Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN


ACARA III
PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI

Disusun oleh :

Nama : Yogyaning Kartiko A


NIM : 13354
Golongan/Kelompok : B5/3
Asisten : 1. Hielmi
2. Bayu Setiawan
3. Rohmat Fadloli

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA III
PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Citra kopi (Coffea Spp.) sebagai bahan minuman sudah tidak asing lagi. Aroma harum,
rasa khas nikmat, serta khasiatnya yang menyegarkan badan membuat kopi cukup akrab di lidah
dan banyak digemari. Penggemarnya bukan saja bangsa Indonesia, tetapi juga bangsa di seluruh
dunia. Oleh karena itu sekarang komoditi kopi banyak diperdagangkan. Menurut Anonim (2012),
kopi Indonesia umumnya dikenal mempunyai cita rasa yang rendah. Peningkatan produksi kopi
dapat dilakukan melalui intensifikasi pengelolaan kebun yang sudah ada, konversi dari
komoditas lain menjadi kopi, serta pengembangan kopi di lahan baru. Upaya tersebut perlu
didasari dengan pengetahuan persyaratan lahan, teknis budidaya, maupun cara pengolahan yang
tepat agar diperoleh mutu hasil yang baik, sehingga pekebun dapat memperoleh harga yang
tinggi.
Kopi merupakan komoditas penting perkebunan di Indonesia. Indonesia merupakan
negara penghasil kopi keempat terbesar di dunia. Saat ini, produksi kopi Indonesia telah
mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80% berasal dari perkebunan rakyat. Kopi sebagai
salah satu aset produk Indonesia yang terkenal di dunia, sekarang ini banyak diusahakan atau
diproduksi secara organik dengan istilah kopi organik. Pengelolaan tanaman kopi organik belum
dilakukan secara intensif. Hal ini dapat dilihat dari pengelolannya yang tidak menggunakan
pupuk organik secara keseluruhan. Dalam praktikum ini dilakukan pengamatan secara langsung
mengenai cara pemangkasan tanaman kopi Kebun Kopi Ngipiksari. Dengan begitu akan lebih
dipahami bagaimana cara budidaya tanaman kopi khususnya pada tahap pemeliharaan kopi yang
baik dan tepat, sehingga dengan adanya perlakuan tersebut bisa menaikkan kualitas dan kuantitas
kopi rakyat.

