Anda di halaman 1dari 52

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2017

Penentuan Kadar Chemical Oxygen


Demand (COD) dan Total Suspended
Solid pada Air Limbah di PT Sucofindo Medan

Siregar, Elpidayanti
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5609
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR

LIMBAH DI PT SUCOFINDO MEDAN

TUGAS AKHIR

ELPIDAYANTI SIREGAR

142401175

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR

LIMBAH DI PT SUCOFINDO MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat


memperoleh gelar Ahli Madya

ELPIDAYANTI SIREGAR

142401175

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Chemical Oxygen Demand


(COD) dan Total Suspended Solid Pada Air
Limbah Di PT Sucofindo Medan

Kategori : Tugas akhir


Nama : Elpidayanti Siregar
Nomor Induk Mahasiswa : 142401175
Program Studi : Diploma 3 Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetauhan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Juli 2017

Disetujui Oleh
Ketua Program Studi D3 Kimia Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Minto Supeno, MS Dr. Sovia Lenny, M.Si


NIP: 196105091987031002 NIP : 197510182000032001

Ketua Departemen
Kimia FMIPA USU

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si


NIP : 197404051999032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN


TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR LIMBAH
DI PT SUCOFINDO MEDAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2017

ELPIDAYANTI SIREGAR
142401175

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah Swt atas

limpahan rahmat dan hidayahnyan, kepada penulis sehinnga dapat menyeleseikan

karya ilmiah ini dengan baik, serta shalawat seiring salam tak lupa penulis

sampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah

memberikan Suri teladan yang baik kepada umat Manusia.

Karya ilmiah ini berjudul; Penentuan kadar chemical oxygen demand

(COD) dan total suspended solid (TSS) pada Air Limbah Di PT Sucofindo

Medan. Yang merupakan Salah satu syarat untuk menyeleseikan studi Program D-

III Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetauhan Alam Universitas Sumatera

Utara.

Selama penyusunan Karya ilmiah ini penulis telah banyak mendapat

bantuan, masukan dan saran yang sangat berharga serta dorongan semangat dari

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang paling berharga ini penulis

mengucapkan Terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ibuk Sovia lenny M,Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan serta petunjuk dalam penulisan karya ilmiah ini.

2. Ibu Cut Fatimah zuhra,M.Si selaku ketua Departemen Kimia fakultas

Matematika dan Ilmu pengetauhan alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr.Ir.Minto supeno,MS selaku ketua Program Studi D-3 Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu pengetauhan alam Universitas

Sumatera utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Bapak Kadarianto, Bapak Ryan ,Bapak patra sembiring selaku

Pembimbing PKL di PT Sucofindo Medan yang banyak membantu

menyelesaikan Karya ilmiah ini

5. Terima kasih kepada sahabat- sahabat yang telah mendukung dan

membantu penulis dalam penyeleseian karya ilmiah ini.

Terkhusus buat Ayah, Ibunda, Kakak, Adik penulis tercinta yang telah

mendukung saya dan yang selalu mendoakan saya.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya ilmiah ini masih jauh dari

Kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

masukan yang membangun untuk kesempurnaan Karya ilmiah ini

Besar harapan penulis agar kiranya Karya ilmiah ini dapat bermamfaat

bagi kita semua, Amin

Medan, Juli

Penulis

Elpidayanti Siregar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN
TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA AIR LIMBAH
DI PT SUCOFINDO MEDAN

ABSTRAK

COD (chemical oxygen demand) adalah parameter yang menunjukan


banyaknya senyawa organik yang dapat dioksidasi dalam limbah cair dan TSS
(total suspended solid) adalah Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi
penentuan komponen-komponen air secara lengkap untuk perencanaan serta
penguraian dalam air minum maupun dalam air buangan. Telah dilakukan analisa
kadar COD dan TSS pada beberapa sampel air limbah di PT Sucofindo, dengan
metode refluks tertutup yang mana kadar COD dengan proses pengolahan selama
2 jam pada suhu 148 oC di dalam tabung COD thermoreaktor adalah 206,25 mg/l
untuk limbah sawit; 178,37 mg/l untuk limbah karet; 84,85 mg/l untuk limbah
farmasi; 77,96 mg/l untuk limbah domestik dan kadar TSS dengan metode
Gravimetri adalah 106 mg/l untuk limbah sawit; 52 mg/l untuk limbah karet; 26
mg/l untuk limbah farmasi; 67 mg/l untuk limbah domestik. Dari hasil analisa
kadar COD dan TSS tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
Menteri lingkungan hidup yaitu 350 dan 250 mg/l (Industri minyak sawit); 250
dan 100 mg/l (Industri karet cair); 300 dan 100 mg/l (Industri farmasi); 100 dan
100 mg/l (industri domestik).

Kata kunci : COD, TSS, Limbah Cair, Metode refluks tertutup, Gravimetri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DETERMINATION OF LEVEL OF CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)
AND TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) IN PT SUCOFINDO MEDAN

ABSTRACT

COD (chemical oxygen demand) is a parameter that indicates the number of


organic compounds which can be oxidised in the wastewater and TSS (Total
Suspended Solid) is analysis of substances solid in water is very important for the
water in full to decomposition in drinking water and in wastewater. It has been
done analyzing the levels of COD and TSS in some samples of waste water in PT
Sucofindo, with methods reflux closed where the levels of COD with processing
for 2 hours at a temperature of 148 0C in tube thermoreaktor COD is 206.25 mg/L
for waste palm oil, 178,37 mg/l for rubber wastes, 84.85 mg/L for pharmaceutical
waste, domestic waste and 77.96 mg/L TSS levels with Gravimetry method is 106
mg/L for waste palm oil, 52 mg/l for rubber wastes , 26 mg/L for pharmaceutical
and 67 mg/L for domestic waste. From the analysis of the level of COD and TSS
still meet that level of COD and TSS still meet the standards in the Environment
Minister 350 and 250 mg (palm oil industry) ; 250 and 100 mg/L (liquid rubber
industry) ; 300 and 100 mg (industri pharmacy) ; 100 and 100 mg (domestic
industry)

Keywords : COD, TSS, Wastewater, Closed Reflux Method, Gravimetry

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari

sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam atau belum

mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif.

Dikatakan memiliki nilai ekonomi yang negatif, karena penanganan limbah

memerlukan biaya yang cukup besar, disamping itu juga dapat mencemari

lingkungan.

