Riri Astika Indriani Nim 101000026 PDF
Riri Astika Indriani Nim 101000026 PDF
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
ii
ABSTRACT
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
Riwayat Organisasi
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia–Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Tahun 2014” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis banyak
memperoleh bimbingan, dukungan, bantuan, saran dan kritik dari berbagai pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
2. Bapak dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Utara sekaligus Dosen Pembimbing I skripsi dan Ketua Penguji yang telah
3. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang
v
4. Ibu Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak
5. Bapak dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan
6. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah
7. Ibu drg. Nuriah Hartati selaku Pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan yang
8. Ibu dr. Nurlelin Sinaga selaku Kepala Puskesmas, Ibu dr. Budiarti dan Ibu
Saramlah, Amkeb selaku tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli yang telah
9. Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, selaku Sekretaris Camat Kecamatan Medan
Deli yang telah banyak membantu dan berbagi pengalaman kepada penulis
10. Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah
11. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda Ir.H.Syammaun Usman,
M.Si dan Ibunda HJ. Juartini, BA yang selalu memberikan kasih sayang, doa,
kesabaran dan dukungan baik secara moral maupun materil yang tidak pernah
putus.
12. Abang dan kakak ku tersayang Bang Dedek, Kak Dilla, Kak Ika, Kak Novi,
Kak Lia, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi selama ini.
vi
13. Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK FKM USU, Hanif, Eela,
Ashela, Ayu, Anggi, Magda, Arnis, Reni, Nensi, Martin dan Siti.
14. Teman-teman tersayang di FKM USU, Adel, Tasya, Tika, Ira, Wican, Fiko,
15. Seluruh Alumni dan Senior FKM USU serta Teman-Teman seperjuangan di
16. Keluarga besar HMI FKM USU, yang selama ini menjadi wadah bagi penulis
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan i
Abstrak ii
Abstract iii
Daftar Riwayat Hidup iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 9
1.3 Tujuan Penelitian 9
1.4 Manfaat Penelitian 9
viii
BAB III METODE PENELITIAN 52
3.1 Jenis Penelitian 52
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 52
3.2.1 Lokasi Penelitian 52
3.2.2 Waktu Penelitian 52
3.3 Informan Penelitian 52
3.4 Metode Pengumpulan Data 53
3.5 Triangulasi 54
3.6 Analisa Data 54
ix
4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Hambatan dalam Pelaksanaan
Program Diare 75
4.4.12 Pernyataan Informan Tentang Output Pelaksanaan Program
Diare di Puskesmas Medan Deli 76
4.4.13 Pernyataan Informan Tentang Saran dalam Pelaksanaan
Program Diare 78
BAB V PEMBAHASAN 80
5.1 Masukan (input) 80
5.1.1 Tenaga Kesehatan 80
5.1.2 Sarana Kesehatan 82
5.2 Proses (process) 85
5.2.1 Upaya Pencegahan 85
5.2.2 Upaya Pengobatan 96
5.3 Keluaran (output) 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari FKM USU
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Medan
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Pemerintah Kota Medan
Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Medan Deli
Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kecamatan Medan Deli
Lampiran 7 Surat Instruksi Tentang Pengendalian Penyakit Diare dari Dinas
Kesehatan Kota Medan Kepada Seluruh Puskesmas di Kota Medan
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Tahun 2013 4
Tabel 4.2. Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
Tahun 2014 56
Tabel 4.3. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013 56
xi
Tabel 4.11. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kerjasama Lintas Sektor
Dalam Mendukung Pelaksanaan Program Diare 69
Tabel 4.13. Matriks Pernyataan Informan Tentang Kegiatan yang Dilakukan dalam
Menjaga Kebersihan Lingkungan 72
Tabel 5.1. Data Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli
Tahun 2011 s/d 2013 87
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010 3
Gambar 4.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi
di Puskesmas Medan Deli 58
Gambar 4.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi
Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli 59
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting
dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan sosial. Hal
ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu
tegas tentang hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam
1
2
pengendalian penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih
diare yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare
Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses
lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air
besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Kemenkes RI, 2011).
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, Secara
global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5
mengalami episode diare 3 kali dalam setahun. Setiap episodenya diare akan
menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare
masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
diare dari tahun ke tahun. Hasil survei Subdit Diare, angka kesakitan diare semua
umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374/1000 penduduk,
tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk.
Diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur dalam
3
kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada
bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2011).
utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare terjadi di 11 provinsi
dengan jumlah penderita sebanyak 4.204 orang, jumlah kematian sebanyak 73 orang
dengan CFR sebesar 1,74%. Nilai CFR tersebut sama dengan CFR tahun 2009.
Kecenderungan CFR Diare pada periode tahun 2006-2010 dapat dilihat dari grafik
Gambar 1.1 Grafik Case Fatality Rate (CFR) KLB Diare Tahun 2006-2010
4
Pada gambar di atas terlihat adanya peningkatan CFR yang cukup signifikan
pada tahun 2007-2008, dari 1,79% menjadi 2,94%. Angka ini turun menjadi 1,74%
Di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012, jumlah kasus diare yang
ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 38,67%, dengan Incidence Rate (IR) diare
dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian IR ini
jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya IR
masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (under-
Kota Medan merupakan daerah endemis penyakit diare. Data dari Dinas
Kesehatan Kota Medan mengenai jumlah kunjungan kasus diare di Puskesmas tahun
2013 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.1. berikut ini :
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 jumlah kunjungan
kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak 1729
kunjungan kasus. Di Puskesmas Medan Deli jumlah kunjungan kasus diare pada
kunjungan kasus pada tahun 2011 menjadi 2415 kunjungan kasus pada tahun 2012
dan mengalami penurunan menjadi 1729 kunjungan kasus pada tahun 2013.
6
diare tertinggi terdapat di Kelurahan Kota Bangun sebanyak 434 kunjungan kasus
dengan IR 4,00 per 100 penduduk. Data mengenai distribusi kunjungan kasus diare
tiap kelurahan dapat dilihat secara rinci pada tabel 1.2. berikut ini.
Tabel 1.2 Distribusi Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Per
Kelurahan Tahun 2013
No Kelurahan Kunjungan Jumlah Penduduk %
Kasus Diare
1 Kota Bangun 434 10.841 4,00
2 Mabar 406 33.225 1,22
3 Mabar Hilir 274 26.811 1,02
4 Tanjung Mulia 310 34.644 0,90
5 Tanjung Mulia Hilir 305 34.321 0,89
Jumlah Kasus 1729 139.842
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli tahun 2013.
