Anda di halaman 1dari 15

BUPATI BANDUNG

PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

NOMOR 13 TAHUN 2017

TENTANG

KAWASAN TANPA ROKOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG,

Menimbang : a. bahwa pembatasan pengaruh buruk asap rokok dan


promosi oleh produsen rokok diarahkan guna
m e n u m b u h k a n kesadaran mengenai dampak rokok
d a n arti pentingnya kesehatan bagi p e m b a n g u n a n
keluarga, bangsa, d a n negara;
b. bahwa guna melindungi masyarakat m a u p u n orang
perorangan dari d a m p a k negatif perilaku d a n paparan
asap rokok yang mengancam kesehatan dan kualitas
hidup diperlukan pengendalian penggunaan rokok
d a l a m m e w u j u d k a n derajat kesehatan masyarakat
yang optimal;

c. bahwa dalam rangka menciptakan kebijakan yang


dapat diterima dan didukung oleh seluruh lapisan
masyarakat h u k u m diperlukan pengaturan mengenai
k a w a s a n tanpa r o k o k yang selaras dengan k e b u t u h a n
masyarakat saat i n i dan a k a n datang;
d. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
d a l a m h u r u f a, h u r u f b, d a n h u r u f c, p e r l u
menetapkan Peraturan Daerah tentang Kawasan
Tanpa Rokok;

Mengingat 1. P a s a l 1 8 a y a t (6) U n d a n g - U n d a n g Dasar Negara


Republik Indonesia T a h u n 1945;
2

2. Undang-Undang N o m o r 14 T a h u n 1 9 5 0 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi J a w a Barat (Berita Negara
Republik Indonesia T a h u n 1950) sebagaiman telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 T a h u n 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan
Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-
U n d a n g N o m o r 14 T a h u n 1950 tentang P e m b e n t u k a n
Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan
Propinsi J a w a Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2851);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
T a h u n 2009 Nomor 144, T a m b a h a n Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia T a h u n 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 T a h u n 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia T a h u n 2015 Nomor 58,
T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);

5. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r 19 T a h u n 2 0 0 3 tentang
P e n g a m a n a n R o k o k bagi Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia T a h u n 2003 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4276);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 T a h u n 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
berupa P r o d u k T e m b a k a u bagi Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia T a h u n 2012 Nomor 278,
T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5380);

7. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri


D a l a m Negeri Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 d a n
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok (Berita Negara Republik
Indonesia T a h u n 2 0 1 1 N o m o r 49);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BANDUNG
dan

BUPATI BANDUNG

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA
ROKOK.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah Kabupaten adalah Kabupaten Bandung
2. Bupati adalah Bupati Bandung.
3. Pemerintah D a e r a h Kabupaten adalah B u p a t i sebagai
u n s u r penyelenggara pemerintahan daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Perangkat Daerah adalah u n s u r pembantu Bupati dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan u r u s a n pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah Kabupaten.
5. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual m a u p u n sosial yang m e m u n g k i n k a n
setiap orang u n t u k h i d u p p r o d u k t i f secara sosial d a n
ekonomis.
6. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang
dimaksudkan u n t u k dibakar dan dihisap dan /atau
dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu, shisha atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari t a n a m a n nicotiana tabacum, nicotiana rustica,
d a n spesies l a i n n y a a t a u sintetisnya y a n g asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan a t a u tanpa
bahan tambahan.
7. Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR
adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
u n t u k kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan, memperagakan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau.
8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah s u a t u alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, m a u p u n rehabilitatif y a n g
dilakukan oleh pemerintah pusat, Pemerintah Daerah
Kabupaten, dan/atau masyarakat.
4

