Anda di halaman 1dari 2

Demo buruh menuntut kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) telah menjadi wacana yang terus

mengalir di Indonesia. Dari waktu ke waktu, masalah UMR memang menjadi pokok masalah
tuntutan buruh. Pada tanggal 3 Oktober 2012, para buruh kembali melakukan demo di berbagai
titik dalam kota hampir di seluruh Indonesia. Mulai demo buruh Bekasi, Padang, Surabaya,
Makassar, dan di wilayah lain bergerak serentak menyampaikan tuntutan kepada Pemerintah.
Demo buruh hari ini didukung oleh Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dengan
mengajukan 3 tuntutan kepada pemerintah, yaitu:

 Penghapusan upah murah. Indonesia selama ini menganut Upah Murah, yaitu masih di
bawah upah minimum standar yaitu US$250. Di Bekasi misalnya, para buruh menyatakan
bahwa upah minimum yang diterima para buruh saat ini masih dalam kisaran Rp.
1.750.000. Berdasarkan Keputusan Dewan Pengupahan Nasional, serta Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi ditetapkan bahwa pemerintah akan menambah empat
komponen kebutuhan hidup layak (KHL) bagi perhitungan upah minimum regional buruh
tahun 2012, sehingga UMR tahun 2013 diperkirakan hanya bertambah sekitar Rp 15.000-
Rp 20.000. Besaran upah minimum tersebut tidak layak jika diberlakukan di Indonesia,
karena Indonesia merupakan negara kaya dengan Produk Domestik Bruto (PDB) nomor 17
di dunia. Namun, rata-rata UMR Indonesia hanya 120 dollar Amerika Serikat per bulan.
Upah sebesar itu sangat rendah di dunia atau nomor 68 dari 190 negara. Ini berarti
pemerintah dan pengusaha Indonesia selama 30 tahun menganut kebijakan upah murah
yang selamanya akan memiskinkan buruh (Kompas.com, "Tahun 2013, UMR Cuma
Bertambah Rp 20.000", Minggu, 1 Juli 2012).
 Pemberlakuan jaminan kesehatan tanpa kecuali, termasuk bagi tenaga
outsourcing.
 Penghapusan tenaga kerja outsourcing.Tenaga kerja outsourcing menimbulkan
ketidakpastian bagi tenaga kerja.

Lantas, kenapa upah minimum para buruh tersebut sedemikian rendah? Jika dilihat kilas baliknya,
negara Indonesia memang dikenal sebagai negara dengan tenaga kerja murah. Murahnya tenaga
kerja Indonesia ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak perusahaan asing yang
membuka perusahaan di Indonesia. Bukankah dalam studi kelayakan bisnis, kemudahan dan
kemurahan memperoleh tenaga kerja merupakan salah satu pertimbangan layak tidaknya bisnis
dijalankan.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah mengapa tenaga kerja Indonesia diberi upah murah? Bisa
jadi ini berhubungan dengan teori supply and demand. Jika persediaan tenaga kerja di pasar kerja
berada dalam jumlah besar, sementara permintaan tetap atau lebih rendah daripada persediaan di
pasar, maka harga tenaga kerja akan menurun. Demikian pula sebaliknya. Nah lo. Fakta dari
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa:

 Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada
Agustus 2011 mengalami kenaikan terutama di Sektor Industri sebesar 840 ribu orang
(6,13 persen).
 Dari 109,7 juta orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang
terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 37,8 juta orang (34,44 persen), diikuti
berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 19,7 juta orang (17,93 persen), dan berusaha
sendiri sejumlah 19,4 juta orang (17,70 persen). Sedangkan status pekerjaan utama yang
terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 3,7 juta orang (3,39 persen).
 Pada Agustus 2011, pekerja pada jenjang pendidikan SD ke bawah masih mendominasi
yaitu sekitar 54,2 juta orang (49,40 persen), sedangkan jumlah pekerja dengan
pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan pendidikan Diploma hanya sekitar 3,2
juta orang (2,89 persen) dan pekerja dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 5,6 juta
orang (5,15 persen).
 Penyerapan tenaga kerja dalam enam bulan terakhir (Februari 2011–Agustus 2011) masih
didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah.
 Penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu pekerja
pada kelompok 35 jam keatas jumlahnya mencapai 75,1 juta orang (68,46 persen).
 Pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8 jam perminggu porsinya relatif kecil yaitu
hanya 1,4 juta orang atau sekitar 1,31 persen dari total penduduk yang bekerja (109,7
juta orang).

Nah, fakta di atas menunjukkan bahwa selain lebih tingginya persediaan tenaga kerja
dibandingkan permintaan, maka kebanyakan tenaga kerja Indonesia masih berposisi di bagian
tenaga kerja buruh dengan mayoritas pendidikan setingkat Sekolah Dasar ke bawah
(artinya...........? di bawah SD adalah Taman Kanak-kanak dan Playgroup.......... atau bahkan
memang tidak mengenyam pendidikan).

Anda mungkin juga menyukai