Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengenal objek-objek diskrit,
misalnya buku, komputer, mahasiswa, nilai ujian dan lain-lain. Dalam membicarakan
objek diskrit, kita sering berhadapan dengan situasi yang berhubungan dengan
sekumpulan objek di dalam suatu kelompok atau kelas, dan kita mengacu objek yang
termasuk di dalam suatu kelompok. Misalnya, “ semua mahasiswa pendidikan
matematika UIN angkatan 2006” adalah sebuah kelompok yang terdiri atas sejumlah
mahasiswa UIN angkatan 2006 dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Sekumpulan objek-objek diskrit itulah yang dikenal dengan istilah Himpunan.
Himpunan digunakan untuk mengelompokkan objek secara bersama-sama. Himpunan
merupakan salah satu dasar untuk mempelajari materi-materi dalam Matematika
Diskrit seperti relasi, kombinasi, dan fungsi.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Matematika Diskrit, sebagai penunjang dalam memahami salah satu
materi dalam mata kuliah Matematika Diskrit, yaitu tentang Himpunan.

1.3 Sistematika Penulisan


Adapun Sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Himpunan


Himpunan merupakan kumpulan objek-objek yang berdasarkan sifat / keadaan
yang sama atau berdasarkan suatu aturan tertentu. Objek-objek yang terdapat dalam
himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.

2.2 Penyajian Himpunan


Terdapat banyak cara untuk menyajikan himpunan. Di sini dikemukakan 4 cara
penyajian, yaitu mengenumerasi elemen-elemennya, menggunakan simbol-simbol
baku, menyatakan syarat keanggotaan, dan menggunakan diagram Venn.
1. Enumerasi
Jika sebuah himpunan terbatas dan tidak terlalu besar, kita bisa menyajikan
himpunan dengan cara mengenumerasi, artinya menuliskan semua elemen
himpunan yang bersangkutan di antara dua buah tanda kurung kurawal. Biasanya
suatu himpunan di beri nama dengan menggunakan huruf kapital maupun dengan
menggunakan simbol-simbol.
Contoh : Himpunan A yang berisi empat anggota 1, 2, 3, dan 4 dapat ditulis
sebagai A = { 1, 2, 3, 4 }. Perhatikan bahwa himpunan ditentukan oleh anggota-
anggotanya. Urutan anggota di dalam himpunan tidak mempunyai arti apa-apa.
Jadi kita bisa saja menuliskan A sebagai A = { 2, 4, 1, 3 } atau A = { 4, 3, 2, 1} .
karena itu, beberapa literatur menambahkan definisi hinpunan sebagai kumpulan
objek tak-terurut (unordered collection).
Untuk menuliskan himpunan yang tak berhingga banyak anggotanya, dapat
menggunakan tanda '... ' (ellipsis).
Contoh : Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai { 1, 2, 3, ... }, sedangkan
himpunan bilangan bulat ditulis sebagai { ..., -2, -1, 0, 1, 1, 2 }.
Terhadap suatu himpunan, suatu objek dapat menjadi anggota atau bukan anggota
himpunan tersebut. Untuk menyatakan keanggotaan tersebut digunakan notasi
berikut

x є A untuk memyatakan x merupakan anggota himpunan A ; dan

2
x є A untuk memyatakan x bukan merupakan anggota himpunan A
Contoh : Bila P1 = {a, b}, P2 = {{a, b}}, dan P3 = {{{a, b}}}, maka

a є P1 P1 є P2 P2 є P3¢

a ¢ P2 P1 ¢ P3

2. Simbol-simbol Baku
Beberapa himpunan yang khusus dituliskan dengan simbol-simbol yanng
sudah baku. Terdapat sejumlah simbol baku yang berbentuk huruf tebal (boldface)
yang biasa digunakan untuk mengidentifikasikan himpunan yang sering
digunakan, antara lain:
P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }
N = himpunan bilangan asli = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
Kadang-kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang
semuanya merupakan bagian dari sebuah himpunan yang universal. Himpunan
yang universal ini disebut semesta dan disimbolkan dengan U. Himpunan U
harus diberikan secara eksplisit atau diarahkan berdasarkan pembicaraan. Sebagai
contoh, misalnya U = { 1, 2, 3, 4, 5 } dan A adalah himpunan bagian dari U,
dengan A = { 1, 3, 5 }.

3. Notasi Pembentuk Himpunan


Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembentuk himpunan
(set builder). Dengan cara penyajian ini, himpunan dinyatakan dengan menulis
syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya.

Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat keanggotaan :


a. Bagian di kiri tanda '‫ '׀‬melambangkan elemen himpunan.
b. Tanda '‫ '׀‬dibaca dimana atau sedemikian sehingga .
c. Bagian di kanan tanda '‫ '׀‬menunjukkan syarat keanggotaan himpunan.

3
d. Setiap tanda '‫ '׀‬di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan.
Contoh :
(i) A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5, dinyatakan sebagai
A = { x │ x adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 5 }
atau dalam notasi yang lebih ringkas :

A = { x│ x є P, x < 5 }
(ii) B adalah himpunan bilangan genap positif yang lebih kecil atau sama dengan
8, dinyatakan sebagai
B = { x│x adalah himpunan bilangan genap positif lebih kecil atau sama dari
8}
atau dalam notasi yang lebih ringkas :

B = { x│ x ∕2 є P. 2 ≤ x ≤ 8 }
yang sama dengan B = { 2, 4, 6, 8 }.
(iii) Notasi pembentuk himpunan sangat berguna untuk menyajikan himpunan
yang anggota-anggotanya tidak mungkin dienumerasikan. Misalnya Q adalah

himpunan bilangan rasional, dinyatakan sebagai Q = { a/b │a, b є Z, b ≠ 0 }.


(iv) M adalah himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah Matematika Diskrit,
M = { x│x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah Matematika Diskrit }

4. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian
himpunan ini diperkenalkan oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn
pada tahun 1881. Di dalam diagram Venn, himpunan semesta (U) digambarkan
sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran
di dalam segi empat tersebut. Anggota-anggota suatu himpunan berada di dalam
lingkaran, sedangkan anggota himpunan lain di dalam lingkaran yang lain pula. Ada
kemungkinan dua himpunan mempunyai anggota yang sama, dan hal ini digambarkan
dengan lingkaran yang saling beririsan. Anggota U yang tidak termasuk di dalam
himpunan manapun di gambarkan di luar lingkaran.

4
Contoh :
Misalkan U = { 1, 2, ..., 7, 8 }, A = { 1, 2, 3, 5 } dan B = { 2, 5, 6, 8 }. Ketiga
himpunan tersebut digambarkan dengan diagram Venn. Perhatikan bahwa A dan B
mempunyai anggota bersama yaitu 2 dan 5. Anggota U yang lain, yaitu 7 dan 4 tidak
termasuk di dalam himpunan A dan B.

U A B
7
1 2 8
3 5 6 4

2.3 KARDINALITAS
Definisi
Sebuah himpunan dikatakan berhingga (finite set) jika terdapat n elemen
berbeda (distinct) yang dalam hal ini n adalah bilangan bulat tak-negatif. Sebaliknya
himpunan tersebut dinamakan tak-berhingga.
Misalkan A merupakan himpunan berhingga, maka jumlah elemen berbeda di
dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
│A│ menyatakan kardinalitas himpunan
Notasi : n(A) atau │A│

Contoh : Di bawah ini adalah contoh-contoh himpunan berhingga :