9. Tempat Proses Belajar Mengajar adalah tempat yang


d i m a n f a a t k a n u n t u k kegiatan belajar, mengajar,
pendidikan, dan/atau pelatihan.
10. Tempat Anak Bermain adalah area tertutup m a u p u n
terbuka yang digunakan u n t u k kegiatan anak.
11. Tempat Ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup
yang m e m i l i k i ciri tertentu yang k h u s u s dipergunakan
u n t u k beribadah bagi para p e m e l u k setiap a g a m a
secara permanen, tidak t e r m a s u k tempat ibadah
keluarga.
12. Angkutan Umum adalah alat angkutan bagi
masyarakat yang dapat berupa k e n d a r a a n darat, air,
dan udara yang penggunaannya dengan kompensasi.
13. Tempat Kerja adalah tiap ruangan a t a u lapangan
tertutup a t a u terbuka, bergerak a t a u tetap d i m a n a
tenaga kerja bekerja a t a u sering d i m a s u k i tenaga kerja
u n t u k keperluan s u a t u u s a h a dan dimana terdapat
sumber bahaya.
14. Tempat U m u m adalah semua tempat tertutup yang
dapat diakses oleh masyarakat u m u m dan/atau
tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama
untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh
pemerintah, swasta, dan m a s y a r a k a t
15. Tempat Lainnya Yang Ditetapkan adalah tempat
terbuka yang dapat dimanfaatkan bersama-sama
u n t u k kegiatan masyarakat.
16. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha m a u p u n yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan n a m a dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, a t a u organisasi
sejenis, lembaga, b e n t u k u s a h a tetap d a n b e n t u k
badan lainnya.
17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan
tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
5

B A B II
PENYELENGGARAAN
Pasal 2

K 1 K meliputi:
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
b. Tempat Proses Belajar Mengajar;
c. Tempat Anak Bermain;
d. Tempat Ibadah;
e. Angkutan Umum;
f. Tempat Kerja;
g- Tempat U m u m ; dan
h. Tempat Lainnya Yang Ditetapkan.

(2) Ketentuan mengenai jenis dan lokasi KTR


s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d i a t u r dalam
Peraturan Bupati.

Pasal 3

(1) Tempat Kerja, Tempat U m u m , d a n T e m p a t Lainnya


Yang Ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 a y a t (1) h u r u f f s a m p a i d e n g a n h u r u f h m e n y e d i a k a n
tempat khusus untuk merokok.

(2) Persyaratan tempat khusus untuk merokok


s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) m e l i p u t i :
a. merupakan ruang terbuka atau ruang yang
berhubungan langsung dengan udara luar
sehingga u d a r a dapat bersirkulasi dengan baik:
b. terpisah dari gedung, tempat, dan/atau ruang
u t a m a dan ruang lain yang digunakan u n t u k
berakti vitas;
c. jauh dari pintu m a s u k dan keluar; dan
d. j a u h dari tempat orang berlalu-lalang.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat k h u s u s u n t u k


m e r o k o k s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d a n
a y a t (2) d i a t u r d a l a m P e r a t u r a n B u p a t i .

B A B III
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 4

(1) Masyarakat berperan serta dalam m e w u j u d k a n tempat


atau lingkungan yang bersih dan sehat serta bebas
dari asap Rokok.
6

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada


a y a t (1) d i l a k s a n a k a n d a l a m b e n t u k :
a. penyelenggaraan KTR;
b. penyampaian saran, masukan, dan pendapat
dalam penetapan, pelaksanaan, dan evaluasi
kebijakan penyelenggaraan KTR;
c. keikutsertaan dalam kegiatan penyelenggaraan
dan pengendalian dalam penyelenggaraan KTR
melalui pengawasan sosial;
d. melakukan pengadaan dan pemberian bantuan
sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
penyelenggaraan KTR;
e. penyelenggaraan, pemberian bantuan, dan/atau
kerjasama dalam kegiatan penelitian dan
pengembangan KTR;
f. keikutsertaan dalam pemberian bimbingan dan
penyuluhan serta penyebarluasan informasi
kepada masyarakat berkenaan dengan dalam
penyelenggaraan KTR; dan
g. kegiatan pengawasan dan pelaporan terhadap
pelanggaran dalam penyelenggaraan KTR.

Pasal 5

(1) Pemerintah Daerah Kabupaten memfasilitasi peran


serta masyarakat sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal
4.

(2) F a s i l i t a s i s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d a p a t
diberikan dalam bentuk penyediaan bantuan, baik
dana m a u p u n dalam bentuk lain yang diperlukan
dalam penyelenggaraan KTR.

