Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TEMATIK

SEJARAH PALEMBANG

NAMA : OBAMA

KELAS : V ( lima ) C

SD N 87 PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


Sejarah Jembatan Ampera

Jembatan Ampera (Amanat penderitaan rakyat) adalah sebuah jembatan di Kota


Palembang, Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi
semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan
daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.
Sejarah Masjid Agung Palembang

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung
Palembang adalah sebuah masjid paling besar di Kota Palembang, Sumatra Selatan.
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni Indonesia, China dan Eropa. Bentuk
arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi.
Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya seperti kelenteng. Masjid ini
dulunya adalah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk masjid yang ada
sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. Megawati
Soekarnoputri adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatra Selatan modern ini.
Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama.
Saat ini, Masjid Agung Palembang telah menjadi Masjid regional di kawasan ASEAN. Terletak
di kawasan 19 Ilir, di mana merupakan salah satu Kampung Asli Palembang dan Arab yang
telah lama didiami.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya – Sejarah berdirinya Nusantara tentu tidak lepas dari perjuangan
para pahlawan. Selain perjuangan para pahlawan, tentunya kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia juga memiliki pengaruh besar terhadap sejarah Indonesia. Salah satu kerajaan besar
yang ada di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Melayu yang berada di pulau Sumatera serta
memiliki pengaruh besar terhadap Nusantara. Nama kerajaan ini berasal dari Bahasa
Sansekerta, sri artinya bercahaya dan wijaya yang memiliki arti kemenangan. Sehingga arti
nama kerajaan ini berarti kemenangan yang bercahaya.

Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya yang meliputi Kamboja, Thailand, Semenanjung


Malaya, bahkan hingga Pulau Jawa ini membuat nama Kerajaan Sriwijaya dikenal di seluruh
Nusantara. Tidak hanya dari Nusantara saja, akan tetapi juga kerajaan ini dikenal hingga ke
mancanegara.

Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai sumber yang menyebutkan adanya kerajaan
di Sumatera ini. Ada kabar yang mengatakan bahwa para pedagang dari Arab dan Cina pernah
berdagang di Sriwijaya. Sedangkan menurut berita dari India, kerajaan di India pernah bekerja
sama dengan kerajaan Sriwijaya.
Sejarah Pempek

Pempek atau empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari
daging ikan yang digiling lembut dan tepung kanji(secara salah kaprah sering disebut sebagai
"tepung sagu"), serta beberapa komposisi lain seperti telur, bawang putih yang dihaluskan,
penyedap rasa dan garam. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa penganan pempek
pusatnya adalah di Palembang karena hampir semua daerah di Sumatera
Selatan memproduksinya.
Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota Palembang; ada yang
menjual di restoran, ada yang di pinggir jalan, dan juga ada yang dipikul. Tahun 1980-an,
penjual biasa memikul satu keranjang penuh pempek sambil berjalan kaki berkeliling
menjajakan makanannya.
Sejarah Sungai Musi

Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatra


[1]
Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang terpanjang di
pulau Sumatra dan membelah Kota Palembang menjadi dua bagian. Jembatan Ampera yang
menjadi ikon Kota Palembang pun melintas di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan
Sriwijaya hingga sekarang, sungai ini terkenal sebagai sarana transportasi utama
bagi masyarakat
Sejarah Rumah Adat Palembang

Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari
namanya, jelaslah bahwa rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan
filosofi budaya tersendiri untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat
sebagai bengkilas. Apabila Anda bertamu ke salah satu Rumah Limas di wilayah Sriwijaya ini,
Anda akan diterima di teras atau lantai dua saja. Rumah Limas sangat luas dan seringkali
digunakan sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara adat. Luasnya mulai dari 400
hingga 1000 meter persegi. Bahan material dalam membuat dinding, lantai, serta pintu
menggunakan kayu tembesu. Sementara untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan
kayu unglen yang tahan air. Berbeda dengan rangka rumah yang terbuat dari kayu Seru. Kayu
ini cukup langka. Kayu ini sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah Rumah Limas, sebab
kayu Seru dalam kebudayaannya dilarang untuk diinjak atau dilangkahi. Nilai-nilai budaya
Palembang juga dapat Anda rasakan dari ornamen ukiran pada pintu dan dindingnya. Selain
berbentuk limas, rumah tradisional Sumatera Selatan ini juga tampak seperti rumah panggung
dengan tiang-tiangnya yang dipancang hingga ke dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh kondisi
geografis lingkungannya yang berada di daerah perairan.
Sejarah Baju Adat Palembang

Daerah yang dikenal dengan sebutan “Bumi Sriwijaya” dan masyarakat yang biasa
memanggil sebagai sebutan “Wong Kito Galo” memiliki pakaian tradisional yang khas dengan
keragaman corak di tiap Kabupaten dalam Provinsi tersebut. Berdasarkan sejarah, pakaian
Adat Palembang berasal dari zaman Kesultanan Palembang sejak abad ke-16 hingga abad
ke-19 pertengahan. Pada awal, baju Adat Palembang ini hanya boleh dan dapat digunakan
oleh orang tertentu, seperti raja, pangeran, dan priyai. Tidak boleh sembarang orang
menggunakannya.

