Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PREEKLAMPSIA
A. PENDAHULUAN
Setiap wanita hamil mempunyai potensi risiko komplikasi persalinan
dengan dampak ketidaknyamanan, ketidak puasan, bahkan kematian.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan yang hingga kini penyebabnya belum diketahui dengan pasti,
yang ditandai dengan hipertensi, dan tekanan darah tinggi, edema, dan
proteunaria yang masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab
kematian perinatal yang tinggi, untuk mendeteksi preeklampsia sedini
mungkin dengan melalui pemeriksaan kehamilan secara teratur mulai
trimester I sampai trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia lebih
berat.
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka
226/100.000 kelahiran hidup, sedangkan menurut WHO menunjukkan angka
450/100.000 kelahiran hidup
Berdsarkan data dari rekam medis Rs Dr Moewardi dari periodeJanuari
sampai Maret 2014 berkisar 32 orang pasien hamil dengan preeklampsia
berat. Hal ini membuktikan bahwa tingginya kejadian preeklampsia
merupakan masalah yang memerlukan penanganan secara serius.
B. PENGERTIAN
Preeklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan
yang ditandai dengan adanya hipertensi, edema, dan proteunaria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
adapun gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20 minggu.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteunaria, penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ketiga dalam kehamilan, atau segera setelah persalinan
C. ANATOMI FISIOLOGI
Perubahan Fisiologi Wanita Hamil
Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan
dengan beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon.
Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin,
menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk
pembentukan/produksi air susu selama masa nifas.
1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos
uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah
advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat
dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur.)
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :
a. Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba
b. Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek
fundus uteri berada di belakang simfisis.
c. Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri
1-2 jari di atas simfisis pubis.
d. Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis
dengan pusat.
e. Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.
f. Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.
g. Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.
h. Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan
prosessus xypoideus.
i. Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah
prosessus xypoideus.
j. Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di
bawah prosessus xypoideus.).
2. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon
estrogen sehingga tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda
ini disebut tanda Chadwick.
3. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16
minggu.Namun akan mengecil setelah plasenta terbentuk, korpus luteum
ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi
ini akan diambil alih oleh plasenta.
4. Payudara
Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang
akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan
tetapi belum mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih
hitam karena hiperpigmentasi.
5. Sistem Sirkulasi
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-
pembuluh darah yang membesar pula.Volume darah ibu dalam
kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah
yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah kira-kira 25%,
dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang
meninggi kira-kira 30%.
6. Sistem Respirasi
Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang
mengeluh rasa sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu
ke atas karena usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah
diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
7. Traktus Digestivus
Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea)
karena hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus
juga menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai
gejala muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness
dan bila terlampau sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis
gravidarum.
8. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
oleh uterus yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini
akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi
pada akhir kehamilan karena bagian terendah janin mulai turun
memasuki Pintu Atas Panggul.
9. Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH)
yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat
deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma
gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi
kebiru-biruan yang disebut striae livide.
10. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga
15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada
kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB
perhari untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan
untuk janin, serta disimpan pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan
30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang terutama pada trimester
ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus mengandung kalsium,
paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat diperkirakan 0,2-0,7 gr
kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga janin tidak akan
mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan tambahan zat
besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam darah
sebagai persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan.
11. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat
badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20
minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5
kg.
D. KALASIFIKASI
Dibagi dalam 2 golongan :
1. Pre-eklampsi ringan, bila keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
rebah terlentang/tidur berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan
1 kg atau lebih perminggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter, kwalitatif 1+atau 2+
pada urin kateter atau midstream
2. Pre-eklampsi berat:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
c. Oliguria, jmlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d. Keluhan subjektif :
1) Nyeri di epigastrium
2) Gangguan penglihatan
3) Nyeri kepala
4) Edema paru dan sianosis
e. Pemeriksaan :
1) Kadar enzim hati meningkat disertai ikterus
2) Perdarahan pada retina
3) Trombosit kurang dari 100.000/mm
E. ETIOLOGI
Penyebab preeklampsia sampai saat ini masih belum diketahui
secara pasti, sehingga penyakit ini disebut dengan “The Diseases of
Theories”.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia adalah :
1. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina
terjadinya Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan
Molahidatidosa. Teori ini didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa
keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.
2. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang
timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dan
diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan “Blocking
Antibodies” terhadap antigen plasenta tidak sempurna, sehingga timbul
respons imun yang tidak menguntungkan terhadap Histikompatibilitas
Plasenta. Pada kehamilan berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies”
akan lebih banyak akibat respos imunitas pada kehamilan sebelumnya,
seperti respons imunisasi.
Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya
sistem imun pada penderita Preeklampsia-Eklampsia :
a. Beberapa wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai
komplek imun dalam serum.
b. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system
komplemen pada Preeklampsia-Eklampsia diikuti dengan proteinuri.
Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat
menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen
terjadi pada Preeklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem
imunologi bisa menyebabkan Preeklampsia.
3. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan
Aldosteron antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative
Aldoteron yang menyebabkan retensi air dan natrium, sehingga terjadi
Hipertensi dan Edema.
4. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia /
eklampsia bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa
bukti yang menunjukkan peran faktor genetic pada kejadian
Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-
Eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-
Eklampsia.
c. Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia
pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-
Eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
5. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang
mengandung asam lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai
precursor sintesis Prostaglandin akan menyebabkan “Loss Angiotensin
Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.
6. Jumlah primigravi, terutama primigravida muda
7. Distensi rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
8. Penyakit yang menyertai hamil : diaetes melitus, kegemukan
9. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun
F. PATOFISIOLOGI
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ
seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan
plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi
IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap
oksitosin meningkat
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan
perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun,
garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari
intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah
dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia
berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik
dengan cepat
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema
hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari preeklamsia, enzim-enzim hati
seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan
aliran darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan
kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik
serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia,
klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Edema paru
dihubungkan dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
G. TANDA DAN GEJALA
Dua gejala yang sangat penting pada preeklamsia yaitu hipertensi
dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Sehingga
tanda dan gejala dari preeklamsia:
a. Tekanan darah meningkat
b. Kenaikan berat badan (1 kg/minggu)
c. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.
d. Proteinuria
1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan
kuwalitatif +1 / +2.
2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter
atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.
Gejala-gejala subjektif yang dirasakan pada preeklamsia adalah sebagai
berikut
a. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan sering terjadi
pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah
frontal dan oksipital, serta tidak sembuh dengan pemberian analgetik
biasa.
b. Nyeri epigastrium
Merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia
berat. Keluhan ini disebabkan karena tekanan pada kapsula hepar akibat
edema atau perdarahan.
c. Gangguan penglihatan
Keluhan gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh spasme
arterial, iskemia, dan edema retina serta pada kasus-kasus langka
disebabkan oleh ablasio retina. Pada pereeklamsia ringan tidak
ditemukan tanda-tanda subjektif ini.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan
efektif untuk preeklampsia. Dulu, kadar asam urat digunakan sebagai
indikator preeklampsia, namun ternyata tidak sensitif dan spesifik sebagai
alat diagnostik. Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada wanita
yang menderita hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko terjadinya
preeklampsia superimpose.
1. Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan di awal
kehamilan pada wanita dengan faktor resiko menderita preeklampsia,
yang terdiri dari pemeriksaan kadar enzim hati, hitung trombosit, kadar
kreatinin serum, dan protein total pada urin 24 jam.
Pada wanita yang telah didiagnosis preeklampsia, harus dilakukan
juga pemeriksaan kadar albumin serum, LDH, apus darah tepi, serta
waktu perdarahan dan pembekuan. Semua pemeriksaan ini harus
dilakukan sesering mungkin untuk memantau progresifitas
penyakitprotein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid
biasanya > 7 mg/100 ml.