Persediaan air bersih (PAB) di wilayah kerja Puskesmas Medan Deli menggunakan
Perusahaan Air Minum (PAM) dan sumur gali (SGL), dari 34.082 Kepala Keluarga
(KK) yang diperiksa PAB nya, sebesar 29,84% (10.171 KK) menggunakan PAM,
sebesar 70,16% (23.911 KK) menggunakan sumur gali (SGL) dan dari 33.175 KK
menggunakan jamban leher angsa, sebesar 11,26% (3.734 KK) menggunakan Water
Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan
Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare yaitu melaksanakan pengobatan diare,
kerjasama dengan lintas sektoral yaitu Dinas Kesehatan Kota Medan dan pemerintah
setempat untuk mengatasi peningkatan kasus diare. Bentuk kerjasama yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu penyediaan obat-obatan untuk penderita
diare. Kerjasama dengan pemerintah setempat yaitu melalui kegiatan gotong royong
untuk membersihkan lingkungan yang rutin dilaksanakan pada hari minggu setiap
pekannya. Selain itu pula dalam mendukung pelaksanaan program diare Pihak
Masyarakat (LSM) luar negeri yaitu High Five melalui kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) melalui 5 pilar yaitu stop buang air besar sembarangan,
cuci tangan pakai sabun, pengolahan makanan dan minuman, pengelolaan sampah
kerjasama lintas program dan sektor terkait. Melalui kerjasama tersebut diharapkan
politis maupun operasional dari institusi lain sesuai dengan porsi masing-masing
terdepan dalam upaya pengendalian penyakit menular yang salah satunya adalah
penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare baik dengan
karakteristik ibu terhadap tindakan penanganan diare pada balita di Kelurahan Kota
Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan, menyatakan bahwa umur, pendidikan
Penelitian Sitinjak (2011), tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige, menyatakan
bahwa adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu menggunakan
air bersih, menggunakan air minum, menggunakan jamban dan cuci tangan pakai
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program diare
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Medan
program diare.
2.1 Puskesmas
2004).
tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
10
11
masyarakat yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan dan penyehatan
sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab terhadap
2.2 Diare
Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair
2. Diare Bermasalah
a. Diare berdarah
b. Kolera
Secara klinis penyebab diare dibagi dalam 4 kelompok, tetapi yang sering
ditemukan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi terutama infeksi virus.
1. Faktor Infeksi
b. Bakteri
Camphylobacter, Aeromonas
c. Parasit
Cryptosporidium
2. Malabsorpsi
3. Keracunan Makanan
1) Jasad Renik
2) Ikan
3) Buah-buahan
4) Sayur-sayuran
bakteri hanya 8,4%. Kerusakan vili usus karena infeksi virus (rotavirus)
malabsorpsi laktosa.
berkisar 20-25%.
Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya (tiga
kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah berulang-ulang,
rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah (Depkes
RI, 2007).
2.3.1 Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
RI, 2011).
2.3.2 Kebijakan
kabupaten/kota
2.3.3 Strategi
benar
17
2. Surveilans epidemiologi
3. Promosi kesehatan
4. Pencegahan diare
5. Pengelolaan logistik
1. Berikan Oralit
kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit
Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.
Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara pemberian
oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang.
a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air
besar
b. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air
besar
saat ini tersedia dalam formula baru dengan tingkat osmolaritas yang berbeda
osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding
19
total osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l. Penelitian menunjukkan bahwa
Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah
sakit. Sehingga risiko anak terkena infeksi di rumah sakit dapat berkurang,
pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat biaya. WHO dan
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,
anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama 10-14 hari.
menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih
20
efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak
sampai 40%.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc
mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan
tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc
harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan
Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30
Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau ASI.
Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi dengan
oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama 10 hari)
sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare berhenti.
yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Ketika
21
ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi
diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat
Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah
diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak menderita diare
teruskan pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian makan selama
anak diare juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak berhenti
Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu
formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih
dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan
hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera,
22
atau diare dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu
pemberian antibiotik.
Penggunaan antibiotik juga harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh tenaga
kesehatan. Pemberian antibiotik yang tidak tepat sangat berbahaya karena dapat
normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik
yang tidak rasional dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare
yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya
petugas kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar
cair lebih sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata,
Makan atau minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik
dalam 3 hari.
1. Riwayat Penyakit
PENILAIAN A B C
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai /
tidak sadar
Mata Normal cekung cekung
Rasa haus (beri air Minum biasa, Haus, ingin minum Malas minum atau
minum) Tidak haus banyak tidak bisa minum
Raba/Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat (lebih dari
2 detik)
Tentukan Derajat Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan- Dehidrasi Berat
Dehidrasi Sedang
Rencana Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Pengobatan
RENCANA TERAPI A
b. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai
tambahan
c. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan
oralit atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air
matang, dsb)
d. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu 10 menit dan dianjurkan
Beri Zinc 10 hari berurut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan
dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
a. Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat
c. Beri makanan kaya kalium seperti sari buah segar, pisang, air kelapa hijau
d. Beri makanan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4
jam)
e. Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan
selama 2 minggu
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
e. Timbul demam
f. Berak berdarah
RENCANA TERAPI B
SARANA KESEHATAN
d. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air
e. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan
oralit
27
ORALIT
d. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air
masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah
hilang
MELANJUTKAN TERAPI
a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah
a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
RENCANA TERAPI C
SARANA KESEHATAN
Ikuti tanda panah . Jika jawaban “YA” lanjutkan ke Kanan . Jika “TIDAK” lanjutkan
ke Bawah
1. Beri cairan intravena segera.
Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak
tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut :
Dapatkah saudara Umur Pemberian I Kemudian
memberikan Ya 30 ml/kg BB 70 ml/kg
cairan intravena ? BB
Bayi < 1 1 jam* 5 jam
tahun
T Anak > 1 30 menit* 2 ½ jam
tahun
I * Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau
tidak teraba
D
2. Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum
A teraba, beri tetesan lebih cepat.
