Anda di halaman 1dari 26

A.

Pengertian PISA
PISA merupakan singkatan dari Programme of International Student Assessment yang
diinisiasi oleh OECD – (Organisation of Economic Co-operation and Development atau
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi), untuk mengevaluasi sistem
pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari
sekolah-sekolah yang dipilih secara acak di seluruh dunia, menempuh tes dalam mata pelajaran
utama, seperti membaca, Matematika, dan Sains, dengan satu fokus mata pelajaran yang diujikan
setiap tahun penyelenggaraan PISA. Tes ini bersifat diagnostik guna memberikan informasi
yang berguna untuk perbaikan sistem pendidikan.
PISA berbeda dengan tes-tes lainnya karena tidak menghubungkan pendekatannya secara
langsung dengan kurikulum sekolah.
Tes berdurasi 2 jam ini mengombinasikan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup
yang disusun dalam kelompok-kelompok berdasarkan situasi atau konteks kehidupan nyata.
Murid-murid dan kepala sekolah mereka juga diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan
seputar latar belakang kehidupan, sekolah, dan pengalaman belajar, serta terkait sistem sekolah
dan lingkungan belajar yang lebih luas.
Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang
telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, penentuan
populasi dan sampel, pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu.

B. Penyelenggara PISA
PISA adalah proyek dari Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) yang berkedudukan di Paris, Perancis. yakni berupa usaha kolaboratif dari negara
anggota OECD untuk mengukur pencapaian peserta didik pada usia 15 tahun. Pada abad ke-21,
science and technology sudah berkembang dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
masyarakat regional, nasional, dan dunia. Sehingga literasi sains terasa sangat diperlukan untuk
membekali peserta didik menghadapi tantangan masa depan. Usia 15 tahun dipilih karena
dianggap usia kritis, dimana pada usia ini harus sudah memiliki kemampuan yang diperlukan
bagi orang dewasa untuk dapat bertahan hidup. Teknis penyelenggaraan studi PISA
dikoordinasikan oleh konsorsium internasional yang diketuai oleh Australian Council for
Educational Research yang berkedudukan di Melbourne, Australia. Konsorsium ini terdiri atas
lembaga penelitian dan pengujian yang terkemuka di dunia yaitu The Netherlands National
Institute for Educational Measurement (CITO), Belanda; Educational Testing Service (ETS),
Amerika Serikat; Westat Amerika Serikat; dan National Institute for Educational Research
(NIER), Jepang. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada
tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012, dan seterusnya.

C. Tujuan PISA
Orientasi PISA merefleksikan perubahan dalam tujuan dan sasaran kurikulum, yang lebih
memperhatikan apa yang dapat dilakukan siswa daripada apa yang mereka pelajari di sekolah.
Oleh karena itu, siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk literasi –pengetahuan atau
kemampuan dalam bidang atau aktivitas tertentu. PISA dirancang untuk mengumpulkan
informasi melalui asesmen 3 tahunan secara bergilir untuk mengetahui literasi siswa dalam
membaca, Matematika, dan Sains. PISA juga memberikan informasi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan skill dan sikap siswa baik di rumah maupun di sekolah, dan juga
menilai bagaimana faktor-faktor ini berintegrasi sehingga mempengaruhi perkembangan
kebijakan suatu negara. Jadi tujuan umum dari studi PISA adalah untuk menguji dan
membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia, dengan maksud untuk
meningkatkan metode metode pendidikan dan hasil-hasilnya.
Salah satu tujuan dari PISA secara khusus adalah untuk menilai pengetahuan matematika
siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah mengapa
digunakan istilah literasi metematika karena dalam PISA matematika tidak hanya dipandang
sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengplikasikan
suatu pengetahuan dalam masalah dunia nyata (real world) atau kehidupan sehari-hari. Sehingga
pengetahuan tersebut dapat dirasa lebih kebermanfaatan secara langsung oleh siswa.
Pada PISA matematika, dengan memiliki kemampuan literasi matematika maka akan
dapat menyiapkan siswa dalam pergaulan di masyarakat modern (OECD, 2010). Meningkatnya
permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa dikehidupannya membutuhkan kepahaman akan
matematika, penalaran matematika, peralatan matematika, dll sebelum mereka benar-benar
menjalankan dan melewati permasalahan nyata itu.
Dari definisi matematika literasi di atas dapat dikatakan bahwa literasi matematika
merupakan kapasitas masing-masing individu untuk memformulasikan, menggunakan dan
menginterpretasikan matematika di banyak situasi konteks. Kepahaman individu meliputi
membuat penalaran matematika dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat untuk
mendeskrepsikan, menjelaskan dan memprediksi sebuah kejadian. Hal itu membantu individu
untuk memahami aturan yang menjadikan matematika sebagai warganegara.
Seseorang dikatakan memiliki tingkat literasi matematika baik apabila ia mampu menganalisis,
bernalar, dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif,
serta mampu memecahkan dan menginterpretasikan penyelesaian matematika. Dengan demikian,
pengetahuan dan pemahaman tentang literasi matematika sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari siswa. Kemampuan literasi matematika dapat dilakukan penilaian. PISA menyajikan
teknik penilaian literasi matematika yang didasarkan pada konten, konteks dan kelompok
kompetensi. PISA menilai level dan tipe matematika yang sesuai dengan anak usia 15 tahun
dalam mengikuti alur (trajectory) untuk menjadi warga yang konstruktif, reflektif dan dapat
memberikan keputusan dan pendapat yang baik (OECD, 2010).
Matematika literasi yang dimiliki siswa dilihat bagaimana cara siswa dalam
menggunakan kemampuan dan keahlian matematika untuk menyelesaikan permasalahan.
Permasalahan mungkin terjadi di berbagai macam situasi atau konteks yang berhubungan dengan
tiap individu. Untuk menyelesaikan permasalahan maka dibutuhkan mathematical content yang
diorganisasikan oleh overaching ideas. Mathematical competencies harus diaktifkan untuk
menyambungkan ke realita kehidupan dimana permasalahan muncul dengan matematika dan
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

