PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
x є A untuk memyatakan x bukan merupakan anggota himpunan A
Contoh : Bila P1 = {a, b}, P2 = {{a, b}}, dan P3 = {{{a, b}}}, maka
a є P1 P1 є P2 P2 є P3¢
a ¢ P2 P1 ¢ P3
2. Simbol-simbol Baku
Beberapa himpunan yang khusus dituliskan dengan simbol-simbol yanng
sudah baku. Terdapat sejumlah simbol baku yang berbentuk huruf tebal (boldface)
yang biasa digunakan untuk mengidentifikasikan himpunan yang sering
digunakan, antara lain:
P = himpunan bilangan bulat positif = { 1, 2, 3, ... }
N = himpunan bilangan asli = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { ..., -2, -1, 0, 1, 2, ... }
Q = himpunan bilangan rasional
R = himpunan bilangan riil
C = himpunan bilangan kompleks
Kadang-kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang
semuanya merupakan bagian dari sebuah himpunan yang universal. Himpunan
yang universal ini disebut semesta dan disimbolkan dengan U. Himpunan U
harus diberikan secara eksplisit atau diarahkan berdasarkan pembicaraan. Sebagai
contoh, misalnya U = { 1, 2, 3, 4, 5 } dan A adalah himpunan bagian dari U,
dengan A = { 1, 3, 5 }.
3
d. Setiap tanda ' '׀di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan.
Contoh :
(i) A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 5, dinyatakan sebagai
A = { x │ x adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 5 }
atau dalam notasi yang lebih ringkas :
A = { x│ x є P, x < 5 }
(ii) B adalah himpunan bilangan genap positif yang lebih kecil atau sama dengan
8, dinyatakan sebagai
B = { x│x adalah himpunan bilangan genap positif lebih kecil atau sama dari
8}
atau dalam notasi yang lebih ringkas :
B = { x│ x ∕2 є P. 2 ≤ x ≤ 8 }
yang sama dengan B = { 2, 4, 6, 8 }.
(iii) Notasi pembentuk himpunan sangat berguna untuk menyajikan himpunan
yang anggota-anggotanya tidak mungkin dienumerasikan. Misalnya Q adalah
4. Diagram Venn
Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Cara penyajian
himpunan ini diperkenalkan oleh matematikawan Inggris yang bernama John Venn
pada tahun 1881. Di dalam diagram Venn, himpunan semesta (U) digambarkan
sebagai suatu segi empat sedangkan himpunan lainnya digambarkan sebagai lingkaran
di dalam segi empat tersebut. Anggota-anggota suatu himpunan berada di dalam
lingkaran, sedangkan anggota himpunan lain di dalam lingkaran yang lain pula. Ada
kemungkinan dua himpunan mempunyai anggota yang sama, dan hal ini digambarkan
dengan lingkaran yang saling beririsan. Anggota U yang tidak termasuk di dalam
himpunan manapun di gambarkan di luar lingkaran.
4
Contoh :
Misalkan U = { 1, 2, ..., 7, 8 }, A = { 1, 2, 3, 5 } dan B = { 2, 5, 6, 8 }. Ketiga
himpunan tersebut digambarkan dengan diagram Venn. Perhatikan bahwa A dan B
mempunyai anggota bersama yaitu 2 dan 5. Anggota U yang lain, yaitu 7 dan 4 tidak
termasuk di dalam himpunan A dan B.
U A B
7
1 2 8
3 5 6 4
2.3 KARDINALITAS
Definisi
Sebuah himpunan dikatakan berhingga (finite set) jika terdapat n elemen
berbeda (distinct) yang dalam hal ini n adalah bilangan bulat tak-negatif. Sebaliknya
himpunan tersebut dinamakan tak-berhingga.
Misalkan A merupakan himpunan berhingga, maka jumlah elemen berbeda di
dalam A disebut kardinal dari himpunan A.
│A│ menyatakan kardinalitas himpunan
Notasi : n(A) atau │A│
5
Himpunan yang tidak berhingga mempunyai kardinal tidak berhingga pula.
Sebagai contoh, himpunan bilangan riil mempunyai jumlah anggota yang tidak
berhingga, maka │R│= ∞, begitu juga himpunan bilangan bulat tak-negatif,
himpunan garis yang melalui titik pusat koordinat, himpunan titik di sepanjang garis y
= 2x + 3, dan lain-lain.
