PENDAHULUAN
1
I.II MAKSUD dan TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah kami yang berjudul
Piperazine ini adalah untuk mengetahui efek farmakokinetik dan farmakodinamik dari
Piperazine sebagai salah satu obat untuk penyakit cacingan.
2
BAB II
PENELUSURAN PUSTAKA
Cacingan merupakan penyakit endemik dan kronik. Meskipun jarang mematikan
namun penyakit ini menggerogoti kesehatan masyarakat. Terdapat tiga jenis cacing yang
dapat menimbulkan penyakit cacingan pada manusia, yaitu Nematoda, Trematoda, dan
Cestoda. Untuk pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai penyakit cacingan
yang disebabkan oleh Nematoda usus, yaitu Ascariasis dan Enterobiasis
II.I ASCARIASIS
Ascariasis adalah penyakit cacingan yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris
lumbricoides yang merupakan Nematoda Soil Transmitted Helminth. Penyebarannya
didapat diseluruh dunia dan endemik di United States, Nigeria , dan Asia tenggara. Di
Indonesia sendiri frekuensi penyakit ini masih sangat tinggi yaitu antara 80-90%.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak-anak usia 5 sampai 10 tahun.
Ascaris Lumbricoides dapat menginfeksi manusia dengan jalan tertelan telur yang
mengandung larva ( telur yang infeksius ). Setelah tertelan, telur tersebut akan menetas
didalam usus, larvanya kemudian menembus dinding usus dan masuk ke dalam pembuluh
kapiler darah. Kemudian melalui hati masuk ke Jantung kanan, kemudian ke paru-paru
kemudian Bronchus, lalu trakea, kemudian masuk ke Larynx dan kembali tertelan
Oesophagus, setelah itu masuk kedalam rongga usus halus dan disini berkembang
menjadi usus dewasa. Cacing betina akan bertelur sampai 200.000 butir sehari/ekor. Telur
akan keluar bersama tinja hospes. Secara skematis siklus hidup A.lumbricoides dapat
dilihat pada gambar 1.1.
Gejala penyakit ini muncul disebabkan oleh :
Larva
Dapat menimbulkan visceral damage, peritonitis, pembesaran hati dan limpa,
toxicity, pneumonia, serta Loeffler Syndrome yang memiliki gejala demam, batuk,
infiltrasi paru, asma, leukositosis, serta eosinofilia.
Cacing dewasa
Dapat menyebabkan defisiensi nutrisi karena A.lumbricoides setiap hari
menghisap 0,14 gr karbohidrat dan protein 0,035 gr dalam usus halus penderita. Juga
3
menimbulkan gejala gastrointestinal ringan karena menghasilkan zat anti enzym. Pada
keadaan yang lebih berat, dapat menyebabkan obstruksi dari usus halus karena adanya
bolus cacing . Dapat pula menimbulkan obstruksi pada ductus choledochus,appendix,
ampula vateri, dan menyebabkan Pancreatitis haemorrhagik. Cacing ini juga dapat
menyebabkan torsi dan gangren pada ileum, yang dapat menyebabkan kematian.
Gambar 1.1
II.II ENTEROBIASIS
Enterobiasis yang disebut juga sebagai Oxyuriasis merupakan penyakit cacingan
yang disebabkan oleh Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis atau biasa
disebut cacing kremi.
Cacing ini hidup dalam rongga caecum, colon ascendens dan dapat juga dalam
appendix. Cacing betina pada malam hari mengembara disekitar anus, bertelur dikulit
perianal. Setelah selesai bertelur kurang lebih 10.000 butir maka cacing ini akan mati.
Telur ini matang setelah setelah 6 jam, dan berisi larva. Bila telur infeksius/matang
tertelan oleh manusia, maka telur akan menetas di usus halus dan embryo tumbuh
menjadi dewasa di usus besar. Waktu yang dibutuhkan mulai dari tertelan telur infeksius
4
sampai telur betina mengeluarkan telur sekitar satu bulan. Secara skematis daur hidup
Enterobius vermicularis dapat dilihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2
Manusia dapat terinfeksi Enterobius lewat jalan inhalasi telur, tertelan telur yang
infeksius, autoinfeksi , dan retroinfeksi. Secara klinis Enterobiasis ditandai dengan
adanya pruritus ani yang disebabkan daerah perianal yang gatal sering digaruk, sehingga
menimbulkan infeksi bakteri. Selain itu juga menimbulkan ectopic infection karena
Enterobius juga dapat memasuki vulva, vagina, tuba falopii dan appendix.