3. Juga beri oralit (5 ml/kg/jam) bila penderita bisa
K minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2
jam (anak)
4. Berikan obat Zinc selama 10 hari berturut turut
5. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi
derajat dehidrasi. Kemudian pilihlah rencana
terapi yang sesuai (A,B atau C) untuk
melanjutkan terapi
Tidak
29
1. Pojok Oralit
kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana
untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat.
oral.
a. Fungsi
b. Tempat
Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan tunggu
mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran untuk
dianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit yang
c. Sarana Pendukung
2) Prasarana :
a) Tempat pendaftaran
b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, gelas, sendok,
lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun (wastafel),
- Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat duduk dengan
- Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas yang berisi
larutan oralit
32
- Gelas
- Sendok
disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit sangat
bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta hal-hal
penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun,
pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu memberikan makanan
kembali ke Puskesmas.
2) Pelayanan Penderita
diobservasi serta :
c) Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam
sistematis dan terus menerus terhadap penyakit diare dan kondisi yang
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah.
Kriteria KLB Diare (sesuai dengan Permenkes RI No. 1501 / MENKES / PER
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
6. Angka kematian kasus (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui (Kemenkes RI, 2011) :
a. Laporan Rutin
SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk penyakit yang
dapat menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2). Untuk
36
dapat membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita
diare yang datang ke sarana kesehatan, posyandu atau kader agar dapat
rekapitulasi diare.
b. Laporan KLB/Wabah
Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada
pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui “base line data”
sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil penilaian tersebut dapat
pemecahannya.
Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan balikkan
dukungan penanganannya.
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
dan edukasi (KIE) sehingga kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.
pengambil keputusan
2) DPRD
3) Bappeda
4) Media Informasi
5) LSM
6) Dunia Usaha
7) Swasta
8) Penyandang Dana
di capai
leaflet.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
b. Menentukan sasaran
antara lain :
2) Organisasi keagamaan
3) Organisasi kepemudaan
4) LSM
5) PKK
6) Petugas Kesehatan
7) Kelompok Professi
8) Tokoh Masyarakat
membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu,
a. Menentukan sasaran
a) Beri lebih banyak minum cairan rumah tangga, yaitu air tajin, air
lanjutan, bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu
tanda berikut :
- Muntah berulang-ulang
- Demam
d) Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar
f) Memberikan ASI
kelompok.
pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap
secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang dapat
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau
makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini
disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk
untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
4) Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
oral. kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
47
2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung
3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk
mandi anak-anak
5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
d. Mencuci Tangan
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan
sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
e. Menggunakan Jamban
jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Beberapa hal yang
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai
Tinja bayi berbahaya oleh karena itu tinja bayi harus dibuang secara benar
2) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
dijangkau olehnya.
3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti di
4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan
sabun.
agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering
diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9
bulan.
2. Penyehatan Lingkungan
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah
diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata dll, maka
penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan
b. Pengelolaan Sampah
vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dsb. Selain itu sampah
seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh
dibakar.
50
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
indikator masukan (input), proses (process), dan luaran (output). Oleh karena itu
sebagai berikut :
51
melaksanakan program diare dengan baik, meliputi : tenaga dan sarana, dengan
b. Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam
tujuan yang telah ditetapkan, meliputi: upaya pencegahan dan upaya pengobatan,
pengobatan.
3. Keluaran (output) adalah hasil dari pelaksanaan program diare yaitu menurunya
jumlah kasus diare di Puskesmas Medan Deli yang dinilai dari kegiatan yang
telah dilakukan.
BAB III
METODE PENELITIAN
kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli Kecamatan Medan Deli tahun
2014.
pertimbangan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013
kunjungan kasus diare tertinggi terdapat di Puskesmas Medan Deli yaitu sebanyak
Waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari-Juni Tahun 2014 (Survei
purposive, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan
52
53
Kota Medan
G. Anggota PKK
H. Kader posyandu
I. Tokoh masyarakat
dipersiapkan.
54
2. Data sekunder diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli
3.5 Triangulasi
yaitu mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni
dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban sesuai dengan
data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah dalam melihat data
Puskesmas Medan Deli terletak di jalan Yos Sudarso Km. 11,1 Lingkungan
III Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Dengan luas wilayah 1900 Ha,
adapun yang menjadi batas wilayah Puskesmas Medan Deli adalah sebagai berikut :
Wilayah kerja Puskesmas Medan Deli terdiri dari 5 kelurahan yaitu : Kelurahan
Kota Bangun, Kelurahan Mabar, Kelurahan Mabar Hilir, Kelurahan Tanjung Mulia,
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli Tahun
2013
No Kelurahan Jumlah Jumlah Luas
Penduduk Lingkungan Wilayah/Ha
1 Kota Bangun 10841 8 250
2 Mabar 33225 19 465
3 Mabar Hilir 26811 12 318,9
4 Tanjung Mulia 34644 28 541
5 Tanjung Mulia Hilir 34321 22 325
Jumlah 139842 89 1900
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
55
56
Tabel 4.2 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Deli
Tahun 2014
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Balai Pengobatan 18
2 Laboratorium 1
3 Apotik 6
4 Puskesmas Pembantu 4
5 Praktek Dokter Umum Swasta 5
6 Praktek Dokter Gigi Swasta 1
7 Puskesmas Perawatan 1
8 Praktek Bidan Swasta 37
9 Toko Obat Berizin 8
10 Tukang Gigi 3
11 Dukun Patah Tulang 1
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
Tabel 4.3 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Deli Tahun 2014
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 2
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 1
4 Sarjana Keperawatan 3
5 D3 Keperawatan 2
6 D3 Kebidanan 6
7 Perawat Gigi 1
8 Analisa Kesehatan 1
9 Apoteker 1
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Medan Deli Tahun 2013
Diare Puskesmas Medan Deli, Pegawai Kecamatan Medan Deli, Lurah Kota Bangun,
Anggota PKK, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat, Ibu Balita yang Anaknya
Menderita Diare Tanpa Dehidrasi dan Ibu Balita yang anaknya Menderita Diare
57
4.3.1 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Tanpa Dehidrasi di
Puskesmas Medan Deli
Tindakan Pengobatan di
Ruang Poli Umum
(oleh Dokter)
Bertanya tentang riwayat
Pulang Pengambilan penyakit diare
obat Melakukan pemeriksaan
Terapi
Konseling
Penulisan resep
4.3.2 Alur Pengobatan Diare Yang Diterima Oleh Balita Dengan Dehidrasi
Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli
Tindakan Pengobatan di
Ruang Poli Umum
(oleh Dokter)
Bertanya tentang riwayat
Pulang Pengambilan penyakit diare
obat Melakukan pemeriksaan
Terapi
Konseling
Penulisan resep
Gambar 4.2 Alur Pengobatan Diare yang Diterima oleh Balita Dengan
Dehidrasi Ringan/Sedang di Puskesmas Medan Deli
Dari alur tatalaksana diare di Puskesmas Medan Deli yang diterima oleh
kedua balita menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengobatan diare kepada
balita tanpa dehidrasi (informan 10) dan balita dengan dehidrasi ringan/sedang
(informan 11).