(i) A = { x │ x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 20 },
maka │A│ = 8, dengan elemen-elemen A adalah 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 17, 19
(ii) B = { kucing, a, Amir, 10, dan paku } maka │B│= 5, dengan elemen-
elemen B (yang berbeda) adalah kucing, a, amir, 10, paku.
(iii) C = { a, {a}, {{a}} }, maka │C│= 3, dengan elemem-elemen A (yang
berbeda) adalah a, {a}, dan {{a}}.
(iv) D = { x │ x adalah faktor dari 12 }, maka │D│= 6, dengan elemen-
elemen D adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12.
(v) E = { x │ x adalah bilangan bulat positif kurang dari 1 }, maka │E│=
0, karena tidak ada bilangan positif yang kurang dari 1.
(vi) F = { x │ x adalah kucing di Bandung }, ini juga adalah himpunan
berhingga, meskipun kita sangat sulit menghitung jumlah kucing di
Bandung, tetapi ada jumlah tertentu yang berhingga kucing di Bandung.

5
Himpunan yang tidak berhingga mempunyai kardinal tidak berhingga pula.
Sebagai contoh, himpunan bilangan riil mempunyai jumlah anggota yang tidak
berhingga, maka │R│= ∞, begitu juga himpunan bilangan bulat tak-negatif,
himpunan garis yang melalui titik pusat koordinat, himpunan titik di sepanjang garis y
= 2x + 3, dan lain-lain.

2.4 Himpunan Kosong


Definisi : Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan
dengan cardinal = 0 disebut himpunan kosong (empty set).

Notasi : atau

Contoh :
(i) E = x bilangan genap : x2 = 9 atau E =
(ii) P = x x adalah akar-akar persamaan kuadrat x2 + 5x + 10 =0 , |P|= 0
Himpunan dapat juga ditulis sebagai , begitu pula himpunan , dapat juga
ditulis sebagai , . Perhatikan juga bahwa bukan himpunan kosong karena ia memuat
satu elemen yaitu .
Istilah seperti kosong , hampa , nihil , ketiganya mengacu pada himpunan
yang tidak mengendung elemen, tetapi istilah nol tidak sama dengan ketiga istilah di
atas, sebab nol menyatakan sebuah bilangan tertentu.

2.5 Himpunan Bagian (Subset)


Sebuah himpunan dapat merupakan bagian dari himpunan lain. Anggota yang
dikandung di dalam himpunan tersebut juga terkandung di dalam himpunan yang lain.
Definisi:
Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika
setiap elemen A merupakan elemen dari B. Dalam hal ini, B dikatakan superset dari
A.
Notasi : A B
Dengan mengguanakan diagram Venn, A B lebih mudah dimengerti maksudnya. A B
digambarkan dengan diagram Venn pada gambar berikut: U

B
A
Contoh :

6
(i) 1,2,3 1,2,3,4,5
(ii) Jika A =(x,y) x + y 4, x 0, y 0 dan B = (x,y) 2x + y 4, x 0 dan y 0,
maka B A
(iii) A = p, q, r bukan himpunan bagian dari B = {m, p, q, t, u} karena r A
tetapi r B.
Teorema. Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sebagai berikut:
(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A A).
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( A)
(c) Jika A B dan B C, maka A C

Ada pula himpunan bagian sejati (subset sejati/ proper subset) , dimana jika
kita ingin menekankan bahwa A adalah himpunan bagian dari B tetapi A B maka kita
menulis A B, dan kita katakan bahwa A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper
subset) dari himpunan B. sebagai contoh, himpunan {1} dan {2, 3} merupakan proper
subset dari {1, 2, 3}. Sebaliknya, pernyataan A B digunakan untuk menyatakan
bahwa A adalah himpunan bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.
Contoh:
Misalkan X = {4, 5, 6} dan Z = {4, 5, 6, 7, 8}. Tentukan semua kemungkinan
himpunan Y sedemikian hinga X Y dan Y Z, yaitu X adalah proper subset dari Y dan
Y adalah proper subset dari Z.
Penyelesaian:
Y harus mengandung semua elemen X dan sekurang-kurangnya satu elemen dari Z.
dengan demikian, Y = {4, 5, 6, 7} atau Y = {4, 5, 6, 8}. Y tidak boleh memuat 7 dan 8
sekaligus karena Y adalah proper subset dari Z.

