DI PUSKESMAS BARENG
Disusun Oleh :
FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Bareng pada tanggal 01 –
28 Februari 2019.
Laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan pihak – pihak yang
bersedia membantu penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :
6. Bapak Nur Candra E.S, S.Si., S.Pd., M.Pd selaku Pembantu Direktur
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.
7. Ibu Noor Anisa Susanto. S. Farm. MMRS. Apt selaku dosen pembimbing
dari Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menempuh pendidikan D3 Farmasi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu penting bagi seorang farmasis mengasah dan memperbrui
kemampuan atau Sumber Dayanya untuk menambah keilmuan tentang farmasi.
Maka bagi instalasi pendidikan yang mengajarkan tentang ilmu kefarmasian untuk
memberikan pelatihan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Puskesmas
karena ilmu yang telah di pelajari akan berguna dan akan akan berkembang pada
saat melakukan Praktek Kerja Lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
f. Pelayanan sanitasi
g. Pelayanan kefarmasian
h. Pelayanan laboratorium
c. Pelayanan KIA-KB-Imunisasi
d. Pelayanan gizi
Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
dengan pelayanan kefarmasian sedangkan prasarana adalah fasilitas dan peralatan
yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Sarana dan
prasarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian adalah sebagai berikut:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, satu set meja
dan kursi, serta satu set komputer, ruang penerimaan resep ditempatkan pada
bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral)
untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai
kebutuhan.
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi tempat penyerahan obat, buku
pencatatan, penyerahan dan pengeluaran obat.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat (lampiran), formulir catatan
pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan temperatur, kelembaban,
ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain
itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang
baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu (PERMENKES RI No. 74 Tahun 2016).
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang dimusnahkan antara
lain:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan.
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait.
d. Menyiapkan tempat pemusnahan.
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku (permenkes RI No. 74 Tahun 2016).
7. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan atau kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari pengendalian
persediaan, pengendalian penggunaan dan Penanganan Sediaan Farmasi hilang,
rusak, dan kadaluwarsa (Permenkes RI No. 74 Tahun 2016).
8. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan
lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah bukti pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan, sumber data untuk
melakukan pengaturan dan pengendalian dan sumber data untuk pembuatan
laporan (Permenkes RI No. 74 Tahun 2016).
3.2.2 Fungsi
Prosedur tetap unit layanan obat merupakan acuan yang digunakan dalam
proses melakukan pelayanan dalam bidang kesehatan terutama pada bidang
pelayanan obat ke pasien.
Prosedur tetap obat ini meliputi beberapa kegiatan antara lain :
1. Penerimaan resep hingga penyerahan obat kepasien.
2. Kelengkapan dan kebenaran resep.
3. Pembuatan obat racikan (puyer).
4. Penulisan etiket yang benar.
5. Pengelolaan obat di apotik.
6. Pengelolaan obat di gudang obat.
7. Pengelolaan obat narkotika dan psikotropika.
8. Penerimaan sampai pendistribusian obat di puskesmas.
9. Pencatatan pelaporan obat di puskesmas.
Pasien Datang
Loket Pendaftaran
Ruang Gigi
Ruang KIA
Rujukan
Apotik Pulang
Skrining resep
Resep Tidak Rasional
Aspek administratif, Aspek farmasetis,
dan Aspek farmakologi
Apotek Puskesmas Cisadea melayani resep dari poli yang terdiri dari
pasien umum dan BPJS, Langkah pertama penerimaan resep di Puskesmas
Cisadea dengan memeriksa nama, usia dan alamat pasien, memeriksa kesesuaian
farmasetik, yang meliputi bentuk sediaan, dosis, dan cara penggunaan obat,
memeriksa pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, dan interaksi obat,
mengkonsultasikan kepada dokter atau perawat yang menulis resep apaila
ditemukan keraguan pada resep maupun terdapat obat yang tidak tersedia.
3.6.1 Perencanaan
Metode perencanaan yang dilakukan di Puskesmas Bareng ialah metode
komsumsi yang mengacu pada obat yang sering digunakan pada tahun
sebelumnya, serta kasus penyakit yang sering dialami oleh masyarakat setempat,
kemudian dilakukan kegiatan pengadaan membuat daftar perencanaan obat, untuk
persediaan obat dan alkes dengan menentukan jumlah barang dan membuat form
perencanaan atau LPLPO. Selanjutnya form tersebut dikirim ke Dinas Kesehatan
bidang farmasi makanan dan minuman untuk melakukan pengadaan obat dan
alkes.
3.6.3 Penerimaan
3.6.4 Penyimpanan
3.6.5 Distribusi
Obat didistribusikan kepada beberapa unit pelayanan kesehatan di
Puskesmas Bareng, yaitu poli gigi, ruang tindakan, posyandu, pustu, KIA, dan
laboratorium.
3.6.6 Pengendalian
1. Pengendalian persediaan
Pengendalian dan persediaan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas Cisadea dilakukan dengan perhitungan secara teliti dengan melihat
obat apa saja yang diperlukan di puskesmas dengan menggunakan data kartu stok
2. Pengendalan penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan dengan melihat pola
epidemologi serta jumlah resep, dengan pengendalian penggunaan obat yang tepat
maka tidak akan terjadi penumpukan obat atau terjadi kekurang di puskesmas,
sehingga dana obat dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.
3.6.7 Administrasi
Administrasi mencangkup semua kegiatan yang berkenaan dengan proses
pencatatan, pelaporan, pengarsipan sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan
agar dapat lebih mudah dalam memonitor dan mengevaluasi. Administrasi
pencatatan dan penyiapan resep antara lain.
1. Pencatatan jumlah resep harian yang masuk
2. Mengarsipkan resep per harinya sesuai tanggal
3. Pencatatan penggantian obat pengganti untuk obat yang habis
4. Melakukan pemusnahan resep yang telah disimpan selama tiga tahun dengan
cara dibakar.
3.6.8 Pemusnahan
Pemusnahan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menindak lanjuti kerusakan pada perbekalan farmasi. Sistemnya dengan mengirim
berita acara kepada Dinas Kesehatan Kota Malang dan Gudang Farmasi Kota
(GFK) yang selanjutnya akan dibakar dan ditangani sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan GFK dengan memberikan kewenangan kepada pihak puskesmas untuk
memusnahkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Mahasiswa Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan gambaran di atas sejauh ini sistem Perbekalan dan Pelayanan
Farmasi di Puskesmas Bareng sudah berjalan dengan baik. Beberapa
kekurangan dalam hal penerimaan perbekalan farmasi, sejauh ini terus
diperbaiki oleh pihak Puskesmas Bareng. Dengan demikian maka Puskesmas
Bareng sudah melaksakan Permenkes 75 tahun 2014.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian Puskesmas Cisadea telah melakukan pekerjaan
pelayanan kefarmasian sesuai dengan standart prosedur yang telah di tetapkan
oleh Permenkes 75 tahun 2014.
3. Beberapa kekurangan yang terdapat pada hal ini, maka dilakukan perbaikan
evaluasi oleh pihak Puskesmas Bareng.
5.2 Saran
Sebaiknya lebih diperhatikan lagi pada proses KIE kepada pasien,
diharapkan pihak Puskesmas Bareng melakukan pembinaan disiplin kepada TTK
maupun petugas farmasi yang melakukan pelayanan kefarmasian.
DAFTAR RUJUKAN
KEPALA PUSKESMAS
SEKRETARIS
PJ. AUDIT INTERNAL PJ MUTU ADMEN PJ MUTU UKM PJ MUTU PMKP PJ KELUHAN DAN
KEPUASAN PELANGGAN
dr. FARQIYAH DEWIAYU LIAH DWI P. M. RURIN P. dr. KHOLIDA NUR’AINI
drg SUSILOWATI S.
drg RENNY
RENNY PUSPITASARI MEILIA R. NGESTI RAHMAWATI HIMMATUS T.
PUSPITASARI
SITI LATIFAH NURUL K. RISKA MARA Y. FEBRI INDRI C. SARI WULANDARI
SITI LATIFAH DEVITA AYU C.O.
RATNA INDRAWATI RIO AKBAR S. WARSIATI VITTA SULISTYAWATI
RATNA INDRAWATI
YUSSI WULAN S. DIDIK SUPRAYOGI FAISAL A. ILHAM M. FARKHAN FAUZIAH