60
Hasil penelitian yang dilakukan tentang tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.5
berikut ini :
terlibat dalam pelaksanaan program diare bukan hanya pemegang program diare saja
tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut terlibat seperti Kepala Puskesmas, Dokter,
Tenaga Gizi.
Hasil penelitian yang dilakukan tentang sarana kesehatan yang tersedia dalam
mendukung pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari
puskesmas sudah lengkap, 1 informan menyatakan bahwa pojok oralit dan obat-
obatan seperti oralit dan tablet zinc merupakan sarana kesehatan yang harus tersedia
Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut ini :
Informan 5 Pelayanan dari tenaga kesehatan sudah cukup baik, hal ini terlihat
dari banyaknya masyarakat yang berobat ke puskesmas setiap hari
nya. Kesadaran masyarakat untung berobat ke puskesmas sudah
tinggi lah.
Informan 6 Yang Bapak lihat, masyarakat disini kalau sakit berobatnya ke
puskesmas. kepercayaan masyarakat berobat ke puskesmas sudah
baik. Nah itu tidak terlepas dari pelayanan petugas kan, berarti selama
ini petugas sudah baik melayani masyarakat.
Informan 7 Kalau di puskesmas sudah baik lah dek pelayanannya. Disana kan
ada dokter nya jadi kalau ada balita sakit diare pasti diperiksa dan
diobati. Dikasih oralit tentunya kan. Kalau di posyandu juga gitu,
kalau ada yang sakit diare dikasih oralit.
Informan 8 Kalau ada balita sakit diare di puskesmas pastinya cepat ditangani
sama petugas yah. Kalau di posyandu stok oralit kan selalu ada, jadi
kalau ada anak yang sakit diare pasti ibuk kasih oralit. Ibuk kasih tau
juga cara buat larutan gula garam kalau stok dirumah pasien tidak
ada. Kalau penanganan diare itulah yang kami lakukan dek, kalau
pelatihan dari puskesmas khusus belum pernah. Cuma sebelum
pelaksanaan posyandu pasti kita diarahkan dan diberi bimbingan yah
sama orang puskesmas.
Informan 9 Kalau di Puskesmas itu sudah bagus dek, dokternya ramah, baik lagi.
Kalau anak-anak sakit diare ditanya tanya sama dokter kenapa kok
bisa sakit, diperiksa, trus kita dikasih penyuluhan lah gimana
pencegahan diare dinasehati juga untuk banyak minum dan istirahat
yang cukup. Sudah cukup aktif lah petugas kesehatan selama ini ya
dek.
Informan 10 Pengobatannya biasa aja sama lah seperti berobat di rumah sakit.
Tadi dokter ada tanya-tanya juga tentang diare si adik, diperiksa siap
itu disarankan sama dokter untuk banyak minum, obatnya juga
diminum. Yah lumayan bagus lah. Dokter nya ramah.
Informan 11 Ya tadi kayak adek liat sendiri kan, diperiksa sama dokter, siap itu
ditanya-tanya udah berapa lama anak sakit diare? ada muntah ga?
Cukup bagus lah ya menurut ibu pelayanan dari dokternya. Kalau
pengobatannya udah bagus lah menurut ibuk.
Puskesmas Medan Deli dimulai dari pasien mendaftar di loket pendaftaran kemudian
dilakukan penimbangan berat badan anak di ruang gizi dan dilanjutkan ke poli umum
untuk dilakukan pemeriksaan. Dalam alur pengobatan diare terlihat bahwa tidak
65
adanya perbedaan pengobatan yang diterima oleh balita tanpa dehidrasi maupun
balita dengan dehidrasi ringan/sedang. Sedangkan untuk balita dengan dehidrasi berat
kegiatan surveilans epidemiologi diare ada dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk
Hasil penelitian yang dilakukan tentang penyuluhan diare dapat dilihat dari
ada dilakukan di Puskesmas, di posyandu dan dari LSM High Five tentang STBM,
selama ini belum ada, kegiatan yang ada di masyarakat hanya berupa kegiatan
instruksi kegiatan gotong royong dari PEMKO Medan dalam rangka menjaga
perda tidak ada, tetapi terdapat Surat Edaran (SE) dari Dinas Kesehatan ke seluruh
menyatakan bahwa tidak tahu apakah ada peraturan ataupun instruksi terkait diare.
mendukung pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut ini :
mendukung pelaksanaan program diare telah berjalan dengan baik yang melibatkan
kepala lingkungan, kader posyandu, tokoh masyarakat dan LSM luar negeri yaitu
High Five.
pelaksanaan program diare dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut ini :
71
bahwa keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program diare masih rendah, hal
masyarakat tidak peduli dan merasa ikut kegiatan hanya buang waktu saja.
menjaga kebersihan lingkungan dapat dilihat dari tabel 4.13 berikut ini :
dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah melalui kegiatan gotong royong yang
dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu gotong royong massal pada hari sabtu dan
gotong royong di kelurahan setiap hari minggu. Namun dari hasil wawancara dengan
74
beberapa informan didapatkan bahwa masyarakat sama sekali tidak aktif mengikuti
kegiatan gotong royong, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Medan Deli khususnya Kelurahan Kota Bangun juga
tergolong rendah.
Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut ini :
dilakukan oleh dinas kesehatan berdasarkan laporan diare dan disaat rapat pemegang
program diare yang dilakukan setiap hari selasa minggu kedua setiap bulannya.
Informan 9 Hambatanya itu masyarakat tidak satu watak yang kita hadapi, ada
yang menerima kita itu baik, ada yang kurang senang. Hambatan-
hambatanya itu masyarakatnya sendiri kurang menyadari kalau sehat
itu mahal, tapi payah kita memberi pengertianya. Masyarakat perduli
kesehatan kalau sudah jatuh sakit. Kalau sebelum sakit ga perduli
mereka. Padahal kan mencegah lebih baik kan dek daripada
mengobati.