b. Tujuan
1. Mempelajari budidaya tanaman kopi, khususnya dalam tahap pemeliharaan tanaman kopi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan kopi (Coffea sp.) termasuk familia Rubiaceae yang dikenal mempunyai 500
jenis dengan tidak kurang dari 600 spesies. Genus Coffea merupakan salah satu genus penting
dengan salah satu diantara spesiesnya yang mempunyai nilai ekonomi dan dikembangkan secara
komersial yaitu kopi arabika dengan nama latin Coffea Arabica L. Jenis kopi ini merupakan jenis
tertua yang dikenal dan dibudidayakan dunia. Kopi (Coffea sp.) adalah spesies tanaman
berbentuk pohon. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai tinggi
12 m. Tanaman ini memiliki beberapa jenis cabang : cabang reproduksi, cabang primer, cabang
sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air. Daun tanaman kopi
berbentuk bulat telur dengan ujung tegak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang dan ranting–rantingnya (Wringley, 1998).
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yangsudah lama dibudidayakan
dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal
dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika,
yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia
setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan
Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012)..
Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah mencatat
bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh
Bangsa Ethiopia dibenua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus
berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang
dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi
lebih dari 400 ribu ton kopi pertahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi
juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan penyakit
jantung (AAK, 2009).
Kopi merupakan komoditas penting perkebunan di Indonesia. Indonesia merupakan
Negara penghasil kopi keempat terbesar di dunia. Saat ini, produksi kopi Indonesia telah
mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80% berasal dari perkebunan rakyat. Kopi
sebagai salah satu aset produk Indonesia yang terkenal di dunia, sekarang ini banyak
diusahakan atau diproduksi secara organic dengan istilah kopi organik. Pengelolaan tanaman
kopi organik belum dilakukan secara intensif. Hal ini dapat dilihat dari pengelolannya yang
tidak menggunakan pupuk organik secara keseluruhan (Alnopri., dkk, 2011).
Kopi arabika akan tumbuh dengan baik apabila lahan tanam memenuhi persyaratan
dengan temperatur 18 – 25ᴼC, dengan curah hujan 1200 – 2000 mm per tahun dan 1 – 3 bulan
kering. Kondisi lahan tersebut tidak cocok untuk perkembangan cendawan Hemileia vastatrix,
yang menyebabkan penyakit daun tanama kopi. Penyakit tersebut merupakan penyakit utama
tanaman kopi arabika. Lahan-lahan yang memenuhi persyaratan tersebut di atas hanya dapat
diperoleh pada daerah dengan ketinggian di atas 1000 m dpl ( Cambrony, 1992).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktium Budidaya Tanaman Tahunan acara 3 yang berjudul Pemeliharaan Tanaman
Kopi dilaksanakan pada tanggal 29 April 2016 di Kebun Kopi Ngipiksari, Hargobinangun,
Pakem Sleman, DIY. Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah tanaman kopi Robusta,
kopi Arabika dan pupuk. Alat yang digunkan berupa cangkul, sabit dan alat pemangkas.
Pelaksanaan praktikum ini pertama praktikan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
kelompok 1 dan 2 menjadi kelompok besar 1 kemudian kelompok 3 dan 4 menjadi kelompok
besar 2. Praktikan akan dijelaskan oleh pendamping lapangan yang bertugas di Kebun Kopi
tersebut. Praktikum ini akan mengetahui bagaimana kegiatan berbudidaya tanaman kopi pada
kebun tersebut, dipahami juga khususnya dalam tahap pemeliharaan tanaman. Hasil yang
didapatkan dalam kunjungan tersebut dibuat laporan sesuai dengan format yang dijelaskan oleh
asisten praktikum.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Dalam praktikum acara III Pemeliharaan Tanaman Kopi di Kebun Kopi Ngipiksari,
Hargobinangun, Pakem Sleman, DIY untuk mengetahui bagaimana cara berbudidaya tanaman
kopi dari penanaman sampai pasca panen. Menurut pegawai selaku yang memelihara tanaman
kopi, bahwa tanaman kopi yang banyak ditanaman pada kebun tersebut rata-rata memiliki umur
30 tahun. Tanaman Kopi yang tumbuh di kebun tersebut ada 3 macam yaitu excelsa, Robusta
dan Arabika. Namun tanaman yang paling banyak tumbuh didaerah Pakem ini adalah jenih
Arabika. Dengan suhu yang dingin dan curah hujan yang tidak terlalu tinggi namun suhu yang
lembab dapat memberikan tanaman kopi jenis Arabika dan Robusta dapat tumbuh dengan baik.
Dari hasil yang didapatkan bahwa pada ketinggian yang baik untuk tanaman kopi Robusta adalah
500-100 mdpl, dan ketinggian yang baik untuk tanaman kopi Arabika adalah 1000-1500 mdpl
yang diukur dari laut Bantul.