Notasi : atau
Contoh :
(i) E = x bilangan genap : x2 = 9 atau E =
(ii) P = x x adalah akar-akar persamaan kuadrat x2 + 5x + 10 =0 , |P|= 0
Himpunan dapat juga ditulis sebagai , begitu pula himpunan , dapat juga
ditulis sebagai , . Perhatikan juga bahwa bukan himpunan kosong karena ia memuat
satu elemen yaitu .
Istilah seperti kosong , hampa , nihil , ketiganya mengacu pada himpunan
yang tidak mengendung elemen, tetapi istilah nol tidak sama dengan ketiga istilah di
atas, sebab nol menyatakan sebuah bilangan tertentu.
B
A
Contoh :
6
(i) 1,2,3 1,2,3,4,5
(ii) Jika A =(x,y) x + y 4, x 0, y 0 dan B = (x,y) 2x + y 4, x 0 dan y 0,
maka B A
(iii) A = p, q, r bukan himpunan bagian dari B = {m, p, q, t, u} karena r A
tetapi r B.
Teorema. Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sebagai berikut:
(a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A A).
(b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( A)
(c) Jika A B dan B C, maka A C
Ada pula himpunan bagian sejati (subset sejati/ proper subset) , dimana jika
kita ingin menekankan bahwa A adalah himpunan bagian dari B tetapi A B maka kita
menulis A B, dan kita katakan bahwa A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper
subset) dari himpunan B. sebagai contoh, himpunan {1} dan {2, 3} merupakan proper
subset dari {1, 2, 3}. Sebaliknya, pernyataan A B digunakan untuk menyatakan
bahwa A adalah himpunan bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.
Contoh:
Misalkan X = {4, 5, 6} dan Z = {4, 5, 6, 7, 8}. Tentukan semua kemungkinan
himpunan Y sedemikian hinga X Y dan Y Z, yaitu X adalah proper subset dari Y dan
Y adalah proper subset dari Z.
Penyelesaian:
Y harus mengandung semua elemen X dan sekurang-kurangnya satu elemen dari Z.
dengan demikian, Y = {4, 5, 6, 7} atau Y = {4, 5, 6, 8}. Y tidak boleh memuat 7 dan 8
sekaligus karena Y adalah proper subset dari Z.
7
Notasi : A = B A B dan B A
Contoh:
(i) Jika A = { 0 , 1 } dan B = { x x ( x-1) = 0 }, maka A=B
(ii) Jika A = { 3, 5, 8, 5} dan B ={ 5, 3, 8}, maka A = B
Tiga hal yang perlu dicatat dalam memeriksa kesamaan dua buah himpunan:
1. Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting.
Jadi, {1, 2, 3} = {3, 2, 1} = {1, 3, 2}
2. Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan.
Jadi, {1, 1, 1, 1} = {1, 1} = {1}
3. Untuk tiga buah himpunan, A, B dan C berlaku aksioma berikut:
(a) A = A, B = B, dan C = C
(b) Jika A = B, maka B = A
(c) Jika A = B dan B = C, maka A = C
Dua buah himpunan dapat mempunyai kardinal yang sama meskipun anggota
himpunan tersebut tidak sama. Kita katakan kedua himpunan tersebut ekuivalen.
Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpinan B jika dan hanya jika kardinal
keduua himpunan tersebut sama.
Notasi : A ~ B
|A|=|B|
Contoh :
Jika A = dan B = , maka A ~ B sebab
{ 1,3,5,7 } { a,b ,c ,d } |A|=|B|=4
Maksudnya adalah himpunan A ekivalen dengan himpunan B, walaupun bentuk
himpunannya berbeda. Akan tetapi kardinal atau jumlah himpunannya sama.
8
didefinisikan pula bahwa himpunan saling lepas adalah jika dua himpunan A dan B
tidak memiliki himpunan yang sama.
Notasi : A // B atau A
¿ Jika, .