Informan 10 Kalau hambatan paling kalau di puskesmas agak lama ditangani ya.
Ngantrinya lama. Ibu kan bawa anak kecil sakit. Kan rewel, menangis
terus dari tadi. Tapi mau gimana lagi ya dek yang berobat pun juga
banyak.
Informan 11 Hambatannya puskesmas cukup jauh ya dek dari rumah. Tapi mau
gimana lagi kan. Kalau sakit diare terpaksalah harus dibawa kemari.
program diare yaitu peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan masih rendah,
rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat, masyarakat kurang
seperti parit dan tempat sampah. Sedangkan Ibu balita mengatakan yang menjadi
hambatan adalah waktu tunggu yang terlalu lama dan jarak dari rumah ke puskesmas
Puskesmas Medan Deli dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut ini :
serta masyarakat.
78
menangani anak yang sakit diare, kepada DKK Medan agar menyediakan obat-obatan
yang tidak tersedia di puskesmas seperti tablet zinc, tenaga kesehatan mengirimkan
laporan diare tepat waktu, perlunya pelatihan dan pembinaan kepada kader posyandu
dan masyarakat yang tidak memiliki fasilitas BAB dan tempat sampah agar dibantu
oleh pemerintah.
BAB V
PEMBAHASAN
pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli yaitu : tenaga kesehatan dan
sarana kesehatan.
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
Agar program diare dapat berjalan secara optimal, peran dari tenaga kesehatan
sangat dibutuhkan. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaksanaan program diare
bukan hanya tanggung jawab petugas diare saja tetapi tenaga kesehatan lain juga ikut
terlibat. Petugas diare tidak akan mampu mengatasi permasalahan diare tanpa adanya
80
81
dalam melakukan penyuluhan dan membuat laporan rutin diare. Penyuluhan dilakukan
di puskesmas maupun di luar puskesmas yaitu di posyandu melalui kader posyandu dan
kunjungan rumah penderita diare/home visit. Petugas diare juga rutin membuat laporan
diare dalam bentuk mingguan (W2) dan bulanan (LB) yang selanjutnya akan
peningkatan kasus diare, petugas diare telah menjalin kerjasama dengan tenaga
sanitasi dasar masyarakat, seperti : Persediaan air bersih (PAB), Jamban Keluarga
(JAGA), Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan tempat sampah. Apabila di
masyarakat terjadi peningkatan kasus diare karena pengaruh lingkungan yang buruk,
maka petugas diare bersama dengan tenaga kesehatan lingkungan segera turun ke
dan melakukan rujukan bila perlu. Dalam pemberian pengobatan diare di masyarakat,
tenaga kesehatan dibantu oleh peran dari kader-kader posyandu. Apabila terdapat balita
yang sakit diare di posyandu, maka kader segera memberikan oralit. Kader posyandu
juga mengajari ibu balita tentang pertolongan pertama saat anak diare yaitu dengan
membuat larutan gula garam untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Pengetahuan dan
82
keterampilan kader dalam menangani balita yang sakit diare di posyandu dinilai sudah
baik. Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pelatihan diare secara
Wawasan dan motivasi kerja kader sebaiknya dapat terus dibina agar tugas yang
dibebankan kepada mereka dapat dikerjakan secara optimal. Mereka harus disadarkan
bahwa tugas mereka sangat penting artinya bagi pembangunan kesehatan warga,
(Muninjaya, 2004).
Sarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam
puskesmas sarana yang dibutuhkan adalah logistik, pojok oralit, peralatan kesehatan
pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang
mendukung sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah
direncanakan.
tablet zinc dan obat paket KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200
ml, tablet zinc 20 mg, untuk obat paket KLB Diare adalah oralit, Ringer Laktat 500 ml,
giving set dan wing needle ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan ukuran sesuai
Logistik yang ada di Puskesmas Medan Deli cukup tersedia, walaupun ada
beberapa logistik yang tidak tersedia. Adapun logistik yang sudah tersedia yaitu obat-
obatan seperti oralit 200 ml, Ringer Laktat 500 ml, dan Tetrasiklin 500 mg. Sedangkan
logistik yang tidak tersedia yaitu tablet Zinc 20 mg. Pemberian tablet zinc penting
diberikan segera setelah anak mengalami diare. Pemberian zinc selama diare terbukti
mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air
besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3
adalah Pojok Oralit. Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk
petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan
sarana untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun
sarana konsultasi diare dan pelayanan penderita diare tidak berjalan. Padahal sarana
pendukung pojok oralit sudah tersedia seperti meja, kursi, ceret, oralit, gelas, dan
sendok. Yang menjadi kendala adalah tenaga pelaksana dalam hal ini petugas diare
merangkap tugas lain yang mengakibatkan pojok oralit di puskesmas tidak berjalan.
Menurut Gibson, dkk (1996) kinerja seseorang karyawan dipengaruhi oleh 2 faktor,
yaitu faktor internal (dalam diri seseorang) dan eksternal. Salah satu faktor eksternal
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan
atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak,
elektronika (TV, Radio, komputer, dll) dan media luar ruang. Sehingga sasaran dapat
Media penyuluhan yang ada di puskesmas hanya tersedia 1 yaitu berupa poster
diare yang diletakkan di ruangan tunggu pasien, pasien yang menunggu giliran
pengobatan dapat dengan mudah membaca informasi tentang diare dan penanganannya.
dilakukan dengan komunikasi dua arah saja yaitu antara tenaga kesehatan dan pasien.
Di Puskesmas Medan Deli, ruangan untuk pengobatan balita sakit diare adalah
ruangan poli umum. Ruangan khusus untuk pengobatan balita sakit (Ruangan khusus
dengan pasien lainnya di ruangan poli umum. Hal ini mengakibatkan pelayanan
menjadi tidak efisien karena waktu tunggu balita yang terlalu lama. Dari hasil
penelitian, waktu tunggu yang lama menjadi salah satu hambatan yang dirasakan ibu
balita. Waktu tunggu yang lama seringkali mengakibatkan anak yang menunggu giliran
menjadi bosan dan menangis. Waktu tunggu adalah waktu yang digunakan pasien
ruang pemeriksaan dokter. Waktu tunggu identik dengan kebosanan, kecemasan dan
85
stress. Waktu tunggu yang lama berisiko menurunkan kepuasan pasien dan dapat
Medan Deli adalah terdiri dari : upaya pencegahan dan upaya pengobatan.
Lingkungan, dan Penyuluhan Kesehatan. Hasil analisis dari kegiatan tersebut adalah :
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah,
oleh karena itu pelaksanaan surveilans epidemiologi diare merupakan salah satu upaya
pencegahan dalam mewaspadai timbulnya wabah diare. Sesuai dengan surat instruksi
(W2), dan membuat laporan secara berjenjang. Selain itu pada lokasi yang rawan KLB
Diare, yaitu wilayah yang cakupan faktor resiko rendah seperti cakupan air bersih,
penggunaan jamban keluarga, SPAL, tempat pembuangan sampah, dan PHBS perlu
Pengumpulan data diare sudah berjalan dengan baik mulai dari Puskesmas
hingga Pusat. Di Puskesmas Medan Deli pemegang program diare rutin melakukan
pencatatan setiap hari (register) penderita diare yang datang ke sarana kesehatan
maupun temuan kader di poyandu. Laporan rutin ini selanjutnya dikompilasi oleh
Kesehatan Kota Medan melalui laporan bulanan (LB) setiap bulannya. Selanjutnya
petugas diare Dinas Kesehatan Kota Medan membuat rekapitulasi dari masing-masing
Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi. Dari tingkat propinsi
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tenaga kesehatan rutin dan tepat waktu
melaporkan kasus diare kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan tersebut berupa
laporan mingguan, bulanan dan tahunan. Data jumlah kunjungan kasus diare di
87
Puskesmas Medan Deli dalam 3 tahun terakhir (2011 s/d 2013), dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.1. Data Jumlah Kunjungan Kasus Diare di Puskesmas Medan Deli Tahun
2011 s/d 2013
No Bulan 2011 2012 2013
1 Januari 128 157 135
2 Februari 128 203 146
3 Maret 128 175 143
4 April 128 194 131
5 Mei 138 244 182
6 Juni 128 208 154
7 Juli 128 195 152
8 Agustus 127 222 145
9 September 134 179 165
10 Oktober 124 214 146
11 November 177 185 119
12 Desember 93 239 111
Jumlah 1561 2415 1729
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kasus diare di Puskesmas
Medan Deli dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun
2011 jumlah kunjungan kasus diare dalam setahun berjumlah 1561 kunjungan kasus,
pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu berjumlah 2415
kunjungan kasus dan pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu menjadi 1729
kunjungan kasus.
bahwa belum pernah terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Puskesmas
Medan Deli. Adapun upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Medan
88
Deli untuk mengatasi peningkatan kasus diare setiap tahunnya yaitu : penyuluhan diare,
dipantau dari rekapitulasi laporan diare dari seluruh puskesmas setiap bulannya.
Apabila terjadi peningkatan kasus diare hingga tiga kali lipat, Petugas Diare Dinas
Kesehatan Kota Medan bersama dengan Petugas Surveilans dan Petugas Kesehatan
Lingkungan segera turun ke lapangan untuk melihat penyebab terjadinya KLB Diare
kasus yang mencolok, maka pemantauan hanya berdasarkan laporan diare tiap bulan
baik, tentunya akan berdampak pada proses penularan yang terus berlangsung di
masyarakat.
diare dengan faktor lingkungan yaitu ketersediaan jamban, sumber air bersih, tempat
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Medan Deli tahun 2013,
Persediaan Air bersih (PAB) masyarakat sebagian besar menggunakan air sumur gali
(70,16%). Dari hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa sebagian besar air
89
sumur gali yang digunakan oleh masyarakat kualitas airnya tidak baik karena telah
tercemar dengan limbah pabrik yang berada dekat dengan pemukiman warga. Sehingga
untuk kebutuhan air minum sehari-hari sebagian besar masyarakat menggunakan air
kemasan isi ulang. Menggunakan air minum adalah air yang kita pergunakan sehari-
hari untuk minum haruslah air bersih, agar tidak terkena atau terhindar dari penyakit
Medan Deli sudah baik (88,75%), walaupun masih ada beberapa masyarakat yang tidak
memiliki fasilitas jamban. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu dan kader
PKK diketahui bahwa penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Kota Bangun,
tepatnya di daerah pinggiran rel kereta api masih ada yang buang air besar (BAB)
sembarangan seperti di parit, pekarangan rumah, sungai, dll. Hal tersebut tentunya akan
pembuangan kotoran manusia harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
rendah, Dari hasil wawancara dengan kader diketahui bahwa pengelolaan sampah tidak
terkelola dengan baik, masyarakat masih ada yang buang sampah sembarangan ke
rendah. Sander, 2005 menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting
menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan
perusahaan air minum isi ulang, penyuluhan PHBS dan menjalin kerjasama dengan
lintas sektor yaitu Pihak Kecamatan dan Pihak Kelurahan. Kegiatan yang dilakukan
adalah melalui kegiatan gotong royong. Di Kecamatan Medan Deli gotong royong
dilakukan 2 kali setiap minggunya yaitu gotong royong massal setiap hari sabtu dan
banyak yang tidak perduli dan beranggapan bahwa kebersihan lingkungan hanya
merupakan tanggungjawab pemerintah setempat saja yaitu : Camat, lurah dan kepala
himbauan dan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif. Tidak ada sanksi atau teguran
yang tegas kepada masyarakat yang tidak rutin ikut gotong royong dan tidak menjaga
fasilitas umum yang telah disediakan oleh pemerintah seperti parit yang sudah
bukanlah sebagai objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada
masyarakat yang dilakukan selama ini. Masyarakat hanya sekedar tahu bahwa
lingkungan yang kotor dapat menimbulkan penyakit tanpa mau dan mampu untuk
masyarakat atau peran serta melaksanakan kegiatan program, seperti gotong royong
3. Penyuluhan Kesehatan
Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
92
Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat
2010).
Deli, pemberian informasi tentang diare dan penanganan terjadinya diare dilakukan
dilakukan dengan kunjungan ke rumah penderita diare/Home Visit oleh petugas diare
dan kunjungan ke rumah penderita diare/home visit tidak terprogram dengan baik.