Kopi Arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disuka karena rasanya
yang dinilai baik. Sebanyak 70% jenis kopi yang beredar di pasar dunia adalah jenis kopi
Arabika. Kopi arabika memiliki rasa yang lebih masam sehingga lebih dinikmati. Kopi Arabika
dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1.000-2.100 mdpl, namun masih bisa tumbuh
pada ketinggian diatas 800 mdpl. Kopi Arabika tumbuh optimal pada kisaran suhu 16-20oC.
Kopi Robusta (Coffea canephora) adalah jenis kopi yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 mdpl dengan suhu antara 21-24oC yang
sesuai dengan suhu daerah tropis di Indonesia (Aak, 2003).
Dalam membudidayakan tanaman kopi pemilihan tempat harus lebih diperhatikan, karena
lingkungan sangat mempengaruhi hasil dari tanaman tahunan. Lingkungan seperti jenis tanah
akan mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman kopi tersebut. Menurut pegawai yang
memelihara kebun tersebut jenis tanah yang berlempung sangat lah baik seperti yang ada di
daerah Wonosobo dan Temanggung. Pada daerah tersebut memberikan hasil produksi yang
tinggi dan mutu dari buah kopi tersebut lebih baik. Tanah yang mempunyai pH tinggi atau
berkapur tidak disarankan oleh pegawai yang ada disana karena tanaman kopi tidak
menghendaki untuk tumbuh di pH yang tinggi. Sedangkan cara berbudidaya tanaman kopi pada
kebun di daerah Pakem ini dari cara penanaman bibit, jarak penanaman, pemeliharaan
(pembersihan gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalihan OPT dan penyiraman) dan
panen.
Sebelum melalukan penanaman terlebih dahulu dilakukan penanaman tanaman pelindung
permanen. Pohon naungan yang ada di Kebun Kopi Pakem ini antara lain lamtoro dan glirisidi.
Pengunaan jenis pohon ini digunakan sebab daun yang kecil-kecil, perakaran yang tidak
menyerap unsur hara banyak dan pertumbuhan tanaman yang lambat. Kondisi tersebut dapat
memberikan manfaat yang baik untuk pertumbuhan dari tanaman kopi. Meskipun tanaman kopi
dalam pertumbuhannya memerlukan tanaman pelindung, namun tanaman kopi tetap memerlukan
sinar matahari untuk melakukan aktivitas sel. Menurut pegawai di sana bahwa pada saat umur
tanaman kopi masih muda memerlukan naungan > 50%, namun saat sudah dewasa yang berumur
10 tahun- 30 tahun hanya memerlukan naungan < 30% dan memerlukan sinar matahari 70%.
Maka daun yang memiliki lebar kecil dibutuhkan agar sinar matahari tetap masuk utuk
membantu tanaman kopi berfotosintesis.
Setelah menumbuhkan naungan untuk menjaga kelembaban lingkungan tersebut, maka
jarak tanam akan menentukan hasil kopi dengan mutu yang baik. Jarak tanam yang baik untuk
tanaman kopi menurut bapak pegawai tersebut adalah 2,5 m x 3 m. Jarak yang dianjurkan
tersebut agar cabang antara tanaman tidak saling menutupi dan tidak saling bergesekan antar
cabang. Pemilihan bibit yang baik agar hasil yang didaptkan dapat memberikan hasil yang
diinginkan. Namun kemarin saat melakukan praktikum tidak menunjukan bibit benih yang
seperti apa yang ditanam pada kebun tersebut, pada bibit steklah yang ada pada kebun kopi
tersebut. Setelah menentukan jarak tanam dan bibit yang akan digunakan makan lubang tanam
yang akan mempengaruhi tumbuh atau tidaknya suatu tanaman. Lubang tanam yang dianjurkan
adalah 60 cm x 60 cm panjang dan lebar lubang tanam sedangkan kedalaman mencapai 50 cm
untuk idealnya. Pemberian puradan dapat dianjurkan agar bibit tersebut tidak mati karena uret
dan semut. Saat penanaman bibit tersebut pemberian pupuk kandang lebih diutamakan dari pada
pupuk pabrik. Sebab pupuk pabrik dapat menghambat bahkan menybebkan tanaman mati karena
terlalu panas. Untuk penanaman bibit dari benih lebih baik berumur > 1 tahun, namun untuk bibit
dari stek berumur 6 bulan sudah bisa ditanam.
Pembersihan gulma yang dilakukan pada budidaya kopi di daerah Pakem ini dengan cara
mekanis(konvensional) yaitu mencabut gulma disekitar tanaman kopi tersebut. Saat melakukan
pembersihan gulma dapat juga dilakukan pemupukan yaitu lubang bekas gulma yang mengitari
kopi dimasukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanah tersebut. Pupuk yang sudah ditaburkan
ditutup dengan tanah secara melingkar. Pengendalian OPT yang dilakukan juga dilakukan secara
tradisional, seperti ulat srengenge yang diambil dan di bunuh. Sedangkan untuk penggerek buah
atau pengerek ranting dengan menggunakan beperia yang dapat membunuh penggerek. Untuk
jamur yang tumbuh pada kopi dapat langsung diganti tanamannya apabila yang terkena adalah
akarnya (Gambar 1.). Meskipun tanaman kopi yang terkena jamur sudah diganti oleh tanaman
lain namun tanaman kopi tersebut tetap tidak dapat tumbuh dengan baik. Hal ini terjadi
kemungkinan jamur yang tumbuh diakar pada tanaman sebelumnya masih belum hilang,
sehingga tanaman pengganti tidak dapat tumbuh dnegan baik. Jamur upas yang menyerang
ranting dapat langsung dipangkas dan dibakar namun harus jauh dari tanaman kopi, agar tidak
menyebar ke tanaman lain.

