Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MATA DIKLAT
Oleh:
REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA, 2016
i
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Salah satu aspek yang penting dalam sistem kediklatan adalah tenaga pengajar,
yang dalam hal ini adalah Widyaiswara, karena perannya sebagai ujung tombak
dalam penyelenggaraan Diklatpim. Widyaiswaralah yang langsung berinteraksi
dengan peserta Diklat dalam kelas dengan berbagi informasi, pengetahuan, dan
pengalaman. Lebih dari itu, Widyaiswara juga memberikan motivasi dan juga
menjadi inspirasi bagi peserta Diklat. Dalam pendek kata, peran Widyaiswara
menentukan pemahaman dan kemampuan peserta dalam mengasilkan outcome
Diklat.
ii
selalu dikembangkan/disempurnakan materinya untuk menjamin kualitas
penyelenggaraan Diklatpim.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
2. Indikator Keberhasilan
2
b. Menguraikan kembali Kebijakan Pembinaan Widyaiswara sesuai
dengan Peraturan yang berlaku.
c. Menguraikan kembali Kebijakan penilaian angka kredit
Widyaiswara.
D. Materi Pokok
3
BAB II
Sesuai Peraturan Menteri PAN dan RB nomor 22 tahun 2014, pada pasal 1
dinyatakan bahwa jabatan fungsional widyaiswara adalah jabatan yang
mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk
melakukan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih (Dikjartih) PNS, evaluasi dan
pengembangan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Dari definisi yang berlaku jelas
bahwa widyaiswara mempunyai tugas yang spesifik di bidang kediklatan.
Pengaturan dalam Permenpan sebelumnya, tugas pokok widyaiswara hanya
sampai pada kegiatan Dikjartih saja. Dengan tugas pokok widyaiswara yang
semakin meluas ini, akan semakin menempatkan widyaiswara pada posisi yang
penting dalam keterlibatannya pada keberhasilan program Diklat. Widyaiswara
tidak lagi memandang Dikjartih sebagai kegiatan rutin yang berfungsi sebagai
business as usual saja, namun Dikjartih harus dapat dijadikan alat untuk
melakukan improvisasi pengembangan Diklat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan kinerja program Diklat dan profesionalisme aparatur.
Menjadi Widyaiswara tentu merupakan sebuah pilihan karir yang telah dipikirkan
dengan cukup matang yang didasarkan pada minat dan kemampuan serta passion
sebagai widyaiswara. Seorang widyaiswara bukanlah guru biasa, karena yang
dihadapi adalah peserta Diklat yang sudah bekerja di lingkungan birokrasi,
sehingga dalam proses pembelajaranpun metode yang digunakan adalah metode
andragogy (pembelajaran orang dewasa). Menjadi seorang widyaiswara tentu
sudah siap dengan segala tantangan yang harus dihadapi, terutama terhadap
tugas yang harus dilaksanakan.
4
A. Tugas Pokok Widyaiswara
Peneliti di sini tentu tidak diartikan sebagai peneliti murni layaknya jabatan
fungsional peneliti, namun sebagai seorang yang mampu melakukan
penelitian di bidang kediklatan dan mampu membuat laporan penelitian
menjadi suatu karya tulis ilmiah. Kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah
bagi widyaiswara banyak jenisnya, namun dalam pengusulan angka
kredit widyaiswara, hal ini sering menjadi kendala dan tidak bisa tercapai.
Widyaiswara belum mampu membiasakan diri untuk aktif dalam kegiatan
7
menulis, banyak waktu dan energi yang tersita untuk memenuhi jam
pelajaran dalam Dikjartih.
