Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prolanis merupakan sistem pelayanan kesehatan dan pendektan proaktif

yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas

Kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi

peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai

kualitas hidup dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

Prolanis adalah singkatan dari program pengelolaan penyakit kronis.

Penyakit kronis merupakan penyakit yang membutuhkan pengendalian

yang intensif dan disiplin. Baik disiplin dengan perlakuan-perlakuan tertentu

seperti konsultasi medis dan terapi pengobatan secara teratur, mengikuti diet

nutrisi, melaksanakan gaya hidup sesuai dengan saran dokter atau tenaga

medis kesehatan yang profesional (Widjaja dalam Nafisah, 2015).

Penyakit kronis merupakan permasalahan kesehatan serius dan

penyebab kematian terbesar di dunia. Penyakit kronis menyebabkan kematian

pada 36 juta orang di seluruh dunia atau setara dengan 36 % jumlah kematian

di dunia (WHO, 2013). Berdasarkan hasil temuan Riskesdas pada tahun 2018,

penyakit kronis merupakan sepuluh penyebab utama kematian di Indonesia

(Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Salah satu program unggulan guna meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Kesehatan kepada

peserta penderita penyakit kronis khususnya penyakit diabetes melitus,

1
2

hipertensi, jantung, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), epilepsy,

stroke, schizophrenia, systemic lupus erythematosus (SLE) yang sudah

terkontrol/stabil namun masih memerlukan pengobatan atau asuhan

keperawatan dalam jangka panjang. Dari beberapa penyakit kronis tersebut

salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus (Kemenkes RI, 2014).

Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat,

dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga

menyebabkan keadaan hiperglikemia. Diabetes Melitus merupakan kelainan

endokrin yang paling banyak dijumpai. Penderita Diabetes Melitus

mempunyai risiko untuk menderita komplikasi yang spesifik akibat

perjalanan penyakit ini, yaitu retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal

ginjal, neuropati, aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan

penyakit arteria koronaria (Coronary artery disease) (Adiningsih, 2011).

Data kejadian diabetes melitus menurut International Diabetes

Federation [IDF] (2014) menyebutkan bahwa 382 juta orang mengidap

diabetes dan pada tahun 2035 akan meningkat menjadi 592 juta orang.

Jumlah orang dengan diabetes melitus tipe 2 meningkat di setiap negara dan

80% dari penderita diabetes tinggal di negara berpenghasilan rendah dan

menengah. Kelompok terbesar penderita DM berada pada rentang usia antara

40 sampai 59 tahun. Data yang ada menunjukan terdapat 175 juta orang

dengan DM tidak terdiagnosis dan menyebabkan 4,9 juta kematian pada

tahun 2014 (Prasetyorini, 2015).

2
3

Menurut International Diabetes Federation [IDF] (2014) terdapat 9 juta

kasus DM di Indonesia. Studi populasi diabetes melitus tipe 2 di Indonesia

menempati urutan ke dua terbesar dengan 9,116 juta orang dan diperkirakan

akan menjadi sekitar 14,1 juta pada tahun 2035.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan

bahwa diabetes melitus berada pada peringkat keempat penyakit tidak

menular penyebab kematian pada semua umur di Indonesia setelah asma,

PPOK dan kanker yaitu sebesar 2,1% (Prasetyorini, 2015).

World Health Organization (WHO) memprediksi bahwa di Indonesia

akan ada kenaikan dari 8,4 juta diabetes pada tahun 2000, dan akan

meningkat menjadi sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun 2030. Hal ini akan

menjadikan Indonesia menduduki rangking ke-4 dunia setelah Amerika

Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes (Kemenkes, 2010).

Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian

Kesehatan Indonesia tahun 2018 yaitu terdapat 1.5% atau diperkirakan sekitar

1.017.290 penduduk Indonesia menderita penyakit diabetes mellitus. Angka

kejadian DM di Jawa Barat sebesar 1,3 % atau sekitar 186.809 orang dan

menempati urutan pertama dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia

(Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Hasil prasurvey yang dilakukan di Klinik Vita Medika 2 Tasikmalaya,

jumlah kunjungan penderita diabetes mengalami peningkatan selama dua

tahun terakhir, yaitu pada tahun 2017 sebanyak 54 penderita DM tipe II, pada

tahun 2018 sebanyak 60 orang penderita DM tipe II dan pada tahun 2019

3
4

sebanyak 68 orang penderita DM tipe II. Dengan demikian maka penyakit

tidak menular ini peringkatnya juga terus meningkat (Data Kunjungan Klinik

Vita Medika II).

