Anda di halaman 1dari 8

6. a.) Bagaimana patofisiologi OMA & sebutkan stadiumnya!

 OMA  etiologinya apa  alergen  sumbatan tuba eustachius 


enzim pelindung & bulu halus tidak berfungsi  bakteri masuk melalui
saluran pernapasan  ISPA  pembengkakan saluran eustachius
(nyeri)  peningkatan lendir dan nanah (tekanan cairan naik -
merobek gendang telinga - kehilangan pendengaran)  pendengaran
terganggu  tuli konduktif.
 OMA  etiologinya apa  bakteri patogenik  menyerang nasofaring
& faring  ISPA  pembengkakan saluran eustachius (nyeri) 
peningkatan lendir dan nanah (tekanan cairan naik - merobek gendang
telinga - kehilangan pendengaran)  pendengaran terganggu  tuli
konduktif.
Stadium OMA:
- Oklusi tuba
o Retraksi membrane timpani
o Warna tampak normal/ keruh pucat
o Terdapat tuli konduktif
- Hiperemis (pre-supuratif)
o Sebagian/ seluruh membrane timpani hiperemis serta edem
o Gejala: nyeri pada telinga, tinnitus disertai demam
- Supuratif
o Eksudat purulent di cavum timpani sehingga timpani menonjol
(bulging) kearah telinga luar
o Bila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang dapat
menyebabkan iskemia  nekrosis mukosa dan submucosa (daerah
lembek & berwarna kekuningan)  mudah ruptur
- Perforasi
o Ruptur membran timpani
o Nanah mengalir ke telinga luar
o Keluhan nyeri berkurang, demam turun
- Resolusi
o Daya tahan naik  resolusi spontan
o Bila timpani utuh, keadaan membran timpani normal kembali
o Bila perforasi menetap dan sekret keluar terus menerus  OMSK
b.) Bagaimana penatalaksanaan OMA sebagai dokter umum?
 Pasien dianamnesis, ditanyakan apakah gejala yang dirasakan oleh
pasien, obat-obatan apa saja yang telah diberikan, faktor yang
memperberat dan memperingan gejala, riwayat penyakit dahulu (ISPA)
 Dilanjutkan dengan pemeriksaan telinga bagian luar, untuk melihat
apakah ada sekret yang mengalir keluar telinga, lalu gunakan otoskop
untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membrane timpani
(sebelumnya apabila terdapat serumen, bersihkan dahulu)
 Setelah itu, berikan terapi sesuai stadium OMA, yang meliputi:
o Stadium oklusi: pada stadium ini, pengobatan terutama bertujuan
untuk membuka kembali tuba eustachius maka diberikan obat tetes
hidung berupa HCL Ephedrin 0.5% dalam larutan fisiologis (anak <
12 tahun) atau HCL Ephedrin 0.5% dalam larutan fisiologis (> 12
tahun/ dewasa). Selain itu, sumber infeksi diobati dengan
pemberian antibiotic bila penyebab adalah kuman.
o Stadium hiperemis (pre-supurasi): diberikan antibiotic, obat tetes
hidung dan analgetik. Antibiotic yang dianjurkan berupa golongan
penisilin & ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin secara
intramuscular agar didaptkan konsentrasi yang adekuat di dalam
darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Pemberian antibiotic dianjurkan selama 7 hari. Bila pasien alergi
penisilin, maka dapat diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin
diberikan dengan dosis 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
atau amoksisilin 40mg/kgBB/hari dalam 3 dosis atau eritomisin
40mg/kgBB/hari.
o Stadium supurasi: selain diberikan antibiotic, idealnya diberikan
tindakan miringotomi yang dilakukan oleh dokter Sp.THT. Indikasi
miringotomi:
 Infeksi telinga yang tidak berespon terhadap terapi
antibiotic/ obat lainnya
 Infeksi telinga tengah yang menyebabkan gangguan
pendengaran & keterlambatan bicara
 OMA berulang (3 episode dalam 6 bulan/ 4 episode dalam 12
bulan)
 Barotrauma (kerusakan akibat tekanan)
o Stadium perforasi: pengobatan yang diberikan adalah obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotic yang adekuat.
o Stadium resolusi: dilihati dahulu apakah terdapat sekret yang
mengalir melalui liang telinga. Jika hal ini terjadi, maka tidak
terjadi resolusi yang disebabkan karena berlanjutnya edema
mukosa telinga tengah. Pada keadaan ini dapat diberikan antibiotic
sampai 2 minggu. Bila setelah 3 minggu, sekret masih banyak,
kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