(3) Ketentuan mengenai bentuk penyediaan bantuan yang


diperlukan dalam penyelenggaraan KTR sebagaimana
d i m a k s u d p a d a a y a t (2) d i a t u r d a l a m P e r a t u r a n
Bupati.

BAB IV
SATUAN TUGAS PENEGAK KTR
Pasal 6

(1) Bupati membentuk satuan tugas penegak KTR di


Daerah Kabupaten.

(2) Satuan tugas penegak KTR sebagaimana dimaksud


p a d a a y a t (1) b e r t u g a s m e l a k u k a n p e m a n t a u a n ,
pelaporan, dan penegakan KTR.
7

(3) Ketentuan mengenai tata cara pembentukan, tugas,


dan s u s u n a n keanggotaan satuan tugas penegak KTR
s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d a n a y a t (2)
diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB V
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Kewajiban
Pasal 7

(1) Pimpinan atau penanggung jawab KTR sebagaimana


d i m a k s u d d a l a m P a s a l 2 a y a t (1) w a j i b :
a. menerapkan KTR; dan
b. memasang tanda larangan merokok pada pintu
m a s u k dan lokasi yang berpencahayaan cukup
serta m u d a h terlihat d a n terbaca.

(2) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara


pemasangan tanda larangan merokok sebagaimana
d i m a k s u d p a d a a y a t (1) h u r u f b d i a t u r d a l a m
Peraturan Bupati.

Bagian Kedua
Larangan
Pasal 8

(1) Setiap orang dilarang:


a. merokok;
b. membeli;
c. menjual;
d. mengiklankan;
e. mempromosikan;
f. memproduksi; dan/atau
g. me mpe ragakan,
rokok di KTR.

(2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tempat Proses Belajar


Mengajar, Tempat A n a k Bermain, Tempat Ibadah, dan
Angkutan U m u m sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 a y a t (1) h u r u f a s a m p a i d e n g a n h u r u f e d i l a r a n g
menyediakan tempat khusus untuk merokok dan
merupakan KTR yang bebas dari asap rokok hingga
batas terluar.
8

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana


d i m a k s u d p a d a a y a t (2) d a p a t d i k e n a k a n s a n k s i
administratis

Sanksi administratifsebagaimana dimaksud pada ayat


(3) m e l i p u t i :
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penghentian kegiatan sementara;
d. penghentian kegiatan tetap;
e. penyitaan kendaraan; dan/atau
f. denda administratif.

Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi


a d m i n i s t r a t i f s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (4)
diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 9

Larangan menjual, mengiklankan, dan/atau


mempromosikan Rokok sebagaimana dimaksud dalam
P a s a l 8 a y a t (1) h u r u f c s a m p a i d e n g a n h u r u f f t i d a k
berlaku bagi tempat y a n g d i g u n a k a n u n t u k kegiatan
penjualan Rokok di lingkungan KTR.

Larangan memproduksi Rokok sebagaimana dimaksud


d a l a m P a s a l 8 a y a t (1) h u r u f f t i d a k b e r l a k u b a g i
tempat yang digunakan u n t u k kegiatan produksi
Rokok di lingkungan KTR.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10

Bupati melalui Perangkat Daerah yang membidangi


kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan KTR di desa atau
kelurahan.

Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan


s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) B u p a t i d a p a t
melimpahkan kepada camat.
9

Bagian Kedua
Pembinaan
Pasal 11

Pembinaan penyelenggaraan KTR sebagaimana d i m a k s u d


d a l a m Pasal 10 d i l a k s a n a k a n melalui:
a. m e w u j u d k a n K T R ;
b. m e n c e g a h p e r o k o k p e m u l a d a n m e l a k u k a n k o n s e l i n g
untuk tidak merokok;
c. m e m b e r i k a n informasi, edukasi, sosialisasi, dan
pengembangan kemampuan masyarakat untuk
berperilaku h i d u p sehat;
d. bekerja sama dengan Badan dan/atau lembaga
nasional maupun internasional atau organisasi
kemasyarakatan u n t u k menyelenggarakan KTR; dan
e. m e m b e r i k a n p e n g h a r g a a n k e p a d a s e t i a p o r a n g d a n
Badan yang telah berjasa dalam membantu
penyelenggaraan KTR.

Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 12

Pengawasan penyelenggaraan KTR sebagaimana d i m a k s u d


dalam Pasal 10 dilaksanakan dengan melakukan
pemantauan terhadap lokasi atau tempat yang menjadi
objek dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan


pengawasan penyelenggaraan KTR sebagaimana d i m a k s u d
d a l a m Pasal 10 s a m p a i dengan Pasal 12 d i a t u r d a l a m
Peraturan Bupati.

BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 14

Pembiayaan dalam penyelenggaraan KTR dibebankan pada


A P B D dan sumber pendapatan lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
10

B A B VIII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 15

(1) Penyidik pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan


Pemerintah Daerah Kabupaten diberi wewenang
k h u s u s sebagai penyidik u n t u k m e l a k u k a n penyidikan
terhadap pelanggaran dalam ketentuan Peraturan
Daerah ini.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) m e l i p u t i :
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan
adanya tindak pidana agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap d a n jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan
keterangan mengenai orang atau Badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
atau Badan sehubungan dengan tindak pidana;
d. memeriksa buku, catatan, dan d o k u m e n lain
berkenaan dengan tindak pidana;
e. m e l a k u k a n penggeledahan u n t u k mendapatkan
bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;
f. m e m i n t a b a n t u a n tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana;
g. m e n y u r u h berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau d o k u m e n yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan
tindak pidana;
i. memanggil orang u n t u k didengar keterangannya
d a n d i p e r i k s a sebagai t e r s a n g k a a t a u seiksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang diperlukan u n t u k
kelancaran penyidikan tindak pidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
11

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut
u m u m melalui penyidik pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 16

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana


d i m a k s u d d a l a m P a s a l 7 a y a t (1) d a n P a s a l 8 a y a t (1)
huruf a dan huruf b dipidana dengan pidana
k u r u n g a n paling lama 7 (tujuh) hari atau pidana
denda paling banyak Rp.500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah).

(2) Setiap orang yang melanggar k e t e n t u a n sebagaimana


d i m a k s u d d a l a m P a s a l 8 a y a t (1) h u r u f c s a m p a i
dengan g dipidana dengan pidana k u r u n g a n paling
lama 7 (tujuh) hari atau pidana denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima p u l u h juta rupiah).

(3) Tindak pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) m e r u p a k a n p e l a n g g a r a n .

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17

Pada saat Peraturan Daerah i n i mulai berlaku, Peraturan


B u p a t i N o m o r 15 T a h u n 2 0 0 8 t e n t a n g K a w a s a n T a n p a
Asap Rokok di Wilayah Kabupaten B a n d u n g (Berita Daerah
K a b u p a t e n B a n d u n g T a h u n 2 0 0 8 N o m o r 15), d i c a b u t d a n
dinyatakan tidak berlaku

Pasal 18

P e r a t u r a n D a e r a h i n i m u l a i b e r l a k u setelah 1 (satu) tahun


terhitung sejak tanggal diundangkan.
12

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017 NOMOR 13

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA


BARAT: (16/272/2017)
13

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
NOMOR 13TAHUN 2017
TENTANG
KAWASAN TANPA ROKOK

UMUM

Kesehatan m e r u p a k a n h a k asasi m a n u s i a dan m e r u p a k a n salah