Untuk meningkatkan taraf serta kesejahteraan masyarakat maka berbagai

usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini. Salah satu usaha

yang sedang digalakkan sektor industri baik yang berupa industri berat maupun

yang berupa industri ringan. Maka dengan munculnya industri perlu dipikirkan

juga efek sampingnya yang berupa limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah

padat (solid wastes).

Dengan perkembangan industri sekarang ini maka semakin meningkat

pula tingkat pencemaran pada perairan udara dan tanah yang disebabkan oleh

perkembangan industri tersebut. Contohnya industri pengolahan uap

menghasilkan limbah cair yang mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi

yang mengakibatkan beban pencemaran semakin besar, karna diperlukan

degradasi bahan organik yang lebih besar. Industri pengolahan uap menghasilkan

limbah cair yang mengandung senyawa organik yang relatif tinggi dalam bentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


karbon, nitrogen dan fosfor yang dapat menimbulkan proses eutrofikasi yang

ditandai dengan pertumbuhan ganggang secara pesat dan kadar oksigen terlarut

yang rendah.

Limbah cair dapat bersumber dari aktifitas manusia. Adanya kegiatan-

kegiatan industri yang dilakukan oleh manusia menghasilkan buangan yang

mengandung bahan kimia. Dimana kandungan bahan kimia yang ada didalam air

limbah dapat merugikan lingkungan berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat

menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang

tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu akan lebih berbahaya bila bahan

tersebut bahan yang beracun (Gumbira, 1996).

Untuk itu sebelum dibuang keperairan bebas, limbah tersebut harus diolah

terlebih dahulu. Dimana dalama pengolahan limbah tersebut ada parameter-

parameter yang harus ditentukan misalnya COD, BOD, TSS, TDS dan lain

sebagainya (Sugiharto, 1987)

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat dialam secara

berlimpah. Namun ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan

manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Kuantitas air yang

mampu diserap oleh tanah sangat tergantung pada fisik tanah, misalnya bobot isi

(bobot tanah tiap satuan volume tanah, permeabilitas (daya tanah melakukan air),

infiltrasi (daya tanah meresapkan air), porositas (jumlah volume udara yang

terkandung dalam tanah ), dan struktur tanah (bentukan hasil penyusunan

butiran-butiran tanah ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Air buangan yang bersifat asam atau basa dapat menurunkan daya

pembersih alam yang dipunyai air penampungnya. Air buangan yang mengandung

bahan kimia dan sisa-sisa pelumas dapat merubah warna, bahkan dapat

mengakibatkan matinya makhluk-makhluk air yang sangat penting artinya bagi

kehidupan manusia (Effendi, 2003).

Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menentukan

kadar Chemical oxygen demand (COD) dan kadar Total Suspended Solid (TSS)

pada beberapa limbah cair, yang selanjutnya dapat diketauhi apakah limbah cair

tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2.Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah berapa kadar Chemical oxygen demand

(COD) dan Total suspended Solid (TSS)

1.3.Tujuan

Untuk menentukan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total Suspended

Solid (TSS) pada sampel limbah cair yang ada dilaboratorium kimia lingkungan

PT Sucofindo Medan.

1.4.Manfaat

- Sebagai Informasi Bagi masyarakat, agar mengetauhi Limbah yang sudah

dianalisa kadar COD dan TSS nya, mengetauhi kualitas air limbah yang

biasa dibuang ke perairan sekitar lingkungan.

- Menambah wawasan dan ilmu pengetauhan bagi penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

harus di lindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus

dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi

sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestrasian

sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang harus

meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Air

antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan

gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung

pada sumber daya air. Oleh karena itu diperlukan pengelolahan dan perlindungan

sumber daya air secara seksama (Sutrisno, 1996)

2.1.1 Penggolongan Air

Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi

beberapa golongan menurut peruntukannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian ,

usaha diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

2.1.2 Karekteristik Air

Air menutupi sekitar 70 % permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km

juta km3 air terdapat dalam berbagai betuk, misalnya uap air, es, cairan dan

salju. Air tawar terutama terdapat sungai, danau, air tanah dan gunung es. Semua

badan air didataran dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus

hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Effendi, 2003).

1. Karekteristik fisik air

Karekteristik fisika air meliputi : kekeruhan, suhu, warna, zat padat

terlarut, bau dan rasa. Penyebab terjadinya kekeruhan dapat berupa bahan organik

maupun anorganik, seperti lumpur dan limbah industri. Suhu air mempengearuhi

jumlah oksigen terlarut. Semakin tinggi suhu air, jumlah oksigen terlarut makin

rendah. Warna air dapat dipengaruhi oleh adanya organisme, bahan berwarna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang tersuspensi dan senyawa-senyawa organik. Bau dan rasa dapat disebabkan

oleh adanya organisme dalam air seperti alga, juga oleh adanya gas H2 S hasil

peruraian senyawa organik yang berlangsung secara anaerobik.

2. Karakteristik kimia air

Karakteristik kimia air meliputi: pH, DO (dissolved oxygent), BOD

(biological oxygent demand), kesadahan dan senyawa kimia beracun. Nilai pH air

dapat mempengaruhi rasa dan sifat korosi. Beberapa senyawa beracun lebih toksik

dalam bentuk molekul daripada dalam bentuk ion, yang bentuk tersebut

dipengaruhi pH.

DO menunjukkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut

berasal dari hasil fotosintesis selain dari absorbsi atmosfer. Semakin tinggi jumlah

oksigen terlarut mutu air makin baik.

BOD menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme

untuk menguraikan bahan organik dalam air secara biologi. Makin tingginya

jumlah bahan organik dan mutu air makin rendah. COD menunjukkan jumlah

oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik dalam air secara

kimia. Makin tinggi nilai COD menunjukkan tingginya jumlah bahan organik dan

mutu air makin rendah.

Kesadahan air mempengaruhi efisiensi pemakaian sabun. Kesadahan air

disebabkan oleh adanya garam-garam kalsium dan magnesium yang terdepat

dalam air. Adanya senyawa arsen meskipun dalam jumlah yang kecil dapat

merupakan racun bagi manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2. Sumber Pencemaran Air

Sumber pencemaran ( polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point

source)atau tak tertentu/tersebar(non-point/diffuse source). Sumber pencemar

point source misalnya knalpot mobil, cerobong asap pabrik, dan saluran limbah

industri. Pencemar yang berasal dari point source bersifat local. Efek yang

ditimbulkan berdasarkan karakteristik spesial kualitas air. Volume pencemar dari

point source biasanya reaktip tetap.