Kegiatan pengembangan profesi dibagi dalam dua jenis yaitu karya tulis
ilmiah dalam bentuk buku dan non buku. Dalam bentuk non buku
diturunkan dalam berbagai jenis media yang berupa jurnal dan majalah
ilmiah internasional dan nasional, dan juga makalah dalam pertemuan
ilmiah. Melakukan kegiatan di bidang pengembangan profesi, sebenarnya
sangat menguntungkan baik dari segi peningkatan kompensi widyaiswara
maupun dari segi perolehan angka kredit. Mengapa? Karena nilai angka
kreditnya cukup besar. Dengan melakukan kegiatan penelitian ilmiah
diharapkan widyaiswara memiliki pengayaan ilmu dan wawasan
sekaligus pendalaman ilmu yang diampu seorang widyaiswara.
Penyusunan karya tulis ilmiah widyaiswara tidak harus dilakukan dengan
kegiatan penelitian, tetapi juga dapat dilakukan dari analisis berpikir kritis
yang kemudian dielaborasi dengan konsep tertentu dan dianalisis dengan
pisau analisis tertentu sampai dikeluarkan rekomendasi kebijakan atau
saran kebijakan yang dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi
upaya perbaikan dan pengembangan Diklat di Lembaga Diklat. Kegiatan
yang dilakukan widyaiswara pada saat melakukan kegiatan Dikjartih
dapat dijadikan modal dalam menemukan ide tertentu untuk
dikembangkan dalam penelitian ilmiah maupun studi pustaka. Tahapan
dalam melakukan kegiatan pengembangan profesi sebenarnya juga
dapat memotivasi untuk lebih banyak membaca, mengkaji, serta menulis
karena dengan banyak melakukan kegiatan ilmiah tersebut maka
wawasan menjadi semakin luas dan akan mendatangkan ide-ide baru
terutama kalau diaplikasikan dalam bentuk tulisan-tulisan dan bahan ajar
khususnya untuk mata diklat yang diampunya.
B. Fungsi Widyaiswara
The dream begins with a teacher who believes in you, who tugs and
pushes and leads you to the next plateau, sometimes poking you with
a sharp stick called "truth."
~Dan Rather
Mimpi berawal dari seorang guru yang mempercayaimu, yang menarik,
mendorong, membawamu ke dataran tinggi, kadang ia menusukmu dengan
tombak tajam bernama, “Kebenaran.”
Sumber ENGLISHINDO.COM Referensi Belajar Bahasa Inggris Online:
http://www.englishindo.com/2011/11/kata-mutiara-guru-bahasa-inggris-
dan.html#ixzz4UIHlS5Z1
9
BAB III
Pembinaan widyaiswara dilakukan sejak mulai dari proses rekruitmen awal sampai
dengan pemberhenti dari jabatan fungsional widyaiswara. Tujuan pembinaan
widyaiswara adalah untuk meningkatkan profesionalisme widyaiswara yang
didasarkan pada kompetensi, prestasi kerja dan mampu menjamin hasil lulusan
Diklat PNS. Selain diperlukan widyaiswara yang profesional, perlu diperhatikan
juga jenjang karier widyaiswara dengan tetap mengacu pada standar kualitas
sebagai pejabat fungsional widyaiswara. Pembinaan widyaiswara meliputi proses
rekruitmen, pengangkatan dalam pangkat/jabatan, pengembangan, penilaian
angka kredit, pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan
pemberhentian. Khusus pembinaan yang terkait dengan penilaian angka kredit
diatur dalam bab tersendiri.
1. Rekruitmen Widyaiswara
11
c. Kenaikan pangkat [ada jabatan fungsional Widyaiswara
mempertimbangkan:
1) Paling singkat telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terkahir dibuktikan
dengan SK pangkat;
2) Memenuhi jumlah angka kredit kumulatif dan komposisi angka kredit
penjenjangan yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi;
3) Penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir.