Gambar 1. Tanaman Pengganti Kopi

Pemeliharaan selanjutnya adalah pemangkasan ranting yang dapat mengganggu


pertumbuhan dari tanaman kopi. Menurut Prastowo (2010) Manfaat dan fungsi pemangkasan
umumnya adalah agar pohon tetap rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-
cabang produksi yang baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian
hama dan penyakit. Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan
cabang-cabang yang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang
produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang
lebih produktif. Secara morfologi buah kopi akan muncul pada percabangan, oleh karena itu
perlu diperoleh cabang yang banyak. Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk menghasilkan
cabang-cabang saja, (pertumbuhan vegetatif) tetapi juga banyak menghasilkan buah.
Pemangkasan yang dilakukan pada kebun kopi di Pakem ini dilakukan pada ketinggian 1
m untuk membentuk cabang bawah yang kuat pada umur tanaman > 1 tahun. Pada umur tanaman
2 taun cabang yang paling atas dipotong, agar tanaman kopi tidak terlalu tinggi yang dapat
memudahkan dalam pemanenan. Untuk pemangkasan dapat dilakukan kapan saja apabika ada
cabang yang tidak dibutuhkan. Pemangkasan sendiri dibagi menjadi 3 yaitu pemangkasan
ringan, pemangkasan cabang balik, dan pemangkasan berat. Pemangkasan ringan dilakukan pada
setiap saat, karena tunas air yang tidak dibutuhkan selalu tumbuh tidak menentu. Bukan hanya
tunas air saja pada pemangkasan ringan ini juga untuk cabang terkena penyakit dan cabang yang
mati (kering). Pemangkasan sedang adalah untuk memotong cabang yang membalik, cabang ini
dapat mengganggu ranting lain pada saat masa pertumbuhan sehingga perlunya dipangkas.
Pemangkasan berat untuk mengganti cabang yang sudah tidak dapat berproduksi lagi, sehingga
perlunya metode sambung untuk mengganti cabang yang sudah tidak baik.
Pada kebun kopi di Pakem ini dalam pemanenan dalam ketepatan waktu sangat
berpengaruh terhadap mutu kopi yang dihasilkan. Oleh sebab itu kopi harus dipanen pada
tingkat kematangan yang tepat. Tingkat kematangan yang tepat ditandai dengan buah yang telah
berwarna merah terang. Iklim dan jenis kopi mempengaruhi masa pembungaan sehingga waktu
panen juga dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut.
V. KESIMPULAN
1. Dalam praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dalam bubidaya tanaman tahunan seperti kopi
memiliki perbedaan dengan tanaman semusim. Perbedaan dari cara budidayanya dari
penanaman sampai pasca panennya. Pada tahap pemeliharaan tanaman tahunan seperti kopi
ini dapat dibedakan dari cara pengendalihan gulma dengan cara dicabut. Pada pengendalian
jamur dan penggerek menggukan cara tradisional. Pemeliharaan saat peremajaan atau
pemangksan terbagi menjadi 3 yaitu ringan, sedang dan berat. Pemangkasan ini dapat
mempengaruhi hasil mutu yang didaptkan.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2009. Budi Daya Tanaman Kopi. Penerbit Kanisius.Yogyakarta. hal:20-21.
Anonimus. 2012. Strategi Pengembangan Agribisnis kopi arabika di Kecamatan Poncol,
Kabupaten Magetan. http://ilmiahpertanian.com/2008/04/strategi-pengembangan-
agribisnis-kopi.html. Diakses 10 Maret 2016.
Alnopri., Taufik, D.W., Ganefianti., Muktazar., dan Prasetyo. 2011. Modifikasi rancangan dialil
untuk mendapatkan kopi arabika unggul berdasarkan aktivitas nitrat reduktase. Akta
Agrosia 7(2) : 47-51.
Cambrony, H.R. 1992. Coffee Growing. The tropical agriculturist. The Macmillan Press LTD.
London.
Kadir, S. dan Karo. 2011. Pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi kopi
Arabika. Jurnal Agrivigor Vol.6 (1): 85 –92.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar
Swadaya. Jakarta. hal:31-32.
Wringley, G. 1998. Coffee (Tropical Agriculture Series) Longman Singapore Publisher.
Singapore.
LAMPIRAN

Gambar Tanaman kopi yang terkena jamur akar.

Gamabar Batang tanaman kopi yang mati karena jamur akar.


Gambar comtoh tanaman kopi yang digunakan untuk stek.

Gambar biji kopi yang terkena jamur.


.

Anda mungkin juga menyukai