∀ x ( x∈ A∧x∉B )∧∀ y ( y ∈B∧ y ∉A )
Contoh :
A= B = x : x bilangan asli yang ganjil
{ x∈N :2 x }
Maka : A // B
Dibawah ini adalah bentuk diagram Venn yang menggambarkan dua himpunan yang
saling lepas
A B
Contoh :
A= n(A) = 3, jumlah elemen P(A) = 2 = 8, yaitu
3
{ a,b,c }
P(A) =
{ A , { a , b } , { a , c } , {b , c } , { a } , { b } , { c } , { φ } }
Ingat bahwa himpunan merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan
9
Himpunan kuasa dari himpunan kosong adalah P() = , dan himpunan kuasa
Notasi : A B=
¿
A B
A
Contoh :
Tentukan A B, jika :
¿
1. A = { a, b, c, d }dan B = {f, b, d, g}
2. A = { X : X merupakan bilangan asli kurang dari 5 }dan B = { X : X
lima bilangan prima yang pertama }
Jawab:
1. A B = { a, b, c, d, f, g }
¿
10
2. A = { 1, 2, 3, 4} dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 },maka A B = { 1, 2, 3, 4,
¿
5, 7, 11 }
Notasi : A B=
¿
Diagram Venn A B ( untuk himpunan A joint B )
¿
U
A B
A
Jika dua himpunan saling lepas, maka irisannya adalah himpunan kosong,
karena tidak ada elemen yang sama yang terdapat di dalam kedua himpunan tersbut.
Contoh :
Tentukan A B,jika :
¿
1. A = { a, b, c, d, } dan B = { f, b , d, g, }
2. A = { X : X merupakan bilangn asli kurang dari 5 } dan B = { X : X lima bilangan
prima yang pertama }
Jawab :
1. A B = { b, d }
¿
2. A = { 1, 2, 3, 4 } dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 },maka A B = { 2, 3 }
¿
Notasi : A - B =
{ X : X ∈A∧ X ∉B }
Digram Venn A – B ( untuk himpunan A joint B )
11
U
A B
A
Contoh :
Tentukan A – B, jika :
1. A = { a, b, c, d }dan B = { f, b, d, g }
2. A = { X : X merupakan bilangn asli kurang dari 5 } dan B = { X : X lima bilangan
prima yang pertama }
Jawab:
1. A – B =m { a, c }
2. A = { 1, 2, 3, 4 }dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 }, maka A – B = { 1, 4 }
d. komplemen ( complement )
Definisi : komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U
adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan elemen A.
Notasi : Ac =
{ X : X ∈UdanX ∉ A }
Ac
U
A B
A
12
Contoh :
Tentukan A B, jika :
⊕
1. A = { a, b, c, d }dan B = { f, b, d, g }
2. A = { X : X merupakan bilangn asli kurang dari 5 } dan B = { X : X lima bilangan
prima yang pertama }
Jawab:
1. A B = { a, c, f, g }
⊕
2. A = { 1, 2, 3, 4 } dan B = { 2, 3, 5, 7, 11 }, maka A B = { 1, 4, 5, 7, 11 }
⊕
D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), ( 3, a), (3, b) }
¿
bidang datar.
Catatlah bahwa :
1. Jiak A dan B merupakan himpunan berhingga, maka : | A B| = |A| |B|.
¿
2. Pasangkan berurutan (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b)
¿
(b, a).
3. perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu dengan syarat A
A×B≠B× A
atau B tidak kosong. Pada contoh diatas, D C = { (a, 1), (b, 2), (a, 3), (b, 1), (b,
¿
2), (b, 3) } C D.
¿ ¿
13
4. Jika A = atau B = , maka =
∅ ∅ A×B=B× A=∅
NO SIFAT FORMAT
1. Idempoten a. A A A
b. A A A
2. Identitas a. A S A
b. A Ø A
c. A A Ø
3. Dominasi / Null a. A S S
b. A Ø Ø
c. A A Ø
4. Komplemen
a. A A S
C
b. A A Ø
C
5. Involusi
A C C
A
6. Komutatif a. A B B A
b. A B B A
c. A B B A
7. Assosiatif
a. A B C A B C
b. A B C A B C
c. A B C A B C
a. A B C A B A C
8. Distributif
b. A B C A B A C
a. A B
9. Dalil de morgan C
AC B C
b. A B
C
AC B C
2. 12 Prinsip Dualitas
Definisi (Prinsip Dualitas pada Himpunan):
Misalkan S adalah suatu kesamaan yang melibatkan himpunan (set identity) dan
Contoh :
14
Dual dari adalah X
( A∩B ) ∪( A∩B ) =A
( A∪B ) ∩( A∪B ) =A
. Dualitas ini berarti bahwa
adalah kesamaan yang benar, dan dualnya,
( A∩B ) ∪( A∩B ) =A
, juga benar.
( A∪B ) ∩( A∪B ) =A
Tabel Dualitas dari hukum-hukum aljabar Himpunan
6. Hukum komutatif :
Dualnya :
Dualnya :
10. Hukum :
15
Penggabungan dua buah himpunan menghasilkan himpunan baru yang
elemen-elemennya berasal dari himpunan A dan himpunan B. himpunan A dan
himpunan B mungkin saja memiliki elemen-elemen yang sama. Banyaknya elemen
bersama antara A dan B adalah . Setiap unsure yang sama itu telah dihitung
|A∩B|
dua kali, sekali pada dan sekali pada , meskipun ia seharusnya dianggap
|A| |B|
sebagai satu buah elemen di dalam . Karena itu, jumlah elemen hasil
|A∪B|
penggabungan jumlah elemen di dalam irisannya, atau
|A∪B|=|A|+|B|−|A∩B|
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi.
Contoh :
Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5?
Penyelesaian :
Misalkan ,
himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3,
A=
X
B=
himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5,
X
A∩B=
himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan bulat
yang habis dibagi oleh KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil ) dari 3 dan 5,
yaitu 15),
Yang ditanyakan adalah X
|A∪B|
.
Terlebih dahulu kita harus menghitung
,
|A|= ⌊ 100
3
=33 ⌋
16
, X
|B|= ⌊ 100
5 ⌋=20 |A∩B|= ⌊100 15 ⌋=6
Untuk mendapatkan
2.14 Partisi
Definisi :
Partisi dari sebuah himpunan adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong
Α
a. , dan
Α 1 ∪Α 2 ∪…= Α
b. Himpunan bagian saling lepas, yaitu untuk
Αi Α i ∩Α j=φ
i≠ j
Contoh :
Misalkan , maka adalah partisi
Α= {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 } { {1 } , { 2, 3, 4 } , { 7, 8 } , { 5, 6 } }
dari .
Α
17
Misalkan A, B, dan C adalah himpunan. Buktikan
Penyelesaian
Diagram venn untuk ruas kiri dan ruas kanan masing-masing ditunjukan pada
gambar berikut. Dari diagram venn untuk masing-masig ruas di atas, keduanya
memberikan area arsiran yang sama. Jadi, terbukti bahwa
A B A B
Dengan diagram venn, pembuktian dapat dilakukan dengan cepat. Ini adalah
kelebihan metode ini. Namun, kekurangannya, diagram venn hanya dapat digunakan
jika himpunan yang digambarkasn tidak banyak jumlahnya. Selain itu, metode ini
mengilustrasikan ketimbang membuktikan fakta. Oleh karena itu, pembuktian dengan
diagram venn kurang dapat diterima.
18
adalah seperti dibawah ini karena kolom dan kolom
A∩(B∪C )
A B C BC A (B C) A B AC ( A B) ( A C )
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 1 1 0 0 0 0
0 1 0 1 0 0 0 0
0 1 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1
Arti dari baris tersebut adalah; misalkan (nilai 0), (nilai 0),
x∉ A x∉B x∉C
19
4. Pembuktian dengan menggunakan definisi.
Metode ini digunakan untuk membuktikan proposisi yang tidak bebrbentuk
kesamaan, tetapi proposisi yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi
Contoh:
(i) Misalkan A dan B himpunan, jika = dan maka
A∩B φ A⊆(B∪C )
Buktikan!
A⊆C .
Pemyelesaian :
Dari definisi himpunan bagian, jik setiap x Karena , maka dari
P⊆Q ¿A.
20
3. adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya
P−Q
sama dengan
_ multiplisitas elemen tersebut pada himpunan P dikurangi multiplisitasnya
pada Q, jika selisihnya positif.
_0, jika selisihnya nol at6au negatif.
Contoh : Jika P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan
Q ={ a, a, b, b, b, c, c, d, d, f }, maka P – Q = { a, e }
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah dijabarkan dalam makalah ini, ada beberapa
kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya :
1. H
impunan merupakan kumpulan dari objek-objek yang didefinisikan secara
jelas.
2. D
engan memahami himpunan kita dapat mengetahui hukum – hukum atau sifat
– sifat yang berkaitan dengan Aljabar himpunan.
3. D
engan demikian kita dapat menyelesaikan pembuktian berdasarkan sifat
himpunan.
3.2 Saran
21
Matematika diskrit yang membahas tentang himpunan sangat populer dengan
mata kuliah Aljabar. Namun di Matematika diskrit lebih membahas pada aplikasi
Komputer. Sehingga kami menyarankan untuk lebih memahami Himpunan di mata
kuliah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Yusuf, dkk. 2004. Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Maryati, Tita Khalis. … . Diktat Mata Kuliah Matematika Dasar. Jakarta :
Jurusan Pendidikan Matematika.
22