Kegiatan dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatan
tertentu bukan kegiatan yang direncanakan dari awal baik dalam hal materi, waktu
Terkait dengan diare, informasi yang diterima masyarakat lebih dominan pada
kegiatan kuratif sementara informasi tentang tindakan yang harus dilakukan untuk
upaya preventif terjadinya diare kurang mendapat perhatian dari petugas kesehatan dan
penyakit sehingga tidak ada usaha untuk meningkatkan kebersihan lingkungan untuk
mengetahui tentang gejala diare, penanganan yang pertama yang bisa dilakukan sendiri,
sampai dengan tanda-tanda yang harus diwaspadai untuk dilakukan tindakan lanjutan.
Ibu balita sudah tahu pertolongan pertama yang dilakukan jika anak diare yaitu
membuat larutan gula garam dan memberikan cairan yang lebih banyak dan membawa
balita ke sarana kesehatan jika kondisi semakin memburuk. Pengetahuan dan tindakan
Hal ini dipengaruhi oleh sikap masyarakat dalam menerima suatu informasi
yaitu masyarakat lebih tertarik dengan penanganan diare karena informasi tersebut
membantu masyarakat untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan akan menimbulkan
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Leventhal cit. Azwar (2007) bahwa
persuasi dapat diperkaya dengan pesan-pesan yang membangkitkan emosi yang kuat
dalam diri seseorang. Apalagi bila pesan berisi rekomendasi mengenai bagaimana
perubahan sikap dapat mencegah konsekuensi negatif dari pesan yang hendak diubah.
Cara ini sangat efektif untuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan sehingga dapat
yang dilakukan selama ini. Informasi yang diberikan kepada masyarakat selama ini
lebih menonjolkan sisi kuratif. Masyarakat lebih banyak menerima informasi mengenai
94
penanganan diare. Selain itu dipengaruhi juga oleh frekuensi penyuluhan dan tehnik
Sejalan dengan hal tersebut Ewles (1994) menyatakan bahwa media bukan
dilakukan adalah kegiatan yang berdasar pada analisis masalah dan kebutuhan
lingkungan dalam pencegahan diare belum ada. Padahal berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam memengaruhi terjadinya diare
di daerah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak terbiasa untuk
perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.
95
Oleh sebab itu, promosi kesehatan bukan sekedar mengubah perilaku saja tetapi juga
dilakukan rutin setiap bulan dan dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat di suatu
tempat tidak dengan mengunjungi dari rumah ke rumah/home visit. Masyarakat menilai
kunjungan dari rumah ke rumah selama ini tidak efektif karena tidak menjangkau
seluruh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ester (2000), kualitas interaksi
Untuk itu peran kader kesehatan dapat ditingkatkan sehingga dapat menjadi
sumber pesan yang dipercayai dan dianggap mampu memberikan informasi. Usaha
yang dapat dilakukan antara lain dengan pelatihan kader kesehatan dan pembinaan
Kader yang sebagian besar merupakan anggota PKK, mempunyai tugas yang
mulia. Kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
mendatangi posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan sehat. Disamping itu kader
juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali menemukan jika ada masalah
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS). Seluruh balita sakit yang datang ke puskesmas
adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh (Depkes RI,
2008).
diare yaitu LINTAS diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang terdiri atas:
pemberian oralit, pemberian tablet zinc selama 10 hari berturut-turut, meneruskan ASI-
Makan, pemberian antibiotik secara selektif dan pemberian nasihat pada ibu/keluarga.
Di Puskesmas Medan Deli seluruh balita sakit diare yang datang ke puskesmas
tidak ditangani dengan pendekatan MTBS. Hal tersebut dikarenakan jumlah balita sakit
yang datang ke puskesmas setiap harinya cukup banyak jika dibandingkan dengan
tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS. Tidak tersedianya tim MTBS dan ruangan
Dokter Umum.
Depkes RI, 2008 menegaskan bahwa seluruh balita sakit yang datang ke
tidak banyak (kurang dari 10 kasus per hari). Akan tetapi bila perbandingan jumlah
tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan jumlah kunjungan balita sakit per hari
cukup besar maka penerapan MTBS di puskesmas dilakukan secara bertahap, hal ini
97
tergantung kepada apakah tenaga tersebut juga dibebani untuk menangani pasien yang
Di puskesmas Medan Deli, seluruh balita yang sakit diare ditangani di ruangan
poli umum oleh dokter. Langkah-langkah yang dilakukan oleh dokter yaitu
terdapat perbedaan alur pengobatan pada balita tanpa dehidrasi (Terapi A) dan balita
dengan dehidrasi Ringan-Sedang (Terapi B). Pada balita dengan dehidrasi ringan-
sedang tidak ada diberikan oralit dalam 3 jam pertama di sarana kesehatan.
Ibu/keluarganya tidak ada diajarkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa
banyak oralit yang harus diminum oleh penderita. Hal tersebut tidak dilakukan
berobat jalan dan rujukan juga pasien rawat inap. Pasien yang memerlukan perawatan
lebih lanjut dan memerlukan rawat inap akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Dalam
penanganan balita dengan dehidrasi berat (Terapi C), tenaga kesehatan segera merujuk
balita ke rumah sakit terdekat yaitu Rumah Sakit Mitra Medika dan Rumah Sakit
Imelda agar anak segera mendapatkan terapi intravena. Upaya rujukan dilakukan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam artian dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu, atau secara horizontal dalam
dilakukan kepada tenaga kesehatan diketahui bahwa pelatihan tatalaksana diare belum
pernah dilakukan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan
selama ini hanya dalam bentuk pengumpulan laporan diare tiap bulan dan saat rapat
Menurut Kemenkes RI, 2011 Pemantauan program diare harus dilakukan secara
memberikan umpan balik atau alternatif pemecahan masalah yang ditemukan pada saat
Terapi B atau Terapi C, Obat, Kualitas tatalaksana standar sebagai simpulan dari
klasifikasi, tindakan dan pemberian obat, Pojok oralit dan Pengetahuan petugas tentang
tatalaksana diare.