2.6 Himpunan yang Sama


Dua buah himpunan mungkin sama saja, yaitu semua anggota di dalam kedua
himpunan tersebut sama, meskipun urutannya di dalam himpunan tidak sama ( tidak
memperhatikan letak). Kita mendefinisikan kesamaan dua buah himpunan melalui
definisi berikut ini :
” Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika keduanya
mempunyai elemen yang sama. Dengan kata lain, A sama dengan B jika A adalah
himpunan bagian dari B dan B dan B adalah himpunan bagian dari A. Jika dtidak
demikian, maka kita katakana A tidak sama dengan B.”

7
Notasi : A = B A B dan B A
Contoh:
(i) Jika A = { 0 , 1 } dan B = { x x ( x-1) = 0 }, maka A=B
(ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5} dan B ={ 5, 3, 8}, maka A = B

Tiga hal yang perlu dicatat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan:
1. Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting.
Jadi, {1, 2, 3} = {3, 2, 1} = {1, 3, 2}
2. Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.
Jadi, {1, 1, 1, 1} = {1, 1} = {1}
3. Untuk tiga buah himpunan, A, B dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) Jika A = B, maka B = A
(c) Jika A = B dan B = C, maka A = C

2.7 Himpunan yang Ekuivalen

Dua buah himpunan dapat mempunyai kardinal yang sama meskipun anggota
himpunan tersebut tidak sama. Kita katakan kedua himpunan tersebut ekuivalen.
Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpinan B jika dan hanya jika kardinal
keduua himpunan tersebut sama.
Notasi : A ~ B
|A|=|B|

Contoh :
Jika A = dan B = , maka A ~ B sebab
{ 1,3,5,7 } { a,b ,c ,d } |A|=|B|=4
Maksudnya adalah himpunan A ekivalen dengan himpunan B, walaupun bentuk
himpunannya berbeda. Akan tetapi kardinal atau jumlah himpunannya sama.

2.8 Himpunan Saling Lepas


Dua buah himpunan mungkin saja tidak memiliki anggota yang sama satu
buah pun. Kedua himpunan tersebut dikatakan saling lepas (disjoint). Bisa

8
didefinisikan pula bahwa himpunan saling lepas adalah jika dua himpunan A dan B
tidak memiliki himpunan yang sama.

Notasi : A // B atau A
¿ Jika, .
∀ x ( x∈ A∧x∉B )∧∀ y ( y ∈B∧ y ∉A )
Contoh :
A= B = x : x bilangan asli yang ganjil
{ x∈N :2 x }
Maka : A // B
Dibawah ini adalah bentuk diagram Venn yang menggambarkan dua himpunan yang
saling lepas

A B

Diagram Venn untuk A // B

2.9 Himpunan Kuasa (power set)


P(A) adalah Power Set dari himpunan A yang terdiri dari semua himpunan-
himpunan bagian dari himpunan A. himpunan kuasa adalah suatu himpunan yang
elemennya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong
dan himpunan A sendiri.

Notasi : P(A) atau 2


A

Jumlah elemen P(A) = 2 dimana n adalah jumlah himpunan A


n

Contoh :
A= n(A) = 3, jumlah elemen P(A) = 2 = 8, yaitu
3
{ a,b,c }
P(A) =
{ A , { a , b } , { a , c } , {b , c } , { a } , { b } , { c } , { φ } }
Ingat bahwa himpunan merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan

9
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = , dan himpunan kuasa

dari himpunan adalah P( )=


{φ } {φ } {φ , { φ } }

2.10 Operasi-Operasi Himpunan


Satu atau beberapa himpunan dapat dioperasikan dengan operator tertentu
sehingga menghasilkan suatu himpunan yang baru. Bentuk – bentuk operasi
himpunan tersebut diidentifikasi sebagai sifat – sifat himpunan tertentu berdasarkan
format atau kesamaan dari hasil operasi himpunannya.
Operasi – operasi pada himpunan didefinisikan sebagai operasi Gabungan,
Irisan, selisih, dan Beda Setangkup. Selain operasi operasi tersebut, terdapat juga
suatu bentuk operasi khusus lainnya yaitu bentuk perkalian himpunan yang lebih
dikenal dengan sebutan Produk Kartesius.

a. operasi gabungan ( union )


Definisi : Gabungan dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya
merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.

Notasi : A B=
¿

Diagram Venn A B ( untuk himpunan A joint B ):


¿

A B
A

Contoh :
Tentukan A B, jika :
¿

1. A = { a, b, c, d }dan B = {f, b, d, g}
2. A = { X : X merupakan bilangan asli kurang dari 5 }dan B = { X : X
lima bilangan prima yang pertama }
Jawab:
1. A B = { a, b, c, d, f, g }
¿

10
2. A = { 1, 2, 3, 4} dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 },maka A B = { 1, 2, 3, 4,
¿

5, 7, 11 }

b. operasi irisan( intersection )


Definisi : Irisan dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap elemenya
merupakan elemen dari himpunan A dan sekaligus juga merupakan elemen dari
himpunan B.

Notasi : A B=
¿
Diagram Venn A B ( untuk himpunan A joint B )
¿

U
A B
A

Jika dua himpunan saling lepas, maka irisannya adalah himpunan kosong,
karena tidak ada elemen yang sama yang terdapat di dalam kedua himpunan tersbut.
Contoh :
Tentukan A B,jika :
¿

1. A = { a, b, c, d, } dan B = { f, b , d, g, }
2. A = { X : X merupakan bilangn asli kurang dari 5 } dan B = { X : X lima bilangan
prima yang pertama }
Jawab :
1. A B = { b, d }
¿

2. A = { 1, 2, 3, 4 } dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 },maka A B = { 2, 3 }
¿

c. operasi selisih ( difference )


Definisi : selisih dari dua himpunan A dan B adalh suatu himpunan yang elemennya
merupakan elemen dari A tetapi bukan elemen dari B. Selisih antara A dan B dapat
juga dikatan sebagai komplemen himpunan B relatif terhadap himpunan A.

Notasi : A - B =
{ X : X ∈A∧ X ∉B }
Digram Venn A – B ( untuk himpunan A joint B )

11
U
A B
A

Contoh :
Tentukan A – B, jika :
1. A = { a, b, c, d }dan B = { f, b, d, g }
2. A = { X : X merupakan bilangn asli kurang dari 5 } dan B = { X : X lima bilangan
prima yang pertama }
Jawab:
1. A – B =m { a, c }
2. A = { 1, 2, 3, 4 }dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 }, maka A – B = { 1, 4 }

d. komplemen ( complement )
Definisi : komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U
adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.

Notasi : Ac =
{ X : X ∈UdanX ∉ A }

Diagram Venn untuk Ac : U


A

Ac

e. operasi beda setangkup ( symmetric differenceI )


Definisi : Beda setangkup dari himpunan a dan B adalah suatu himpunan yang
elemennya ada pada himpunan A atau B, tetapi tidak oada keduanya.

Notasi: A ⊕ B=( A∪B )−( A∩B)=( A−B )∪(B−A )

Digram Venn A B( untuk himpunan A joint B )


U
A B
A

12
Contoh :
Tentukan A B, jika :

1. A = { a, b, c, d }dan B = { f, b, d, g }
2. A = { X : X merupakan bilangn asli kurang dari 5 } dan B = { X : X lima bilangan
prima yang pertama }
Jawab:
1. A B = { a, c, f, g }

2. A = { 1, 2, 3, 4 } dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 }, maka A B = { 1, 4, 5, 7, 11 }

f. perkalian kartesian ( cartesian product )


Definisi : perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
elemennya semua pasangan berurutan ( ordered pairs ) yang dibentuk dari komponen
pertama dari himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B.

