Anda di halaman 1dari 6

BILANGAN REAL

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan


Analisis Real

Dosen Pengampu : Febriana Kristanti, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Aisyah Wardani (D04217001)


2. Mesy Nur Indahsari (D04217017)
3. M Dwiki Rohananto (D74217018)
4. Nawal Syarif H (D04217020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


BILANGAN REAL
Dalam bab ini kita akan membahas sifat-sifat esensial dari sistem bilangan real R.
Walaupun dimungkinkan untuk memberikan konstruksi formal dengan didasarkan pada
himpunan yang lebih primitif (seperti himpunan bilangan asli N atau himpunan bilangan rasional
Q), namun tidak kita lakukan. Akan tetapi, kita perkenalkan sejumlah sifat fundamental yang
berhubungan dengan bilangan real dan menunjukkan bagaimana sifat-sifat yang lain dapat
diturunkan darinya. Hal ini lebih bermanfaat dari pada menggunakan logika yang sulit untuk
mengkonstruksi suatu model untuk R dalam belajar analisis.
Sistem bilangan real dapat dideskripsikan sebagai suatu “medan/lapangan lengkap yang
terurut”, dan kita akan membahasnya secara detail. Demi kejelasan, kita tidak akan membahas
sifat-sifat R dalam suatu bagian, tetapi kita lebih berkonsentrasi pada beberapa aspek berbeda
dalam bagian-bagian yang terpisah. Pertama kita perkenalkan, dalam bagian 2.1, sifat aljabar
(sering disebut sifat medan) yang didasarkan pada ope-rasi penjumlahan dan perkalian.
Berikutnya kita perkenalkan, dalam bagian 2.2 sifat urutan dari R, dan menurunkan beberapa
konsekuensinya yang berkaitan dengan ketaksamaan, dan memberi ilustrasi penggunaan sifat-
sifat ini. Gagasan tentang nilai mutlak, yang mana didasarkan pada sifat urutan, dibahas secara
singkat pada bagian 2.3.
Dalam bagian 2.4, kita membuat langkah akhir dengan menambah sifat “kelengkapan”
yang sangat penting pada sifat aljabar dan urutan dari R. Kemudian kita menggunakan sifat
kelengkapan R dalam bagian 2.5 untuk menurunkan hasil fundamental yang berkaitan dengan R,
termasuk sifat archimedes, eksistensi akar (pangkat dua), dan densitas (kerapatan) bilangan
rasional di R.

2.1 Sifat Aljabar R


Dalam bagian ini kita akan membahas “struktur aljabar” sistem bilangan real. Pertama
akan diberikan daftar sifat penjumlahan dan perkaliannya. Daftar ini mendasari semua untuk
mewujudkan sifat dasar aljabar R dalam arti sifat-sifat yang lain dapat dibuktikan sebagai
teorema. Dalam aljabar abstrak sistem bilangan real merupakan lapangan/medan terhadap
penjumlahan dan perkalian. Sifat-sifat yang akan disajikan pada 2.1.1 berikut dikenal dengan
“Aksioma medan”.
Yang dimaksud operasi biner pada himpunan F adalah suatu fungsi B dengan domain
F´F dan range di F. Jadi, operasi biner memasangkan setiap pasangan berurut (a,b) dari unsur-
unsur di F dengan tepat sebuah unsur B(a,b) di F. Tetapi, disamping menggunakan notasi B(a,b),
kita akan lebih sering menggunakan notasi konvensional a+b dan a.b (atau hanya ab) untuk
membicarakan sifat penjumlahan dan perkalian.Contoh operasi biner yang lain dapat dilihat pada
latihan.
2.1.1. Sifat-sifat aljabar R. Pada himpunan bilangan real R terdapat dua operasi biner, dituliskan
dengan “+” dan “.” dan secara berturut-turut disebut penjumlahan dan perkalian. Kedua
operasi ini memenuhi sifat-sifat berikut :
(A1). a + b = b + a untuk semua a,b di R (sifat komutatif penjumlahan);
(A2). (a + b) + c = a + (b + c) untuk semua a,b,c di R (sifat assosiatif penjumlahan);