c.) Tuliskan resep penatalaksanaan MM untuk pasien anak 5 tahun, BB 15 kg,


batuk, pilek dan telinga kanan sakit! (Dx: OMA kanan)
- R/ Sol H2O2 3% 5cc
S 2 dd gtt X auric dextra
- R/ Amoksisilin syrup 125 mg/5 cc fls. No. II
S 3 dd C ovig p.c
7. Apa perbedaan gejala dan tanda OMA dengan OME?
- Otitis eksterna:
o O.E akut sirkumskripta (furunkel = bisul)
 Rasa nyeri hebat (nyeri tekan tragus & nyeri pada waktu
membuka mulut)
 Bila furunkel membesar, maka dapat menyumbat liang
telinga dan menyebabkan gangguan pendengaran
o O.E difus
 Kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas
batasnya
 Nyeri tekan tragus
 Liang telinga sangat sempit
 Terkadang kelenjar getah bening regional membesar
 Terkadang sekret yang berbau (sekret tidak mengandung
lender)
- Otitis media:
o Stadium oklusi:
 Retraksi membrane timpani/ normal berwarna keruh
pucat
o Stadium hiperemis:
 Pembuluh darah melebar di membrane timpani/ seluruh
membrane timpani tampak hiperemis
o Stadium supurasi:
 Edema hebat pada mukosa telinga tengah
 Sekret purulent pada kavum timpani (menyebabkan
membrane timpani menonjol kearah telinga luar)
 Pasien tampak kesakitan, yang ditandai dengan nadi dan
suhu yang meningkat
 Rasa nyeri pada telinga bertambah berat
 Apabila tekanan nanah pada kavum timpani tidak
berkuarng, maka akan menyebabkan nekrosis sehingga
membrane timpani terlihat lembek dan berwarna
kekuningan
o Stadium perforasi
 Sekret yang mengalir ke luar telinga
 Suhu badan turun
 Anak yang tadinya gelisah menjadi tenang
o Stadium resolusi
 Pada anak, keluhan utama bisa jadi terdapat rasa nyeri di
dalam telinga, suhu tubuh tinggi dan biasanya terdapat
riwayat batuk, pilek sebelumya. Apabila sudah rupture
timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga dan suhu
tubuh menurun sehingga anak tidur tenang.
 Pada orang dewasa, selain nyeri terdapat pula gangguan
pendengaran berupa rasa penuh di telinga.

8. a.) Bagaimana patofisiologi OM efusi?


Etiologi: perubahan tekanan udara tiba-tiba
alergi, infeksi dan sumbatan (sekret, tampon, tumor)
Gangguan tuba  tekanan negatif telinga tengah akibat absorbsi/ difusi
nitrogen & oksigen ke dalam sel mukosa telinga tengah  sel mukosa
hasilkan transudasi  diakumulasi cairan seros berupa efusi steril
 OME
 sembuh/ normal
 fungsi tuba tetap terganggu, infeksi (+)  OMA
Fungsi tuba:
- Ventilasi = menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah agar
sama dengan tekanan udara luar
- Proteksi = perlindungan telinga tengah terhadap tekanan & sekret
nasofaring
- Drainase = untuk mengalirkan produksi sekret dari telinga tengah
ke nasofaring

b.) Bagaimana hasil pemeriksaan penala pasien dengan OME kanan?


Kanan Kiri
Tes Rinne : - +
Tes Weber : lateralisasi ke kanan tidak ada lat.
Tes Swabach : memanjang sesuai pemeriksa

c.) Apabila dilakukan timpanometri pada pasien OME, gambarannya seperti


apa?