Notasi: A×B= {(a , b )|a∈ Adanb∈B }


Contoh :
1. Misalkan C = { 1, 2, 3 }, dan D = { a, b }, maka perkalian kartesian C dan D adalah C

D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), ( 3, a), (3, b) }
¿

2. Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, maka A B = himpunan semua titik di


¿

bidang datar.
Catatlah bahwa :
1. Jiak A dan B merupakan himpunan berhingga, maka : | A B| = |A| |B|.
¿

2. Pasangkan berurutan (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b)
¿
(b, a).
3. perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu dengan syarat A
A×B≠B× A
atau B tidak kosong. Pada contoh diatas, D C = { (a, 1), (b, 2), (a, 3), (b, 1), (b,
¿

2), (b, 3) } C D.
¿ ¿

13
4. Jika A = atau B = , maka =
∅ ∅ A×B=B× A=∅

2.11 Sifat- Sifat Himpunan

NO SIFAT FORMAT
1. Idempoten a. A  A  A
b. A  A  A
2. Identitas a. A  S  A
b. A  Ø  A
c. A  A  Ø
3. Dominasi / Null a. A  S  S
b. A  Ø  Ø
c. A  A  Ø
4. Komplemen
a. A  A  S
C

b. A  A  Ø
C

5. Involusi
A  C C
A
6. Komutatif a. A B  B  A
b. A B  B  A
c. A B  B  A
7. Assosiatif
a. A   B  C    A  B  C

b. A   B  C    A  B   C
c. A   B  C    A  B   C
a. A   B  C    A  B    A  C 
8. Distributif

b. A   B  C    A  B    A  C 
a.  A  B 
9. Dalil de morgan C
 AC  B C

b.  A  B 
C
 AC  B C

2. 12 Prinsip Dualitas
Definisi (Prinsip Dualitas pada Himpunan):
Misalkan S adalah suatu kesamaan yang melibatkan himpunan (set identity) dan

operasi-operasi seperti , , dan komplemen. Jika S* diperoleh dari S dengan


¿ ¿

mengganti menjadi , menjadi , ø menjadi U, U menjadi ø,


¿ ¿ ¿ ¿

sedangkan komplemen dibiarkan sepertisemula, maka kesamaan S* juga benar dan


disebut dual dari kesamaan S.

Contoh :

14
Dual dari adalah X
( A∩B ) ∪( A∩B ) =A
( A∪B ) ∩( A∪B ) =A
. Dualitas ini berarti bahwa
adalah kesamaan yang benar, dan dualnya,
( A∩B ) ∪( A∩B ) =A

, juga benar.
( A∪B ) ∩( A∪B ) =A
Tabel Dualitas dari hukum-hukum aljabar Himpunan

1. Hukum identitas : Dualnya :

2. Hukum null/dominasi Dualnya :

3. Hukum komplemen : Dualnya :

4. Hukum idempotent : Dualnya :

5. Hukum penyerapan : Dualnya :

6. Hukum komutatif :
Dualnya :

7. Hukum asosiatif : Dualnya :

8. Hukum distributif : Dualnya :

9. Hukum De Morgan : Dualnya :

Dualnya :
10. Hukum :

2.13 Prinsip Inklusi-Eksklusi

15
Penggabungan dua buah himpunan menghasilkan himpunan baru yang
elemen-elemennya berasal dari himpunan A dan himpunan B. himpunan A dan
himpunan B mungkin saja memiliki elemen-elemen yang sama. Banyaknya elemen

bersama antara A dan B adalah . Setiap unsure yang sama itu telah dihitung
|A∩B|
dua kali, sekali pada dan sekali pada , meskipun ia seharusnya dianggap
|A| |B|
sebagai satu buah elemen di dalam . Karena itu, jumlah elemen hasil
|A∪B|
penggabungan jumlah elemen di dalam irisannya, atau

|A∪B|=|A|+|B|−|A∩B|
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi.