D. Domain PISA untuk Matematika


Struktur Matematika dalam PISA dapat digambarkan dalam suatu bentuk matematika:
ML + 3 Cs. ML adalah singkatan dari Mathematical Literacy (literasi matematis). Sedangkan 3
Cs adalah singkatan dari Content, Contexts, and Competencies.
Misalkan sebuah masalah muncul dalam sebuah situasi di dunia nyata, situasi ini
menyediakan konteks untuk menerapkan matematika. Untuk menggunakan matematika dalam
memecahkan masalah, seorang siswa harus memiliki tingkat kemampuan yang meliputi konten
matematika yang relevan dengan masalah tersebut. Dan dalam rangka menyelesaikan masalah
tersebut, proses untuk menghasilkan sebuah solusi harus dibangun dan diikuti. Agar penggunaan
proses ini berhasil, seorang siswa membutuhkan kompetensi tertentu.
Hubungan bentuk matematika: ML + 3 Cs dari PISA tersebut digambarkan sebagai
berikut:

1. Konten (Content)
Sesuai dengan tujuan PISA untuk menilai kemampuan siswa menyelesaikan masalah
real (students’ capacity to solve real problems), maka masalah pada PISA meliputi
konten matematika yang berkaitan dengan fenomena. Dalam PISA, fenomena ini dikenal
dengan over-arching ideas. Karena domain matematika sangat banyak dan bervariasi,
tidak mungkin untuk mengidentifikasi secara lengkap. Oleh karena itu, PISA hanya
mengidentifikasi pada 4 over-arching ideas yang utama, yaitu sebagai berikut:
a. Perubahan dan Hubungan (Change and Relationship)
merupakan kejadian atau peristiwa dalam setting yang bervariasi seperti pertumbuhan
organisma, music, siklus dari musim, pola dari cuaca, dan kondisi ekonomi. Kategori
ini berkaitan dengan aspek konten matematika pada kurikulum, yaitu fungsi dan
aljabar. Bentuk aljabar, persamaan, pertidaksamaan, representasi dalam bentuk table
dan grafik merupakan sentral dalam menggambarkan, memodelkan, dan
menginterpretasikan perubahan dari suatu fenomena. Interpretasi data juga
merupakan bagian yang esensial dari masalah pada kategori Change and
Relationship.
b. Ruang dan Bentuk (Space and Shape)
meliputi fenomena yang berkaitan dengan dunia visual (visual world) yang
melibatkan pola, sifat dari objek, posisi dan orientasi, representasi dari objek,
pengkodean informasi visual, navigasi dan interaksi dinamik yang berkaitan dengan
bentuk yang riil. Kategori ini melebihi aspek konten geometri pada matematika yang
ada pada kurikulum.
c. Kuantitas (Quantity)
merupakan aspek matematis yang paling menantang dan paling esensial dalam
kehidupan. Kategori ini berkaitan dengan hubungan bilangan dan pola bilangan,
antara lain kemampuan untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung
dan mengukur benda tertentu. Termasuk ke dalam konten kuantitas ini adalah
kemampuan bernalar secara kuantitatif, mempresentasikan sesuatu dalam angka,
memahami langkah-langkah matematika, berhitung di luar kepala (mental
calculation), dan melakukan penaksiran (estimation).
d. Ketidakpastian dan Data (Uncertainty and Data)
Ketidakpastian merupakan suatu fenomena yang terletak pada jantungnya analisis
matematika (at the heart of mathematical analysis) dari berbagai situasi. Teori
statistik dan peluang digunakan untuk penyelesaian fenomena ini. Kategori
Uncertainty and Data meliputi pengenalan tempat dari variasi suatu proses, makna
kuantifikasi dari variasi tersebut, pengetahuan tentang ketidakpastian dan kesalahan
dalam pengukuran, dan pengetahuan tentang kesempatan atau peluang. Presentasi
dan interpretasi data merupakan konsep kunci dari kategori ini.
2. Konteks (Context)
Masalah (dan penyelesaiannya) bisa muncul dari situasi atau konteks yang berbeda
berdasarkan pengalaman individu (OECD, 2009b). Oleh karena itu, soal-soal yang
diberikan dalam PISA disajikan sebagian besar dalam situasi dunia nyata sehingga dapat
dirasakan manfaat matematika itu untuk memecahkan permasalahan kehidupan
keseharian. Situasi merupakan bagian dari dunia nyata siswa dimana masalah (tugas)
ditempatkan. Sedangkan konteks dari item soal merupakan setting khusus dari situasi.
Pemilihan strategi dan representasi yang cocok untuk menyelesaikan sering masalah
bergantung pada konteks yang digunakan.
Soal untuk PISA 2012 (OECD, 2010) melibatkan empat konteks, yaitu berkaitan
dengan situasi/konteks pribadi (personal), pekerjaan (occupational),
bermasyarakat/umum (societal), dan ilmiah (scientific) dengan kategori konten meliputi.
Berikut uraian masing-masing.
a. Konteks Pribadi
yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan pribadi siswa sehari-hari. Dalam
menjalani kehidupan sehari-hari tentu para siswa menghadapi berbagai persoalan
pribadi yang memerlukan pemecahan secepatnya. Matematika diharapkan dapat
berperan dalam menginterpretasikan permasalahan dan kemudian memecahkannya.
b. Konteks Pekerjaan
yang berkaitan dengan kehidupan siswa di sekolah dan atau di lingkungan tempat
bekerja. Pengetahuan siswa tentang konsep matematika diharapkan dapat membantu
untuk merumuskan, melakukan klasifikasi masalah, dan memecahkan masalah
pendidikan dan pekerjaan pada umumnya.
c. Konteks Umum
yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan
bermasyarakat dan lingkungan yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
dapat menyumbangkan pemahaman mereka tentang pengetahuan dan konsep
matematikanya itu untuk mengevaluasi berbagai keadaan yang relevan dalam
kehidupan di masyarakat.
d. Konteks Ilmiah
yang secara khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah yang lebih bersifat abstrak
dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan pemecahan
masalah matematika.
3. Kelompok Kompetensi (Competencies Cluster)
Kompetensi pada PISA diklasifikasikan atas tiga kelompok (cluster), yaitu
reproduksi, koneksi, dan refleksi (OECD, 2009a).
a. Kelompok Reproduksi
Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok reproduksi meminta siswa
untuk menunjukkan bahwa mereka mengenal fakta, objek-objek dan sifat-sifatnya,
ekivalensi, menggunakan prosedur rutin, algoritma standar, dan menggunakan skill
yang bersifat teknis. Item soal untuk kelompok ini berupa pilihan ganda, isian
singkat, atau soal terbuka (yang terbatas).
b. Kelompok Koneksi
Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok koneksi meminta siswa untuk
menunjukkan bahwa mereka dapat membuat hubungan antara beberapa gagasan
dalam matematika dan beberapa informasi yang terintegrasi untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Dalam koneksi ini siswa diminta untuk menyelesaikan masalah
yang non-rutin tapi hanya membutuhkan sedikit translasi dari konteks ke model
(dunia) matematika.
c. Kelompok Refleksi
Pertanyaan pada PISA yang termasuk dalam kelompok refleksi ini menyajikan
masalah yang tidak terstruktur (unstructured situation) dan meminta siswa untuk
mengenal dan menemukan ide matematika dibalik masalah tersebut. Kompetensi
refleksi ini adalah kompetensi yang paling tinggi dalam PISA, yaitu kemampuan
bernalar dengan menggunakan konsep matematika. Mereka dapat menggunakan
pemikiran matematikanya secara mendalam dan menggunakannya untuk
memecahkan masalah. Dalam melakukan refleksi ini, siswa melakukan analisis
terhadap situasi yang dihadapinya, menginterpretasi, dan mengembangkan strategi
penyelesaian mereka sendiri.