Sumbet pencemar non-point source dapat berupa point source dalam

jumlah yang banyak. Misalnya :limpasan dari daerah pertanian yang mengandung

pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah permukiman (domestik) dan limpasan

daerah perkotaan.

2.2.1. Bahan Pencemar

Bahan pencemar (polutan) adalah bahan –bahan yang bersifat asing bagi

alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan

ekosistem sehingga menganggu peruntukan ekosistem tersebut, berdasarkan cara

masuknya ke dalam lingkungan. Polutan dikelompokkan menjadi dua yaitu

polutan alamiah dan polutan antropogenik.

Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki suatu lingkungan

(misalnya badan air) secara alamiah misalnya akobat letusan gunung berapi, tanah

longsor, banjir, dan fenomena alam yang lain. Polutan yang memasuki ekosistem

secara alamiah sukar di kendalikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Polutan Antropogenik adalah polutan yang masuk ke dalam air akibat

aktivitas manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), (kegiatan urban

perkotaan) maupun kegiatan industri. Intansitas polutan antropogenik dapat di

kendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya

polutan tersebut

Bahan pencemar atau polutan adalah bahan bahan yang bersifat asing bagi

alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tanam

ekosistem sehingga menganggu penentuan ekosistem tersebut (Effendi, 2003).

2.3.Penyebab menurunnya kualitas air

Air dari alam atau natural water secara fundamental berbeda kondisinya

dengan air dari tempat budidaya (kolam/tambak). Jumlah biota ditambak /kolam

air umumnya jauh lebih banyak dibandingkan jumlah air, akibatnya material sisa

metabolisme (metabolit) yang di keluarkan biota berupa kotoran dan urine tidak

dapat seimbang. Disamping itu, didalam air juga terjadi proses lain secara

biologis. Pada organisme hidup lain seperti plankton. Dengan begitu tingkat

penurunan kualitas air sangat cepat.

Kualitas air tambak /kolam mengalami penurunan disebabkan oleh banyak

faktor baik faktor internal (di dalam tambak /kolam ) seperti pengolahan air,

pakan, kepadatan dan lain lain, maupun faktor eksternal (di luar)seperti cuaca dan

sumber air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Faktor-faktor penyebab menurunnya kualitas air

1. Padat penebaran

2. Pakan yang berlebihan

3. Akumulasi bahan organik

4. Pengelolahan sebelum penebaran

5. Pengelolaan air

6. Kondisi air sumber

7. Perubahan cuaca

2.3.1. Meningkatnya Radioaktifitas Air lingkungan

Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam

kerusakan biologis apabila tidak di tangani dengan benar, baik melalui efek

langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila

ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan.

Secara Nasional sudah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur

masalah bahan sisa (limbah) radioaktif. Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom

Nasional (BATAN) (Wardhana, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4. Limbah

Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan –bahan

pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi

yang tergabung dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan

perdagangan). Sumber industri dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah,

air permukaan atau air hujan. Air tanah, permukaan dan air hujan pada kondisi

tertentu masuk sebagai komponen limbah cair, karena pada keadaan sistem

saluran pengumpulan limbah cair sudah atau retak, air alam itu dapat menyatu

dengan komponen limbah cair yang lainnya dan harus di perhitungkan upaya

penangannya.

2.4.1 Sumber limbah Cair

Limbah cair bersumber dari aktivitas manusia dan aktivitas alam.

a. Aktivitas manusia

Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam, sesuai

dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula.

Beberapa jenis aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair

diantaranya.

1. Aktivitas bidang rumah tangga

Sangat banyak aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah cair,

antara lain mencuci pakaian , mencuci akat makan /minum, memasak

makanan dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penggunaan toilet, dan sebagainya .Semakin banyak jenis aktivitas di

lakukan, semakin besar volume limbah cair yang dihasilakan.

2. Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan aktivitas penunjang

kegiatan pelayanan masyarakat. Beberapa contoh antara lain kantor

Pemerintah Daerah. Kantor Skretariat DPR, Kantor pos, Kantor

PDAM, dll. Limbah cair dari sumber itu biasanya dihasilkan dari

aktivitas kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi

pegawai, aktivitas penggunaan toilet, aktivitas pencucian peralatan.

3. Aktivitas bidang perdagangaan

Aktivitas bidang perdagangan mempunyai variasi yang sangat

luas.Variasi itu di tinjaui dari berbagi aspek, yaitu jenis komoditas

yang diperdagangkan, lingkup wilayah pemasaran, kemampuan,

permodalan, bentuk badan /organisasi, jenis kegiatan dan sebagainya.

Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan limbah cair

yaitu mengepel lantai gedung, pencucian alat makanan dan minum di

restoran,penggunaan toilet, pencucian kendaraan dan sebagainya.

4. Aktivitas bidang perindustrian

Aktivitas bidang perindustrian juga sangat bervariasi. Variasi kegiatan

bidang perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan

baku yang di olah/di proses, jenis barang atau bahan jadi yang di

hasilkan, kapasitas produksi, teknik/jenis proses produksi yang di

terapkan, kemampuan moda jumlah karyawan, serta kebijakan

manajemen industri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Aktivitas bidang pertanian

Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakan

nya air untuk mengaliri lahan pertanian. Secara alami dan dalam

kondisi normal, limbah cara pertanian sebenarnya tidak menimbulkan

dampak negatif pada lingkungan,namun dengan digunakanya pestisida

yang kadang-kadang dilakukan secara berlebihan, sering menimbulkan

dampak negatif pada keseimbangan ekosistem air pada badan air

penerima.

b. Aktivitas alam

Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair

yang disebut air larian. Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai

akibat dari hujan yang turun dengan intesitas tinggi dan dalam waktu yang

lama dapat menyebabkan terjadinya banjir. Atas dasar itu air hujan atau air

larian perlu diperhitungkan dalam perencanaan sistem limbah cair, agar

dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat air hujan, baik bagi

lingkungan maupun bagi kesehatan masyarakat (sugiharto.1987).