Contoh :
Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5?
Penyelesaian :
Misalkan ,
himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,
A=
X
B=
himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,
X
A∩B=
himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan bulat
yang habis dibagi oleh KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil ) dari 3 dan 5,
yaitu 15),
Yang ditanyakan adalah X
|A∪B|
.
Terlebih dahulu kita harus menghitung

,
|A|= ⌊ 100
3
=33 ⌋

16
, X
|B|= ⌊ 100
5 ⌋=20 |A∩B|= ⌊100 15 ⌋=6
Untuk mendapatkan

Jadi, ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5

2.14 Partisi
Definisi :
Partisi dari sebuah himpunan adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong
Α

dari sedemikian sehingga :


Α 1 Α2 ,… Α

a. , dan
Α 1 ∪Α 2 ∪…= Α
b. Himpunan bagian saling lepas, yaitu untuk
Αi Α i ∩Α j=φ
i≠ j
Contoh :
Misalkan , maka adalah partisi
Α= {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 } { {1 } , { 2, 3, 4 } , { 7, 8 } , { 5, 6 } }
dari .
Α

2.15 Pembuktian Proposisi Himpunan.


Proposisi Himpunan adalah pernyataan yang menggunakan notasi himpunan.
Pernyataan dapat berupa kesamaan (sel identity), misalnya “

” Adalah sebuah kesamaan himpunan, atau dapat


A∩(B∪C )=( A∩B )∪( A∩C )

berupa implikasi seperti” jika ”


A∩B= φ

Di bawah ini dikemikakan beberapa metode pembiktian proposisi perihal himpunan.


1.) Pembuktian dengan menggunakan diagram venn

17
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan

dengan diagram venn.


A∩(B∪C )=( A∩B )∪( A∩C )

Penyelesaian
Diagram venn untuk ruas kiri dan ruas kanan masing-masing ditunjukan pada
gambar berikut. Dari diagram venn untuk masing-masig ruas di atas, keduanya
memberikan area arsiran yang sama. Jadi, terbukti bahwa

A∩(B∪C )=( A∩B )∪( A∩C )

A B A B

Dengan diagram venn, pembuktian dapat dilakukan dengan cepat. Ini adalah
kelebihan metode ini. Namun, kekurangannya, diagram venn hanya dapat digunakan
jika himpunan yang digambarkasn tidak banyak jumlahnya. Selain itu, metode ini
mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta. Oleh karena itu, pembuktian dengan
diagram venn kurang dapat diterima.

2. Pembuktian dengan menggunakan table keanggotaan.


Kesamaan himpunan juga dapat dibuktikan dengan menggunakan table
keanggotaan (membership tables). Kita menggunakan angka 1 untuk menyatakan
bahwa suatu elemen adalah anggota himpunan, dan 0 untuk menyatakan bukan
himpunan (nilai ini dapat dianalogikan true dan false).
Contoh:
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan bahwa

.Tabel keanggotaan untuk kesamaan tersebut


A∩(B∪C )=( A∩B )∪( A∩C )

18
adalah seperti dibawah ini karena kolom dan kolom
A∩(B∪C )

sama, maka kesamaan tersebut benar.


( A∩B )∪( A∩C )

A B C BC A  (B  C) A B AC ( A  B)  ( A  C )
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1

Penjelasan: Pandang baris kedua dari tabel di atas:


A B C BC A  (B  C) A B AC ( A  B)  ( A  C )
0 0 1 1 0 0 0 0

Arti dari baris tersebut adalah; misalkan (nilai 0), (nilai 0),
x∉ A x∉B x∉C

(nilai 0), maka x pasti (nilai 1), tetapi (nilai 0).


