pendukung adalah pelayanan kesehatan
untuk anak jalanan melalui pembinaan/pelatihan
kelompok pendukung dan koordinator anak
jalanan.
57
kunjungan rumah/Puskesmas untuk memberikan
penyuluhan/pembinaan kepada orang tua anak
jalanan, pendampingan kesehatan oleh relawan
atau pembinaan/pelatihan bagi: leader, jeger,
pimpinan rumah singgah, pimpinan panti sosial
asuhan anak (PSAA), koordinator pusat layanan di
masyarakat. Pelayanan ini diberikan oleh petugas
kesehatan melalui kerja sama dengan pusat
layanan yang ada di masyarakat/lintas sektor
terkait.
58
Keterampilan mendengarkan aktif.
Mendengarkan dengan seksama pembicaraan
anak jalanan, akan membantu anda memahami
minat, ide, dan kebutuhan mereka.
Keterampilan mendengar aktif meliputi:
membuat kontak mata, perhatikan anak,
perlakukan anak jalanan sebagai seorang
individu, ketrampilan berbicara.
Keterampilan berbicara
Komunikasi yang baik antar 2 orang, perlu
menggunakan bahasa yang lazim dipakai. Hal
berikut akan membantu anda agar berbicara
efektif :
- Bicara dengan jelas, mulut terbuka dan
cukup dapat didengar.
- Gunakan bahasa yang sederhana dan dapat
dengan mudah dimengerti oleh anak.
- Ingatlah, berbicara hanya berguna ketika
seseorang siap untuk berbicara. Hargai
anak untuk tetap diam dan tidak mau
bicara.
Umpan balik
Memberikan umpan balik dapat merupakan
proses 2 arah. Mengulangi apa yan telah
mereka katakan, dapat memberikan klarifikasi
yang sangat menolong bagi mereka. Umpan
balik akan bersifat positif bila :
59
- Kontruktif (membangun) dan tidak
menilai.
- Jelas, spesifik dan benar
- Segera dilakukan setelah menerima suatu
pesan atau melihat perilaku anak.
Komunikasi Non-Verbal :
- Sikap dan penampilan: Komunikasi non
verbal dapat membantu memahami anak
jalanan dan juga membantu dipahami oleh
mereka. Komunikasi non-verbal akan
banyak mengungkapkan sikap pendamping
ataupun sikap anak jalanan.
- Pertahankan sikap tubuh yang mendukung:
pada beberapa budaya duduk membungkuk
ke arah anak dapat mendukung
komuniksai. Berpangku tangan atau
menyilangkan kaki menunjukkan bahwa
anda kurang berminat mendengarkan anak
dan akan menjadi penghambat dalam
komunikasi.
60
b. Metode komunikasi
- Komunikasi dengan berbicara : dapat
merupakan pertemuan formal
berhadapan satu persatu atau
pembicaraan informal (baik langsung
maupun melalui telepon).
- Komunikasi melalui tulisan : dapat
melalui artikel, surat, buku, leaflet,
puisi atau nyanyian.
- Melalui sarana visual : misalnya
melalui film, video atau ilustrasi.
c. Lingkungan
Supaya komunikasi lebih efektif,
diperlukan lingkungan yang tidak ribut
dan bising, agar perhatian tidak beralih ke
arah lain. Pergilah ke sudut ruangan atau
tempat yang tidak banyak orang.
61
penting dalam membina hubungan yang saling
percaya dengan anak jalanan.
1. Kebersihan Perorangan
Kebersihan perorangan merupakan bagian dari
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
dapat diterapkan di rumah tangga, sekolah,
tempat-tempat umum, tempat kerja, maupun di
institusi kesehatan. Bagi anak jalanan, setidaknya
diharapkan bisa menerapkan PHBS di tempat-
tempat umum, seperti di pasar, tempat ibadah,
rumah makan, atau angkutan umum.
62
mengenai kebiasaan kebersihan perorangan dasar
seperti menggosok gigi, mandi, mencuci rambut,
dan menggunting kuku. Dengan kebiasaan dasar
yang kadang sering kali dilupakan ini, diharapkan
dapat mengurangi kejadian penyakit pada anak
jalanan seperti penyakit kulit dan diare.
63
Inti : tanamkan bahwa tidak boleh disentuh
orang lain pada bagian tubuh yang ditutupi.
Tubuhmu adalah milikmu.
Sebaliknya, dilarang menyentuh orang lain.
Ajarkan berani berkata TIDAK jika ada kontak
fisik.
Harus menolak jika ingin dicium atau
disentuh, serta berani menceritakannya kepada
orang tua/guru/pendamping/petugas kesehatan.
Beritahu bagaimana sentuhan yang baik dan
buruk.
