Mini Projek
Mini Projek
Disusun Oleh:
dr. Indah Permata Lillahi
Pembimbing:
dr. Erlina
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang.......................................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .................................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Kegiatan .................................................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 7
2.1 Definisi DIARE...................................................................................................... 7
2.2 Penatalaksanaan Diare (Depkes, 2008) ............................................................ 13
2.3 Pencegahan Pneumonia ................................................................................... 21
2.3.1 Pencegahan Primer ................................................................................... 21
2.3.2 Pencegahan Sekunder...................................Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Pencegahan Tertier .......................................Error! Bookmark not defined.
BAB 3 DESKRIPSI EPIDEMIOLOGI ...................................................................................... 25
3.1 Gambaran Wilayah Kecamatan Sukamerindu .................................................. 25
3.1.1 Geografis ................................................................................................... 25
3.1.2 Demografi ................................................................................................. 28
3.1.3 Sarana Kesehatan...................................................................................... 29
3.1.4 Diagnosa masalah ..................................................................................... 32
3.1.5 Diagnosa epidemiologi .............................................................................. 33
3.2 Metode pemecahan masalah ............................................................................ 34
BAB 4 DISKUSI MASALAH PEMBAHASAN ......................................................................... 42
4.1.1 Input .......................................................................................................... 42
4.1.2 Proses ........................................................................................................ 43
4.1.3 Output ....................................................................................................... 43
BAB 5 Kesimpulan dan Saran ........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 47
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 49
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita
75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16
provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah
kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
Untuk Puskesmas Sukamerindu, penyakit diare masih menjadi
masalah utama. Hal ini terlihat dari laporan setiap tahunnya yang
menyebutkan bahwa diare masih termasuk 10 penyakit terbanyak yang
ditemukan di Puskesmas Sukamerindu. Pada tahun 2011, diare masih
termasuk 10 penyakit menular terbanyak di Puskesmas Sukamerindu.
Besarnya prevalensi diare di Puskesmas Sukamerindu ini mendesak kita
untuk segera menentukan program dalam rangka menurunkan angka
kejadian diare sehingga dapat menekan beban terhadap kesejahteraan
masyarakat.
4
kesalahan diagnosis karena kurangnya pengetahuan untuk membedakan
berbagai penyebab diare.
1.2 Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengurangi angka kejadian atau mencegah penyakit diare di
masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu.
Tujuan khusus :
1. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor perilaku
2. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor biologis
3. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor lingkungan
4. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor pelayanan kesehatan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa
air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari (Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare tahun 2007).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak
dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus
menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah
yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30
hari dan berlangsung terus menerus.
2.2. Etiologi
Ditinjau dari teori Blum, penyebab diare dibedakan menjadi empat
faktor, yaitu: faktor biologi, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan
dan faktor perilaku.
6
3. Parasit : Entamoeba histolytica, Dientamoeba fragilis, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Cyclospora sp, Isospora belli, Blastocystis hominis,
dan Enterobius vermicularis.
4. Cacing : Strongiloides stercoralis, Capillaria philippinensis, Trichinella
spiralis.
5. Jamur : Candidiasis, Zygomycosis, dan Coccidioidomycosis
Kemudian ada pula infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di
luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dsb.
Adapun faktor malnutrisi antara lain: malabsorbsi karbohidrat disakarida
(pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa),
malabsorbsi lemak, dan malabsorbsi protein. Faktor makanan yaitu makanan basi,
makanan beracun, alergi makanan. Faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas,
walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
Secara umum, port d’entrée kuman dapat berupa fecal oral. Semua transmisi
ini berhubungan dengan rute gastrointestinal. Hal ini dapat terjadi karena tertelan
makanan, terminum makanan atau minuman yang telah terkontaminasi feses yang
mengandung bakteri. Invasi pada usus halus dapat terjadi karena lemahnya
pertahanan tubuh pada saluran gastrointestinal tersebut. Hampir semua kuman
masuk melalui jalur ini. Diantaranya adalah:
a. Bakteri: tertelan/terminum makanan yang terkontaminasi bakteri.
i. Tertelan makanan yang mengandung toksin. Toksin dapat berasal dari
Staphylococcus aureus, Vibrio spp., dan Clostridium perfrigens. Tertelan
ekostoksin (jenis neurotoksin) Clostridium botulinum.
ii. Tertelan organisme yang mensekresikan toksin. Organisme ini
berproliferasi pada lumen usus dan melepaskan enterotoksin.
iii. Tertelan organisme yang bersifat enteroinvasif. Organisme ini
berproliferasi, menyerang dan menghancurkan sel epitel mukosa usus.