2.4.2 Parameter kualiats limbah cair

Menurut okun dan Ponghis (1975), berbagai parameter kualitas

limbah cair yang penting untuk diketauhi adalah: bahan padat tersuspensi

(suspended solid), bahan padat terlarut (dissolved solids), kebutuhan oksigen

kimiawi (COD), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), organisasi coliform, pH,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oksigen terlarut (DO), kebutuhan klor (chlorine demand), nutrien dan logam

berat(heavy metals)

a. Bahan Padat Tersuspensi

Bahan padat tersuspensi adalah bahan padat yang dihilangkan pada

penyaringan (filtration) melalui media standar halus dengan

diameter 1 mikron. Bahan padat tersuspensi dikelompokksn lagi

dalam bahan padat yang tetap (fixed solids)dan yang menguap

(volatile solids). Bahan padat yang menguap merupakan bahan

yang bersifat organik yang diharapkan dapat dihilangkan melalui

penguraian secara biologis (biological degradation) atau

pembakaran (incineration). Fixed solids merupakan bahan padat

yang diendapkan secara normal dapat di hilangkan dalam ukuran

besar pada tangki sedimentasi. Bahan padat yang tidak dapat

mengendap memerlukan perlakuan tambahan, baik secara kimia

ataupun biologis, untuk menghilangkannya dari limbah cair

b. Bahan padat Terlarut

Bahan padat terlarut adalah bahan padat yang terdapat dalam filtrat

yang diperoleh setelah penghilangan bahan padat tersuspensi.

Bahan ini mewakili garam-garam dalam larutan, termasuk garam-

garam mineral dari penyediaan air. Bahan padat terlarut penting

terutama apabila limbah cair akan digunakan kembali setelah

pengolahan. Bahan padat terlarut tidak dapat dihilangkan melalui

pengolahan konvensional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Kebutuhan oksigen biokimia (KOB) adalah ukuran kandungan

bahan organik dalam limbah cair. KOB di tentukan dengan

mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair

akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu,

biasanya 5 hari, pada satu temperatur tertentu, umunnya 200 C.

BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga

merupakan petunjuk dari pengaruh yang di perkirakan terjadi pada

badan air penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan

oksigennya.

d. Kebutuhan oksigen Kimiaa (COD)

COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang

diperlukan agar limbah organik yang ada didalam air dapat

teroksidasi melalui reaksi kimia. Limbah organik akan dioksidasi

oleh kalium bichromat (K2Cr2O7)sebagai sumber oksigen menjadi

gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion Chrom. Nilai COD

merupakan ukuran bagi tingkat pencemaraan oleh bahan organik.

e. Organisme Koliform

Organisme indikator ini meliputi Escherechia coli yang berasal

dari saluran pencernaan makanan binatang berdarah panas.

Adanya organisme koliform menunjukkan kemungkinan adanya

pathogen, baik virus ataupun bakteri. Karena tinja manusia

mengandung kira –kira 1x 1012 organisme koliform per kapita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perhari, harus dicurigai semua limbah cair dari kegiatan rumah

tangga terkontaminasi berat oleh organisme ini.

f. pH

pH limbah cair adalah ukuran keasaman (acidity) atau kebasaan

(alkalinity) limbah cair. pH menunjukkan perlu atau tidaknya

pengolahan pendahuluan (pretreatment) untuk mencegah

terjadinya gangguan pada proses pengolahan limbah cair secara

konvensional. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pH limbah

cair dosmetik adalah mendekati netral.

g. Oksigen Terlarut (DO)

DO penting dalam pengoperasian system saluran pembuangan

maupun buangan pengolahan limbah cair.Air bersih biasanya

jenuh akan oksigen, namun dengan cepat akan berkurang apabila

limbah organik ditambahkan ke dalamnya. Derajat kandungan

oksigen pada limbah cair sangat bervariasi dan sama sekali tidak

stabil. Tujuannya pengolahan limbah cair sebelum diolah adalah

memelihara kandungan oksigen yang terlarut dan cukup untuk

mencegah terjadinya kondisi anaerob.

h. Kebutuhan Klor (Chlorine Demand)

Pendesinfeksian terhadap efluen limbah cair yang diolah

diperlukan angka kebutuhan klor yang merupakam parameter

kualitas yang penting angka tersebut merupakan fungsi dari

kekuatan limbah. Semakin tinggi derajat pengolahan semakin kecil

angka kebutuhan klor dari efluen tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i. Nutrien

Limbah cair mengandung nutrient (misalnya nitrogen dan fosfor)

yanag dapat digunakan untuk zat pembangun bagi organisme

hidup. Konsentrasi normal tidak menyebabkan masalah pada

badan air

j. Logam Berat

Bila industri membuang limbah cair ke sistem saluran limbah cair,

banyak logam berat yang rusak ke dalam system dan menganggu

proses pengolahan atau kualitas air penerima. Tembaga yang

berakulamasi dalam tangki penguraian lumpur dan menggunakan

proses penguraian itu (Soeparman, 2002)

2.4.3. Komposisi air limbah

Sesuai dengan sumber asalnya, maka limbah mempunyai komposisi yang sangat

bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara gratis besar zat-zat

yang terdapat dalam air limbah dapat dikelompokkan sperti pada skema berikut

ini:

Air Limbah

Air
(99%) Bahan
Padat
(0,1%)
( Organik Anorganik
kkk
Protein (65%) Butiran
Karbohidrat (25 %) Garam
Lemak (10 %) Metal
(sugiharto.1978).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.4 Tekhnik Pengolahan Limbah

Berbagai tekhnik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya

telah di coba dan dikembangkan selama ini. Tekhnik –tekhnik pengolahan air

buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3

metode pengolahan :

1. Pengolahan secara fisik

2. Pengolahan secara kimia

3. Pengolahan secara Biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu , ketiga metode pengolahan tersebut dapat

diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi

1. Pengolahan Limbah Secara Fisika

Pada Umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air

buangan , diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan

yang mudah mengendap atau bahan –bahan yang terapung disisihkan

terlebih dahulu.

Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk

menyisihkan bahan tersuspensi terlebih dahulu. Penyaringan (screening)

merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan

tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah

mengendap dapat secara mudah dengan proses pengendapan Parameter

desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan

mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam hak pengendap.