2
(A3.) terdapat unsur 0 di R sehingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk semua a di R (eksistensi
unsur nol);
(A4). untuk setiap a di R terdapat unsur -a di R, sehingga a + (-a) = 0 dan (-a) + a = 0 (eksistensi
negatif dari unsur);
(M1). a.b = b.a untuk semua a,b di R (sifat komutatif perkalian);
(M2). (a.b) . c = a . (b.c) untuk semua a,b,c di R (sifat asosiatif perkalian);
(M3). terdapat unsur 1 di R yang berbeda dari 0, sehingga 1.a = a dan a.1 = a untuk semua a di
R (eksistensi unsur satuan);
(M4). untuk setiap a ¹ 0 di R terdapat unsur 1/a di R sehingga a.1/a = 1 dan (1/a).a = 1
(eksistensi balikan);
(D). a . (b+c) = (a.b) + (a.c) dan (b+c) . a = (b.a) + (c.a) untuk semua a,b,c di R (sifat distributif
perkalian terhadap penjumlahan);
Pembaca perlu terbiasa dengan sifat-sifat di atas. Dengan demikian akan memudahkan
dalam penurunan dengan menggunakan teknik dan manipulasi aljabar. Berikut kita akan
dibuktikan beberapa konsekuensi dasar (tetapi penting).
Teorema 2.1.2
(a) Bila 𝑧 dan 𝑎 unsur di ℝ sehingga 𝑧 + 𝑎 = 𝑎, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑧 = 0
(b) Bila 𝑢 dan 𝑏 ≠ 0 unsur ℝ sehingga 𝑢 . 𝑏 = 𝑏, maka 𝑢 = 1
(c) Bila 𝑎 𝜖 ℝ, maka 𝑎. 0 = 0
Bukti :
(a). Diketahui :
𝑧, 𝑎 ∈ ℝ
𝑧+𝑎 =𝑎
Adib : 𝑧 = 𝑎
Bukti :
𝑧 =𝑧+0 (A3)
𝑧 = 𝑧 + (𝑎 + (−𝑎)) (A4)
𝑧 = (𝑧 + 𝑎) + (−𝑎) (A2)
𝑧 = 𝑎 + (−𝑎) diketahui
𝑧=0 terbukti
(b).Diketahui :
𝑢 ∈ ℝ, 𝑏 ≠ 0 ∈ ℝ
𝑢. 𝑏 = 𝑏
Adib : 𝑢 = 1
Bukti :
𝑢 = 𝑢. 1 (M3)
1
𝑢 = 𝑢. (𝑏. 𝑏) (M4)
1
𝑢 = (𝑢. 𝑏). 𝑏 (M2)
1
𝑢 = 𝑏. 𝑏 diketahui

𝑢=1 terbukti

3
(c). Diketahui : 𝑎 𝜖 ℝ
Adib : 𝑎. 0 = 0
Bukti :
𝑎. 1 = 1 (M3)
𝑎 = 𝑎. (1 + 0) (A3)
𝑎 = (𝑎. 1) + (𝑎. 0) (D)
𝑎 = 𝑎 + (𝑎. 0) (A3)
(−𝑎) + 𝑎 = (−𝑎) + 𝑎 + (𝑎. 0) kedua ruas ditambah dengan (−𝒂)
(−𝑎) + 𝑎 = ((−𝑎) + 𝑎) + (𝑎. 0) (A2)
0 = 0 + (𝑎. 0)
0 = 𝑎. 0 terbukti
Teorema 2.1.3
1
(a) Bila 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ∈ ℝ sehingga 𝑎. 𝑏 = 1, maka 𝑏 = 𝑎

(b) Bila 𝑎. 𝑏 = 0, maka 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0


Bukti :
(a). Diketahui :
𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ∈ ℝ
𝑎. 𝑏 = 1
1
Adib : 𝑏 = 𝑎

Bukti :
𝑏 = 1. 𝑏 (M3)
1
𝑏 = (𝑎 . 𝑎) 𝑏 (M4)
1
𝑏 = 𝑎 . (𝑎. 𝑏) (M2)
1
𝑏 = 𝑏.1 diketahui

𝑏=1 terbukti

(b). Diketahui : 𝑎. 𝑏 = 0
Adib : 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0
Bukti :
1
Kita asumsikan 𝑎 ≠ 0 kita , kita gunakan teorema 2.1.2 (c) dan kita kalikan 𝑎. 𝑏 dengan 𝑎

𝑎. 𝑏 = 0 Teorema 2.1.2 (c)


1
. 𝑎. 𝑏 = 0 asumsi
𝑎
1
(𝑎 . 𝑎) . 𝑏 = 0 (M2)

1. 𝑏 = 0 (M3)
𝑏=0 terbukti

4
Teorema ini mewakili sampel kecil dari sifat aljabar dari sistem bilangan real. Beberapa
konsekuensi tambahan dari sifat lapangan diberikan dalam latihan. Operasi pengurangan
didefinisikan oleh 𝑎 − 𝑏 = 𝑎 + (−𝑏) untuk 𝑎, 𝑏 di ℝ. Demikian pula, pembagian didefinisikan
𝑎 1
untuk 𝑎, 𝑏 di ℝ dengan 𝑏 ≠ 0 oleh 𝑏 = 𝑎. 𝑏 Berikut ini, kami akan gunakan notasi adat ini untuk

