Anda di halaman 1dari 1

Yang disebut Gedung Bilik 44 adalah pondasi gedung yang akan dibangun oleh Sultan Mahmud

Muzafar Syah. Gedung ini baru dikerjakan pondasinya saja karena Sultan keburu dipecat
Belanda tahun 1812. Lokasinya terletak di lereng gunung Daik. Walaupun gedung ini belum
sempat berdiri, tetapi dari pondasinya yang berjumlah 44 itu sudah dapat kita bayangkan betapa
besarnya minat Sultan Mahmud untuk membangun negerinya. Di gedung ini, menurut rencana
Sultan akan ditempatkan para pengrajin yang ada di kerajaan Riau-Lingga, supaya mereka dapat
bekerja lebih tenang serta mengembangkan keahliannya. Namun cita- cita Sultan Mahmud
terkandas oleh penjajah asing. Dinamakan Gedung Bilik 44 karena rencananya gedung itu akan
dibangun dengan 44 buah biliknya. Tetapi rupanya bangunan itu tak sempat diselesaikan, karena
Sultan Muhamad Syah (1832-1841) mangkat. Namun demikian, bangunan itu sempat siap
sebagian, dengan jumlah bilik kurang dari 44. Sisa bangunan ini sekarang ditandai dengan
pondasi bilik-biliknya yang terletak sekitar 500 meter dari Istana Damnah. Lokasi inipun, seperti
halnya lokasi istana Damnah, terletak dalam hutan belantara.

Menurut cerita orangtua-tua di Daik, salah satu tujuan Sultan Muhamad yang amat mencintai
seni bina (arsitektur) dan seni ukir itu, adalah untuk membuat bangunan yang lengkap dengan
berbagai karya ukir dan contoh keunggulan arsitektur zaman itu. Sebagian ruangan gedung itu
dicadangkannya untuk tempat kediaman para arsitektur dan ahli ukir, sehingga beliau dapat
melihat secara langsung kehandalan mereka. Selanjutnya para orang tua-tua di Daik sangatlah
menentang tuduhan keji yang dilemparkan orang, bahwa istana (gedung) itu dibangun untuk
tempat Sultan menyimpan gundik-gundiknya. Sebab beliau, seperti ayahandanya, dikenal pula
sebagai seorang yang alim, ahli Fiqih dan sangat menjaga dirinya dari perbuatan maksiat.

Jadi, menurut orangtua-tua itu, gedung itu kalaulah terwujud, akan dapat menjadi semacam
museum kerajaan dan sekaligus menjadi pusat pengembangan seni bina dan seni ukir melayu.
Tetapi beliau hanya memerintah selama 9 tahun, maka cita-cita itu tidaklah kesampaian.
Sedangkan penggantinya, yakni Sultan Mahmud Muzaffar Syah tidak pulak melanjutkan cita-cita
beliau, karena Sultan ini lebih suka berlayar sambil bersikap anti Belanda (beliau kemudian
dipecat Belanda pada 23 September 1857). Dengan demikian, gedung itu tidaklah pernah
selesai sebagaimanamestinya, walaupun namanya tetaplah disebut Gedung Bilik 44.

Anda mungkin juga menyukai