3. Pengembangan Widyaiswara
a. Pengembangan wawasan
b. Pengembangan intelektual
c. Pengembangan dalam penguasaan substansi (content expert)
d. Pengembangan dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan dalam
mentransfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta Diklat
(transfer expert)
e. Perubahan sikap dan perilaku
12
c. Menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan anak
ke empat dan seterusnya;
d. Menjalani tuga belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
13
Beberapa kebijakan pembinaan widyaiswara telah diundangkan yaitu:
14
pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas
disiplin ilmu yang bersangkutan dan/atau berdasarkan sertifikasi yang
setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu
15
a) Pengevaluasian penyelenggaraan Diklat di instansinya;
b) Pengevaluasian kinerja widyaiswara
2. Pengembangan Diklat, terdiri dari:
a) Penganalisisan kebutuhan Diklat;
b) Penyusunan kurikulum Diklat;
c) Penyusunan program diklat?
d) Penyusunan modul Diklat.
17
kelebihan angka kredit tersebut masuk dalam perolehan angka kredit
kumulatif, namun syarat untuk kenaikan ke pangkat dan golongan
selanjutnya tetap harus mengumpulkan angka kredit sesuai persyaratan
angka kredit pada pangkat dan golongan yang akan dituju.
6. Pengaturan terkait jumlah angka kredit tahunan yang harus dicapai oleh
widyaiswara. Widyaiswara wajib menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun berjalan. Angka kredit yang
tertuang dalam SKP tersebut berasal dari sub unsur pelaksanaan Dikjartih,
evaluasi dan pengembangan Diklat, dan pengembangan profesi dengan
jumlah angka kredit paling kurang:
B. Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN nomor 1 dan nomor 8
tahun 2015
Peraturan Bersama Kepala LAN dan Kepala BKN Nomor 1 dan Nomor 8
Tahun 2015 ini merupakan ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Menteri
PAN dan RB Nomor 22 tahun 2014. Pengaturannya lebih kepada
memperjelas hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan
RB nomor 22 tahun 2014. Sebagai contoh pengaturan tentang
pemberlakukan pembebasan sementara karena tidak tercapai angka kredit,
beberapa instansi belum secara tegas melakukan pembebasan sementara
kepada widyaiswaranya, padahal widyaiswara sudah lebih dari 5 tahun tidak
tercapai angka kreditnya. Sehingga muncul pengaturan yang menyatakan
Instansi yang belum melakukan pembebasan sementarabagi widyaiswara
19
yang tidak memenuhi angka kredit, sebelum berlakunya Peraturan Menteri
PAN dan RB nomor 22 tahun 2014 harus tetap melakukan pembebasan
sementara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN nomor 14
tahun 2009.
Dengan pengaturan tersebut, maka akan lebih membantu widyaiswara
untuk tidak diberikan pembebasan sementara, meskipun pada saat
berlakunya Peraturan Menteri PAN nomor 14 tahun 2009 sudah lebih dari 5
tahun tidak tercapai angka kreditnya dan intansi tidak mengeluarkan Surat
Keputusan Pembebasan Sementara.
Pengangkatan widyaiswara dari jalur Jabatan Pimpinan Tinggi diatur
dengan ketentuan:
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Lulus uji kompetensi
c. Memenuhi formasi jabatan fungsional widyaiswara untuk pelaksanaan
Dikjartih PNS, evaluasi dan pengembangan Diklat pada Diklatpim
Tingkat I dan Tingkat II.
Adapun mekanisme untuk melakukan pengajuan untuk diangkat menjadi
widyaiswara bagi PNS yang menduduki jabatan pimpinan tinggi diatur
dengan paling lambat 9 (sembilan) bulan sebelum yang bersangkutan
mencapai batas usia pension dari jabatan strukturalnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Paling lambat 6 (enam) bulan sejak diajukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian harus sudah mendapatkan rekomendasi dari LAN;
b. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional widyaiswara sudah harus
ditetapkan sebelum mencapai batas usia pensiun dalam jabatan
strukrural yang didudukinya.
Pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Bersama ini adalah terkait
widyaiswara yang tidak mencapai target angka kredit yang ditetapkan dalam
SKP, dikenakan sanksi sebagai berikut:
a. Apabila pencapaian SKP pada akhir tahun kurang dari 25% dijatuhi
hukuman disiplin berat sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
20
b. Apabila pencapaian SKP pada akhir tahun hanya mencapai 25% sampai
dengan 50% dijatuhi hukuman disiplin sedang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
22
6. Pedoman Penyelenggaraan Diklat calon widyaiswara dan pedoman
seleksi calon widyaiswara
Pedoman ini bertujuan memberikan pedoman dalam proses
pengusulan, penyelenggaraan Diklat dan Seleksi, penilaian angka
kredit, dan pengangkatan dalam jabatan fungsional widyaiswara.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pedoman ini adalah terbentuknya
karakter dan kompetensi widyaiswara yang sesuai dengan tugas dan
fungsi yang harus dilaksanakan
23
BAB IV
Indikator hasil belajar : Setelah membaca bab 4 modul ini anda diharapkan
dapat menguraikan kembali Kebijakan penilaian angka kredit Widyaiswara
24
menjadi penting diketahui oleh para widyaiswara dan juga tim penilai.
Dengan pemahaman yang baik, seorang widyaiswara dapat memprediksi
karier dan kinerjanya. Untuk keperluan tersebut, telah ditetapkan Peraturan
Kepala LAN Nomor 26 Tahun 2015 tentang Pedoman Penilaian Angka
Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara.
Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara ini
dijadikan Bab tersendiri dalam modul ini, karena pedoman ini yang sering
menimbulkan resistensi dan pemahaman yang tidak sama antara
widyaiswara dan tim penilai. Perka LAN nomor 26 tahun 2015 ini mengatur
tentang penilaian angka kredit dalam pengangkatan, kenaikan jabatan, dan
pembebasan sementara, penjelasan pembagian unsur utama dan unsur
penunjang, rincian kegiatan dan persyaratan, dan contoh penghitungan
angka kreditnya. Rincian kegiatan dan persyaratan sebagaimana yang
tertuang dalam unsur dan sub unsur secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Sub Unsur Pendidikan yang terdiri dari :
a. Pendidikan formal/sekolah dan memperoleh ijazah/gelar,
persyaratan penilaiannya:
1) Surat tugas/ijin belajar dari pejabat yang berwenang
2) Fotokopi SK akreditasi perguruan tinggi (bagi lulusan dalam
negeri)
3) Fotokopi ijazah dan transkrip nilai yang dilegalisir
b. Mengikuti Diklat fungsional/teknis dan memperoleh STTPP/sertifikat,
persyaratan penilaiannya :
1) Surat Tugas Melaksanakan Kegiatan (STMK)
2) Surat Pernyataan Melaksanakan Kegiatan (SPMK)
3) Fotokopi STTPP/Sertifikat Diklat yang dilegalisir pimpinan
Lembaga Diklat widyaiswara yang bersangkutan
4) STTPP/sertifikat Diklat harus dilengkapi dengan kurikulum Diklat.
5) Lama program Diklat paling sedikit 10 (sepuluh) JP
2. Sub Unsur Pelaksanaan Dikjartih
25
Sub Unsur Pelaksanaan Dikjartih, dibedakan dalam 2 tahapan yaitu
tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan. Unsur pelaksanaan
Dikjartih ini merupakan unsur yang paling banyak dilakukan dalam
kegiatan widyaiswara karena menyangkut tugas pokok widyaiswara.
Tahapan persiapan meliputi:
a. Menyusun bahan diklat
1) Menyusun bahan ajar
2) Menyusun bahan tayang
3) Menyusun bahan peraga
4) Menyusun GBPP dan SAP
26
penilaian angka kreditnya dibagi sejumlah anggota team teaching
tersebut.
30
Widyaiswara sebagai bagian dari unsur kediklatan sangat
memegang peranan penting dalam kegiatan penyusunan kurikulum.
Kurikulum Diklat merupakan pedoman dalam penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran yang berupa seperangkat rencana
pembelajaran yang berisi diskripsi Diklat, silabi dari masing-masing
mata Diklat, serta metode Diklat yang digunakan. Setiap
widyaiswara yang akan melaksanakan kegiatan Dikjartih, pasti harus
mengetahui dan memahami kurikulum yang dijadikan dasar dalam
pelaksanaan Dikjartih. Kurikulum memberikan arah dan pijakan dari
suatu program Diklat tertentu agar tercapai kompetensi tertentu.
Satuan hasil dari kegiatan ini adalah laporan penyusunan kurikulum
yang dilampiri kurikulum Diklat yang sudah final.
e. Terlibat dalam penyusunan Modul Diklat
Modul Diklat adalah bahan Diklat yang merupakan unit terkecil dari
sebuah mata Diklat, disusun secara sistematis yang mencakup isi,
materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Modul disusun oleh
paling banyak 2 (dua) orang. Dalam hal penilaian angka kredit,
modul yang diajukan harus dalam bentuk tercetak yang disahkan
oleh pimpinan Lembaga Diklatnya.
32
Widyaiswara dapat mengajukan angka kredit artikel yang
diselenggarakan dalam sebuah pertemuan ilmiah yang berupa
lokakarya/simposium/konferensi dalam lingkup internasional,
nasional, atau instansional.
c. Penemuan inovasi yang dipatenkan dan telah masuk daftar
paten sesuai bidang spesialisasi keahliannya
Kegiatan penemuan inovasi ini merupakan kegiatan yang baru ada
berdasarkan Peraturan Menteria PAN dan RB 22 tahun 2014.
Kegiatan ini merupakan pengharagaan kepada widyaiswara yang
berhasil menemukan inovasi dalam bidang tertentu dan
mendapatkan pengakuan hak paten dari lembaga paten
nasional/internasional.
d. Penyusunan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan
teknis di bidang kediklatan
Buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/ketentuan teknis di bidang
kediklatan adalah kaidah-kaidah yang disusun sebagai acuan untuk
mengatur berbagai unsur kediklatan dalam bentuk produk
perundangan/pedoman/panduan teknis. Tidak termasuk dalam
ketentuan ini adalah buku pedoman teknis yang mengatur
penyelenggaraan Diklat yang didalamnya hanya mengatur tentang
penjadwalan, sarana dan pra sarana, dan pengaturan teknis lainnya
terkait penyelenggaraan Diklat tertentu.
e. Pelaksanaan Orasi Ilmiah sesuai spesialisasinya
Orasi ilmiah adalah pidato pengukuhan bagi Widyaiswara Ahli
Madya yang akan menduduki jabatan Widyaiswara Ahli Utama dan
bagi Widyaiswara Ahli Utama yang belum melaksanakan orasi ilmiah
sebagai wujud akuntabilitas akademis atas profesi yang disandang
seorang Widyaiswara. Pelaksanaan orasi ilmiah bagi Widyaiswara
bertujuan untuk:
a. meningkatkan kompetensi secara umum, terutama dalam
melakukan kajian ilmiah dalam bentuk penulisan dan lisan yang
sesuai dengan bidang spesialisasi keahliannya,
33
b. mengembangkan wawasan, pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan dalam mendukung pengembangan kapasitas
profesinya;
5. Unsur Penunjang
Widyaiswara selain melaksanakan kegiatan dalam lingkup tugas pokok,
juga dapat melakukan kegiatan yang dapat mendukung pengembangan
kompetensinya, dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
termasuk dalam unsur penunjang widyaiswara. Unsur penunjang
widyaiswara terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
a. Peran serta dalam seminar/lokakarya/konferensi di bidang
kediklatan, dengan kategori peran sebagai:
1) Narasumber/Pembahas/Penyaji/Ketua Panitya;
2) Moderator/peserta/anggota panitya
b. Keanggotaan dalam organisasi profesi
Organisasi profesi yang diakui angka kreditnya adalah organisasi
profesi widyaiswara yaitu Ikatan Widyaiswara Indonesia.