E. Level Kemampuan Matematika dalam PISA


Kemampuan matematika siswa dalam PISA dibagi menjadi enam level (tingkatan), level
6 sebagai tingkat pencapaian yang paling tinggi dan level 1 yang paling rendah. Setiap level
tersebut menunjukkan tingkat kompetensi matematika yang dicapai siswa. Secara lebih rinci
level-level yang dimaksud tergambar pada tabel berikut.
Level Kompetensi Matematika
Para siswa dapat melakukan konseptualisasi dan generalisasi dengan
menggunakan informasi berdasarkan modelling dan penelaahan dalam suatu
situasi yang kompleks. Mereka dapat menghubungkan sumber informasi
6 (≥ 669,3) berbeda dengan fleksibel dan menerjemahkannya.
Para siswa pada tingkatan ini telah mampu berpikir dan bernalar secara
matematika. Mereka dapat menerapkan pemahamannya secara mendalam
disertai dengan penguasaan teknis operasi matematika, mengembangkan
strategi dan pendekatan baru untuk menghadapi situasi baru. Mereka dapat
merumuskan dan mengkomunikasikan apa yang mereka temukan. Mereka
melakukan penafsiran dan berargumentasi secara dewasa.
Di level 6, siswa dapat mengembangkan model mental yang lengkap dan
koheren dari beragam skenario masalah, memungkinkan mereka memecahkan
masalah kompleks secara efisien. Mereka dapat menjelajahi skenario dengan
cara yang sangat strategis untuk memahami semua informasi yang berkaitan
dengan masalah. Informasi dapat disajikan dalam format yang berbeda,
membutuhkan interpretasi dan integrasi bagian terkait. Ketika dihadapkan
dengan perangkat yang sangat kompleks, seperti peralatan rumah yang
bekerja dengan cara yang tidak biasa atau tidak terduga, mereka dengan cepat
belajar bagaimana mengontrol perangkat untuk mencapai tujuan dengan cara
yang optimal. Level 6 pemecah masalah dapat mengatur hipotesis umum
tentang sistem dan menguji mereka secara menyeluruh. Mereka dapat
mengikuti premis hingga kesimpulan logis atau mengenali ketika tidak
tersedia cukup informasi untuk mencapai satu. Untuk mencapai solusi,
pemecah masalah yang sangat mahir ini dapat membuat rencana multi-
langkah yang kompleks dan fleksibel yang terus mereka pantau selama
eksekusi. Jika diperlukan, mereka memodifikasi strategi mereka,
mempertimbangkan semua kendala, baik secara eksplisit maupun implisit.
Para siswa dapat bekerja dengan model untuk situasi yang kompleks,
mengetahui kendala yang dihadapi, dan melakukan dugaan-dugaan. Mereka
dapat memilih, membandingkan, dan mengevaluasi strategi untuk
memecahkan masalah yang rumit yang berhubungan dengan model ini.
Para siswa pada tingkatan ini dapat bekerja dengan menggunakan pemikiran
5 (≥ 607,0) dan penalaran yang luas, serta secara tepat menguhubungkan pengetahuan dan
keterampilan matematikanya dengan situasi yang dihadapi. Mereka dapat
melakukan refleksi dari apa yang mereka kerjakan dan
mengkomunikasikannya.
Di level 5, siswa dapat secara sistematis mengeksplorasi skenario masalah
yang kompleks untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana informasi
yang relevan disusun. Ketika dihadapkan dengan perangkat yang tidak biasa
dan cukup kompleks, seperti mesin penjual otomatis atau peralatan rumah
tangga, mereka merespons dengan cepat umpan balik untuk mengontrol
perangkat. Untuk mencapai solusi, pemecah masalah level 5 berpikir ke depan
untuk menemukan strategi terbaik yang mengatasi semua kendala yang
diberikan. Mereka dapat segera menyesuaikan rencana mereka atau mundur
ketika mereka mendeteksi kesulitan yang tidak terduga atau ketika mereka
membuat kesalahan yang membawa mereka keluar jalur.
Para siswa dapat bekerja secara efektif dengan model dalam situasi yang
konkret tetapi kompleks. Mereka dapat memilih dan mengintegrasikan
representasi yang berbeda, dan menghubungkannya dengan situasi nyata. Para
siswa pada tingkatan ini dapat menggunakan keterampilannya dengan baik
dan mengemukakan alasan dan pandangan yang fleksibel sesuai dengan
konteks. Mereka dapat memberikan penjelasan dan mengkomunikasikannya
disertai argumentasi berdasar pada interpretasi dan tindakan mereka.
Di level 4, siswa dapat menjelajahi skenario masalah yang cukup kompleks
