Klasifikasi IMT
Berat badan kurang < 18.5
Kisaran normal 18.5-22.9
Berat badan lebih ≥ 23
Berisiko 23 -24.9
Obes I 25-29.9
Obes II ≥ 30
3.3. Hipotesa
Ha: Terdapat hubungan jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3.2. Sampel
Sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara angkatan 2008, 2009 dan 2010.
2
n= (Zα+Zβ) +3
0,5ln[(1+r)/(1-r)]
Keterangan :
n = besar sampel minimum
Zα = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
Zβ = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu
r = perkiraan koefisien korelasi, (dari pustaka)
Dalam penelitian ini, perkiraan koefisien korelasi adalah 0,33. Bila a (2 arah) =
0,05 (zα = 1.960) dan power = 0,80 (Zβ = 0.842), maka besar sampel minimum
yang diperlukan adalah:
2
n= (1.96+0.842) +3
0,5ln[(1+0.33)/(1-0.33)]
n=69.9
n≈70
Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini
adalah sebanyak 70 subjek.
Kriteria inklusi:
1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008,
2009, dan 2010,
2. Bersedia menjadi sampel.
Kriteria eksklusi:
Dari hasil yang didapat, jumlah jam tidur yang paling banyak didapati pada
sampel berada pada range 6-7 jam (37.5 %), dengan jumlah jam tidur yang paling
sedikit berada pada range 3-4 jam dan 9-10 jam, masing-masing 1%.
Tabel 5.5. Nilai P Pearson Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan IMT
Jumlah Jam Tidur (Jam)
IMT (kg/m2) Pearson correlation (r) -0.131
p 0.205
Nilai korelasi pearson (r) pada penelitian ini, r = -0.131, menyatakan bahwa
terdapat hubungan terbalik antara jumlah jam tidur dengan nilai IMT, yakni makin
sedikit jumlah jam tidur maka makin tinggi nilai IMT. Namun hubungan
(korelasi) ini sangat rendah (Wahyuni, 2007).
Berdasarkan hasil analitik pada penelitian mengenai Hubungan Jumlah Jam
Tidur dengan Indeks Massa Tubuh ini, diperoleh nilai signifikansi (p value) =
0.205, hal ini berarti Ha ditolak oleh karena p value > 0.05. Ini menyatakan bahwa
hasil yang didapat dalam penelitian ini tidak bermakna di dalam populasi. Dalam
buku Statistika Kedokteran dan Aplikasi SPPS, karangan dr. Arlinda Wahyuni,
disebutkan bahwa nilai p dapat diartikan sebagai nilai besarnya peluang hasil
penelitian terjadi karena faktor kebetulan, harapan kita bahwa adanya hubungan
pada penelitian juga menunjukkan adanya hubungan di populasi. Ini berarti
hubungan jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh pada penelitian memiliki
harapan yang sangat kecil bahkan hampir tidak ada hubungan di populasi.
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa pada penelitian ini:
1. Tidak ada hubungan antara jumlah jam tidur dengan indeks massa tubuh
dikarenakan p value = 0.205 (p value > 0.05) meskipun didapati r = -0.131,
2. Di penelitian ini, klasifikasi IMT yang paling banyak pada mahasiswa FK
adalah normoweight (51%) diikuti overweight dan obese (41.7%),
3. Rata-rata jumlah jam tidur mahasiswa FK yang paling banyak ditemui pada
penelitian ini adalah 6-7 jam,
4. Didapati 27 orang overweight dan obese dengan rata-rata jam tidur kurang dari
7-8 jam dan 5 orang pada rata-rata jam tidur di atas 7-8 jam,
5. Dijumpai 2 orang underweight pada rentang kurang dari 7-8 jam dan 1 orang
pada rentang lebih dari 7-8 jam,
6. Dan untuk kriteria normoweight pada rentang kurang dari 7-8 jam terdapat 30
orang sedangkan pada rentang lebih dari 7-8 jam didapati hanya 4 orang.
6.2. Saran
Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian mengenai hal yang
sama dengan penelitian ini, maka disarankan untuk:
1. Perlu dilakukan penelitian hormonal untuk melihat lebih jelas ada atau tidaknya
kaitan peningkatan ghrelin dan atau penurunan leptin pada orang-orang yang
memiliki jumlah jam tidur kurang sehingga dapat diperkirakan hal yang
menyebabkan timbulnya peningkatan indeks massa tubuh selain faktor ghrelin
ataupun sejenisnya jika nilai faktor-faktor ini ternyata didapati normal,
2. Perlu dilakukan penelitian pada responden dengan usia lebih muda, hal ini
dikarenakan pada penelitian sebelumnya didapati korelasi jumlah jam tidur kurang
dengan peningkatan indeks massa tubuh lebih terlihat nyata pada usia muda
dibandingkan dewasa,