¿ B∪C x∉(( A∩B )∪( A∩C ))

3.) Pembuktian dengan menggunakan aljabar himpunan


Contoh :
Mislkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa
( A∩B )∪( A∩B)=A
Penyelesaian:
) (Hukum distributif)
( A∩B )∪( A∩B)=A∩(B∪B
(Hukum komplemen)
= A∩U
(Hukum identitas)
=A

19
4. Pembuktian dengan menggunakan definisi.
Metode ini digunakan untuk membuktikan proposisi yang tidak bebrbentuk
kesamaan, tetapi proposisi yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi

tersebut terdapat notasi himpunan bagian ( ¿ atau⊂¿


).
¿

Contoh:
(i) Misalkan A dan B himpunan, jika = dan maka
A∩B φ A⊆(B∪C )

Buktikan!
A⊆C .
Pemyelesaian :
Dari definisi himpunan bagian, jik setiap x Karena , maka dari
P⊆Q ¿A.

definisi operasi gabungan Berarti atau .


(∪), x∈( B∪C ), x∈B x∈C
(ii) karena dan = , maka
x∈ A A∩B φ x∉B
Dari (i) dan (ii), harus benar. Karena juga berlaku ,
x∈C ∀ x ∈A x∈C

maka dapat disimpulkan


A⊆C

2.16 Himpunan Ganda


Definisi 216 misalkan P dan Q adalah himpunan ganda:
1. adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya
P∪Q
sama dengan multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan
Q.
Contoh : Jika P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c }, maka ….= { a, a,
a, b, c, c, d, d }
2. adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya
P∩Q
sama dengan multiplisitas minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh : Jika P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c }, maka =
P∩Q
{ a, a, c }

20
3. adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya
P−Q
sama dengan
_ multiplisitas elemen tersebut pada himpunan P dikurangi multiplisitasnya
pada Q, jika selisihnya positif.
_0, jika selisihnya nol at6au negatif.
Contoh : Jika P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan
Q ={ a, a, b, b, b, c, c, d, d, f }, maka P – Q = { a, e }

4. P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan


ganda, adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama
dengan penjumlahan dari multiplisitas elemen tersebut pada P dan Q. Catatan :
beda setangkup tidak didefinisikan pada himpunan ganda.
Contoh : Jika P = { a, a, a, b, b, c, c } dan Q ={ a, a, b, b, b, c, c, d, d, f },
maka P + Q ={ a, a, a, b, b, b, c, c, d }

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah dijabarkan dalam makalah ini, ada beberapa
kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya :
1. H
impunan merupakan kumpulan dari objek-objek yang didefinisikan secara
jelas.
2. D
engan memahami himpunan kita dapat mengetahui hukum – hukum atau sifat
– sifat yang berkaitan dengan Aljabar himpunan.
3. D
engan demikian kita dapat menyelesaikan pembuktian berdasarkan sifat
himpunan.

3.2 Saran

21
Matematika diskrit yang membahas tentang himpunan sangat populer dengan
mata kuliah Aljabar. Namun di Matematika diskrit lebih membahas pada aplikasi
Komputer. Sehingga kami menyarankan untuk lebih memahami Himpunan di mata
kuliah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Munir, Rinaldi. 2005. Matematika Diskrit Edisi Ketiga. Bandung :


Informatika.

L, Seymour, L. Marc Larc, 2001 . Matematika Diskrit I Edisi Pertama.


Jakarta: Salemba Teknika.

S, Suharti, Sukirman. 1999. Struktur Aljabar. Jakarta : Universitas Terbuka.

Yahya, Yusuf, dkk. 2004. Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Maryati, Tita Khalis. … . Diktat Mata Kuliah Matematika Dasar. Jakarta :
Jurusan Pendidikan Matematika.

22

Anda mungkin juga menyukai