Keberlangsungan organisasi profesi akan tergantung dari keaktifan
anggotanya dalam mengelola organisasi profesi tersebut.
c. Pembimbingan kepada widyaiswara di bawah jenjang jabatannya
Widyaiswara yang lebih senior jabatannya dan kompetensinya lebih
bagus dapat melakukan pembimbingan kepada widyaiswara
34
dibawah jenjang jabatannya. Misal seorang widyaiswara yang
mempunyai keahlian dalam menulis KTI, maka dapat melakukan
pembimbingan kepada widyaiswara yang mungkin masih kurang
kemampuannya dalam menulis KTI.
d. Penulisan artikel pada surat kabar
(nasional/provinsi/kabupaten/kota)
Widyaiswara dapat menulis artikel di surat kabar, dengan
melampirkan lembar depan surat kabar dan lembar halaman yang
memuat artikel
e. Penulisan artikel pada website
Artikel atau makalah yang dimuat dalam website resmi Lembaga
dapat dinilai angka kreditnya jika dilampirkan print out
artikel/makalah dan alamat website.
f. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya
Widyaiswara yang memperoleh gelar kesarjaan S1, S2, dan S3
untuk yang kedua kalinya atau lebih pada jenjang yang sama atau
tidak sesuai dengan bidang spesialisasinya dapat dberikan angka
kredit.
g. Perolehan piagam kehormatan/tanda jasa
1) Memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Satya 30, 20,
10 tahun
2) Memperoleh penghargaan lainnya dari pemerintah
h. Memperoleh gelar kehormatan akademis
Widyaiswara yang memperoleh gelar kehormatan akademis dari
lembaga pendidikan tinggi negeri/swasta yang terakreditasi atas
dedikasi, kerja keras, dan sumbangan yang berguna bagi
masyarakat dan dunia akademis.
Gambar 1
Tahapan Pengusulan DUPAK
36
TABULASI 1. T P I
ANGKA KREDIT 2. T P D
TPP dan
PAK
DUPAK
W. MADYA Gol. IV/c 1. Kepala BKN/BKD
s.d. 2. Wi. Ybs
WI. UTAMA PAK 3. Pimp. Unit Kerja Ybs.
W. PERTAMA 4. Sekr. Tim Penilai Ybs.
s.d. 5. Pejabat yg Menetapkan PAK
WI. MADYA Gol. IV/c 6. Kepala LAN.
TPI/TPD DUPAK
(BADAN/PUSDIKLAT W. PERTAMA
DEP/LPND & DIKLAT s.d.
PROP/KAB/KOTA) W. UTAMA
37
a. Penetapan Angka Kredit (PAK) bagi widyaiswara yang naik
pangkat/jabatan
b. Hasil Penilaian Angka Kredit bagi yang belum dapat naik
pangkat/jabatan
Hasil ini merupakan hasil final dan dapat dikirim kepada Kepala
BKN/BKD, widyaiswara yang bersangkutan, pimpinan unit kerja,
sekretaris tim penilai, pejabat yang menetapkan PAK dan Kepala LAN
3. Hasil penilaian TPI/TPD untuk Widyaiswara Ahli Madya golongan ruang
IV/c sampai dengan Widyaiswara Ahli Utama dikirim ke Kepala LAN
untuk diproses penilaiannya oleh Tim Penilai Pusat (TPP). Hasil
penilaian TPP akan dikeluarkan PAK bagi yang naik pangkat/jabatan,
dan hasil penilaian angka kredit bagi yang belum dapat naik
pangkat/jabatan. Hasil penilaian tersebut dikirim kepada Kepala
BKN/BKD, widyaiswara yang bersangkutan, pimpinan unit kerja,
sekretaris tim penilai, pejabat yang menetapkan PAK, Kepala LAN.
38
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
39