Misalnya, Escherichia coli, Salmonella spp., Bacillus cereus, Clostridium
spp, Vibrio cholerae, Campylobacter, Yersinia enterocolitica,
Staphylococcus aureus.
7
b. Virus: tertelan melalui makanan. Misalnya, Echovirus, Rotavirus, Norwalk
virus.
c. Protozoa: kista matang yang tertelan/terminum. Misalnya, Entamoeba
histolytica, Balantidium coli, Giardia lamblia, Cryptosporodium parvum.
d. Jamur: flora normal pada esofagus, akan menginvasi usus pada pasien yang
immunocompromised. Misalnya, Candida albicans.
e. Cacing: tertelan telur matang/larva yang mengkontaminasi
makanan/minuman. Misalnya, Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis,
Trichuris trichiura.
8
paramedis untuk memberikan penyuluhan mengenai penyakit-penyakit
yang sering terjadi seperti diare.
c. Kader tidak berwawasan
Kader di suatu kawasan sebenarnya adalah elemen penting untuk
memastikan tingkat kesehatan masyarakat dibawah pengawasannya. Namun
seringkali kader-kader hanya memikirkan imbalan yang di dapat dari
pekerjaannya. Terdapat kader yang tidak mempunyai inisiatif sendiri untuk
melakukan program-program penyuluhan kesehatan atau malah tidak
mempunyai inisiatif untuk mengetahui cara pencegahan sesuatu penyakit.
Hasilnya, mereka hanya menunggu program-program yang dijalankan
puskesmas.
9
bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya penyakit pada
manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit
ataupun pejamu.
Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam
menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk. Disebutkan bahwa
ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan bibit penyakit saling
berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara pejamu,
bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti timbangan. Disini pejamu dan
bibit penyakit berada di ujung masing- masing tuas, sedangkan lingkungan sebagai
penumpangnya.
Menurut Sutomo 1995, sanitasi lingkungan adalah bagian dari kesehatan
masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan
atau menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit
melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk :
a. Sanitasi air
b. Sanitasi Makanan
c. Pembuangan Sampah
d. Sanitasi Udara
e. Pengendalian vektor dan binatang mengerat
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Sanitasi lebih mengutamakan upaya pencegahan. Bertolak dari
pemikiran di atas dapat disimpulkan beberapa gatra lingkungan akan
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
10
menyadari untuk mencuci tangannya dengan sabun. Para staf kesehatan sepenuhnya
mengerti betapa pentingnya mencuci tangan dengan sabun, namun hal ini tidak
dilakukan karena ketiadaan waktu (tidak sempat), kertas untuk pengeringnya kasar,
penggunaan sikat yang menghabiskan waktu dan lokasi wastafel yang jauh dimana
tangan harus berkali-kali dicuci menggunakan sabun dan dikeringkan sehingga
merepotkan.
Pencucian tangan khusus dalam lingkungan medis biasanya membutuhkan
banyak sekali sabun dan air untuk memperoleh busa dan saat telapak tangan
digosok secara sistematis dalam kurun waktu 15-20 detik dengan teknik mengunci
antar tangan, setelah tangan dikeringkan pun para tenaga medis tidak
diperkenankan untuk mematikan air atau membuka pegangan pintu, apabila hal ini
mereka harus lakukan, tangan harus dilidungi dengan kertas tisyu atau handuk
kering bersih.
Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh, kebiasaan mencuci
tangan secara benar dengan sabun dapat menurunkan separuh dari penderita diare.
Komunitas yang mendapatkan intervensi dan komunitas pembanding yang mirip
tapi tidak mendapatkan intervensi menunjukkan bahwa jumlah penderita diare
berkurang separuhnya.
Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare,
penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data
elektronik dan data yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang didapat
dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen menderita
diare, dan mencuci tangan degan sabun dapat mengurangi risiko diare hingga 47
persen.
b. Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
c. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini. Memudahkan pencemaran
oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.
11
d. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
e. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.
2.3 Penatalaksanaan8,9
Ada beberapa prinsip penatalaksanaan penderita diare, yaitu:
Mencegah terjadinya dehidrasi dengan banyak minum, menggunakan
cairan rumah tangga yang dianjurkan misalnya kuah tajin, air sup, kuah
sayur.
Mengobati dehidrasi ringan dan sedang dengan pemberian oralit.
Apabila terdapat dehidrasi berat maka sebaiknya dirujuk ke Rumah
Sakit.
Tetap memberi makanan sebagai sumber gizi. Cairan dan makanan yang
diberikan sesuai anjuran seperti ASI, susu formula, anak usia 6 bulan
atau lebih makanan mudah dicerna sedikit-sedikit tapi sering.
Mengobati masalah lain. Sesuai indikasi utamakan rehidrasi.
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam
mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau
oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini
segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri
di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan
setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau
12
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai
alasan, mulai dari biaya, kesulitan dalam menjaga, takut bertambah parah setelah
masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan
respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat
penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab
diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya
antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan
untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan
suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
kalau kondisi sudah membaik.
Dalam penatalaksanaan diare, juga sangat bergantung pada derajat dehidrasi
diare yang diderita oleh penderita. Maka dari itu perlu untuk mengetahui derajat
dehidrasi terlebih dahulu sebelum memberikan terapi.
13
Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian A B C
1. Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin Malas minum
tidak haus Minum banyak atau
tidak bisa minum
2. Periksa
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
3. Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat.
Dehidrasi ringan/sedang. Bila ada 1 tanda *
Bila ada tanda * ditambah satu
ditambah satu atau atau lebih tanda
lebih tanda lain lain
4. Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
14
air matang . Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan
dalam kotak dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan
dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air
matang dari pada makanan yang cair ).
Berikan larutan ini sebanyak anak mau , berikan jumlah larutan
oralit seperti dibawah.
Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3
hari atau menderita sebagai berikut
Buang Air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
15
Makan atau Minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah
oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit
yang cukup untuk 2 hari.
16
RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita (kg)
dengan 75 ml. Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk
memudahkan di lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah. Bujuk ibu untuk
meneruskan ASI. Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI
berikan juga 100 200 ml air masak selama masa ini
17
Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3
jam di rumah
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti
dijelaskan dalam rencana terapi A
Tunjukkan cara melarutkan oralit
Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak
dirumah
Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
Memberi makan anak sebagaimana biasanya
Membawa anak ke petugas kesehatan.
18
RENCANA TERAPI C UNTUK DEHIDRASI BERAT
19
2.4 Pencegahan Diare
1. Terhadap faktor penjamu.
Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam prinsip-prinsip hygiene perorangan. Pencegahan diare pada anak
balita antara lain:
a. Imunisasi.
Pengobatan diare dengan upaya rehidrasi oral menyebabkan angka
kesakitan bayi dan anak balita makin menurun. Salah satu jalan pintas yang
sangat ampuh untuk menurunkan angka kesakitan suatu penyakit infeksi
baik oleh virus maupun bakteri adalah dengan imunisasi. Hal ini berlaku
pula untuk penyakit diare dan penyakit gastrointestinal lainnya. Untuk dapat
membuat vaksin secara baik, efisien. dan efektif diperlukan pengetahuan
mengenai mekanisme kekebalan tubuh pada umumnya terutama, kekebalan
saluran pencernakan makanan.
b. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini. ASI adalah makanan bayi yang paling alamiah,
sesuai dengan kebutuhan gizi bayi dan mempunyai nilai proteksi yang tidak
bisa ditiru oleh pabrik susu manapun juga.
ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain. Susu formula atau
cairan lain dapat saja disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan
atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh.
Bayi - bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan
sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).
20
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI
secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih besar terhadap diare
daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada
bayi -bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebih besar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu
formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
Pada akhir-akhir ini dengan bertambahnya penggunaan "Pengganti
ASI” (PASI) untuk makanan bayi, terutarna di negara-negara yang sedang
berkembang, timbulah berbagai sindrom, misalnya yang dikenal dengan
syndrome Jelliffe yang terdiri dari kekurangan kalori protein tipe marasmus,
monilisasi pada mulut, dan diare karena infeksi. Hal ini disebabkan karena
di negara-negara yang sedang berkembang, tingkat pendidikan ibu yang
masih rendah, kebersihan yang masih kurang, tidak adanya sarana air bersih,
dan rendahnya keadaaan sosial ekonomi dari penduduknya.
c. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara
bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa
tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku
pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya
risiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian.
Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian
terhadap kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada bebarapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian
makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu dengan memperkenalkan
makanan lunak ketika anak berumur 6 bulan tetapi teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih.
21
Berikan makanan lebih sering (4 x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun,
berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4 - 6 x sehari, teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
Kemudan pada usia lebig dari 6 tahun tambahkan minyak, lemak
dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil
olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan
sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
Secara perilaku dapat dengan cuci tangan sebelum menyiapkan
makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih.
Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada
anak.
d. Perilaku hidup bersih dan sehat
Untuk melakukan pola perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan
beberapa penilaian antara lain adalah :
- Penimbangan balita. Apabila ada balita pertanyaanya adalah apakah
sudah ditimbang secara teratur ke posyandu minimal 8 kali setahun.
- Gizi , anggota keluarga makan dengan gizi seimbang.
- Air bersih, keluarga menggunakan air bersih (PAM, sumur, perpipaan)
untuk keperluan sehari-hari.
- Jamban keluarga, keluarga. buang air besar di jamban/WC yang
memenuhi syarat kesehatan.
- Air yang di minum dimasak terlebih dulu.
- Mandi menggunakan sabun mandi.
- Selalu cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun.
- Pencucian peralatan menggunakan sabun.
- Limbah, apakah SPAL sering di bersihkan.
22
2. Terhadap faktor bibit penyakit.
a. Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati
penderita maupun carrier atau dengan meniadakan reservoir
penyakit.
b. Mencegah terjadinya penyebaran kuman, baik di tempat umum
maupun di lingkungan rumah.
c. Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga dapat memperbaiki dan
memelihara kesehatan.
3. Terhadap faktor lingkungan
Mengubah atau mempengaruhi faktor lingkungan hidup, sehingga
faktor-faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan kesehatan manusia.
2.5 Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/ hipertonik)
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
takikardia,perubahan EKG)
Hipoglikemia
Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktosa
Kejang, pada dehidrasi hipertonik
Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik
23
BAB III
DATA UMUM DAN PEMECAHAN MASALAH
1) Geografi :
1. Kelurahan Sukamerindu
4. Kelurahan Semarang
5. Kelurahan Surabaya
7. KelurahanPasar Bengkulu
24
2) Jumlah penduduk
2018 adalah 24.641 jiwa, yang terdiri dari Laki–laki 11.728 jiwa dan
bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki – laki, dengan
Ratio jenis kelamin ( Sex Ratio ) sebesar 113,6, artinya diantara 113,6
4) Sarana Pendidikan
Sarana pendidik yang ada di wilayah Puskesmas Pasar Ikan, terdiri
dari :
1. Taman Kanan – kanan ( TK ) : 16
2. Sekolah Dasar ( SD ) : 12
3. SLTP :3
4. SLTA :4
25
6) Keadaan Lingkungan Fisik
Jumlah rumah penduduk di wilayah UPTD Sukamerindu adalah
……. yang terdiri dari rumah permanen dan semi permanen.
Faktor perilaku
Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan benar
26
Kebiasaan membuang sampah sembarangan
Kebiasaan tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dan BAK dengan
benar
Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 6 bulan pertama
Menggunakan botol susu yang tidak dicuci dengan bersih
Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
Menggunakan air minum yang tercemar
Faktor lingkungan
Dikelilingi oleh anak sungai yang tidak terpelihara kebersihannya
Kondisi perumahan penduduk kebanyakan berupa bedeng dengan
sanitasi kurang baik
Pengelolaan limbah RT dan limbah karet belum dilakukan dengan baik
Letak jamban atau tangki septik yang berdekatan dengan sumber air
untuk kebutuhan sehari-hari
Banyak hewan ternak berkeliaran sehingga banyak kotoran ternak di
jalan hingga ke lingkungan rumah.
Predisposing factor:
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit diare dan cara
penatalaksanaannya.
Kurangnya penyetahuan masyarakat mengenai pentingnya kebersihan
lingkungan.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan yang turut dicontoh oleh
anak-anak.
Enabling factor:
Kurangnya fasilitas tempat sampah.
27
Tidak berjalannya sistem pengolahan sampah secara benar.
Tidak tersedianya tempat cuci tangan di sekolah-sekolah, terutama
sekolah dasar.
Reinforcing factor:
Belum dijalankan sanksi yang keras terhadap masyarakat yang
membuang sampah sembarangan.
Himbauan yang kurang dari tokoh masyarakat untuk menjaga
kebersihan lingkungan.
Belum berjalannya penyuluhan mengenai diare dan cara
penatalaksanaannya.
28
perseorangan serta kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang penyakit diare dan cara pencegahannya.
3.2 METODE
A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengurangi angka kejadian diare di masyarakat
dalam wilayah kerja Puskesmas Sukamerindu.
2. Tujuan khusus
Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program
komunikasi yang dapat mengintervensi faktor perilaku
Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program
komunikasi yang dapat mengintervensi faktor biologis
Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program
komunikasi yang dapat mengintervensi faktor lingkungan
Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program
komunikasi yang dapat mengintervensi faktor pelayanan
kesehatan
B. Sasaran : Warga sekitar puskesmas Sukamerindu. Diare sebagian
besar menyerang anak balita, maka prioritas utama penyuluhan adalah ibu-
ibu yang memiliki balita, disamping itu juga orang tertentu yang
berpengaruh terhadap orang tua balita.
C. Jumlah Target : 30 Orang
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 15 MEI 201 sampai 17 MEI 2019
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : PUSKESMAS SUKAMERINDU
Acara : DIARE
Jumlah sasaran : 30 orang
Jumlah yang hadir : 16 orang
29
E. Metode Penyuluhan : Penyuluhan diselenggarakan dalam bentuk
pemaparan materi, dan diskusi interaktif dengan para narasumber
F. Materi :
1) Pengertian Diare
Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat
berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang
dari 14 hari (Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare tahun 2007).
2) Mengetahui bahaya diare
Dapat mengakibatkan gizi buruk
Dapat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun sehingga
mudah terserang penyakit.
Dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan anak.
Diare yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan
kematian akibat tubuh mengalami kekurangan cairan.
3) Mengetahui gejala diare
Gejala penyakit diare antara lain;
Keluarnya tinja lunak atau cair dengan frekuensi > 3x/ sehari
Terdapat darah atau lendir atau ibu merasakan perubahan
konsistensi dan frekuensi BAB pada anak
Terdapat gejala penyerta lain seperti; demam, dan muntah tanpa
penyebab penyakit lain.
Mengetahui tanda-tanda bahaya umum seperti ; lesu dan lemas,
anak muntah hebat, atau memuntahkan seluruh makanannya,
mata anak cekung, ubun-ubun cekung, anak merasa sangat haus
atau tidak mau minum, menangis tanpa air mata, bibir kering,
gelisah atau rewel dan menurunnya kesadaran.
4) Penyebab penyakit diare;
Tidak menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan ; tidak
mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah dan BAB
tidak pada tempatnya
30
Menggunakan air minum yang tercemar
Jamban keluarga yang tidak memenuhi kesehatan
5) Mengetahui penanganan awal diare untuk di rumah
Memberikan edukasi tentang penyediaan, pembuatan dan
pemberian oralit dengan benar, selain oralit dapat juga
digunakan cairan rumah tangga lain seperti air minum, susu, atau
cairan lain yang masih mau diminum oleh anak.
Hindari sayuran dan buah-buahan dan larutan kadar gula tinggi
Langsung membawa penderita kesehatan apabila ditemukan
tanda-tanda bahaya umum pada anak.
6) Mengetahui cara mencegah terjadinya diare melalui menjaga
kebersihan pribadi dan lingkungan
Pengajaran cara cuci tangan yang benar.
Kebersihan lingkungan, yaitu dampak sampah dan limbah
terhadap kesehatan serta lingkungan, secara khusus terhadap air.
Pengolahan makanan secara bersih.
Menggunakan peralatan makan yang sudah dicuci bersih.
Penyimpanan makanan jadi dengan benar
No PENGETAHUAN N %
31
4 Mengetahui gejala DIARE 7 43,75
32
Tabel III. .Kriteria Penilaian
No. Nilai Kategori
1. ≤ 50 Kurang
2. 51-69 Sedang
3. ≥ 70 Baik
Output
1 50 90
2 60 90
3 60 100
4 70 100
5 30 100
6 80 100
7 50 90
8 30 80
9 40 100
10 60 100
33
11 70 100
12 40 90
13 70 100
14 70 100
15 80 100
16 90 90
34
BAB V
DISKUSI
A. Input
- SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter internsip. Indah Permata
Lillahi sebagai penyuluh dan narasumber sesuai dengan perencanaan.