Namun, seperti yang kita ketahui, pada masa saat ini, pakaian Adat dari Sumatera
Selatan ini boleh digunakan oleh siapapun pada saat acara pernikahan. Jadi tidak harus raja
lagi yang menggunakan pakaian ini. Salah satu warisan budaya tersebut misalnya dapat
ditemukan pada pakaian Adat Palembang yang hingga kini masih sering digunakan bagi para
pengantin dalam upacara Adat pernikahan. Aesan adalah kata dari bahasa Palembang yang
berarti Baju, Busana, atau Pakaian. Jadi wajar saja nama baju adatnya menggunakan kata ini.
Pakaian Adat Palembang, ada 2 jenis gaya busana yang menjadi pakaian Adat Palembang.
Keduanya yaitu Aesan Gede dan Aesan Pasangko.
Sejarah Tari Adat Palembang

Tari tanggai adalah sebuah tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang telah
memenuhi undangan Tari tanggai biasanya dipertontonkan dalam acara pernikahan
adat daerah Palembang. Tari tanggai menggambarkan keramahan, dan rasa hormat
masyarakat Palembang atas kehadiran sang tamu dan dalam tari ini tersirat sebuah makna
ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai acara kepada para tamu.
Tari tanggai memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya adalah
Tari tanggai dibawakan oleh 5 orang sedangkan tari Gending Sriwijaya dibawakan oleh 9 orang
dan perlengkapan penari Gending Sriwijaya lebih lengkap dibandingkan dengan Tari
tanggai. Penari tari Tanggai menggunakan pakaian khas daerah seperti kain
songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau ramai, tajuk
cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari
lempengan tembagadan kerana tanggai yang dipakai penari, maka tari ini dinamakan tari
tanggai.
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah
sehingga penari kelihatan lebih anggun. Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari
menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan
gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul “enam bersaudara”
melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Pada zaman sekarang, tari tanggai selain dipertontonkan dalam acara pernikahan
masyarakat Palembang,tari ini juga dipertontonkan dalam acara-acara resmi organisasi dan
pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang
menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat
Sumatra Selatan.
Sejarah Stasiun Kertapati

Stasiun Kertapati (KPT) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak
di Kemas Rindo, Kertapati, Palembang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 m ini adalah
stasiun kereta api terbesar yang berada dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia Divisi
Regional III Palembang serta merupakan stasiun terbesar utama Sumatra Selatan. Stasiun ini
berada di atas pertemuan Sungai Ogan dan Musi, dan merupakan salah satu dari dua stasiun
kereta api yang bertipe terminus (ujung) di Sumatra Selatan. Jalur kereta api dari stasiun ini
seluruhnya merupakan rel berukuran 1.067 mm yang termasuk sempit.
Stasiun ini merupakan tempat pemberhentian utama bagi semua kereta api penumpang
baik yang berjalan ke arah Bandar Lampung (Tanjungkarang) maupun ke arah Lubuklinggau.
Stasiun ini bertipe terminus, menjadikannya sebagai tujuan akhir bagi semua perjalanan kereta
api yang mengarah ke Palembang. Selain itu, stasiun ini merupakan tujuan akhir dari kereta api
batu bara Kertapati yang akan membongkar muat batu bara lewat kapal tongkang.
Letak stasiun ini cukup strategis, tetapi terpisah dengan jalur Lintas Rel Terpadu
Palembang. Agar pengguna jasa dapat beralih ke LRT Palembang, pengguna jasa harus
menggunakan moda transportasi massal lainnya menuju stasiun LRT terdekat.
Sejarah Benteng Kuto Besak

Benteng Kuto Besak adolah benteng tuo nan talatak di Palembang, Indonesia. Iko
adolah struktur arsitektur lokal paliang tuo dan paliang gadang, nan manjadi simbol tapantiang
dari sijarah kasultanan Palembang di maso lalu.[1] Indak sarupo jo banyak benteng lain di
Indonesia, benteng ko indak dibangun dek kakuasoan panjajah, malainkan dek sultan-sultan
Palembang surang.[1] Benteng Kuto Besak kini ko marupoan salah satu obyek wisata rasmi nan
tanamo di Palembang

Anda mungkin juga menyukai