99
dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait. Keluaran (output)
dalam pelaksanaan program diare di Puskesmas Medan Deli dapat dinilai dari upaya
Upaya pencegahan diare yang telah dilakukan di Puskesmas Medan Deli belum
berjalan dengan maksimal. Penyuluhan diare yang dilakukan selama ini tidak
terprogram dengan baik. Kegiatan hanya dilakukan secara insidentil apabila ditemukan
masalah bukan kegiatan yang direncanakan dari awal baik dalam hal materi, waktu
intervensi lebih yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada masyarakat yang
kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) tidak berjalan
dengan maksimal. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pengawasan kepala puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Pengawasan dan pembinaan perlu ditingkatkan agar
pelaksanaan program diare dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
terakhir dari proses manajemen. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar
keberhasilan program yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan
sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang
100
mampu dikerjakan oleh staf. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan yang terjadi
harus segera diatasi. Penyimpangannya harus dapat dideteksi secara dini, dicegah,
bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf
6.1 Kesimpulan
1. Peran dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan agar program diare dapat
terlibat dalam mendukung pelaksanaan program diare tidak hanya petugas diare
saja, tetapi tenaga kesehatan yang lain juga ikut terlibat seperti : dokter dan
berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari rutinnya pencatatan diare dalam
bentuk mingguan, bulanan dan tahunan serta pelaporan diare yang tepat waktu
3. Penyuluhan diare tidak rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penyuluhan diare
hanya dilakukan secara insidentil apabila ditemukan masalah atau ada kegiatan-
baik.
101
102
5. Pengawasan dan pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Medan kurang berjalan
dengan baik. Hal tersebut dikarenakan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan hanya berupa pengumpulan laporan diare saja, tidak ada pengawasan
di puskesmas.
6.2 Saran
1. Diharapkan adanya instruksi yang jelas dan tegas serta pengawasan, pembinaan
dan evaluasi yang jelas dari Dinas Kesehatan Kota Medan kepada puskesmas
khususnya tablet zinc dan menjalankan pojok oralit sebagai sarana rehidrasi oral
dengan baik secara rutin dan berlanjut. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
balita dapat mencegah penyakit diare dan melakukan pertolongan pertama saat
anak diare.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) kepada seluruh balita sakit diare
MTBS dan ruangan khusus MTBS agar balita sakit diare dapat diobati dengan
bersih dan sehat (PHBS) khususnya tidak buang sampah sembarangan dan tidak
DAFTAR PUSTAKA
Astati, Indah. 2012. Pengaruh Persepsi Ibu Bayi/Balita Tentang Penyakit Diare
Dan Program Pencegahan Diare Terhadap Tindakan Pencegahannya Di
Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Tahun 2012. Skripsi.
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Azwar, Saifudin. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ewles, L, Simnett. 1994. Promosi Kesehatan. Edisi Kedua, Gadjah Mada University
Pers. Yogyakarta.
105
Sander, M.A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo.
Sitinjak, Lely Herlina. 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Dengan Kejadian Diare Di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun
2011. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara.
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
A. Pertanyaan untuk Petugas Dinas Kesehatan Kota Medan
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana penyuluhan diare yang seharusnya dilakukan?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
B. Daftar Pertanyaan untuk Kepala Puskesmas Medan Deli
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana penyuluhan diare yang telah dilakukan ?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
C. Daftar Pertanyaan untuk Dokter di Puskesmas Medan Deli
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana intensitas penyuluhan diare yang telah dilakukan ?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
D. Daftar Pertanyaan untuk Penanggung Jawab Program Diare di Puskesmas
Medan Deli
1. Menurut Bapak/Ibu, Siapa saja tenaga kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan program diare di puskesmas? bagaimana peran masing-masing
pihak tersebut ?
2. Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang tersedia dalam mendukung
pelaksanaan program diare di Puskesmas ?
3. Sesuai dengan jabatan yang Ibu emban, bagaimana proses pengobatan diare di
puskesmas ?
4. Bagaimana dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi diare yang selama ini
berjalan ?
5. Bagaimana intensitas penyuluhan diare yang telah dilakukan ?
6. Apakah ada kebijakan pemerintah terkait diare? bagaimana bentuk
kebijakannya ?
7. Bagaimana kerjasama lintas sektor dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Apakah masyarakat terlibat aktif dalam mendukung pelaksanaan program
diare? bagaimana bentuk keterlibatannya ?
9. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
10. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan DKK terhadap
pelaksanaan program diare ?
11. Terkait dengan pelaksanaan program diare, Apa saja hambatan yang dirasakan
selama ini ?
12. Keluaran (output) apa yang Bapak/Ibu harapkan dalam pelaksanaan program
diare ?
13. Apa saja saran yang dapat Bapak/Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
E. Daftar Pertanyaan untuk Ibu balita yang anaknya menderita diare tanpa
dehidrasi
1. Menurut Ibu, bagaimana pemeriksaan dan pengobatan diare yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi Ibu dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
F. Daftar Pertanyaan untuk Ibu balita yang anaknya menderita diare dengan
dehidrasi ringan/sedang
1. Menurut Ibu, bagaimana pemeriksaan dan pengobatan diare yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi Ibu dalam mendukung pelaksanaan program
diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Data Pertanyaan
G. Daftar Pertanyaan untuk Pegawai di Kecamatan Medan Deli
1. Menurut Bapak, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas
Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
H. Daftar Pertanyaan untuk Pegawai di Kelurahan Kota Bangun
1. Menurut Bapak, bagaimana pelayanan dari tenaga kesehatan di Puskesmas
Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
1. Daftar Pertanyaan untuk Anggota PKK
1. Menurut Ibu, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
J. Daftar Pertanyaan untuk Kader Posyandu
1. Menurut Ibu, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu, apakah tenaga kesehatan ada melakukan pengamatan
penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Ibu, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam pelaksanaan
program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu ajukan untuk perbaikan pelaksanaan program
diare kedepannya?
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
K. Daftar Pertanyaan untuk Tokoh Masyarakat
1. Menurut Ibu/Bapak, bagaimana proses pengobatan diare di Puskesmas Medan
Deli ?
2. Bagaimana dengan kelengkapan sarana kesehatan yang tersedia di puskesmas
ini?
3. Menurut Ibu/Bapak, Bagaimana penyuluhan diare yang selama ini berjalan di
masyarakat?
4. Sepengetahuan Ibu/Bapak, apakah tenaga kesehatan ada melakukan
pengamatan penyakit diare di masyarakat?
5. Menurut Ibu/Bapak, apakah ada kerjasama lintas sektor dalam mendukung
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
6. Bagaimana upaya yang telah dilakukan dalam penyehatan lingkungan ?
7. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan
program diare ?
8. Menurut Ibu/Bapak, Keluaran (output) apa yang diharapkan dalam
pelaksanaan program diare di masyarakat ?
9. Apa saja saran yang dapat Ibu/Bapak ajukan untuk perbaikan pelaksanaan
program diare kedepannya?