Tipe A: tekanan udara di telinga tengah normal.


Tipe AD: puncak lebih tinggi  diskontinuitas rangkaian tulang
pendengaran (otosklerosis)
Tipe B: tidak ada puncak/ flat. ada cairan telinga tengah/ perforasi
membrane timpani.
Tipe C: ada puncaknya namun bergeser ke kiri menunjukkan adanya
tekanan negatif  disfungsi tuba eustachius.

9. Pemeriksaan timpanometri digunakan untuk pemeriksaan fungsi telinga


tengah. Patologi apa saja yang dapat diketahui?
Gambaran pendengaran konduktif:
- Gambaran timpanometri yang abnormal ( adanya cairan/ tekanan
negative di telinga tengah)
- Perforasi membrane timpani
- Diskontinuitas tulang pendengaran
- Disfungsi tuba eustachius

10. a.) Sebutkan definisi sudden deafness!


Tuli mendadak (sudden deafness) adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba.
Jenis ketuliannya adalah sensorineural. Penyebabnya tidak langsung dapat
diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga. Beberapa ahli mendefinisikan
tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau
lebih, paling sedikit tiga frekuensi keturut - turut pada pemeriksaan
audiometri dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 3 hari.

b.) Bagaimana gambaran hasil pemeriksaan otoskop serta audiologi sudden


deafness?
- Hasil pemeriksaan sudden deafness dengan otoskop tidak dapat
dijumpai kelainan pada telinga yang sakit dikarenakan kelainan
didapatkan pada telinga bagian dalam.
- Audiologi
o Tes pelana: Rinne (+), Weber (lateralisasi ke telinga yang sehat),
Swabach (memendek)
o Audiometri (nada murni): tuli sensorineural ringan – berat
 Tes SISI skor 100% kurang dari 70%
Kesan: ditemukan rekrutmen
 Tes tondecay/ refleks kelelahan negative
Kesan: bukan tuli retrokoklea
 Audiometri tutur SDS <100%
Kesan: tuli sensorineural
 Audiometri impedans: timpanogram tipe A (Normal),
refleks stapedius ipsilateral (-)/(+) sedangkan
kontralateral (+)
Kesan: tuli sensorineural koklea

11. a.) Sebbutkan indikasi dan kontraindikasi tonsilektomi!


The American Academy of Otolaryngology, Head & Neck Surgery Clinical
Indication Compendium tahun 1995 menetapkan:
1. Serangan tonsillitis lebih dari 3x per tahun walaupun telah mendapatkan
terapi yang adekuat.
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan malokium gigi dan menyebabkan
gangguan pertubuhan orofasial.
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan
jalan napas sleep apnea. Gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor
pulmonale.
4. Rhinitis dan sinusitis kronik, peritonsilitis, abses, peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan.
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptococcus B-
hemoliticus.
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8. Otitis media efusi/ otitis media supuratif.

Kontraindikasi:
1. Diskratia darah kecuali dibawah pengawasan
2. Usia <2 tahun, jika tidak ada pengalaman khusus tindakan pada bayi
3. ISPA berulang
4. Perdarahan/ pasien dengan riwayat sistemik yang tidak terkontrol
5. Celah pada palatum
b.) Seorang anak umur 5 tahun diperiksa ke praktekmu dengan keluhan bila
tidur mendengkur keras dan ada periode berhenti napas. BB anak kurang.
Amandel T3-T3. Orangtua pasien menanyakan bagaimana solusi terbaik
untuk anaknya? Tuliskan jawaban baik advice medic maupun
medikamentosa.
 Terapi medic: dapat dilakukan tonsilektomi
 Terapi MM:
o Antibiotioc golongan penisilin/ sulfonamind selama 5 hari dan
obat kumur/ obat isap dengan desinfektan, alergi dapat
diberikan eritromisin/ klindamisin
o Antibiotic yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema laring.
o Antipiretik

Anda mungkin juga menyukai