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
I. KOMPLIKASI
1. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim.
Pada penderita preeklamsi ini terjadi karena adanya vasospasme pada
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke plasenta
terganggu. Sehingga nutrisi menuju ke janin atau plasenta berkurang
kemudian terjadi sianosis yang menyebabkan plasenta lepas dari
dinding rahim.
2. Hemolisis
Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis periportal
hati pada penderita pre-eklampsia.
3. Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi.
Perdarahan pada retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat
yang menunjukkan adanya apopleksia serebri.
4. Edema paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan
karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang
ditemukan abses paru-paru.
Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme arteriol
umum. Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama dengan
enzim.
5. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet).
Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati,
hepatoseluler (peningkatan enzim hati [SGPT,SGOT], gejala subjektif
[cepat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium]), hemolisis akibat
kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan
tak jenuh. Trombositopenia (<150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit di
dinding vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat),
lisosom.
6. Prematuritas
Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan
struktur lainnya. Bisa juga terjadi anuria atau gagal ginjal.
7. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation):
DIC adalah gangguan serius yang terjadi pada mekanisme
pembekuan darah pada tubuh. Pada penderita preeklamsi terjadi
proteinuria yaitu protein yang keluar bersama urin akibat dari kerusakan
ginjal. Sedangkan dalam mekanisme pembekuan darah di perlukan
fibrinogen yang merupakan protein. Sehingga pada penderita
preeklamsi karena terjadi kekurangan protein dalam darah
menyebabkan mekanisme pembekuan darah terganggu kemudian
terjadinya DIC.
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan tanda-
tanda dan gejala-gejala preeklamsi berat segera harus di beri sedativa
yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.
Sebagai tindakan pengobatan untuk mencegah kejang-kejang
dapat di berikan:
a. Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikan
intramuskulus bokonh kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan
dapat di ulang 4 gr tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas
magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik, reflek patella positif,
dan kecepatan pernafasan lebih dari 16 per menit. Obat tersebut
selain menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan diuresis.
b. Klopromazin 50 mg intramuskulus.
c. Diazepam 20 mg intramuskulus
Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian
MgSO4 tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500 ml,
max. 120 mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada
perbaikan, rawat di ruang ICU.
Sebagai tindakan pengobatan untuk menurunkan tekanan
darah:
a. Anti hipertensi
1) Tekanan darah sistolis > 180 mmHg, diastolis > 110 mmHg.
Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis < 105 mmHg
(bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi
plasenta.
2) Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada
umumnya.
3) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat
diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan
kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul
dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan
tekanan darah.
4) Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual atau oral. Obat pilihan
adalah nifedipin yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat
diulang sampai 8 kali/24 jam.
b. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid D.
Penggunaan obat hipotensif pada pre-eklamsia berat diperlukan
karena dengan menurunnya tekanan darah kemungkinan kejang
dan apolpeksia serebri menjadi lebih kecil. Apabila terdapat
oliguria, sebaiknya penderita diberi glukosa 20% secara
intravena. Obat diuretika tidak si berikan secar rutin
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui
bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan
ditunda lebih lama.
b. Penatalaksanaan preeklamsI Ringan
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu.
Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
a) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan
kondisi janin.
b) Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda
bahaya preeklampsia dan eklampsia.
c) Lebih banyak istirahat, tidur miring agar menghilangkan
tekanan pada vena cava inferior, sehingga meningkatkan
aliran darah balik dan menambah curah jantung.
d) Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
e) Tidak perlu diberi obat-obatan.
f) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
g) Pantau tekanan darah 2 kali sehari dan urin (untuk
proteinuria) sekali sehari.
h) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut.
i) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan :
j) Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda
preeklampsia berat.
k) Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin,
keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda preeklampsia
berat;
l) Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.Jika tidak ada
tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan
dan observasi kesehatan janin.
m) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan. Jika tidak rawat sampai
aterm.
n) Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai PE berat.