dengan cara yang terfokus. Mereka memahami kaitan antara komponen-
4 (≥ 544,7) komponen skenario yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Mereka
dapat mengontrol perangkat digital yang cukup kompleks, seperti mesin
penjual yang tidak dikenal atau peralatan rumah tangga, tetapi mereka tidak
selalu melakukannya dengan efisien. Para siswa ini dapat merencanakan
beberapa langkah ke depan dan memantau perkembangan rencana mereka.
Mereka biasanya dapat menyesuaikan rencana-rencana ini atau memformulasi
ulang suatu sasaran berdasarkan umpan balik. Mereka dapat secara sistematis
mencoba berbagai kemungkinan dan memeriksa apakah beberapa kondisi
telah dipenuhi. Mereka dapat membentuk hipotesis tentang mengapa suatu
sistem tidak berfungsi, dan menjelaskan cara mengujinya.
Para siswa dapat melaksanakan prosedur dengan baik, termasuk prosedur
yang memerlukan keputusan secara berurutan. Mereka dapat memilih dan
3 (≥ 482,7)
menerapkan strategi memecahkan masalah yang sederhana. Para siswa pada
tingkatan ini dapat menginterpretasikan dan menggunakan representasi
berdasarkan sumber informasi yang berbeda dan mengemukakan alasannya.
Mereka dapat mengkomunikasikan hasil interpretasi dan alasan mereka.
Di level 3, siswa dapat menangani informasi yang disajikan dalam beberapa
format berbeda. Mereka dapat mengeksplorasi skenario masalah dan
menyimpulkan hubungan sederhana di antara komponen-komponennya.
Mereka dapat mengontrol perangkat digital sederhana, tetapi mengalami
masalah dengan perangkat yang lebih kompleks. Pemecah masalah di level 3
dapat sepenuhnya menangani satu kondisi, misalnya, dengan menghasilkan
beberapa solusi dan memeriksa untuk melihat apakah ini memenuhi kondisi.
Ketika ada beberapa kondisi atau fitur yang saling terkait, mereka dapat
menahan satu variabel konstan untuk melihat efek perubahan pada variabel
lain. Mereka dapat merancang dan melaksanakan tes untuk mengkonfirmasi
atau menyanggah hipotesis yang diberikan. Mereka memahami kebutuhan
untuk merencanakan ke depan dan memantau kemajuan, dan dapat mencoba
opsi lain jika diperlukan.
Para siswa dapat menginterpretasikan dan mengenali situasi dalam konteks
yang memerlukan inferensi langsung. Mereka dapat memilah informasi yang
relevan dari sumber tunggal dan menggunakan cara representasi tunggal. Para
siswa pada tingkatan ini dapat mengerjakan algoritma dasar, menggunakan
rumus, melaksanakan prosedur atau konvensi sederhana. Mereka mampu
memberikan alasan secara langsung dan melakukan penafsiran harafiah.
Di level 2, siswa dapat menjelajahi skenario masalah yang tidak dikenal dan
memahami sebagian kecil darinya. Mereka mencoba, tetapi hanya sebagian
2 (≥ 420,1)
yang berhasil, untuk memahami dan mengontrol perangkat digital dengan
kontrol yang tidak dikenal, seperti peralatan rumah tangga dan mesin penjual
otomatis. Pemecah masalah tingkat 2 dapat menguji hipotesis sederhana yang
diberikan kepada mereka dan dapat memecahkan masalah yang memiliki
kendala tunggal yang spesifik. Mereka dapat merencanakan dan
melaksanakan satu langkah pada satu waktu untuk mencapai suatu sub-tujuan,
dan memiliki beberapa kemampuan untuk memantau keseluruhan kemajuan
menuju solusi.
Para siswa dapat menjawab pertanyaan yang konteksnya umum dan dikenal
serta semua informasi yang relevan tersedia dengan pertanyaan yang jelas.
Mereka bisa mengidentifikasi informasi dan menyelesaikan prosedur rutin
menurut instruksi eksplisit. Mereka dapat melakukan tindakan sesuai dengan
stimuli yang diberikan.
Di level 1, siswa dapat menjelajahi skenario masalah hanya dengan cara
terbatas, tetapi cenderung melakukannya hanya ketika mereka mengalami
1 (≥ 357,8)
situasi yang sangat mirip sebelumnya. Berdasarkan pengamatan mereka
terhadap skenario yang dikenal, siswa-siswa ini hanya dapat mendeskripsikan
perilaku perangkat sederhana sehari-hari. Secara umum, siswa di level 1 dapat
memecahkan masalah langsung asalkan hanya ada kondisi sederhana yang
harus dipenuhi dan hanya ada satu atau dua langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan. Siswa level 1 cenderung tidak dapat merencanakan ke
depan atau menetapkan sub-tujuan.

F. Hasil PISA
Dari mulai tahun pertama penilaian PISA dilaksanakan selalu menyertakan kemampuan
literasi matematika (OECD, 2003; OECD, 2005; OECD, 2009; OECD, 2010; OECD, 2013).
Literasi matematika adalah kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan
penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk
menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena/kejadian (OECD, 2013;
Stacey, 2012). Pentingnya literasi matematis ternyata belum diikuti dengan prestasi siswa
Indonesia di mata dunia.
Penguasaan literasi matematis siswa Indonesia jauh dari yang diharapkan ini terlihat dari
studi internasional PISA dimana pada hasil PISA tahun 2000 Indonesia peringkat ke- 39 dari
43 negara peserta (OECD, 2003), pada tahun 2003, Indonesia peringkat ke- 38 dari 41
negara peserta (OECD, 2005), pada PISA tahun 2006, Indonesia peringkat ke-50 dari 57
negara peserta (OECD, 2007) pada tahun 2009, Indonesia peringkat 61 dari 65 negara
peserta (OECD, 2010). Serta penilaian PISA tahun 2012 Indonesia peringkat ke-64 dari 65
negara peserta (OECD, 2013). Pada tahun 2015 ke-62 dari 70 negara dengan nilai rata-rata
Matematika sebesar 386.

G. Contoh Soal Matematika PISA dan Persentase Pencapaian Siswa


1. Soal Level 1
BAGAN
Pada bulan Januari, CD baru dari band 4U2Rock dan The Kicking Kangaroos dirilis.
Pada bulan Februari, CD dari band-band No One's Darling dan The Metalfolkies
mengikutinya.
Grafik berikut menunjukkan penjualan CD band 'dari Januari hingga Juni.

Pada bulan apa band No One’s Darling menjual lebih banyak CD daripada band The
Kicking Kangaroos untuk pertama kalinya?
a. Tidak ada
b. Maret
c. April
d. Mei
Jawaban yang benar adalah c. April.
Untuk soal di atas, persentase pencapaian siswa dari tiap negara adalah sebagai berikut.
Persentase Negara Persentase Negara
99% Shanghai-China 81% Thailand
98% Estonia, Singapore 80% Bulgaria, United Arab Emirates
Hong Kong-China, Korea, Japan,
97% 78% Chile, Mexico
Macao-China, Poland, Finland,
Liechtenstein
Switzerland, Canada, Vietnam,
96% 77% Malaysia
Netherlands, Denmark, Chinese Taipei
76%
95% Ireland, Latvia, Slovenia, Germany Costa Rica

94% Austria, Australia 73% Montenegro


Czech Republic, Belgium, Norway,
93% Iceland,Russian Federation, New 71% Uruguay
Zealand
Spain, United Kingdom, United States,
92% 68% Albania
ECD average, Italy
France, Lithuania, Luxembourg,
91% 65% Argentina, Brazil
Portugal, Croatia, Sweden
90% Hungary, Slovak Republic 64% Jordan, Tunisia
86% Romania, Greece, Kazakhstan 58% Colombia, Indonesia
85% Turkey, Serbia 53% Peru, Qatar
84% Israel

2. Soal Level 2
HELEN SI PENGENDARA SEPEDA
Helen baru saja mendapat sepeda baru. Sepeda itu memiliki speedometer yang terletak di
stang. Speedometer dapat memberi tahu Helen jarak yang ditempuh dan kecepatan rata-
ratanya untuk perjalanan.
Dalam satu perjalanan, Helen menempuh 4 km dalam 10 menit pertama dan kemudian 2
km dalam 5 menit berikutnya. Manakah dari pernyataan berikut yang benar?
a. kecepatan rata-rata Helen lebih besar dalam 10 menit pertama daripada dalam 5 menit
berikutnya.
b. rata-rata kecepatan Helen adalah sama dalam 10 menit pertama dan dalam 5 menit
berikutnya.
c. kecepatan rata-rata Helen kurang dalam 10 menit pertama daripada dalam 5 menit
berikutnya.
d. tidak ada pernyataan apa pun tentang kecepatan rata-rata Helen dari informasi yang
diberikan.
Jawaban yang benar adalah b. rata-rata kecepatan Helen adalah sama dalam 10 menit
pertama dan dalam 5 menit berikutnya.

Untuk soal di atas, persentase pencapaian siswa dari tiap negara adalah sebagai berikut.

Persen Persen Persen Persen


Negara Negara Negara Negara
-tase -tase -tase -tase
Shanghai- Czech Republic, 58% Turkey 33% Brazil
96% 79%
China Iceland
Singapore, 56% Bulgaria 32% Tunisia
United Kingdom,
92% Hong Kong- 78%
Norway, France
China
New Zealand, OECD 55% Kazakhstan 31% Jordan
91% Korea 77%
average
Spain, Russian 54% United Arab 30% Qatar
90% Estonia 76% Federation, Emirates
Luxembourg
Macao- 50% Thailand 26% Colombia
89% 75% Italy, Portugal
China, Japan
Finland, United States, 49% Chile 25% Peru
88% 74%
Switzerland Lithuania
Chinese Sweden, Slovak 48% Malaysia 24% Indonesia
87% 73%
Taipei Republic
Liechtenstei 45% Mexico
86% n, Vietnam, 72% Hungary
Poland
44% Uruguay
85% Netherlands 70% Croatia

Denmark, 43% Montenegro


83% 67% Israel
Ireland
82% Germany 64% Greece 40% Costa Rica
Austria, 39% Albania
81% 61% Serbia
Belgium
Australia, 34% Argentina
80% Latvia, 59% Romania
Slovenia
3. Soal Level 3
MOBIL YANG MANA?
Chris baru saja menerima SIM mobilnya dan ingin membeli mobil pertamanya.
Tabel di bawah ini menunjukkan rincian empat mobil yang dia temukan di dealer mobil
lokal.

Kapasitas mesin mobil mana yang paling kecil?


a. Alpha
b. Bolte
c. Castel
d. Dezal

Jawaban yang benar adalah d. Dezal

Untuk soal di atas, persentase pencapaian siswa dari tiap negara adalah sebagai berikut.

Persen Persen Persen Persen


Negara Negara Negara Negara
tase tase tase tase
Shanghai- Austria, Ireland, 43% Croatia 15% Qatar
89% 59%
China Denmark
Hong Kong- 37% Greece 13% Costa
80% China, 58% Australia Rica,
Singapore Brazil
35% Serbia 11% Argentina,
76% Korea 57% Czech Republic Tunisia,
Jordan
Chinese Slovenia, New 33% Turkey 9% Peru
74% 56%
Taipei Zealand, France
United Kingdom, 32% Bulgaria 8% Colombia,
73% Macao-China 55% Iceland, OECD Indonesia
average
Latvia, Norway, 31% Romania
72% Japan 53%
Luxembourg
29% United Arab
71% Liechtenstein 52% Portugal, Spain
Emirates
23% Kazakhstan,
70% Switzerland 51% Italy Chile,
Thailand
68% Estonia 50% Russian Federation 22% Malaysia
Netherlands, 21% Uruguay
67% 49% Slovak Republic
Finland
Sweden, Lithuania, 19% Montenegro
65% Canada 48%
United States
64% Poland 47% Hungary 18% Mexico
Vietnam, 16% Albania
63% Germany, 45% Israel
Belgium

4. Soal Level 4
PINTU PUTAR
Pintu putar mencakup tiga sayap yang berputar dalam ruang berbentuk lingkaran.
Diameter bagian dalam ruang ini adalah 2 meter (200 cm). Sayap tiga pintu membagi
ruang menjadi tiga sektor yang sama. Rencana di bawah ini menunjukkan sayap pintu di
tiga posisi berbeda yang dilihat dari atas.
Pintu membuat 4 putaran penuh dalam satu menit. Ada ruang untuk maksimal dua orang
di masing-masing sektor tiga pintu. Berapa jumlah maksimum orang yang dapat
memasuki gedung melalui pintu dalam 30 menit?
a. 60
b. 180
c. 240
d. 720
Jawaban yang benar adalah d. 720.

Untuk soal di atas, persentase pencapaian siswa dari tiap negara adalah sebagai berikut.

Persen Persen Persen


Negara Negara Negara
tase tase tase
76% Shanghai-China 34% Australia 16% Turkey
New Zealand, Czech 15% Greece, Serbia
62% Singapore 33%
Republic
60% Hong Kong-China 32% Slovenia, France 14% Bulgaria
12% United Arab Emirates,
57% Chinese Taipei 31% Ireland, OECD average
Romania
United Kingdom, 8% Thailand, Chile
55% Korea 30%
Denmark, Luxembourg
7% Malaysia, Uruguay,
49% Macao-China 29% Iceland
Qatar
6% Kazakhstan,
48% Liechtenstein, Japan 28% Portugal, Norway
Montenegro
4% Albania, Mexico,
45% Switzerland 27% Slovak Republic, Italy
Brazil
3% Costa Rica, Tunisia,
43% Netherlands 26% Latvia, Spain
Peru
2% Jordan, Argentina,
40% Belgium, Germany 25% United States
Colombia, Indonesia
Sweden, Israel, Hungary,
39% Canada 24%
Russian Federation
Finland, Poland,
38% 23% Lithuania
Estonia
35% Austria, Vietnam 21% Croatia
5. Soal Level 5
MENDAKI GUNUNG FUJI
Gunung Fuji adalah gunung berapi aktif yang terkenal di Jepang. Jalur jalan Gotemba ke
atas Gunung Fuji memiliki panjang sekitar 9 kilometer (km). Pejalan kaki harus kembali
dari 18 km berjalan pada jam 8 malam. Toshi memperkirakan dia bisa mendaki gunung
rata-rata 1,5 kilometer per jam, dan turun dua kali kecepatan itu. Kecepatan ini
memperhitungkan waktu makan dan waktu istirahat. Menggunakan perkiraan kecepatan
Toshi, pukul berapa maksimal dia harus memulai perjalanannya sehingga dia bisa
kembali jam 8 malam?

Jawaban yang benar adalah pukul 11.00 pagi.

Untuk soal di atas, persentase pencapaian siswa dari tiap negara adalah sebagai berikut.

Persentase Negara Persentase Negara


55% Shanghai-China 14% Austria, Slovenia
Vietnam, France, Czech Republic,
40% Singapore 13%
OECD average
37% Chinese Taipei 12% United Kingdom
Luxembourg, Iceland, Slovak Republic,
34% Hong Kong-China 11%
Ireland, Portugal
31% Korea 10% Denmark, Italy
25% Liechtenstein 9% Norway, Israel, Hungary, United States
Lithuania, Sweden, Spain, Latvia,
24% Macao-China, Japan 8%
Russian Federation
21% Switzerland 7% Croatia
19% Belgium, Netherlands 6% Turkey
18% Germany 4% Bulgaria, Greece, United Arab Emirates
17% Poland 3% Romania, Thailand
16% Canada 2% Qatar, Chile
Uruguay, Malaysia, Montenegro,
Finland, New Zealand,
15% 1% Kazakhstan, Albania, Tunisia, Brazil,
Australia, Estonia
Mexico, Peru, Costa Rica, Jordan
6. Soal Level 6
HELEN SI PENGENDARA SEPEDA
Helen baru saja mendapat sepeda baru. Sepeda itu memiliki speedometer yang terletak di
stang. Speedometer dapat memberi tahu Helen jarak yang ditempuh dan kecepatan rata-
ratanya untuk perjalanan.
Helen mengendarai sepedanya dari rumah ke sungai, yang berjarak 4 km. perjalanan itu
membutuhkan waktu 9 menit. Dia naik ke rumah menggunakan rute yang lebih pendek
dari 3 km. Ini hanya membutuhkan waktu 6 menit. Berapa kecepatan rata-rata Helen,
dalam km / jam, untuk perjalanan ke sungai dan kembali? Kecepatan rata-rata untuk
perjalanan: ..................... km / jam

Jawaban yang benar adalah 28 km/jam.

Untuk soal di atas, persentase pencapaian siswa dari tiap negara adalah sebagai berikut.

Persentase Negara
31% Shanghai-China
19% Singapore
18% Chinese Taipei
12% Hong Kong-China, Korea
8% Japan, Macao-China
7% Liechtenstein, Switzerland
6% Belgium
5% Poland, Germany, New Zealand
4% Netherlands, Canada, Australia, Estonia, Finland, Vietnam
Slovenia, OECD average, Austria, Czech Republic, France, Slovak Republic, United
3%
Kingdom, Luxembourg
Iceland, United States, Israel, Ireland, Italy, Hungary, Portugal, Norway, Denmark, Croatia,
2%
Sweden, Latvia, Russian Federation
Lithuania, Spain, Turkey, Serbia, Bulgaria, Greece, Romania, United Arab Emirates,
1%
Thailand

H. Kelemahan Siswa Indonesia


Pada PISA 2009, posisi Indonesia pada peringkat 61 dengan skor Membaca 402, Matematika
371 dan IPA 383. Tahun 2012 skor tersebut menjadi, Membaca 396, Matematika 375, dan IPA
382. Hasil PISA tahun 2012 menunjukkan kondisi yang memprihatinkan dimana siswa Indonesia
menduduki peringkat ke 64 dari 65 negara yang ikut diuji, yaitu satu tingkat di atas Peru yang
menduduki posisi terbawah. Sementara negara-negara Asia Timur berjaya. Shanghai menduduki
peringkat pertama, disusul berturut-turut Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Korea Selatan.
Skor PISA siswa Indonesia yang sangat rendah bertolak belakang dengan kenyataan selama
ini bahwa siswa-siswa SMP di Indonesia (usia yang ikut PISA) sukses dalam ujian nasional (UN
dengan nilai yang juga dapat dikatakan bagus.
Ternyata pada tahun 2012, UNESA mengkaji hasil UN SMA tahun 2009, 2010, dan 2011
dan didapati permasalahan yaitu sebagian besar peserta jeblok pada soal-soal yang termasuk
dalam kategori analisis. Termasuk untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil itu sejalan
dengan kajian terhadap tes masuk PTN yang menyimpulkan bahwa sebagian peserta jatuh pada
soal IPA Terpadu, yang memang memerlukan kemampuan analisis cukup tinggi.
Masalah tersebut jelas ada hubungannya dengan tes PISA, dimana diketahui bahwa PISA
membagi kemampuan siswa menjadi enam level:
 Level 1 : mengingat kembali apa yang sudah diajarkan.
 Level 2 : menjelaskan yang telah dipelajari dengan bahasa sendiri.
 Level 3 : menerapkan yang telah dipelajari untuk pemecahan masalah.
 Level 4 : mampu mengurai permasalahan untuk diselesaikan dengan metode yang telah
dipelajari.
 Level 5 : mampu menentukan kesesuaian dan keunggulan metode tertentu
 dalam menyelesaikan permasalahan.
 Level 6 : mampu berpikir abstrak dan merancang metode baru
Level 1 sampai 3 disebut dengan kemampuan berpikir tingkat rendah (lower order thinking),
sedangkan level 4 sampai 6 disebut dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking) yang mencakup kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, dan kreativitas. Jadi, PISA
tidak hanya menguji kemampuan berpikir tingkat rendah tetapi juga berpikir tingkat tinggi. Data
terhadap hasil PISA, UN maupun tes masuk PTN, konsisten menunjukkan kalau kemampuan
berpikir tingkat tinggi anak-anak kita lemah. Bila kita mencermati hasil PISA (tahun 2009),
ditemukan bukti bahwa dari 6 level kemampuan yang diuji, hampir semua siswa Indonesia hanya
mampu menguasai pelajaran sampai level 3 saja. Sementara negara lain yang terlibat di dalam
studi ini banyak yang mencapai level 4, 5, dan 6. Dengan keyakinan bahwa semua manusia
diciptakan sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi ini adalah pelajaran yang
kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman.
Siswa Indonesia memiliki skor yang sangat rendah dalam PISA karena tidak terbiasa
mengerjakan soal-soal dengan tingkat analisa yang tinggi. Bahkan pada ujian nasional (UN)
saja, sebagian besar soal-soal UN berkisar pada lower order thinking yaitu menghafal,
memahami, dan menerapkan. Hanya sebagian kecil yang masuk level berpikir tingkat tinggi.
Kajian terhadap UN SMA 2009, 2010, dan 2011 tampak sekali siswa Indonesia sukses pada
soal-soal lower order thinking tetapi gagal di higher order thinking.
Soal PISA
1. Level 1
Karakteristik soal PISA level 1 antara lain adalah sebagai berikut:
 Konteks sederhana (familiar).
 Semua informasi relevan ada dalam soal dan terdefinisi dengan jelas.
 Instruksi langsung dan situasi yang jelas.
Soal
Perhatikan grafik berikut ini!

Penyebab Siswa SMA Putus Sekolah


8
6 Ekonomi
4 Kriminal
2 Narkoba
0
2009 2010 2011 2012

Faktor narkoba menjadi penyebab tertinggi siswa SMA putus sekolah pada tahun ...
a. 2009
b. 2010
c. 2011
d. 2012
Jawaban
Berdasarkan grafik terlihat bahwa faktor narkoba menjadi penyebab tertinggi siswa SMA
putus sekolah adalah pada tahun d. 2012

2. Level 2
Karakteristik soal PISA level 2 antara lain adalah sebagai berikut:
 Menuntut siswa untuk memahami situasi dalam konteks.
 Memerlukan penerapan algoritma dasar, rumus, prosedur, atau kaidah.
 Menuntut siswa mampu untuk melakukan penalaran langsung dan membuat
interpretasi yang jelas dari hasil.
Soal
Berikut ini adalah grafik penjualan novel di Toko Buku Metalic pada tahun 2018.
1600 1500

1400
Dilan 1990
1200
1000
1000 950 950
850
800
800 680 700 Eiffel I'm In
Love 2
600 550
400 420
400
200
200 Teman
Tapi
0 Menikah
Februari Maret April Mei

Berdasarkan grafik terlihat bahwa total penjualan novel Eiffel I’m In Love 2
mengalami penurunan dengan selisih yang tetap dari bulan Februari hingga bulan Mei.
Jika kondisi ini masih tetap sama di bulan selanjutnya, maka perkiraan total penjualan
novel Eiffel I’m In Love 2 pada bulan Juli adalah...eksemplar
a. 450
b. 250
c. 200
d. 400
Jawaban
Perkiraan total penjualan novel Eiffel I’m In Love 2 pada bulan Juli adalah b. 250
eksemplar.

3. Level 3
Karakteristik soal PISA level 3 antara lain adalah sebagai berikut:
 Prosedur terdefinisi dengan jelas.
 Membutuhkan strategi penyelesaian yang sederhana.
 Bernalar secara langsung dengan menggunakan formasi yang ada.
 Memerlukan kemampuan untuk mengkomunikasikan ide.
Soal
Perhatikan tabel daftar berat badan siswa kelas VIII berikut ini!
No. Nama Siswa Berat Badan (kg)
1. Guido 32,8
2. Yasinta 34,2
3. Paulina 33,6
4. Yulio 32,4
5. Christanti 32,6
6. Ferianty 33,4
Urutan siswa dari yang memiliki berat badan paling berat hingga paling ringan
adalah...
a. Yulio → Christanti → Guido → Ferianty → Paulina → Yasinta
b. Christanti → Guido → Yulio → Yasinta → Ferianty → Paulina
c. Yasinta → Paulina → Ferianty → Guido → Christanti → Yulio
d. Yasinta → Paulina → Ferianty → Guido → Yulio → Christanti
Jawaban
Urutan siswa kelas VII dari yang memiliki berat badan paling berat hingga paling
ringan adalah c. Yasinta (34,2 kg) → Paulina (33,6 kg) → Ferianty (33,4 kg) →
Guido (32,8 kg) → Christanti (32,6 kg) → Yulio (32,4 kg).

4. Level 4
Karakteristik soal PISA level 4 antara lain adalah sebagai berikut:
 Menuntut siswa untuk bekerja secara efektif dengan model eksplisit dari situasi
konkret yang kompleks.
 Memerhatikan batasan dan membuat asumsi dibutuhkan dalam penyelesaian soal.
 Menghubungkan representasi matematis yang berbeda dan menghubungkannya
dengan aspek dalam situasi dunia nyata.
 Membangun argumentasi berlandaskan pada interpretasi mereka.
Soal
Perhatikan gambar di bawah!

10 m

16 m

8m

12 m

Pak Folfaldus ingin membuat rumah dengan sketsa seperti pada gambar di atas. Dia ingin
membeli kayu untuk membuat kuda-kuda yang berbentuk segitiga sama kaki. Jika ukuran
kuda-kudanya sesuai dengan gambar di atas, tentukan tinggi kuda-kuda tersebut!
Jawaban
Tinggi kuda-kuda tersebut adalah 6 meter.

5. Level 5
Karakteristik soal PISA level 5 antara lain adalah sebagai berikut:
 Melibatkan permodelan atas situasi kompleks, pengidentifikasian kendala dan
mengenali asumsi.
 Pemilihan, perbandingan, dan evaluasi terhadap strategi pemecahan masalah yang
hendak diterapkan.
 Membutuhkan kemampuan bernalar dan menggunakan representasi matematis yang
lebih luas
Soal
Ruko Freshmart menerima kiriman sarden sebanyak 500 kaleng per hari. Jika terjadi
kerusakan pelabelan pada kaleng sarden, pemilik ruko mendapatkan potongan harga 5%
per kaleng. Oleh sebab itu pihak ruko melakukan pemeriksaan setiap hari. Pada hari
pertama ditemukan kerusakan pelabelan 15 kaleng. Pada hari keempat ditemukan
kerusakan pelabelan sebanyak 33 kaleng. Jika terdapat pola tertentu, maka berapakah
banyak kerusakan pelabelan pada hari kedua puluh lima?
Jawaban
Jumlah seluruh kaleng yang mengalami kerusakan pelabelan pada hari kedua puluh lima
adalah 165 kaleng.

6. Level 6
Karakteristik soal PISA level 6 antara lain adalah sebagai berikut:
 Membutuhkan konseptualisasi, generalisasi, dan pemanfaatan informasi berdasarkan
pada investigasi siswa dan memodelkan situasi yang rumit.
 Menghubungkan berbagai sumber informasi dan representasi secara fleksibel
berpindah dari satu representasi ke representasi lainnya.
 Memerlukan penguasaan simbol dan operasi matematik formal serta hubungannya.
 Kemampuan berkomunikasi secara tepat dan jelas dibutuhkan.
Soal
Seorang petani ingin memasukkan beras ke dalam gudangnya. Setiap karung beras berisi
100 liter beras. Jika satu kiloliter beras mengisi satu meter kubik, tunjukan bahwa volume
satu karung beras adalah 0,1 meter kubik!
Jawaban
100 liter setara dengan 0,1 meter kubik.

Anda mungkin juga menyukai