2. Pengolahan air buangan secara kimia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pengolahan air buangan secara biasanya dilakukan untuk menghilangkan

partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid) , logam logam

berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun, dengan membutuhkan

bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan –bahan tersebut,

yaitu dari tak dapat diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau

tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung hasil reaksi oksidasi

3. Pengolahan Limbah Secara Biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.

sebagai pengolahan sekunder, Pengolahan secara biologi dipandang

sebagai pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang

paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawara telah berkembang

berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.

Pada dasarnya, reaktir pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua

jenis, yaitu :

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor)

2. Reaktor pertumbuhab lekat (attached growth reactor)

Didalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan

berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal

berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses kumpur aktif terus berkembang

dengan berbagai modifikasinya antar lain: oxidation ditch dan kontak –stabilisasi.

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch

mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisien penurunan BOD dapat mencapai

85%-90 %(di bandingkan 80% -85%), dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.

Selain efisien yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kelebihan yang lain, yaitu detensi hidrolis total lebih pendek(4-6). Proses kontak-

Stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi

didalam tangki kontak sehimgga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi

dengan pengolahan pendahuluan.

Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak,juga

termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti

indonesia, waktu detendi hidrolis selama 12-18 hari didalam kolam oksidasi

maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen

yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di lagoon yang diaerasi cukup

dengan waktu detensi 3-5 hari saja.

Didalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh diatas media

pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai

modifikasi telah banyak di kembangkan selama ini, antara lain:

1. Trickling filter

2. Cakram Biologi

3. Filter terendam

4. Reaktor fludisasi (Said, 1996).

2.4.5 Sampah-Sampah Industri

Sampah yang masi baru hanya sedikit berwarna jeruh tetapi kemudian

menjadi semakin kelam dan tajam. Sampah yang baru berisi sedikit oksigen larut

dan kadang-kadang sejumlah kecil nitrit dan nitrat, khususnya setelah hujan.

Sampah yang baru hanya mengandung sedikit alkali tetapi selama oksidasi

terjadilah pengurangan kandungan alkali. Sampah yang basi menyebabkan bau-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bau yang memuakkan yang bersumber pada hidrogen sulfida dan gas-gas

lainnya. Biasanya ia tidak mengandung oksigen yang telah terurai. Apabila

sampah membusuk, gelembung-gelembung gas dapat terlihat memancar keluar

dari permukaan. Jadi penting sekali untuk segera membuang secara tuntas sampah

domestik dari daerah-daerah pemukiman untuk melindungi kesehatan

lingkungann. Dengan cara yang sama, pembuangan sanpah industri pun penting,

Adalah lebih mudah dan hampir selalu lebih murah untuk membenahi limbah

industri itu sendiri secara terpisah.

Hal ini disebabkan oleh karean secara umum mudah merubah bentuk

campuran sampah dengan limbah perdangan menjadi satu aliran yang memenuhi

standar-standar yang telah disyaratkan sedangkan apabila limbah perdagangan

dibenahi secara terpisah, prosesnya menjadi sukar dan mahal (Mahida,1984).

2.5. Chemical oxygen Demand

COD atau Kebutuhan Oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg

O2) yang di butuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 L

sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen

(oxidizing agent).

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis

yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air.

Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara

angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan.Dalam tabel 2.1. tercantum

perbandingan angka tersebut untuk beberapa jenis air.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1. Perbandingan rata –rata angka BOD /COD Untuk beberapa jenis air

Jenis Air BOD5/COD

Air buangan domestik (penduduk) 0,40-0,60

Air buangan domestik setelah pengendap Primer 0,60

Air Buangan domestik setelah pengolahan secara biologis 0,20

Air Sungai 0,10

Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya , misalnya untuk air

buangan penduduk (domestik) <0,20 menunjukkan adanya zat-zat yang bersifat

racun bagi mikroorganisme

Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan

dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Theoretical Oxygen Demand

(TOD)atau Oksigen Teoretis adalah Kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi zat

organis dalam air yang dihitung bila komposisi zat organis terlarut telah diketauhi

dan dianggap semua C, H, dan N habis teroksidasi menjadi CO2,H2O dan NO3.

Untuk masing –masing jenis air (air sungai, air buangan penduduk, air limbah

Industri) terdapat perbandingan angka thOD,COD dan BOD yang tertentu.

tabel 2.2 menunjukkan perbandingan angka –angka tersebut untuk air buangan

penduduk .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.2.Perbandingan angka kebutuhan oksigen teoretis, kimiawi dan biologis

Untuk air buangan penduduk (suhu 200 C bagi tes BOD)

ThOD 100 %

COD (metode standard) 83

COD(tes cepat ) 70

BOD2 0(BOD ultimate) dengan nitrifikasi 69

BOD2 0 (BOD ultimate ),nitrifikasi ditiadakan 59

BOD5 dengan nitrifikasi 48

BOD5 nitrifikasi ditiadakan 42

Gangguan, keuntungan dan kelebihan tes COD adalah sebagai berikut :

A. Gangguan Tes COD

Kadar Klorida (Cl-) sampai 2000 mg/L didalam sampel dapat mengganggu

bekerjanya katalisator Ag2SO4 dan pada keadaan tertentu turut teroksidasi oleh

dikromat.

B. Keuntungan tes COD di bandingkan Tes BOD.

Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam. sedangkan

analisa Bod memerlukan waktu 5 hari. Untuk menganalisa Cod antara 50 sampai

800 mg/L, tidak dibutuhkan pengenceran sampel sedangkan pada umumnya

analisa BOD selalu mebutuhkan pengenceran. Ketelitian dan ketepatan

(reproducibility) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari Gangguan dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD, tidak dapat pada

tes COD.

C. Kekurangan tes COD

Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi

oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam

), sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka

tes COD tidak dapat membedakan untuk zat-zat yang sebenarmya tidak

teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara Biologis.

D. Ketelitian

Penyimpanan baku antara laboratorium adalah 13 mg O2/L. Penyimpanan

maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5 % masih

diperkenankan.

2.5.5. Pengambilan dan Pengawetan Sampel

Gunakan botol kaca bila memungkinkan . Penggunaan botol Plastik harus bersih

dari zat-zat organik yang mungkin masih tersisa di dalamnya. Sampel yang

mengandung lumpur harus dikocok sampai merata sebelum di analisa, karena

lumpur juga terdiri dari zat-zat organik yang harus dioksidasikan dalam tes COD

untuk mendapatkan angka COD yang benar.

