Anda di halaman 1dari 16

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
anugerah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
sistem dan bangunan irigasi yang berjudul “SISTEM JARINGAN DAN BANGUNAN
IRIGASI”.

Makalah ini berisikan pembahasan tentang dasar dasar sistem jaringan serta
bangunan irigasi itu sendiri. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan
informasi serta pengetahuan bagi para pembaca serta untuk memenuhi nilai tugas dari mata
kuliah terkait.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak sekali kekurangan, karena
pengetahuan yang penulis miliki masih kurang dan wawasan penulis yang belum cukup luas
pada bidang irigasi. Oleh kerena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepannya penulis bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT , Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Parepare, 6 Desember 2018

(Penulis)
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Definisi........................................................................................................................................ 2
B. Tujuan dan Manfaat .................................................................................................................... 2
C. Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi ............................................................................ 3
D. Bangunan Irigasi ......................................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 14
1

BAB I

PENDAHULUAN

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi


untuk menunjang pertanian dan kebutuhan manusia, yang berfungsi untuk
mengaliri lahan dan menampung air di saat hujan dan mengalirkan air pada saat
kemarau agar persediaan air tetap tersedia.
Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum
Masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah
nasional maupun sejarah dunia. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh
adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam
sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis dari
persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana
sampai yang paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui
saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan air
irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang
cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas
yang dapat dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan
ilmualam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda
cairo. Semua ini membuat pengetahaun tentang irigasi bertambah lengkap.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Jaringan irigasi : adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunannya.
2. Daerah pengaliran : adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS),
dimanaapabila terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-
klimatologi,akan mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai tersebut.
3. Daerah irigasi atau daerah pengairan : adalah kesatuan wilayah
ataudaerah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
4. Daerah potensial : adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik
untuk dikembangkan.
5. Daerah fungsional : adalah bagian dari daerah potensial yang telah
memiliki jaringan irigasi yang telah dikembangkan; luas daerah fungsional
ini sama atau lebih kecil dari daerah potensial
6. Petak irigasi : adalah petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi
dari satu jaringan irigasi.
7. Penyediaan irigasi : adalah penentuan banyaknya air yang dapat
dipergunakanuntuk menunjang pertanian
8. Pembagian air irigasi : adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh
pihakyang berwenang dalam ekspoitasi pada jaringan irigasi utama hingga
ke petak tersier.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya
manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau
menghilangkan faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap
kehidupan manusia.
3

Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia
dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan
memperbesar rasa aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup di
lembah dan di tepi sungai.

Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang
memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis.

Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah :

a. untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah


yang curah hujannya kurang atua tidak menentu.
b. untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanain
dapat di airi sepanajng waktu, baik pada musim kemarau mupun pada musim
penghujan.
c. untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang
mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima
unsur-unrur penyubur.
d. untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa)
dengan endapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

C. Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi


Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

1. Irigasi Sistem Gravitasi

Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan
diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil
dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dahdanau di
dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang
membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.

2. Irigasi Sistem Pompa

Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan


secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik. Cara ini
membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai,
4

misalnya Setasiun Pompa Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung


Gerak Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI simo,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

3. Irigasi Pasang-surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi
yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air
laut. Areal yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat
pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut.

Adapun klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :

1. Jaringan Irigasi Sederhana

Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu
hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air.

Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki


kelemahankelemahan serius yakni :

a. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di
daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah
rendah yang subur.
b. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari
penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-
sendiri.
c. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap / permanen, maka
umumya pendek.
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara
saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang pematus. Ini berarti bahwa baik
5

saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya


masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah - sawah dan
saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah - sawah ke saluran
pembuang.

Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah
petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya
berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.

Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air
ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan
selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter.

Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu – waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani.

Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran,


pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier
hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan
memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi
yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan dalam
pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian
air di jaringan utama.

D. Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan
pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai
dalam praktek irigasi antara lain

1. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air
untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber
airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori,
yaitu
6

a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan
maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di
bendung mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat
disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang
mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1)
bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung
karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi
dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan,
bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.

b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai
menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani.
Perbedaan dengan bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas
tidak dilakukan pengaturan tinggi muka air di sungai. Untuk dapat
mengalirkan air secara gravitasi, muka air di sungai harus lebih tinggi dari
daerah irigasi yang dilayani.

c. Pengambilan dari waduk


Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi
kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari
kegunaannya, waduk dapat bersifat eka guna dan multi guna. Pada
umumnya waduk dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk
irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata, dan perikanan.
Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan
outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pemberian
air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik
waduk.

d. Stasiun Pompa
7

Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila


upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk
dilakukan, baik dari segi teknis maupun ekonomis. Salah satu karakteristik
pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu
besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat besar.

2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran
primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk
dalam bangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan
got miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai
dengan nama desa yang terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini
penjelasan berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi.

a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran


sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir
d. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terakhir
8

3. Bangunan Bagi dan Sadap


Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan
alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan
pada waktu tertentu. Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai
kesulitan-kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan
sistem proporsional, yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur
tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut

a. elevasi ambang ke semua arah harus sama


b. bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama
c. lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi
Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam
irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem
golongan. Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai
pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.

b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
ke saluran tersier penerima.

c. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian


bangunan.
9

d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau
lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter)

Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3


bagian utama, yaitu.

a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai


dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun
gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit
yang masuk saluran dapat diatur.
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.

4. Bangunan Pengatur dan Pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan
pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai
bangunan pangatur.

5. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak
sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
pembuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bangunan
pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran
pembuang kuarter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan
saluran pembuang primer.
10

Jaringan saluran pembuang tersier

a. Saluran pembuang kuarter terletak di dalam satu petak tersier,


menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam
saluran pembuang tersier.
b. Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak tersier yang
termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik
dari pembuang kuarter maupun dari sawah-sawah. Air tersebut dibuang
ke dalam jaringan pembuang sekunder.

Jaringan saluran pembuang utama

a. Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang


tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke
jaringan pembuang alamiah dan ke luar daerah irigasi.
b. Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang
sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran
pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai,
anak sungai atau ke laut
Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :
a. Mengeringkan sawah
b. Membuang kelebihan air hujan
c. Membuang kelebihan air irigasi

Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah


atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pembuang
tersier menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran
pembuang primer menampung dari saluran pembuang tersier dan
membawanya untuk dialirkan kembali ke sungai.

6. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap
bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan
pelengkap berfungsi untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan
11

pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan


umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul,
jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta
bangunan lainnya.
12
13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Empat unsur fungsional pokok irigasi:

1. Bangunan-bangunan Utama (Head Works) → air diambil dari sumbernya


(sungai atau waduk)
2. Jaringan pembawa → Saluran yang mengalirkan ke petak-petak tersier.
3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi → sawah
4. Sistem pembuangan

Jadi pengaplikasian manajemen irigasi adalah adalah serangkaian proses


untuk menyediakan air, mengelola air, menyalurkan air pada lahan-lahan
pertanian, dan membuang air yang tidak terpakai ke saluran pembuangan air,
dengan se efisien mungkin dan se efektif mungkin

Tujuan irigasi adalah untuk menampung kelebihan air pada musim hujan
dan akan dimanfaatkan pada musim kemarau atau untuk mengatur distribusi
ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air pada waktu dan tempat
tertentu.

B. Saran

Kepada para pembaca agar lebih banyak mencari informasi tentang sistem

jaringan dan bangunan irigasi untuk lebih memahami kedua aspek pembahasan

tersebut.
14

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/28662867/Makalah_Irigasi_Kelompok
https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/bangunan-irigasi
https://www.tneutron.net/sipil/petak-primer-sekunder-dan-tersier/
https://www.slideshare.net/kharistya/11-sistem-jaringan-dan-bangunan-irigasi
https://sanitasidisini.wordpress.com/2011/06/30/daftar-istilah-drainase/
http://mechanarticle.blogspot.com/2011/12/pengenalan-jaringan-irigasi.html
http://melindakristin.blogspot.com/2012/06/makalah-irigasi-dan-bangunan-
air.html
http://sardianto-aet12.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-irigasi.html
http://ganiblopost.blogspot.com/2014/07/makalah-irigasi-dan-bangunan-air-
teknik.html
https://www.matadunia.id/2016/08/teknik-sipil-makalah-irigasi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai