Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau


intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda
bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
dipastikan. Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri
yang lebih obyektif.
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan
jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa
nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala
tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan.
Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan
seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan
klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian
numerik (Numericalrating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala
0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS
adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan
pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata
atau satu angka (Potter, 2005).

1
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa/I mampu mengetahui evidence based practice


Manenjemen Nyeri Pada Pasien Terminal.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian dari nyeri pada perawatan


paliatif.

2. Mengetahui berbagai tipe nyeri pada pasien terminal.

3. Mengetahui berbagai sindrom nyeri yang terjadi pada


pasein terminal.

4. Mengetahui manajemen nyeri pada pasien terminal.

1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Apa yang dimaksud dengan nyeri pada perawatan paliatif ?

1.3.2 Bagaimana tipe-tipe nyeri pada pasien terminal?

1.3.4 Bagaimana sindrom nyeri yang terjadi pada pasien terminal?

1.3.5 Bagaimana manajemen nyeri pada pasien terminal?

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul
juga memiliki sensasi yang berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan
sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
1. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila
penyebab nyeri dihilangkan.
2. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi
0,5m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik
dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah,
syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya
komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit
dilokalisasi.

3
3. Reseptor visceral
reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus,
ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak
sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap
penekanan, iskemia dan inflamasi. Pemahaman dan pemberian arti nyeri
sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu
dan juga faktor sosial budaya Respon fisiologis terhadap nyeri
1. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)
a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
b) Peningkatan heart rate
c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
d) Peningkatan nilai gula darah
e) Diaphoresis
f) Peningkatan kekuatan otot
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas GI

2. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)


a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan HR dan BP
d) Nafas cepat dan irregulerNausea dan vomitus
e) Kelelahan dan keletihan.

2.2 Klasifikasi Nyeri


1. Klasifikasi nyeri menurut smeltzer & bare (2002) mengklasifikasikan
nyeri berdasarkan durasi yaitu :

a) Nyeri akut dengan cidera spesifik.


Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera
telah terjadi. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 bulan
dan biasanya kurang dari 1 bulan. Untuk tujuan definisi nyeri

4
akut dapat dijelaskan sebagai nyeri berlangsung dari beberapa
detik hingga 6 bulan
b) Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiter yang
menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini
berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan
dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera
spesifik. Nyeri kronik dapat tidak mempunyai awitan yang
ditetapkan dengan tepat dan sering sulit diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap.
pengobatan yang diarahkan pada penyembuhan. Nyeri kronik
sering di identifikasikan sebagai nyeri yang berlangsung
selama 6 bulan atau lebih, meskipun dapat berubah antara
akut dan kronik.

Sementara Price dan Wilson (2006), mengklasifikasikan nyeri


berdasarkan lokasi atau sumber antara lain :
1. Nyeri Somatik superficial (kulit)
Nyeri kulit berasal dari struktur – struktur superficial kulit dan jaringan
subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri dikulit dapat
berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya
kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai penyengat, tajam,
meringis atau seperti terbakar, tetapi apabila pembuluh darah ikut berperan
menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut.
2. Nyeri Somatik dalam
Nyeri somatic dalam mengacu pada nyeri yang berasal dari otot, tendon,
ligamentum, tulang,sendi dan arteri. Struktur-strukur ini memiliki lebih
sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan cenderung
menyebar ke daerah sekitar.
3. Nyeri Viseral
Nyeri Viseral mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.
Reseptor nyeri visceral lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri

5
somatic dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga.
Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visceral adalah peregangan
atau distensi abdominal dinding atau kapsul organ, iskemia dan
peradangan.
4. Nyeri Alih
Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri berasal dari salah satu daerah
ditubuh tetapi dirasakan terletak didaerah lain. Nyeri alih sering dialihkan
kedermatom (daerah kulit) yang dipersyarafi oleh segmen medulla spinalis
yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut berasal dari masa mudigah,
tidak hams ditempat orang tersebut berada pada masa dewasa.
5. Nyeri Neuropati
Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan demi
system syaraf tepi (SST) ke system syaraf pusat (SSP) yang menimbulkan
perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di SST atau SSP dapat
menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropatik
sering memiliki kualitas seperti terbakar, perih, atau seperti tersengat
listrik. Pasien dengan nyeri Neuropatik menderita akibat instabilitas
system syaraf otonom (SSO). Dengan demikian, nyeri sering bertambah
parah oleh stress emosi atau fisik (dingin,kelelahan) dan mereda oleh
relaksasi.

2.3 penyebab nyeri


1. Trauma
a. Mekanik
Alasan nyeri timbul akibat ujung -ujung saraf bebas
mengalami kerusakan,misalnya akibat benturan,gesekan,
luka, dll.
b. Termis
Nyeri timbul Karena ujung saraf reseptor dapat rangsangan
akibat panas.
2. Peradangan

6
Nyeri ini terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor
akibat adanya peradangan atau terjepit.

2.4 Manajemen Nyeri pada Pasien Penyakit Terminal


Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau
penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi
obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di
atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian. (White, 2002).

Nyeri merupakan keluhan umum pasca pengobatan pada penderita kanker,


bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan (Bennet & Puroshotham, 2009). Nyeri
pada pasien kanker sering ditemukan dalam praktek sehari-hari pada pasien yang
pertama kali datang berobat sekitar 30% dan hampir 70% pasien kanker stadium
lanjut yang menjalani pengobatan. Pada 20% penderita yang mendapat
pengobatan merasakan nyeri bukan disebabkan penyakit yang dideritanya, tetapi
justru oleh pengobatan yang telah dijalaninya (Jensen et al, 2010).
Perawatan Palliative adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual. Penyakit terminal
merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian.
Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah
give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini
mengarah kearah kematian.
Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui
pada pasien kanker. Frekuensinya sekitar 30-50% pada pasien yang sedang
menjalani terapi dan meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap lanjut.2 Oleh
karena sifat nyerinya yang bisa memberat secara terus menerus dalam jangka

7
waktu yang lama, maka pasien dapat mengalami gangguan tidur dan nafsu makan
hingga depresi.

2.5 Manajemen Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Dengan Menggunakan


Tehnik Distraksi Terapi Musik
Kanker Payudara merupakan keganasan pada jaringan Payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Panigoro et al., 2008). Pada
penderita kanker payudara akan timbul rasa nyeri apabila sel kanker sudah
membesar, sudah timbul luka, atau bila sudah muncul metastase ke tulang. Nyeri
pada kanker merupakan satu fenomena yang subjektif. Yang merupakan gabungan
antara fisik dan non fisik. Nyeri berasal dari berbagai bagian tubuh ataupun
sebagai akibat dari terapi dan prosedur yang dilakukan termasuk operasi
kemoterapi, dan radioterapi. Nyeri yang dialami oleh penderita kanker payudara
diakibatkan oleh pengaruh langsung terhadap organ yang terkena dan pengaruh
langsung terhadap jaringan lunak yang terkena.(Fadilah, Astuti, & Santy, 2016).
Ada berbagai bentuk manajemen nyeri yang dapat dilakukan untuk
menghadapi rasa Nyeri, salah satu menanggulanginya adalah dengan tehnik
distraksi/ terapi musik sebagai terapi nonfarmakologi yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri (Yusnita, 2013). Tujuannya yaitu memperoleh hasil dari
manajemen nyeri menggunakan tehnik distraksi terapi musik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, dengan wawancara
terstruktur, studi dokumen, dan observasi menggunakan instrumen yang sudah
ditetapkan. Partisipan dalam penelitian adalah dua orang pasien kanker payudara
yang mengalami nyeri di RSUD Koja. Analisis data yang digunakan dengan
tehnik pengumpulan data kualitatif berupa wawancara dan studi dokumen.
Penyajian data kualitatif dalam bentuk narasi dan disertai ringkasan ungkapan
verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.
Pada penerapan intervensi keperawatan penulis lebih menekankan kepada
pemberian tehnik relaksasi distraksi terapi musik untuk manajmen nyeri. Penulis
melakukan tindakan pemberian tehnik relaksasi distraksi terapi musik dengan
posisi klien duduk ataupun berbaring. Dan melakukan terapi musik dengan durasi
15-30 menit, kemudian musik yang digunakan ialah musik klasik. Hal tersebut

8
sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh (Lestari, 2014) yang menjelaskan
Dengan demikian terapi musik diharapkan dapat membantu mengatasi stress,
mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit. Sedangkan dalam teori nya
(Potter, 2010) menjelaskan bahwa jenis musik yang digunakan dalam terapi musik
dapat di sesuaikan dengan keinginan, seperti terapi musik klasik, instrumentalis,
dan slow musik. Hal ini sependapat dengan teori (Lestari, 2014) yang
menjelaskan tentang Berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang
manfaat musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental,
beberapa penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara lain: kanker, stroke,
dimensia, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur.
Hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 2 kali 24 jam
diperoleh respon membaik ditandai dengan adanya penurunan skala nyeri pada
kedua klien saat evaluasi. Pemberian terapi tehnik distraksi dengan distraksi
musik selama 15-30 menit dapat menurunkan skala nyeri pasien kanker payudara
sebanyak 2 poin.

2.6 PENGARUH PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP


NYERI DAN KECEMASAN PASIEN KANKER SERVIKS
Kanker serviks merupakan kanker pada wanita yang menyerang bagian
leher rahim yang disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) yang
diperkuat keberadaannya dengan faktor risiko seperti bergantiganti pasangan
seksual >4 orang, penyakit menular seksual, berhubungan seks pada usia <20
tahun, pengguna immunosuppressive pada penderita HIV, dan bahan karsinogen
yang dijumpai pada wanita perokok (Aziz, Andrijono, & Saifuddin, 2006). Nyeri
merupakan salah satu gejala kanker yang paling sering menjadi beban berat bagi
pasien selama sakit (Shute, 2013). Nyeri kanker serviks dirasakan pada daerah
panggul atau dimulai dari ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal, dapat
bervariasi, dan semakin progresif pada stadium lanjut (Wulandari, Effendy, &
Nisman, 2017). Nyeri dan kecemasan merupakan dua gejala pada penderita
kanker serviks yang memiliki hubungan saling berkaitan.
Intervensi yang diberikan pada pasien kanker serviks dapat berupa terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologis berupa analgesik yang
dapat menimbulkan efek samping lain dan memperparah kondisi apabila
diberikan terus-menerus (Maryani, 2009). Pengobatan terhadap keluhan penderita
kanker serviks juga dapat dilakukan dengan terapi komplementer. Salah satu
terapi komplementer yaitu Progressive Muscle Relaxation (PMR) yang
menggabungkan latihan nafas dalam, serangkaian seri kontraksi serta relaksasi

9
otot tertentu, dan distraksi. PMR merupakan salah satu dari teknik relaksasi yang
paling mudah dilakukan, memiliki gerakan sederhana. Sirait (2014) bahwa jumlah
wanita penderita kanker serviks terbanyak dalam golongan usia 35-54 tahun.
Wanita berusia 35-55 tahun yang masih aktif berhubungan seksual (prevalensi 5-
10%) terkategori rawan mengidap kanker serviks dikarenakan peningkatan usia
selalu diiringi dengan penurunan kinerja organ-organ dan kekebalan tubuh.

10
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sitinjak Labora , Leo Rulino.2018. jurnal Manajemen Nyeri pada pasien kanker
payudara dengan menggunakan tehnik distraksi music.Vol. 4, No. 2.

Nadya Rahmania,Eka.2019.jurnal Pengaruh progressive muscle relaxation


terhadap nyeri dan kecemasan pasien kanker serviks.

12

Anda mungkin juga menyukai