Ajarkan yang dimaksud rahasia itu apa. Pelaku
kekerasan biasanya meminta menjaga rahasia
kejahatannya.
Bila ada rahasia yang membuat khawatir,
mereka tidak harus menyimpannya.
Ajarkan selalu memberitahu orang
tua/guru/pendamping/petugas kesehatan apa
saja yang terjadi padanya :
Siapa saja yang memberi mereka hadiah
Siapa yang mengajak mereka menyimpan
rahasia
Siapa saja yang mengajaknya bermain
Bila pelaku orang asing, beritahu agar tidak
menerima hadiah atau ajakan dari orang tidak
dikenal.
64
3. Kesehatan Jiwa
Tanda-tanda adanya masalah kesehatan jiwa pada
remaja termasuk anak jalanan:
65
sering dicetuskan oleh peristiwa yang
menegangkan.
Sikap pendamping :
• Dengarkan keluhan anak dan telusuri
penyebab keluhan tersebut.
• Tenangkan anak dengan melatih
melakukan relaksasi atau berdoa.
• Bila hal tersebut tidak meolong, segera
rujuk anak ke fasilitas yang tersedia
(Puskesmas, Rumah Sakit Umum, RSJ)
untuk mendapatkan konseling atau obat.
b. Gangguan Depresi
Gangguan depresi adalah perasaan sedih atau
murung yang mendalam dan menetap lebih
dari dua minggu berturut-turut segingga
menggangu aktifitas sehari-hari. Khusus untuk
anak dan remaja, depresi sering muncul dalam
bentuk gangguan tingkah laku, misalnya :
menantang, tawuran, tindak kriminal, kebut-
kebutan, berkelahi atau mencedarai diri
sendiri), dan penyalahgunaan NAPZA.
Sikap pendamping :
• Temani anak dan dengarkan keluhannya.
• Telusuri penyebab depresi pada anak.
• Dorong ia untuk melawan depresinya.
• Bila hal di atas tidak menolong, rujuk anak
ke fasilitas yang tersedia (Pskesmas,
66
Rumah Sakit Umum atau Rumah Sakit
Jiwa).
67
menarik diri dan takut memikirkan masa
depan.
Waspada atau mudah terangsang
(hyperarousal, kewasapaan berlebihan,
mudah kaget, sulit tidur, dan sulit
berkonsentrasi.
Sikap Pendamping :
• Dampingi anak dalam menghadapi situasi
krisis akibat peristiwa traumatik, tunjukan
dengan sikap bahwa anda sungguh-
sungguh ingin membantu.
• Dengarkan keluhannya dan bantu ia
mengatasi gejala-gejala yang yang ia
rasakan.
• Membantu anak menyesuaikan diri dengan
perubahan kehidupan pasca peristiwa
traumatis.
• Membantu anak menata kehidupan pasca
trauma dan merencanakan masa depan.
• Bila dengan cara tersebut, keluhan anak
masih berat, anada dapat merujuknya ke
fasilitas yang tersedia (Puskesmas, Rumah
Sakit Umum, RSJ) untuk mendapatkan
konseling atau mungkin pula anak
membutuhkan obat untuk sementara.
d. Gangguan Psikotik
Seseorang yang menderita gangguan psikotik
menunjukkan perubahan yang nyata dan
68
berlangsung lama. Orang tersebut mungkin
menunjukan gejala sebagai berikut:
Menarik diri dari lingkungan dan hidup
dalam dunianya sendiri.
Merasa tidak mempunyai masalah dengan
dirimya
Kesulitan untuk berpikir dan memusatkan
perhatian
Gelisah dan bertingkah laku atau bicara
kacau
Sulit tidur
Mudah tersinggung dan mudah marah
Mendengar atau melihat sesuatu yang tidak
nyata (halusinasi)
Berkeyakinan yang keliru seakan-akan ada
seseorang yang membuntuti atau ingin
membunuhnya (waham)
Tidak merawat diri, kadang-kadang
berpenampilan kotor
Sikap Pendamping :
• Apabila menemukan anak dengan gejala
tersebut di atas, segeralah dirujuk ke
tenaga kesehatan. Anak tersebut
membutuhkan obat untuk mengatasi
gejalanya.
• Jelaskan kepada keluargnya bahwa
perilaku anak tersebut adalah akibat
69
penyakitnya. Jadi jangan marahi anak
karena tidak akan ada manfaatnya.
70
Gejala saat menggunakan tergantung pada
jenis NAPZA yang digunakan. Gejala yang
muncul antara lain :
Sikap apatis (acuh tak acuh), tampak
mengantuk, jalan sempoyongan dan bicara
cadel (pelo).