- Penyuluhan dibantu dan diawasi oleh 1 dokter internsip, dan 2 petugas poli
anak.
- Dana yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan bersumber dari dokter
internsip dan perencanaan, yaitu dari Rp. 58.000,-
- Penyuluhan dilakukan di rumah posyandu tentang pengertian, penyebab,
perjalanan, faktor resiko, klasifikasi, cara penularan, siapa saja yang
terserang, tanda dan gejala,pencegahan, perawatan dan tanda bahaya
DIARE sesuai dengan perencanaan.
- Telah ditentukan diagnosis masalah kesehatan melalui kuesioner pretest-
postest yaitu DIARE sesuai dengan perencanaan
B. Proses
- Dilakukan kegiatan penyuluhan pada hari Rabu,15 Mei 2019 sampai 17 Mei
2019 sesuai dengan perencanaan.
- Penyuluhan dilaksanankan di poli anak puskesmas Sukamerindu sesuai
dengan perencanaan.
- Kegiatan penyuluhan yang dijalankan dimulai sesuai jadwal yang
direncanakan. Kegiatan berlangsung sekitar 60 menit.
- Pelaksanaan kegiatan berupa pre-test, penyuluhan mengenai DIARE
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan post-test untuk
mengetahui keberhasilan intervensi sesuai dengan perencanaan.
- Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai dengan yang direncanakan, dari 30
orang berkurang menjadi 16 orang.
- Tidak ada masalah berarti selama penyuluhan. Penyuluhan dapat berjalan
dengan baik dan masyarakat mengikuti penyuluhan dengan antusias. Situasi
35
penyuluhan juga cukup kondusif, peserta mengikuti penyuluhan tanpa
kegaduhan.
- Pemecahan masalah : waktu mulai kegiatan mundur sehingga dokter
internsip mempersingkat penyuluhan tetapi isi penyuluhan tetap padat dan
peserta tetap antusias mendengarkan.
-
C. Output
36
10 Mengetahui apa yang harus 11 68.7 16 100 9 37,5
dilakukan jika tidak ingin 5
terserang DIARE
37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan warga posyandu desa
naru mengenai DIARE masuk dalam kategori Sedang (68,125). Sedangkan
setelah dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat meningkat menjadi
kategori Baik (96) berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden
sebesar 27,875 % Hal ini menandakan penyuluhan mengenai yang
diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden.
2. Saran
Warga posyandu desa naru :
Menghilangkan perilaku masyarakat yang negative yang tanpa
disadari membantu penyebaran kuman diare, misalnya
mencuci tangan sebelum makan, menggunakan air yang sudah
dimasak, menjaga kebersihan lingkungan, dll
Menimbulkan perilaku masyarakat yang mendukung
penggunaan oralit untuk mencegah dan menanggulangi
dehidrasi akibat diare
38
Agar dapat menyebarkan informasi yang telah didapat kepada
warga lain ataupun kepada anggota keluarga yang beresiko
terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Agar mengikuti pola hidup yang sehat dan dapat mencegah
terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut dengan tepat
sesuai dengan penyuluhan yang sudah disampaikan.
Dapat terlebih dahulu menerapkan apa yang telah didengar
dalam kehidupan pribadi dan dapat menjadi contoh baik bagi
keluarga maupun lingkungan sekitar
Rutin memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat
Kepada Petugas Kesehatan :
Agar dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan yang
berkaitan dengan Infeksi Saluran Pernafasan akut.
Agar dapat memberikan penyuluhan secara berkala
mengenaiInfeksi Saluran Pernafasan Atas
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN 1
DIARE
Nama : Tanggal:
Usia : No Kuesioner:
Alamat :
41
6. Bagaimanakah cara agar terhindar dari penyakit diare ?
a. Cuci tangan sebelum makan dan makan-makanan yang bersih dan
sehat
b. Minum obat diare setiap hari
c. Gosok gigi sebelum makan
10. Bagaimana cara kita mencegah penularan penyakit diare terhadap orang
lain?
a. Menutup mulut ketika batuk dan bersin
b. BAB di jamban dan menjaga kebersihan diri.
c. Semua benar
42