Diagnosa ditegakkan dengan ditemuinya telur pada sediaan yang diambil dari
daerah anus pada malam hari atau pagi sebelum mandi dan sebelum buang air besar.
BAB III
PEMBAHASAN
Banyak anthelmintik memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis
cacing saja. Hanya beberapa obat saja, yang memiliki khasaiat terhadap lebih banyak
jenis cacing (broad spectrum), misalnya mebendazol.
Pembagian anthelmintik berdasarkan cara kerjanya adalah
Anthelmintic
Examples Mode of Action
Group
5
Ivermectin
Eprinomectin
Macrocyclic Lactones Doramectin Bind to glutamated chlorine
(Macrolides) Moxidectin channels causing paralysis
Milbemycin oxime
Selamectin
Thiabendazole
Mebendazole
Interfere with energy metabolism
Fenbendazole
Benzimidazoles by inhibition of polymerization of
Oxfendazole
microtubules
Oxibendazole
Albendazole
Yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini adalah piperazine.
III.I. DEFENISI
Piperazine merupakan antelmintik yang terdapat sebagai heksahidrat
mengandung 44 % basa, juga didapat sebagai garam sitrat, kalsium edetat dan
tarrat. Garam-garam ini bersifat stabil nonhigroskopik, berupa kristal putih yang
larut dalam air, larutannya bersifat sedikit asam. Struktur kimia piperazine adalah
sebagai berikut :
III.II. FARMAKOKINETIK
A. Absorbsi
6
Piperazine baik diabsorbsi melalui saluran cerna.
B. Distribusi
Piperazine didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk air susu ibu
C. Metabolisme
Piperazine mengalami metabolisme di hepar
D. Ekskresi
Piperazine diekskresikan 20 % dalam bentuk utuh melalui urine
III.III. FARMAKODINAMIK
Cara kerja piperazine terhadap cacing ascaris dan enterobius dewasa adalah
dengan memblok respon otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis otot
cacaing sehingga mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Sehingga cacing dewasa tadi
dikeluarkan dalam bentuk utuh.
Efek piperazine pada oto cacing dengan mengganggu permeabilitas membran sel
terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan potensial istirahat, sehingga
menyebabkan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis.
III.V. INDIKASI
Piperazine diindikasikan untuk ascariasis dan enterobiasis.
III.VI. KONTRAINDIKASI
Piperazine dikontraindikasikan secara absolut pada pasien yang memiliki sejarah
epilepsi atau penyakit neurologik yang lain, malnutrisi berat atau anemia karena
7
piperazine dapat memperkuat efek kejang pada penderita epilepsi. Dikontraindikasikan
secara relatif pada pasien dengan gangguan ginjal dan hepar. Pada penderita gangguan
ginjal dan hepar akan terjadi akumulasi obat yang dapat mengakibatkan terjadinya
inkoordinasi otot atau kelemahan otot, vertigo, kesulitan berbicara, bingung yang akan
hilang setelah pengobatan dihentikan.
8
BAB IV
KESIMPULAN
1.Cacingan adalah penyakit kronik dan endemik pada manusia yang disebabkan
terutama oleh Nematoda,Trematoda dan Cestoda. Prevalensi terbesar pada anak-anak
2.Piperazine adalah anthelmintik yang digunakan untuk ascariasis dan entrerobiasis, yang
disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides dan Oxyuris vermicularis ( Enterobius
vermicularis )
9
3.Piperazine terbagi dalam 2 bentuk sediaan, yaitu tablet dan sirup.
4.Piperazine bekerja dengan cara dengan memblok respon otot cacing terhadap
asetilkolin sehingga terjadi paralisis otot cacing sehingga mudah dikeluarkan oleh
peristaltik usus.
5.Kunci utama pemberantasan cacingan bukanlah pada pemberian obat cacing secara
berkala namun lebih ditekankan pada perilaku bersih dan sehat.
10