pengurangan dan pembagian, dan kami akan menggunakan semua yang sudah dikenal properti
dari operasi ini. Kami biasanya akan menjatuhkan penggunaan titik untuk menunjukkan
perkalian dan tulis 𝑎𝑏 untuk 𝑎. 𝑏. Demikian pula, kita akan menggunakan notasi yang biasa
untuk eksponen dan menulis 𝑎2 untuk 𝑎𝑎, 𝑎3 untuk(𝑎2 )𝑎; dan, secara umum, kami
mendefinisikan 𝑎𝑛+1 = (𝑎𝑛 )𝑎 𝑓𝑜𝑟 𝑛 ∈ ℕ kita sepakat mengadopsi konvensi bahwa 𝑎1 = 𝑎
1
Selanjutnya jika 𝑎 ≠ 0, kita menyatakan 𝑎0 = 1 dan 𝑎−1 untuk 𝑎, dan jika 𝑛 ∈ ℕ kita akan
1
menyatakan 𝑎−𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ( )𝑛 ketika itu mudah dilakukan. Secara umum, kita akan bebas
𝑎

menerapkan semua teknik aljabar yang biasa tanpa elaborasi lebih lanjut.

Bilangan Rasional dan Irrasional


Kami menganggap himpunan N dari bilangan asli sebagai subset dari lR, dengan
mengidentifikasi bilangan alami n E N dengan jumlah n-lipat dari elemen unit I E R Demikian
pula, kami mengidentifikasi 0 E / £ dengan elemen nol dari 0 E lR, dan kami mengidentifikasi
jumlah n-lipat dari - I dengan integer -n. Demikian kita anggap N dan / £ sebagai himpunan
bagian dari R
Elemen-elemen lR yang dapat ditulis dalam bentuk b I a di mana a, b E / £ dan a-0 dipanggil
angka rasional. Himpunan semua bilangan rasional dalam lR akan dilambangkan dengan standar
notasi P. Jumlah dan produk dari dua bilangan rasional adalah bilangan rasional lagi (buktikan
ini), dan terlebih lagi, properti bidang yang terdaftar di awal bagian ini dapat ditampilkan
untuk menahan untuk Q.
Fakta bahwa ada elemen dalam lR yang tidak ada di Q tidak segera terlihat. Di
abad keenam SM masyarakat Yunani kuno Pythagoras menemukan bahwa
diagonal dari bujur sangkar dengan sisi satuan tidak dapat dinyatakan sebagai rasio bilangan
bulat. Dalam pandangan Teorema Pythagoras untuk segitiga siku-siku, ini menyiratkan bahwa
kuadrat tidak rasional jumlahnya bisa sama dengan 2. Penemuan ini berdampak besar pada
perkembangan bahasa Yunani matematika. Salah satu konsekuensinya adalah bahwa elemen-
elemen dari lR yang tidak ada dalam Q dikenal sebagai bilangan irasional, artinya bilangan itu
bukan rasio bilangan bulat. Meskipun kata "irasional" dalam penggunaan bahasa Inggris modern
memiliki arti yang sangat berbeda, kita akan mengadopsi penggunaan matematika standar dari
istilah ini. Kami sekarang akan membuktikan bahwa tidak ada bilangan rasional yang kuadratnya
2. Dalam bukti kita menggunakan pengertian angka genap dan ganjil. Ingatlah bahwa bilangan
alami bahkan jika itu memiliki bentuk 2n untuk beberapa n E N, dan aneh jika memiliki bentuk
2n - 1 untuk beberapa n E N. Setiap bilangan alami adalah genap atau ganjil, dan tidak ada
bilangan alami genap dan ganjil.

5
Teorema 2.1.4
Tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga 𝑟 2 = 2

Bukti :
Pengandaian terdapat bilangan rasional yang kuadratnya adalah 2
𝑝
Misal 𝑟 = 𝑞 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑞 ≠ 0 dan faktor dari p dan q bernilai 1 atau (𝑝. 𝑞) = 1

Sehingga
𝑟2 = 2
𝑝
(𝑞 )2 = 2
𝑝2
=2
𝑞2

𝑝2 = 2𝑞 2 .......................(1)
Artinya 𝑝2 bernilai genap
Akan di tunjukan p bernilai genap
Andaikan p ganjil
Misal 𝑝 = 2𝑚 − 1, 𝑚 ∈ ℤ
Sehingga
𝑝2 = (2𝑚 − 1)2
= 4𝑚2 − 4𝑚 − 1
= 2(2𝑚2 − 2𝑚 + 1) − 1
𝑝2 bernilai bernilai ganjil kontra diksi dengan (1) jadi p genap
Karena p genap maka 𝑝 = 2𝑚
Sehingga
𝑝2 = 2𝑞 2
(2𝑚)2 = 2𝑞 2
4𝑚2 = 2𝑞 2
2𝑚2 = 𝑞 2
Artinya 𝑞 2 bernilai genap dan q juga bernilai genap (pembuktian sama seperti p)
Karena p dan q bernilai genap maka (𝑝. 𝑞) ≠ 1 dan kontradiksi dengan (𝑝. 𝑞) = 1akibatnya
pengandaian terdapat bilangan rasional yang kuadratnya 2 salah.

Anda mungkin juga menyukai