Bila kelebihan dosis : denyut nadi dan
detak jantung melambat, kulit terasa
dingin, nafas melambat sampai berhenti
dan meninggal.
Sikap pendamping :
• Dekati anak dan terima dia apanya.
71
• Telusuri penyebab dia menggunakan
NAPZA
• Bantu anak mengatasi masalah
kehidupannya.
• Rujuk ke fasilitas yang sesuai (dalam
keadaan over dosis segera bawa ke
Puskesmas atau Rumah Sakit).
4. Kesehatan Reproduksi
Anak jalanan rentan terhadap berbagai masalah
kesehatan, terutama salah satunya terkait dengan
kesehatan reproduksi. Kehidupan yang bebas di
jalanan dan permisifnya norma moral memberikan
peluang kepada anak jalanan untuk memiliki
perilaku seksual negatif (berisiko). Banyak anak
jalanan yang seksual aktif dan bahkan ada yang
bekerja sebagai pekerja seks teritama anak jalanan
perempuan. Anak jalanan rentan untuk melakukan
perilaku seks berisiko dan tidak aman, terinfeksi
HIV/AIDS dan IMS lainnya, bahkan kehamilan
tidak diinginkan, hingga berisiko terjadinya aborsi
yang tidak aman.
72
fasilitas pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan
juga dapat bekerjasama dengan sektor terkait dan
organisasi berbasis masyarakat. Pelaksanaannya
dapat melalui rumah singgah/panti, karang taruna,
ataupun LSM/organisasi masyarakat.
5. Gizi
Anak jalanan termasuk dalam kelompok yang
berisiko mengalami gangguan masalah gizi.
Kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan
pola makan yang tidak sehat karena pengaruh
kemiskinan, anak jalanan berisiko mengalami
masalah kesehatan dan masalah gizi. Infeksi dan
malnutrisi ketika anak-anak akan menjadi beban
pada usia remaja, mereka yang memiliki riwayat
penyakit diare dan ISPA semasa bayinya tidak
akan tumbuh menjadi remaja normal, sehigga
tidak dapat bekerja secara optimal dan produktif.
73
hingga setelah anak lahir, kerena asupan gizi yang
tidak mencukupi kebutuhan dalam waktu yang
lama.
74
Rata-rata mereka makan mie instan 2 kali sehari,
jarang makan buah dan sayur, dan kurang
terpenuhinya kebutuhan air minum bersih.
75
pengalaman klinis tidak tidak dibedakan menurut
jenis kelamin.
76
Empat Pilar Gizi Seimbang
1) Mengkonsumsi anekaragam pangan.
2) Membiasakan perilaku hidup bersih.
3) Melakukan aktivitas fisik.
4) Memantau Berat Badan (BB) secara teratur
untuk mempertahankan berat badan normal.
77
D. Mekanisme Rujukan dan Rujuk Balik
Pelaksanaan pelayanan kesehatan rujukan dan rujuk
balik bagi anak jalanan mengacu pada sistem dan
mekanisme yang ada, yaitu menerapkan pelayanan
berjenjang yang dimulai dari Puskesmas. Bila
memerlukan pelayanan lebih lanjut maka dapat
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL)/Rumah Sakit. Pelayanan kesehatan
rujukan dapat berupa rujukan rawat jalan dan rawat
inap yang diberikan berdasarkan indikasi medis
disertai surat rujukan.
78
BAB IV
PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
79
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
80
seperti: Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Imunisasi yang
telah memiliki format pencatatan dan pelaporan
tersendiri.
Pelaporan
Pelaporan pelaksanaan kegiatan dan pelayanan
kesehatan yang diberikan pada anak jalanan/terlantar
81
atau di panti dilaksanakan secara berjenjang, mulai
dari tingkat Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota,
Dinas Kesehatan Provinsi sampai dengan Pusat.
Mekanisme Pelaporan
Puskesmas mencatat kegiatan pelayanan kesehatan
anak jalanan/terlantar/di panti di dalam gedung dan
pelayanan di luar gedung (panti, pusling, posyandu).
Kemudian hasilnya dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setiap tanggal 5 pada bulan Juli dan
Januari. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
mengkompilasi hasil laporan Puskesmas dan Rumah
Sakit Pemerintah/Swasta di Kabupaten/Kota, pada
tanggal 10 bulan Juli dan Januari untuk dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi.
Dinas Kesehatan Provinsi mengkompilasi hasil
laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
rumah sakit setiap tanggal 15 pada bulan Juli dan
82
Januari kemudian mengirimkan laporan ke
Kementerian Kesehatan.
Bagan 3
Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
Program Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan
83
a. Sumber daya manusia
b. Ketersediaan sarana dan pra sarana
c. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan kesehatan anak jalanan / terlantar /
panti
d. Hasil pemeriksaan kesehatan
e. Data 10 penyakit terbanyak
f. Dukungan kebijakan
g. Dukungan anggaran
C. Indikator
Untuk mengukur kinerja pelayanan kesehatan anak
jalanan di Puskesmas harus ada indikator yang
digunakan yaitu Puskesmas yang membina anak
jalanan/terlantar di wilayah kerjanya.
84
• Melaksanakan pemberian KIE dan PKHS bagi
anak jalanan/terlantar
Indikator Keberhasilan
• Jumlah anak jalanan/terlantar yang mendapat
pelayanan kesehatan
• Jumlah panti/LKSA yang dibina
85
86
BAB V
PENUTUP
87
BAB V
PENUTUP
88
LAMPIRAN
89
Lampiran1
DAFTAR SINGKATAN
90
17. MIBAJ : Menuju Indonesia Bebas Anak Jalanan
18. NAPZA : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
Lainnya
19. PBI : Penerima Bantuan Iuran
20. P H B S : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
21. P K B M : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
22. PKHS : Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat
23. P M S : Penyakit Menular Seksual
24. P M T : Pemberian Makanan Tambahan
25. P 3 K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
26. P S A A : Panti Sosial Asuhan Anak
27. P S B R : Panti Sosial Bina Remaja
28. T T D : Tablet Tambah Darah
91
Lampiran 2
CONTOH MATERI PENYULUHAN
Jalur yang
PESAN INTI Sasaran Yang ingin dicapai efektif
92
Sehat dan Ortu remaja anjal Remaja- Informasi tentang Berani Nakes orang
produktif di pimpinan/koordinasi: anjal -ciri-ciri mengat tua anjal,
usia remaja rumah perkembangan akan petugas
singgah/boording remaja (fisik,mental tidak sosial/petugas
house/open & sosial) lain terlatih
house/panti/institusi -gizi remaja
tradisional/pusat -resiko seks bebas
pelayanan masy. -PMS
-HIV/AIDS
-kehamilan &
komplikasinya
-aborsi tidak aman
93
Lampiran 3
94
95
Lampiran 4
REGISTER PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI LKSA
96
Lampiran 5
Tgl No Kunjungan Nama Umur Alamat Klasifikasi Tata Laksana Asal Ket
RM KB KU L P Obat Konseling Rujuk Kasus
Keterangan:
KB: Kunjungan Baru
KU: Kunjungan Ulang
97
Lampiran 6
98
Pertumbuhan dan Perkembangan
- Gizi kurang/lebih
- Postur Pendek
- Masalah Pubertas
- Anemia
Kesehatan Reproduksi
- Masalah menstruasi
- Masalah kehamilan
- Infeksi Menular Seksual
Genitalia
- Masalah Kulit luar penis
- Masalah Skrotum
Infeksi
- HIV
- Malaria
- Tuberkolusis
Kesehatan Jiwa
- Masalah Kekerasan
99
- Masalah Mental Emosional
Masalah rokok, alkohol,
- narkoba
- Rokok
- Alkohol
- Narkotika
- Psikotropika
- Lain - lain, sebutkan
Kesehatan Indera
- Masalah Penglihatan
- Masalah Telinga
Masalah Hidung dan
- Tenggorokan
- Masalah Kulit luar penis
Lain - Lain
- Nyeri Kepala
- Nyeri Perut non Menstruasi
- Asma
100
- Diabetes Melitus
- Hipertensi
- Keganasan
Rujukan
- Masuk
- Keluar
( ) ( )
Keterangan:
Pada Kolom L dan P diisi umur anak
101
Lampiran 7
LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN
ANAK JALANAN/TERLANTAR DI LKSA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
I
S
R
102
Lampiran 8
103
Jeger,
Leader
Peksos,
Pendamping
Pimpinan
Panti/LKSA,
Orang tua
104
Lampiran 9
Tgl Pelaksanaan :
Nama Puskesmas :
Jumlah Panti Yang Dibina oleh Puskesmas :
105
2)................................
3)................................
4)................................
2. Ketersediaan sarana pendukung Ketersediaan Kecukupan
a. SOP
b. Buku Pedoman
c. Peralatan Kesehatan
d. Media KIE (brosur, leaflet, alat peraga)
e. Lain-lain (sebutkan)
106
b)..................................................
c)..................................................
d)..................................................
e).................................................
f)..................................................
g)..................................................
h).................................................
i)...................................................
j)...................................................
107
7. Dukungan Dana Ketersediaan Persentase
a. APBN
b. APBD
c. Bantuan Sosial
d. CSR
8. Lain – lain
108
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Gambar :
https://pxhere.com
109
110