2) Kehamilan lebih dari 37 minggu
a) Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
b) Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks
dengan prostaglandin atau kateter Foley atau lakukan seksio
sesarea.
c. Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi,
pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang
terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.
1) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
3) Pemberian obat antikejang.
4) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema
paru-paru, payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah
furosemid.
5) Pemberian antihipertensi
Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off)
tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort
mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan
MAP ≥ 126 mmHg. Di RSU Soetomo Surabaya batas tekanan
darah pemberian antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥
180 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
6) Pemberian glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin
tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2
x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.
G. PENCEGAHAN
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan
nasehat tentang tentang dan berkaitan dengan:
1. Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan
rendah lemak. Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau
edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau butir telur stiap hari.
2. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja
dan disesuaikan dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring
ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.
3. Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan.
4. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan
agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil muda.
5. Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.
6. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke
atas apabila setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat
dihilangkan.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35
tahun, Jenis kelamin,
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh
demam, sakit kepala,
2) Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan
pokok maupun selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat
menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya
b. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
c. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi
d. Pola aktivitas sehari-hari
1) Aktivitas
Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan,
penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis
+/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2) Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
3) Abdomen
Gejala :
Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan
aterm, apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )
Palpasi :
(1) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
(2) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian –
bagian kecil janin di sebelah kanan.
(3) Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir
(4) Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah
masuk pintu atas panggul
4) Auskultasi :
biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
5) Eliminasi
Gejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
celup, oliguria
6) Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan
, muntah-muntah
Tanda :biasanya nyeri epigastrium,
7) Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas.
8) Neurosensori
Gejala :biasanya terjadi hipertensi
Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma
9) Nyeri / kenyamanan
Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda :biasanya klien gelisah,
10) Pernafasan
Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,
Whezing, sonor
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising
atau tidak.
11) Keamanan
Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan
spontan.
12) Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan kardiak penurunan tekanan perfusi serebral
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glomerolus skunder terhadap penurunan kardiak output.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis: penumpukkan ion
Hidrogen
J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan kardiak penurunan tekanan perfusi serebral
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keparawatan 3x24 jam pasien menunjukkan
status neurologis yang dibuktikan dengan
Kriteria hasil :
a. Ukuran dan reaktivitas pupil dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan
menjadi indkator 5 (tidak ada gangguan)
b. Pola napas dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan menjadi indikator 5
(tidak ada gangguan)
c. Tekanan darah dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan menjadi 5 (tidak
ada gangguan)
d. Tekanan intrakranial dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan menjadi 5
(tidak ada gangguan)
Intervensi :
Perfusi jaringan verbal
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih
merupkan indikasi dari PIH
2. Catat tingkat kesadaran pasien
R/: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan
oliguria )
R/: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
4. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya
kontraksi uterus
R/: Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi
R/: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah
6. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi
glomerolus skunder terhadap penurunan kardiak output.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam menunjukkan
keseimbangan cairan tidak akan terganggi yang dibuktikan dengan
Kriteria hasil :
a. Tekanan darah dari indikator 3 (cukup terganggu) ditingkatkan
menjadi 5 (tidak terganggu)
b. Keseimbangan dalam intake dan output dalam 24 jam dari indikator 3
(sedang) ditingkatkan menjadi indikator 5 (tidak terganggu)
c. Berat badan stabil dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan menjadi
indikator 5 (tidak terganggu)
d. Turgor kulit dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan menjadi indikator 5
(tidak terganggu)
e. Kelembaban membran mukosa dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan
menjadi indikator 5 (tidak terganggu)
f. Berat jenis urin dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan menjadi indikator
5 (tidak terganggu)
g. Pusing dari indikator 3 (sedang) ditingkatkan menjadi indikator 5 (tidak
terganggu)
Intervensi :
a. Keseimbangan cairan
Manajemen cairan
1. Timbang berat badanstiap hari dan monitor status pasien
2. Jaga intake asupan yang akurat dan catat output pasien
3. Masukkan kateter urine
4. Monitor tanda-tanda vital pasien
5. Monito perubahan berat badan pasien sebelum dan setelah
dialisis
6. Monitor status gizi
7. Berikan cairan dengan tepat
8. Berikan diuretik yang diresepkan
9. Berikan cairan iv sesuai suhu lingkungan
Manajemen obat

1. Tentukan obatapa yang diperlukan dn kelolan menurut


resep/protokol
2. Monitor efektifas pemberian obat
3. Monitor efeksamping obat
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam pasien dapat
menunjukkan intoleransi aktivitas dan mendemonstrasikan penghematan
energi yang dibuktikan dengan
kriteria hasil :
a. Pasien dapat mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang yang
menimbulkankecemasan dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas
b. Pasien dapat menyadari keterbatasan energi
c. Pasien dapat aktivitas dan istirahat
d. Pasien mampu melaporkan bebas dari dispnea, kesulitan bernafas,
dan keletihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
e. Pasien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
Intervensi
Manajemen energi
1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas
2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
3. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan
4. Identifikasi penyebab keletihan
5. Monitor respon oksigen
6. Monitor asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber enrgi
yang adekuat
7. Catat pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam jam
8. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis: penumpukkan ion
Hidrogen
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien dapat
mengontrol nyeri dan memperlihatkan pengendalian nyeri yang
dibuktikan dengan
Kriteria hasil :
1) Mengenali kapan nyeri terjadi dari indikator 2 (jarang
menunjukkan) menjadi 4 (sering menunjukkan)
2) Skala nyeri berkurang dari 6 (sedang) menjadi 3 (ringan)
3) Menggambarkan faktor-faktor penyebab dari indikator 2 (jarang
menunjukkan) menjadi 4 (sering menunjukkan)
4) Melaporkan nyeri yang terkontrol dari indikator 2 (jarang
menunjukkan) menjadi 4 (seing menunjukkan)
5) Menjukkan ekspresi nyeri pada wajah dari indikator 2 (cukup
berat) menjadi 4 (ringan)
6) Gelisah dan ketegangan otot berkurang dari indikator 2 (cukup
berat) menjadi 4 (ringan)
Intervensi
Manajemen nyeri
1. Observasi nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, Durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor
pencetus nyeri
2. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
4. Observasi adanya petunjuk non-verbal mengenai
ketidaknyamanan
Terapi Relaksasi Nafas Dalam
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi
2. Tunjukkan dan praktikan teknik relaksasi pada pasien
3. Dorong pasien untuk mengulang praktik teknik relaksasi
Kolaborasi Pemberian Analgesik
1. Tentukan lokasi,karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekkuensi obat
analgesik yang diresepkan
3. Pilih rute IV dari pada IM untuk injeksi pengobatan nyeri yang
sering
Pemberian Obat : IV
1. Ikuti prinsip 5 benar pemberia obat
2. Cek rute pemberian obat pada label obat
3. Siapkan peralatan yang diburuhkan unruk pemberian obat
4. Pertahankan sterilisasi kateter IV
5. Pilih area injeksi yamg terdekat dengan pasien, matikan aliran
infus, aspirasi pada aliran IV sebelum memasukan obat secara
bolus
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
2. Carpenito- Moyet,Lynda juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta :
EGC.
4. Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC
5. Llewellyn-Jones, Derek. 2002. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi.
Jakarta : Hipokartes
6. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
7. Purwaningsih, Wahyu. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
8. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart Vol.2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
9. Wikinson, M Judith., (2016), Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA-
I, Intervensi NIC, Hasil NOC, Ed 10, EGC, Jakarta
10. Bulechek.M Gloria & Butcher,Howard K, dkk., (2016), Nursing
Intervention Classivication (NIC), Ed 6, Elsivier Globl Rights, Singapore
11. Moorhead, Sue & Jhonson,Marion,dkk., (2016),Nursing Outcomes
Classivications (NOC), Ed 6, Elsivier Globl Rights, Singapore

Anda mungkin juga menyukai