Sampel yang tidak stabil yaitu yang mempunyai kadar bakteri Fe2+ tinggi,

harus dianalisa segera.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sampel dapat diawetkan dengan penambahan larutan H2SO4 pekat sampai

pH 2 (kira-kira 0,8 mL H2SO4 /sampel ) (Alearts, 1984).

2.6. Total Suspended Solid (TSS)

2.6.1 Defenisi Total suspended solid (TSS)

Dalam larutan ditemui dua kelompok zat , yaitu zat terlarut seperti garam

dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat,

lwarts. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini di temukan melalui

ukuran /diameter partikel-partikel tersebut.

Dalam metode analisa zat padat, pengertian zat padat total adalah semua

zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam

bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat padat total terdiri dari zat

padat terlarut dan zat padat tersuspensi yang dapat bersifat organis dan inorganis.

Zat padat tersuspensi dapat diklasifikasikan antara lain zat padat terapung

yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis

dan inorganis. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam

keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya

beratnya.

2.6.2. Prinsip analisa

Prinsip total suspended solid yaitu : sampel disaring dengan filter kertas
0
filter yang mengandung zat padat tersuspensi dikeringkan pada 105 selama 2

jam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam analisa Total suspended Solid (TSS) sangat diperlukan ketelitian,

bilamana sampel mengandung zat tersuspensi tinggi, maka penyimpnan baku

yang relatif adalah 5 sampai 20 %. Bilamana sampel mengandung zat tersuspensi

yang tidak dapat mengendap yaitu tetap tersebar secara merata dalam larutan,

maka penyimpanan baku yang relatif hanya 2 sampai 5% atau kurang lebih

4mg/L, tergantung pada kepekaan timbangan.

Cara pengambilan sampel juga sangat diperhatikan. Sampel yang dianalisa

harus representatif yaitu dengan cara pengambilannya yang benar, sampel harus

dikocok terlebih dahulu, sehingga zat-zat yang terkandung didalamnya tersebar

secara merata dan homogen (Christian, 1980).

2.6.3 Analisis Gravimetri

Analisis Gravimetri adalah penentuan kualitatif berdasarkan bobot, proses

isolasi serta penimbangan suatu unsur atau senyawaan tertentu dari unsur tersebut

dalam bentuk yang semurni mungkin. Unsur atau senyawaan itu dipisahkan dari

suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Sebagian besar

penetapan- penetapan pada analisa gravimetri menyangkut pengubahan unsur atau

radikal yang akan ditetapkan menjadi sebuah senyawaan yang murni dan stabil.

yang dapat dengan mudah menjadi satu bentuk yang sesuai untuk ditimbang. Lalu

bobot unsur atau radikal itu dengan mudah dihitung dari pengetauhan kita tentang

rumus senyawaanya serta bobot atom unsur-unsur penyusunannya (konstituennya)

pemisahan unsur atau senyawaan yang terkandung dapat dicapai dengan beberapa

metode (Alearts, 1989).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

1 .Buret vakum 25 mL

2. Erlenmeyer 100 mL

3. Pipet volume 5 mL, 10 mL, dan 20 mL

4. Pipet takar 10 mL

5. COD Thermoreactor

6. Tabung COD

7. Gelas Ukur

8. Gelas Piala

9. Cawan petri

10. Pompa vakum

11. Penjepit kertas saring

3.1.2. Bahan

1. Sampel air

2. Aquadest

3. K2Cr2O7 0,01 M

4. H2SO4 (p) yang mengandung Ag2SO4

5. Indikator Phenantroline

6. Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,01 N

7. Kertas saring (berpori 1,2 um)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2. Penentuan COD

3.2.1. Prinsip analisa

Sebagian besar zat - zat organik dalam sampel akan dioksidasi oleh larutan

K2Cr2O7 yang ditambahkan katalis H2SO4 dengan Ag2SO4 untuk mempercepat

reaksi, kemudian direfluks dan kelebihan K2Cr2O7 dititrasi dengan Ferro

Ammonium Sulfat (FAS).

3.3.Pembuatan pereaksi

1. Pembuatan larutan kalium Bichromat (K2Cr2O7 )0,01 M

- Ditimbang sebanyak 6,1295 g K2Cr2O7 dengan neraca analitik

- Kemudian di larutkan dalam labu takar 500 ml dan di tambahkan

dengaaquadest Sampai Garis Batas

- Kemudian dihomogenkan

2. Pembuatan larutan Asam sulfat –Perak sulfat (H2SO4 (p) -Ag2SO4

- Ag2SO4 ditimbang sebanyak 5 g

- Kemudian dilarutkan dalam labu takar 500 ml dengan H2SO4 (p)

3. Pembuatan ferro Ammonium sulfat (FAS) 0,05 N

- Ferro Ammonium sulfat ditimbang sebanyak 19,6 g,dimasukkan dalam

labu ukur 1000ml

- Kemudian dilarutkan dengan 300 ml aquadest

- Kemudian ditambahkan 20 ml H2SO4 (p)

- ditepatkan volumenya sampai suhu tanda garis dengan aquadest kemudian

dihomogenkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.4. Prosedur Analisa

1. Dipipet K2Cr2O70,01 M sebanyak 1,5 mL kedalam tabung COD

2. Ditambahkan sampel sebanyak 2,5 mL

3. Ditambahkan H2SO4 (p) yang mengandung Ag2SO4 sebanyak 3,5 mL

4. Direfluks dengan Thermoreaktor selama 2 jam pada suhu 148 0C

5. Didinginkan

6. Dimasukkan dalam erlenmeyer 100 mL dan bilas dengan aquadest

7. Ditambahkan indikator phenantroline sebanyak 5 tetes

8. Dititrasi menggunakan FAS 0,01 N sampai titik akhir titrasi berwarna

Merah bata.

3.5. Penentuan TSS

3.5.1. Prinsip Analisa

Contoh uji yang telah homogen di saring dengan kertas saring yang

telah di timbang. residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai

mencapai berat konstan pada suhu 103℃ sampai dengan 105 ℃. Kenaikan berat

saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan memperlama

penyaringan. diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi

volume sampel. Untuk memperoleh estimasi TSS dihitung perbedaan antara

padatan terlarut total dan padatan total.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6. Prosedur analisa

1. Diletakkan kertas saring pada cawan petri kaca

2. Di masukkan ke dalam Oven selama 1 jam dengan suhu103℃ sampai 105 ℃

3. Kemudian di masukkan ke dalam Desikator selama 1 jam dengan Suhu Ruang

4. Ditimbang sampai di peroleh Berat Konstan

5. Disiapkan kertas saring yang telah di ketauhi beratnya pada alatpenyaring

6. Dibasahi kertas saring dengan Aquadest

7. Dikocok sampel, lalu dipipet sampel sebanyak 300 mL ke dalam beaker glass

8. Diaduk sampel dan di Saring dengan perlahan menggunakan pompa vakum

dan corong

9. Diambil kertas saring dan di letakkan di atas Cawan petri kaca

10. Dikeringkan di dalam oven dengan suhu 103℃ sampai 105 ℃

11. Didinginkan dalam Desikator selama 1 jam dengan suhu Ruang

12. Ditimbang Hasil sampai diperoleh berat konstan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil analisa kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total

Suspended Solid (TSS) pada Sampel air limbah yang Ada di laboratorium kimia

lingkungan PT Sucofindo Medan dapat di lihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2

4.1. Data analisa Chemical Oxygen Demand dari sampel limbah cair di PT
Sucofindo Medan adalah
Sampel Parameter Satuan Percobaan

I II III

Limbah kelapa sawit COD Mg/L 209,33 263,17 206,25

Limbah karet COD Mg/L 178,37 178,37 178,37

Limbah Farmasi COD Mg/L 87,99 81,70 84,85

Limbah Domestik COD Mg/L 77,96 77,96 77,96

4.2. Data analisa Total Suspended Solid (TSS) Dari sampel limbah cair di PT
Sucofindo Medan adalah
Sampel Bobot Kosong Bobot Isi TSS (mg/L)

Limbah Kelapa sawit 34,2241 34,2409 106 mg/L

Limbah karet 37,6203 37,2409 52 mg/L

Limbah Farmasi 46,5276 46,5328 26 mg /L

Limbah Domestik 37,0594 37,0460 67 mg/L

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Data Chemical oxygen demand (COD)

( )× × × ×
Rumus : COD ( )=

Keterangan :

Vtb = Volume blanko (mL)

Vts = Volume titrasi sampel (mL)

N FAS = Normalitas Ferro Ammonium Sulfat (N)

BE O2 = 8 gram/molek

V sampel = Volume sampel (mL)

Fp = Faktor pengenceran

1. Limbah kelapa sawit

Kode sampel P 262

V.titrasi I : 3,08

II : 3,10

V.Blanko : 3,76

N.Fas : 0,0962

Hasil :

( , , )× . × ×
CODp262 I :
.

= 209,33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Perhitungan yang sama dilakukan terhadap sampel limbah karet, limbah domestik

dan limbah farmasi.

4.2.2 Data Perhitungan Total Suspended Solid (TSS)

Rumus : Mg/l TSS=

Keterangan :

a. : Kertas saring berisi Padatan tersuspensi (mg)

b. : Berat kertas saring kosong (mg)

Vs : Volume sampel

1. Limbah Kelapa Sawit

Kode Sampel P 262

a :34,2409

b :34,2241

Vs : 100

Hasil

, ,
TSS p262 :

= 106 mg/l

Perhitungan yang sama dilakukan terhadap sampel limbah karet, limbah domestik

dan limbah farmasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.3 Pembahasan

Dari data percobaan Tabel 4.1 diperoleh kadar COD pada limbah kelapa

sawit sebesar 206,25 mg/l, limbah karet sebesar 178,37 mg/l, limbah farmasi

sebesar 84,85 mg/l dan limbah domestik sebesar 77,96 mg/l. Adanya

perbedaan kadar COD yang besar dari limbah cair kelapa sawit, limbah karet,

Limbah farmasi, maupun limbah domestik dikarenakan adanya kandungan -

kandungan senyawa bahan kimia yang terdapat dari masing - masing limbah

cair tersebut, dimana pada limbah cair domestik mengandung bahan mineral

dan zat-zat organik yang sebagian besar terdiri dari bahan – bahan nitrogen,

karbohidrat, lemak dan sabun. Limbah cair kelapa sawit mempunyai kadar

bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan

beban pencemaran yang semakin besar, karena diperlukan degradasi bahan

organik yang lebih besar. Salah satu limbah cair industri kelapa sawit

penyebab pencemaran lingkungan adalah lumpur yang mempunyai kandungan

bahan organik yang tinggi (Masli. 2007).

Limbah cair pabrik karet juga mengandung senyawa organik yang tinggi

anatara lain dalam bentuk senyawa karbon, nitrogen dan fosfat yang dapat

mencemari lingkungan. Dan untuk mengurangi kandungan bahan organik

tersebut penanganan limbah cair industri karet umumnya menggunakan sistem

sequencing batch reactor (SBR) yang dapat menyisihkan senyawa karbon ,

nitrogen dan fosfat sebesar 85-90 % (Said.1996).

Dan pada Limbah Farmasi mengandung sampah yang berbahaya pada

pengolahannya, beberapa contoh sampah farmasi adalah obat-obatan, vaksin,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


serum, yang tidak digunakan lagi. Limbah farmasi dapat berupa senyawa

kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk cair, padat, maupun uap.

Air limbah farmasi merupakan pencemaran yang sangat potensial hal ini

disebabkan karena limbah farmasi mengandung senyawa organik yang cukup

tinggi, mengandung senyawa- senyawa kimia yang berbahaya serta

mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit,

yang mana sebelum di buang ke perairan harus diperhatikan kadar limbah

tersebut (Said, 2003).

Pada analisa TSS yaitu bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami

evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu, yang mana residu dianggap

sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama

penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama

diperairan telah mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehigga

karbondioksida dan gas –gas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak

tercakup dalam nilai padatan total (Boyd, 1998).

Padatan tersuspensi total memeliki bahan- bahan tersuspensi (diameter >

1µm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm.

TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama

disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa kebadan air.