satu u n s u r kesejahteraan yang h a r u s d i w u j u d k a n sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n
1945 (UUD 1945).
Status kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh determinan
sosial kesehatan, yang m e n c a k u p kondisi tempat m a n u s i a dilahirkan,
t u m b u h , hidup, bekerja, d a n menjadi tua. F a k t o r l i n g k u n g a n sosial
m a u p u n fisik serta perilaku kesehatan masyarakat m e r u p a k a n salah satu
bagian yang penting d a l a m determinan sosial kesehatan. Salah s a t u
lingkungan fisik yang perlu diperhatikan adalah udara. Udara m e m i l i k i
fungsi yang sangat penting bagi k e h i d u p a n m a n u s i a m a u p u n m a k h l u k
hidup lainnya sehingga diperlukan adanya pengendalian terhadap hal-hal
yang dapat memengaruhi kualitas udara. Upaya melindungi kualitas
udara dapat dilakukan dengan pengendalian terhadap hal-hal yang dapat
menyebabkan pencemaran udara serta pengendalian terhadap aktivitas
yang dapat memengaruhi kualitas udara. Adapun salah satu penyebab
pencemaran udara berasal dari polutan asap rokok.
R o k o k m e r u p a k a n zat adiktif yang m e n g a n d u n g r i b u a n b a h a n
kimia beracun dan dapat menyebabkan kanker sehingga dapat
m e m b a h a y a k a n kesehatan baik bagi perokok i t u sendiri m a u p u n orang-
orang yang berada disekitarnya yang b u k a n perokok.
Perilaku merokok di Indonesia dan di Kabupaten Bandung
khususnya sudah sangat mengkhawatirkan. Hal ini dapat terlihat dari
hasil survey di Kabupaten Bandung yang m e n u n j u k k a n bahwa 3 3 %
penduduk Kabupaten B a n d u n g adalah perokok aktif, termasuk di
dalamnya 6 8 % dari populasi laki-laki dewasa. Selain a k a n berkontribusi
terhadap status kesehatan penduduk Kabupaten Bandung, kondisi ini
juga berkontribusi terhadap rendahnya capaian beberapa indikator
kesehatan Kabupaten B a n d u n g , seperti c a k u p a n Perilaku H i d u p Bersih
d a n Sehat (PHBS).
Selain bagi perokok, asap r o k o k j u g a menjadi risiko kesehatan bagi
m e r e k a y a n g t i d a k m e r o k o k , a t a u p e r o k o k pasif. M e r o k o k pasif d i k e t a h u i
m e n i n g k a t k a n risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti penyakit
j a n t u n g koroner d a n stroke, j u g a penyakit gangguan pernapasan seperti
asma dan bronkitis.
14

Oleh karenanya, upaya yang diarahkan untuk m e n u r u n k a nj u m l a h


perokok, b a i k a k t i f m a u p u n pasif, dapat m e n i n g k a t k a n derajat k e s e h a t a n
m a s y a r a k a t secara berarti. P e m b e r l a k u a n K a w a s a n T a n p a R o k o k (KTR)
merupakan salah satu upaya yang dapat ditempuh u n t u k melindungi
masyarakat dari paparan terhadap asap rokok dan terhadap produk
tembakau pada u m u m n y a .

PASAL D E M I PASAL

Pasal 1
C u k u p jelas.
Pasal 2
Ayat(l)
Huruf a
Y a n g d i m a k s u d dengan fasilitas pelayanan kesehatan a n t a r a
lain meliputi r u m a h sakit, puskesmas, tempat praktek
dokter, r u m a h bersalin, tempat praktek bidan dan/atau
sejenisnya.
Huruf b
Y a n g d i m a k s u d dengan T e m p a t proses belajar mengajar
antara lain meliputi tempat pendidikan formal dan
nonformal.
Huruf c
Yang dimaksud dengan tempat anak bermain antara lain
area bermain anak dan tempat penitipan anak
Huruf d
Yang dimaksud dengan tempat ibadah antara lain meliputi
masjid, m u s h o l a , gereja, p u r a , w i h a r a , k l e n t e n g dan
sejenisnya.
Huruf e
C u k u p jelas.
Huruf f
Yang dimaksud dengan Angkutan u m u m antara lain
m i n i b u s (elf), t a x i , d a n a n g k o t .
Huruf g
Yang dimaksud dengan tempat lain yang ditetapkan antara
lain :
1. g e d u n g a t a u t e m p a t m i l i k p e r s e o r a n g a n y a n g d i t e t a p k a n
sebagai k a w a s a n tanpa r o k o k oleh pemilik a t a u
penanggungjawabnya.
2. S t a s i u n Pengisian B a h a n B a k a r U m u m (SPBU) a t a u
Stasiun Pengisian B u l k Elpiji (SPBE).
Pasal 3
C u k u p jelas.
Pasal 4
C u k u p jelas.
15

Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR

Anda mungkin juga menyukai