Sejak tahun 2014 BPJS Kesehatan telah menerapkan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang merupakan sistem pelayanan

kesehatan untuk mengelola penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2.

Adanya kepatuhan Prolanis akan mendorong peserta penyandang penyakit

kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% memiliki hasil

yang baik pada pemeriksaan spesifik.

Pada tahun 2018 jumlah peserta BPJS di Klinik Vita Medika sebanyak

8.637 orang, sedangkan pada tahun 2019 bulan April tercatan peserta BPJS

sebanyak 8.558. Peserta BPJS yang didiagnosa diabetes sebanyak 85 orang.

BPJS Kesehatan paling banyak menanggung hingga Rp 10-15 juta rupiah

biaya pengobatan DM dengan komplikasi setiap bulannya kepada para

peserta.

Nilai total biaya perawatan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan untuk

para peserta yang mengalami DM masuk dalam kategori empat besar.

Bersama dengan DM, ada penyakit jantung, gagal ginjal terminal, kanker, dan

hipertensi. Setelah melihat keadaan tersebut, akhirnya BPJS mengubah

haluan strategi penanganan kesehatan.

Awalnya penanganan kesehatan lebih banyak berfokus pada kuratif dan

rehabilitatif. Namun sekarang promotif dan preventif yang menjadi fokus dari

pemeliharaan kesehatan.

4
5

BPJS lebih menitikberatkan Prolanis dalam penanganan penyakit DM,

sebuah mata rantai dari keahlian klinis para dokter spesialis endrokrinologi

(Levesque et al, 2013). Empat pilar pengelolaan diabetes melitus diantaranya

dengan edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, dan intervensi

farmakologi. Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur (3 – 4

kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar

dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitri tahun 2012, hasil

penelitian menunjukan bahwa durasi latihan jasmani berhubungan bermakna

dengan kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam

postprandial. Salah satu latihan jasmani dalam pengelolaan diabetes melitus

adalah dengan melakukan senam prolanis. Senam prolanis merupakan salah

satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes. Dengan

melakukan senam prolanis, diharapkan dapat menurunkan kadar gula darah

penderita diabetes.

Dari hasil wawancara dengan 10 orang penderita Diabetes Melitus yang

berkunjung ke Klinik Vita Medika 2 sebanyak 7 orang mengaku sulit untuk

menurunkan kadar gula darahnya karena cenderung tidak melakukan olah

raga maupun aktivitas fisik lainnya.

5
6

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

judul penelitian tentang “Hubungan Senam Prolanis Terhadap Penurunan

Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Klinik Vita

Medika 2 Kota Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Seman Prolanis Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di

Klinik Vita Medika 2 Kota Tasikmalaya ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh seman prolanis terhadap penurunan kadar

gula darah pada penderita Diabetes Melitus tipe II di Klinik Vita Medika 2

Kota Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita penyakit diabetes

melitus tipe II di Klinik Vita Medika 2.

b. Untuk mengetahui gambaran senam prolanis pada penderita penyakit

diabetes melitus tipe II di Klinik Vita Medika 2.

c. Untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada penderita penyakit

diabetes melitus tipe II di Klinik Vita Medika 2.

6
7

d. Untuk mengetahui hubungan senam prolanis terhadap kadar gula darah

pada penderita penyakit diabetes melitus tipe II di Klinik Vita Medika 2

e. Mengetahui faktor lain yang dapat memengaruhi kadar gula darah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain :

1. Institusi Pelayanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi institusi

terkait pengambilan kebijakan dalam melakukan kegiatan yang berkaitan

dengan aktivitas fisik pada penderita penyakit tertentu. Untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2. Institusi Pendidikan

Untuk meningkatkan kepustakaan dan pengetahuan mengenai

pengaruh senam prolanis terhadap penurunan kadar gula darah pada

penderita diabetes tipe II . Sebagai bahan referensi bagi peneliti lanjutan

yang lebih komplek dan sebagai media pengembangan ilmu dan informasi

bagi perawat.

3. Penulis

Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sendiri

mengenai pengaruh senam prolanis terhadap penurunan kadar gula darah

pada penderita diabetes tipe II di Klinik Vita Medika 2.

4. Responden

Melalui kegiatan senam prolanis, diharapkan dapat memberikan

pengaruh pada kadar gula darah pasien DM tipe II. Sehingga peserta

7
8

prolanis dapat mengoptimalkan keadaan kesehatannya agar beresiko

rendah pada kemungkinan munculnya komplikasi penyakit.

Anda mungkin juga menyukai