Dari Tabel percobaan 4.2 diperoleh kadar TSS pada limbah kelapa sawit

sebesar 106 mg/l, limbah karet sebesar 52 mg/l, limbah farmasi sebesar 26

mg/l dan limbah domestik 67 mg/l. Adanya perbedaan kadar TSS yang di

peroleh lebih besar pada limbah kealapa sawit dikarenakan limbah kelapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sawit memiliki bahan organik maupun bahan anorganik yang sangat tinggi

sehingga kadar pencemaran pada limbah sawit tinggi, bahan anorganik

berupa ion – ion yang biasa ditemukan diperairan maupun dikolam limbah

yang mengahasilkan kadar TSS semakin besar yaitu seperti sodium(Na),

Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Bikarbonat (HCO3), Sulfat(SO4) dan Klorida

(Cl). Dan pada Limbah karet, Limbah Farmasi, maupun, Limbah Domestik

memiliki kadar TSS atau angka pencemaran yang cukup rendah di karenakan

aktivitas di dalam limbah tersebut sedikit terdapat bahan bahan organik atau

anorganik yang berbentuk partikel diameter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa kadar COD dan TSS yang telah dilakukan di PT

Sucofindo Medan adalah

1. Kadar COD limbah kelapa sawit= 206,25 mg/l, limbah karet = 178,37 mg/l,

limbah farmasi=84,85 mg/l, dan limbah domestik =77,96 mg/l

2. Kadar TSS pada sampel limbah cair adalah adalah limbah kelapa sawit=106

mg /l, limbah karet =53 mg/l, limbah farmasi=26 mg/l, dan limbah domestik

=67 mg/l.

5.2 Saran

Untuk analisa COD selanjutnya sebaiknya dianalisa sampel dalam sekali

seminggu dengan menggunakan percobaan triplo ( tiga kali) dan dianalisa secara

rutin supaya sebelum dibuang ke badan air tidak mencemari lingkungan

sekitarnya dan untuk anlisa TSS selanjutnya sebaiknya kertas saring yang berisi

sampel langsung dimasukkan ke dalam oven agar tidak terkontaminasi dengan

udara sehingga tidak mempengaruhi berat sampel pada saat dilakukan

penyaringan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Alearts, G.1989. Metode Penelitian Air.Indonesia :Penerbit Usaha nasional

Boyd, C.E. 1988. Water Quality in warmwater fish ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agricultural Station, Alabama,
USA.359 p.
Christian. G.D,1980. Analytical Chemistry,3 rded.J wiley:New york.

Effendi, H.2003.Tehnik Kualitas air.Yogyakarta:Kanisius

Gumbira, E.1996. Penanganan dan Pemamfaatan Limbah kelapa sawit.


Unggaran: Trubus Agriwidya
Kordi, H.2004.Pengolahan Kualitas air dalam budi daya perairan.Cetakan
pertama
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Mahida, H.N.1984. Penemuan air dan Pemamfaatan Limbah Industri.
Jakarta: Penerbit Rajawali
Masli, L, N, Utomo , T P, dan Nawansih, O.2007. Kajian proses start-Up
Squencing batch reaktor (SBR) dalam pengolahan limbah cair
Industri Karet.Di akses tanggaal 1 mei,2009.
Said, G. 1996.Penanganan dan pemamfaatan limbah kelapa sawit. Jakarta:
Trubus Agriwidaya
Soeparman, 2001.Pembuangan Tinja dan limbah cair.Jakarta :penerbit
Buku kedokteran EGC
Standar Methods for the Examination of water and Wastewater,APHA
Awwa, WPCF,15 th ed, Washington,1980
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengoahan air limbah.Jakarta:Ui Press

Sutrisno, T.1996.Teknolog penyediaan Air bersih.Jakarta :Rinika Cipta

Wardhana, W.A.1995. Dampak Pencemaran Lingkungan .Edisi Revisi Jakarta


Penerbit andri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN /ATAU KEGIATAN


INDUSTRI
MINYAK SAWIT
Parameter Kadar paling Tinggi Beban Pencemaran Paling
(mg/L) Tinggi (kg/ton)
BOD 100 0.25
COD 350 0,88
TSS 250 0,63
Minyak dan Lemak 25 0.063
Nitrogen Total (sebagai 50 0.125
N)
pH 6,0-9,0
Debit limbah paling 2,5 m2 per ton produk minyak
tinggi Sawit (CPO)
Catatan :
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah.
2. Beban Pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kg parameter per ton produk minyak sawit (CPO)
3. Nitrogeen total =Nitrogen Organik +Amoniak Total +NO3+NO2

MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP
REPUBLIK INDONESIA

BALTHASAR
KAMBUAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN /ATAU KEGIATAN


INDUSTRI KARET
Lateks pekat Lateks bentuk kering
Kadar Beban Kadar Beban
Parameter paling Pencemaran paling Pencemaran
tinggi paling tinggi tinggi paling tinggi
(mg/L) (kg/ton) (mg/l) (kg/ton)
BOD 100 4 60 2,4
COD 250 10 200 8
TSS 100 4 100 4
Amonia Total 15 0,6 5 0,2
Nitrogen total(sebagai 25 1,0 10 0,4
N)
pH 6,0-9,0 6,0-9,0
3 3
Debit limbah paling 40 m per ton produk karet 40 m per ton produk
tinggi karet
Catatan ;
1. Kadar paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan
dalam miligram parameter per liter air limbah
2. Beban Pencemaran paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas
dinyatakan dalam kilogram parameter per ton produk karet kering atau
lateks pekat.
3. Nitrogen Total=Nitrogen Organik+Amonia Total+NO3+NO2

MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP
REPUBLIK INDONESIA

BALTHASAR
KAMBUAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 3
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN /ATAU KEGIATAN


DOMESTIK
Parameter Satuan Kadar paling tinggi
Ph 6-9
BOD Mg/L 100
COD Mg/L 100
Minyak dan Lemak Mg/L 100

MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP
REPUBLIK INDONESIA

BALTHASAR
KAMBUAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN /ATAU KEGIATAN


INDUSTRI FARMASI
Parameter Proses pembuatan Bahan Formulasi Pencampuran
Formula (mg/l) (mg/L)
BOD 100 75
COD 300 150
TSS 100 75
TOTAL-N 30 -
FENOL 1,0 -
pH 6,0-9,0 6.0-9.0

Catatn :
Kadar Paling tinggi untuk setiap parameter pada tabel di atas di nyatakan dalam
miligram parameter perliter air limbah.

MENTERI LINGKUNGAN
HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
BALTHASAR
KAMBUAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai