Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI PUSKESMAS BARENG

Tanggal, 1 Februari – 28 Februari 2019

Disusun Oleh :

Ira Tri Wulandari ( 16.082 )


Nela ‘Azizatun Nishak ( 16.120 )

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Puskesmas Bareng pada tanggal 01 –
28 Februari 2019.

Laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan pihak – pihak yang
bersedia membantu penulis, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :

1. Bapak drg. Muhammad Zohri, selaku Kepala Puskesmas Bareng yang


telah memberikan kesempatan dan fasilitas dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan.

2. Ibu Ratna Indrayati, Amd. Farm selaku penanggung jawab Instalasi


Farmasi Puskesmas Bareng yang telah memberi bimbingan dan
pengarahan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

3. Ibu Meila Rahmawati, Amd. Farm selaku Tenaga Teknis Kefarmasian di


Puskesmas Bareng yang telah banyak memberikan bantuan selama
Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Bareng.

4. Seluruh karyawan di Puskesmas Bareng yang telah banyak membantu


kami selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.

5. Ibu Ernanin Dyah Wijayanti, S.Si.,MP., selaku Direktur Akademi Farmasi


Putra Indonesia Malang yang telah memberikan kesempatan dan
kemudahan kepada penulis dalam mengikuti kegiatan Praktek Kerja
Lapangan.

6. Bapak Nur Candra E.S, S.Si., S.Pd., M.Pd selaku Pembantu Direktur
Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.

7. Ibu Noor Anisa Susanto. S. Farm. MMRS. Apt selaku dosen pembimbing
dari Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menempuh pendidikan D3 Farmasi.

8. Keluarga serta teman – teman yang telah memberikan dukungan moril


dan memberikan bantuan dalam menjalani Praktek Kerja Lapangan di
Puskesmas Bareng sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca laporan ini demi meningkatkan mutu dan kesempurnaan laporan.
Penulis berharap semoga bekal ilmu, pengetahuan, dan pengalaman yang
diperoleh selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Bareng dapat
digunakan secara optimal sehingga berguna dalam pengabdian profesi Ahli Madya
Farmasi kepada masyarakat.

Malang, Februari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual


maupun sosial yang memungkinkan setiap orang unutk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis, dengan memiliki hidup yang sehat seseorang dapat menjalin
dan melakukan aktifitas yang baik. Upaya meningkatkan kesehatan selain
dilakukan sendiri dalam menjaga kesehatan, dibutuhkan penunjang kesehatan
seperti pelayanan kesehatan. Salah satunya pelayanan kesehatan ialah puskesmas.

Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 puskesmas adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi – tingginya di wilayah kerjanya.

Instalasi kesehatan yang didirikan oleh pemerintah guna untuk membantu


menjamin kesehatan masyarakat yang kurang mampu. Instalasi kesehatan yang
didirikan oleh pemerintah guna membantu masyarakat kurang mampu seperti
puskesmas sangatlah membantu menjaga kesehatan masyarakat, tetapi sejalan
dengan perubahan puskesmas harus mampu mengelola alat kesehatan, obat –
obatan dengan baik. Puskesmas memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh
masyarakat dengan sebaik – baiknya.

Dalam sarana kesehatan di puskesmas, farmasis merupakan salah satu


faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan
farmasis berperan penting dalam hal pengelolaan perbekalan farmasi baik dari
segi pengelolaan dan pelayanan kefarmasian pada pasien. Pada segi pengelolaan,
farmasis mampu memberikan manfaat berupa peningkatan dalam penyimpanan
obat dan menurunkan jumlah obat yang rusak dan kadaluwarsa karena pengaturan
dan penyimpanan yang tepat. Selain itu farmasis juga berperan sebagai pemberi
informasi kepada pasien mengenai obat.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya ( SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbakalan kesehatan serta administrasi) dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat,
informasi obat dan pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana, prasarana, sarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan.

Oleh karena itu penting bagi seorang farmasis mengasah dan memperbrui
kemampuan atau Sumber Dayanya untuk menambah keilmuan tentang farmasi.
Maka bagi instalasi pendidikan yang mengajarkan tentang ilmu kefarmasian untuk
memberikan pelatihan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Puskesmas
karena ilmu yang telah di pelajari akan berguna dan akan akan berkembang pada
saat melakukan Praktek Kerja Lapangan.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional (dengan


tingkat pengetahuan dn etos kerja yang sesuai dengan tuntunan lapangan
kerja).

2. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada saat perkuliahan kedalam


dunia kerja di Puskesmas.

3. Memahami manajemen kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di


puskesmas seperti manajerial dan farmasi klinik. Manajerial yang meliputi
perencanaan, permintaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan, dan
pelaporan. Farmasi klinik meliputi pengkajian resep, pelayanan obat, dan
pemberian informasi obat serta pelayanan informasi obat.

4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai


bagian dari proses pendidikan.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

1. Menambah pengalaman mahasiswa dalam dunia perkuliahan maupun dunia


kerja.
2. Menambah ilmu yang belum didapat dari materi perkuliahan.

3. Dapat memahami manajemen kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di


puskesmas seperti manajerial dan farmasi klinik. Manajerial yang meliputi
perencanaan, penerimaan, permintaan, penyimpanan, pendistriusian,
pemusnahan da pelaporan. Farmasi klinik meliputi pengkajian resep,
pelayanan obat, dan pemberian obat serta pelayanan informasi obat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota


yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah fasilitas
peleyanan kesehatan yang mennyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat da
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi – tingginya diwilayah kerja (Permenkes RI, 2016).

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh


bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwuwjud derajat kesehatan masyarakat yang
opimal. Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten atau kota sesuai dengan kemampuannya (Depkes
RI, 2006).

Pelayanan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang


meliputi :

1. Upaya pemulihan kesehatan merupakan suatu kegiatan dalam upaya pemulihan


kesehatan.
2. Upaya peningkatan kesehatan merupakan suatu rangkaian yang bersifat
promosi kesehatan.

3. Upaya pencegahan merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pencegahan


suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan maupun perorangan.

4. Pelayanan pengobatan merupakan suatu rangkaian dari pengelolaan obat yang


merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan yang akan ikut
menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien.

2.2 Tujuan Puskesmas

Mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat, untuk mewujudkan masyarakat yang
mampu menjangkau pelayanan kesehatan kesehatan bermutu, untuk mewujudkan
masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat, untuk mewujudkan masyarakat
yang memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat (Permenkes No. 75 tahun 2014 pasal 2).

2.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas sesuai dengan Permenkes RI No. 75 tahun 2014 adalah


sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi


(private good) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
Jenis – jenis pelayan kesehatan perorangan meliputi :

a. Pelayanan pemeriksaan umum

b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

c. Pelayanan kesehatan KIA-KB

d. Pelayanan gawat darurat

e. Palayanan gizi dan tumbuh kembang

f. Pelayanan sanitasi

g. Pelayanan kefarmasian

h. Pelayanan laboratorium

i. Pelayanan kesehatan masyarakat

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik


dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Jenis – jenis pelayanan kesehatan masyarakat meliputi :

a. Pelayanan promosi kesehatan dan UKS

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan KIA-KB-Imunisasi

d. Pelayanan gizi

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

f. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat

g. Pelayanan kesehatan jiwa


h. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat

i. Pelayanan kesehatan olahraga

j. Pelayanan kesehatan indera

k. Pelayan kesehatan lansia

l. Pelayanan kesehatan kerja

2.4 Tinjauan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak


terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok puskesmas,
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah
obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan
masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi pada pasien dengan
filosofi Pelayanan Kefarmasian ( Permenkes RI No. 74 Tahun 2016).

2.4.1 Ruang lingkup

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu


kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai dan kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik. Kegiatan tersebut
harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana dan prasarana (Permenkes
RI No. 74 Tahun 2016).

2.4.2 Sumber Daya Manusia


Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,
yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan.
(Permenkes RI No. 74 Tahun 2016). Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas
dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan
serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah
Apoteker di Puskesmas bila memungkinkan diupayakan 1 (satu) Apoteker untuk
50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat
tanda registrasi dan surat izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Setiap tahun dapat dilakukan penilaian kinerja
tenaga kefarmasian yang disampaikan kepada yang bersangkutan dan
didokumentasikan secara rahasia. Hasil penilaian kinerja ini akan digunakan
sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan dan sanksi (reward and
punishment).
Kompetensi apoteker di Puskesmas sebagai berikut:
1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
2. Mampu mengambil keputusan secara profesional.
3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan
lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.
4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).
5. Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker
dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut.
Lingkup tanggung jawab asisten Apoteker meliputi:
1. Ikut bertanggung jawab dalam ketersediaan dan keterjangkauan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan yang diperlukan masyarakat sesuai
kewenangan dan peraturan yang berlaku.
2. Ikut bertanggung jawab atas mutu, keamanan dan efektivitas sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan yang diberikan.
3. Ikut bertanggung jawab dalam memberikan informsi kepada masyarakat
sesuai dengan kewenangan dan peraturan yang berlaku tentang penggunaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima demi tercapainya
kepatuhan penggunaan.
4. Memiliki tanggung jawab bersama dengan tenaga kesehatan lainnya dan
pasien dalam menghasilkan terapi yang optimal.

2.4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
dengan pelayanan kefarmasian sedangkan prasarana adalah fasilitas dan peralatan
yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Sarana dan
prasarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian adalah sebagai berikut:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, satu set meja
dan kursi, serta satu set komputer, ruang penerimaan resep ditempatkan pada
bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral)
untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan
pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis
secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
cukup. Jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai
kebutuhan.
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi tempat penyerahan obat, buku
pencatatan, penyerahan dan pengeluaran obat.

4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat (lampiran), formulir catatan
pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer, jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan temperatur, kelembaban,
ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain
itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang
baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC),
lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu (PERMENKES RI No. 74 Tahun 2016).

2.4.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

Tujuan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. Kepala
ruang farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
menjamin terlaksananya pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medias habis
pakai yang baik.

Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis pakai dimulai


dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.

1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.

Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di


Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses
seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode
sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses
seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi
ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat
dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah
kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan
waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih (Permenkes
RI No. 74 Tahun 2016).
2. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan
diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat
(Permenkes RI No. 74 Tahun 2016).
3. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri
sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan
pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya. Tenaga Kefarmasian wajib melakukan
pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi,
bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh
Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa
kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu
Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan


mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan.
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban.
c. Mudah atau tidaknya meledak atau terbakar.
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
e. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi (permenkes ri no. 74 tahun
2016).
5. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat (Permenkes RI
No. 74 Tahun 2016).
Kegiatan distribusi meliputi:
a. Menentukan frekuensi distribusi
Penentuan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan jarak sub unit
pelayanan, biaya distribusi tersedia, menentukan jumlah obat. Dalam menentukan
jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-rata per jenis obat, sisa stok,
pola penyakit, jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.
b. Penyerahan obat
Penyerahan obat dilakukan dengan dua cara, yaitu gudang obat
menyerahkan atau mengirimkan obat dan diterima di unit pelayanan dan
penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub-sub unit
pelayanan.Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan lembar
pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat (Anonim, 2014).
6. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi yang
tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)
atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang dimusnahkan antara
lain:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan; dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan.
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait.
d. Menyiapkan tempat pemusnahan.
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku (permenkes RI No. 74 Tahun 2016).
7. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan atau kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan
kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari pengendalian
persediaan, pengendalian penggunaan dan Penanganan Sediaan Farmasi hilang,
rusak, dan kadaluwarsa (Permenkes RI No. 74 Tahun 2016).
8. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan
lainnya. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah bukti pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan, sumber data untuk
melakukan pengaturan dan pengendalian dan sumber data untuk pembuatan
laporan (Permenkes RI No. 74 Tahun 2016).

2.4.5 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian


yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Memberikan
Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai. Meningkatkan kerjasama dengan profesi
kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,


persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Dosis dan jumlah Obat.
c. Stabilitas dan ketersediaan.
d. Aturan dan cara penggunaan.
e. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
d. Kontra indikasi.
e. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan atau meracik
Obat, memberikan label atau etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan
informasi yang memadai disertai pendokumentasian yang bertujuan agar pasien
memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis atau pengobatan dan pasien
memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk


memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuannya untuk menyediakan
informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan Puskesmas,
pasien dan masyarakat, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat, menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan
yang dilakukan ialah memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara pro aktif dan pasif, menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga
kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka, membuat buletin, leaflet, label
obat, poster, majalah dinding dan lain-lain, melakukan kegiatan penyuluhan bagi
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat, melakukan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan
obat dan Bahan Medis Habis Pakai, mengoordinasikan penelitian terkait obat dan
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sumber informasi Obat.
b. Tempat.
c. Tenaga.
d. Perlengkapan.
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan obat.
Kegiatan yang dilakukan ialah membuka komunikasi antara apoteker dengan
pasien, menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara pemakaian,
apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain-lain, memperagakan dan
menjelaskan mengenai cara penggunaan obat, verifikasi akhir yaitu mengecek
pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:


a. Kriteria pasien yang meliputi pasien rujukan dokter, pasien dengan penyakit
kronis, pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi,
pasien geriatrik, pasien pediatrik, pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
b. Sarana dan prasarana yang meliputi ruangan khusus, kartu pasien atau catatan
konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan


mendapat risiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia,
lingkungan sosial, karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang bagaimana menggunakan obat dan alat kesehatan perlu dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan
tercapainya keberhasilan terapi obat.

4. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan


secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter,
perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Tujuannya untuk memeriksa obat pasien,
memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien, memantau perkembangan
klinis pasien yang terkait dengan penggunaan obat, berperan aktif dalam
pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan
dokumentasi dan rekomendasi. Kegiatan visite mandiri untuk pasien baru meliputi
apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan,
memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian
obat, menanyakan obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat
jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien, mengkaji
terapi obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait obat yang
mungkin terjadi. Sedangkan untuk pasien lama dengan instruksi baru meliputi
menjelaskan indikasi dan cara penggunaan obat baru, mengajukan pertanyaan
apakah ada keluhan setelah pemberian obat. Sedangkan untuk semua pasien
meliputi memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien, membuat
catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku yang
akan digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan
pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.

b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan keluarga


pasien terutama tentang obat.

c. Menjawab pertanyaan dokter tentang obat.

d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti obat


yang dihentikan, obat baru, dan perubahan dosis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.

b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.

c. Memahami teknik edukasi.

d. Mencatat perkembangan pasien.


Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan
terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk
itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)
agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan
Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang


merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis. Tujuannnya untuk menemukan efek samping obat sedini
mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang, menentukan
frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat dikenal atau yang
baru saja ditemukan. Kegiatan yang dilakukan ialah menganalisis laporan efek
samping obat, mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat, mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat
(MESO), melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan


terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping. Tujuannya untuk mendeteksi masalah yang terkait
dengan obat, memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan
obat. Kegiatan yang dilakukan ialah memilih pasien yang memenuhi kriteria,
membuat catatan awal, memperkenalkan diri pada pasien, memberikan penjelasan
pada pasien, mengambil data yang dibutuhkan, melakukan evaluasi, memberikan
rekomendasi.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Tujuannya untuk mendapatkan
gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi
secara berkala untuk penggunaan obat tertentu.
Setiap kegiatan pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai
standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang mudah dilihat.
Contoh standar prosedur operasional sebagaimana terlampir (Permenkes RI No.
74 Tahun 2016).
BAB III

TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

3.1 Tinjauan Umum Puskesmas Bareng

Puskesmas Bareng berdiri sejak tahun 1982, berdasarkan Inpres tahun


1975 yang terletak di Jl. Bareng Tenes gang IV a / 639 Malang, sedangkan
wilayah kerja puskesmas bareng meliputi 5 kelurahan, yaitu kel. Bareng, Kel.
Gading Kasri, Kel.Kasin, Kel. Sukoharjo, Kel. Pisang candi dan Kel. Karang
Besuki.
Pada Tahun 1988, Wilayah tersebut mengalami perubahan karena adanya
pemekaran wilayah kota Malang sehingga meliputi 4 kelurahan yaitu Kel. Bareng,
Kel. Gading Kasri, Kel. Kasin dan Kel. Sukoharjo, semuanya terletak di wilayah
kecamatan Klojen hingga sekarang.

3.2 Data Umum

3.2.1 Tugas Puskesmas

Melaksanakan pelayanan penyembuhan, pencegahan, penyuluhan


kesehatan terhadap penderita yang datang di dalam gedung maupun diluar
gedung.

3.2.2 Fungsi

Melayani masalah kesehatan masyarakat melalui :

1. Memberikan pengertian tentang kesehatan


melalui penyuluhan-penyuluhan pada setiap kegiatan baik secara kelompok
maupun secara individual.
2. Memberikan contoh atau peragaan serta
informasi cara pencegahan terhadap penyakit, agar tidak terjangkit atau
tertular suatu penyakit.
3. Memberikan pelayanan pertolongan pengobatan,
perawatan terhadap penderita perorangan / yang sakit yang datang ke
Puskesmas maupun posyandu tingkat pertama.

3.2.3 Susunan Organisasi

Sesuai dengan petunjuk dari dinas kesehatan Kota Malang, tentang


struktur organisasi untuk puskesmas adalah (Data Terlampir).

3.2.4 Visi, Misi dan Motto

Visi dari puskesmas bareng yaitu : Pelayanan kesehatan pada masyarakat


yang dipercaya mengedepankan kesembuhan.
Misi dari puskesmas Bareng yaitu : membudayakan masyarakat agar
dapat mengatasi masalah kesehatannya sendiri.
Motto dari puskesmas Bareng yaitu : wujudkan masyarakat sehat
3.2.5 Peraturan Internal Tata Tertib Puskesmas Bareng

1. Jam Kerja Staf di Puskesmas Bareng

Tabel 3.1 Jam kerja di Puskesmas Bareng

No Hari Jam Datang Jam Pulang


1. Senin 07.00 15.00
2. Selasa 07.00 15.00
3. Rabu 07.00 15.00
4. Kamis 07.00 15.00
5. Jumat 07.00 11.00
6. Sabtu 07.00 12.30

2. Jadwal Pelayanan di Puskesmas Bareng

Tabel 3.2 Jadwal Pelayanan Puskesmas Bareng

Waktu layanan Pelayanan


No Hari
pendaftaran pemeriksaan dan obat
1. Senin 07.30 – 13.00 07.30 - 15.00
2. Selasa 07.30 – 13.00 07.30 - 15.00
3. Rabu 07.30 – 13.00 07.30 - 15.00
4. Kamis 07.30 – 13.00 07.30 - 15.00
5. Jumat 07.30 – 10.00 07.30 - 11.00
6. Sabtu 07.30 – 12.00 07.30 - 12.30

3.3 Prosedur Tetap Unit Layanan Obat

Prosedur tetap unit layanan obat merupakan acuan yang digunakan dalam
proses melakukan pelayanan dalam bidang kesehatan terutama pada bidang
pelayanan obat ke pasien.
Prosedur tetap obat ini meliputi beberapa kegiatan antara lain :
1. Penerimaan resep hingga penyerahan obat kepasien.
2. Kelengkapan dan kebenaran resep.
3. Pembuatan obat racikan (puyer).
4. Penulisan etiket yang benar.
5. Pengelolaan obat di apotik.
6. Pengelolaan obat di gudang obat.
7. Pengelolaan obat narkotika dan psikotropika.
8. Penerimaan sampai pendistribusian obat di puskesmas.
9. Pencatatan pelaporan obat di puskesmas.

3.4 Instansi Farsmasi di Puskesmas Bareng

Ruang Farmasi di Puskesmas Bareng memiliki dua tenaga teknis


kefarmasian yang bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatan manajerial dan
farmasi klinik di Puskesmas Bareng. Kegiatan manajerial meliputi perencanaan,
permintaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan,
pengelolaan, serta pemusnahan. Sedangkan Farmasi Klinik meliputi pengkajian
resep, penyerahan obat dan pemberian Informasi obat (KIE) pada pasien.
Pelayanan farmasi di Puskesmas Bareng melayani resep mulai dari pukul
7.30 - 15.00 WIB untuk hari senin-kamis, sedangkan hari jumat Puskesmas
Bareng mulai melayani resep pukul 7.30 - 11.00 dan untuk hari sabtu Puskesmas
Bareng melayani resep mulai dari pukul 7.30 - 12.30.
Resep di Puskesmas Bareng dibagi menjadi dua yaitu Resep Umum dan
BPJS juga termasuk Askes. Antara resep umum dan resep BPJS memiliki warna
resep yang berbeda, yaitu warna putih untuk resep umum dan warna hijau untuk
resep BPJS atau Askes.

3.5 Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas Bareng

3.5.1 Alur Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas Bareng

Pasien Datang

Loket Pendaftaran

Ruang umum Laboratorium

Ruang Gigi

Ruang KIA
Rujukan

Apotik Pulang

3.5.2 Alur Pelayanan Resep di Puskesmas Bareng

Resep masuk (poli umum,


gigi dan KIA)

Skrining resep
Resep Tidak Rasional
Aspek administratif, Aspek farmasetis,
dan Aspek farmakologi

Resep Rasional Konfirmasi dokter

Resep dikerjakan atau peracikan


obat oleh TTK

Penyerahan obat dan KIE


Pemeriksaan obat oleh kepada pasien
TTK

Berikut adalah prosedur kerja pelayanan diruang farmasi:


1. Petugas farmasi mempersiapkan pelayanan diruang farmasi.
2. Petugas farmasi menerima resep dari sub unit pelayanan dan mengecek
kelengkapannya.
3. Apabila sudah lengkap menyiapkan obat sesuai resep yang diterima.
4. Petugas farmasi melakukan pengemasan dan penandaan.
5. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan akhir.
6. Petugas memanggil pasien untuk menyerahkan obat dan memberi informasi
serta meminta nomer obat dari sub unit pelayanan (Ruangan).
3.5.3 Penerimaan Resep

Apotek Puskesmas Cisadea melayani resep dari poli yang terdiri dari
pasien umum dan BPJS, Langkah pertama penerimaan resep di Puskesmas
Cisadea dengan memeriksa nama, usia dan alamat pasien, memeriksa kesesuaian
farmasetik, yang meliputi bentuk sediaan, dosis, dan cara penggunaan obat,
memeriksa pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, dan interaksi obat,
mengkonsultasikan kepada dokter atau perawat yang menulis resep apaila
ditemukan keraguan pada resep maupun terdapat obat yang tidak tersedia.

3.5.4 Penyiapan dan Peracikan Obat


3.5.5 Obat Jadi
Pengambilan obat sesuai nama dan jumlah yang tertera pada resep,
dimasukkan dalam plastik pembungkus dan diberi etiket yang meliputi nama
pasien, tanggal pembuatan resep, bentuk sediaan, aturan pakai dan indikasi obat,
etiket putih untuk obat oral, sedangkan etiket biru untuk obat luar.

3.5.6 Obat Racikan ( Pulveres )

Apabila di dalam resep sudah ditentukan obat tertentu, dengan jumlah


tertentu yang harus diracik, maka obat tersebut siap untuk diracik. Namun bila
pada resep belum ditentukan berapa jumlah tablet yang harus digerus atau diracik,
maka jumlahnya dihitung dulu oleh TTK. Jika sudah pasti jumlahnya maka tablet
bisa langsung digerus. Dibersihkan mortir dan stamper dengan menggunakan air
mengalir, kemudian dilap dengan menggunakan lap atau tissue sampai mortir dan
stamper nya kering atau bersih. Pengambilan obat sesuai nama dan jumlah yang
tertera pada resep, dibuka bungkus obat dan dimasukkan dalam mortir, gerus
dengan stemper hingga halus dan homogen, bagi rata sesuai jumlah yang tertera
pada resep, bungkus dengan kertas perkamen, beri etiket putih dan masukkan
dalam plastik pembungkus.

3.5.7 Penyerahan Obat

Setelah obat selesai diambil atau diracik, selanjutnya akan dilakukan


pemeriksaan kembali untuk memastikan keamanan pasien, pemeriksaannya
meliputi tiga aspek yaitu aspek administratif, aspek farmasetis dan aspek
farmakologis. Aspek administratif meliputi nama obat, jumlah obat, nama pasien,
umur pasien, alamat pasien, BB pasien dan aturan pakai obat. Pasien diminta
untuk menyerahkan nomor antrian paisen, apabila nomor antrian pasien hilang
maka pasien diminta untuk menyebutkan alamat lengkap, umur dan keluhan
penyakitnya untuk memastikan obat diberikan pada orang yang benar, sehingga
tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan terkait dengan keselamatan
pasien. Aspek farmasetis meliputi bentuk sediaan, stabilitas obat dan
inkompabilitas obat atau ketercampuran obat dengan obat yang lainnya (Interaksi
obat dengan obat lainnya). Aspek farmakologi yang diperiksa meliputi
penyesuaian dosis yang diberikan pada resep dengan dosis yang tertera pada
literatur. Untuk menghindari dosis yang berlebihan sehingga pasien tidak
mengalami over dosis. Jika TTK sudah memeriksa kelengkapan administratif,
farmasetis, maupun farmakologik maka obat diberikan kepada pasien beserta KIE.

3.5.8 Informasi Obat (KIE)

Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai


indikasi, cara penggunaan, waktu penggunaan obat dan efek samping yang
mungkin akan ditimbulkan. Dipastikan pada saat menyerahkan obat pada pasien,
yang mengambil obat ialah pasien atau kerabat terdekat pasien. Jika ada pasien
anak-anak maka obat dari pasien anak diberikan pada orang tua si anak atau
kerabatnya untuk mengantisipasi cara pemakaian obat yang salah. Jika ada
kaluhan tambahan dari pasien, pasien mengkonfirmasi kembali kepada dokter
yang memeriksa dengan membawa resepnya kembali kepada dokter, kemudian
diserahkan pada apotek dan diberikan obat sesuai revisi dari dokter.

3.6 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Farmasi Di Puskesmas


Bareng

Pelaksanaan PKL di Puskesmas Cisadea dimulai tanggal 1 Februari – 28


Februari 2019. Adapun kegiatan yang dilakukan selama PKL yaitu, mengikuti
apel pagi yang dilaksanakan setiap hari Senin – Kamis, mengecek persediaan obat
yang akan digunakan untuk pelayanan, melakukan pelayanan resep mulai dari
penerimaan resep sampai menyerahkan obat kepada pasien yang disertai dengan
KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi). Pengelolan sediaan farmasi dan
perbekalan farmasi meliputi, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pengendalian, administrasi, pelaporan, dan pemusnahan.
Kegiatan kefarmasian di Puskesmas Cisadea dilakukan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur. Kegiatan yang dilakukan di Puskesmas, Cisadea
meliputi:

3.6.1 Perencanaan
Metode perencanaan yang dilakukan di Puskesmas Bareng ialah metode
komsumsi yang mengacu pada obat yang sering digunakan pada tahun
sebelumnya, serta kasus penyakit yang sering dialami oleh masyarakat setempat,
kemudian dilakukan kegiatan pengadaan membuat daftar perencanaan obat, untuk
persediaan obat dan alkes dengan menentukan jumlah barang dan membuat form
perencanaan atau LPLPO. Selanjutnya form tersebut dikirim ke Dinas Kesehatan
bidang farmasi makanan dan minuman untuk melakukan pengadaan obat dan
alkes.

3.6.2 Pengadaan dan Permintaan

Pengadaan obat ditujukan kepada gudang farmasi dinas kesehatan kota


Malang sebagai obat persediaan di Puskesmas Bareng, untuk penggunaan diruang
(Pemeriksaan umum, KIA, pemeriksaan gigi), puskesmas pembantu, dan
posyandu. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing
puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
Tingkat II setempat. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui.

Permintaan obat adalah suatu proses untuk memperoleh perbekalan


kesehatan obat yang dibutuhkan oleh unit-unit pelayanan kesehatan di Puskesmas
sesuai dengan pola penyakit yang terdapat di wilayah kerjanya.
Kegiataan pengadaan atau permintaan obat meliputi:
1. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun GFK
(Gudang Farmasi Kota) untuk masing-masing puskesmas setiap 2 bulan
sekali.
2. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan
Pemakaian Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
3. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan II dan selanjutnya
diselesaikan oleh GFK.
4. Saat pengambilan barang di GFK, Petugas puskesmas melakukan
pengecekkan terhadap obat-obat yang diserahkan, mencakup nama obat,
jumlah kemasan, No batch, tanggal kadaluarsa, jenis sediaan, jumlah obat,
bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO).

3.6.3 Penerimaan

Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi


dilakukan oleh bagian penanggung jawab gudang farmasi. Penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi dilakukan oleh bagian
penanggung jawab gudang farmasi. Aspek farmasetik ialah keadaan fisik barang
seperti bentuk, warna, bau dan suhu. Sistem penerimaan di Puskesmas Bareng
pertama, pihak Gudang Farmasi Kota mengantar obat ke Puskesmas Bareng atau
petugas di bagian gudang yang mengambil obat langsung di Gudang Farmasi
Kota setiap bulan pada minggu ke-2. Kedua, pengecekan barang datang
disesuaikan dengan surat pemesanan LPLPO. Ketiga, dilakukan penandatanganan
surat penerimaan bila barang sudah sesuai. Keempat, barang yang telah diterima
selanjutnya disimpan di gudang farmasi, untuk obat high allert dan LASA
diletakkan di tempat khusus.

3.6.4 Penyimpanan

Penyimpanan barang yang telah diperiksa kemudian disimpan di ruang


gudang yang terpisah denga ruang pelayanan. Ruang pelayanan terletak bagian
depan, sedangkang gudang farmasi terletak di bagian belakang ruang farmasi.
Gudang farmasi terfasilitasi AC agar kestabilannya terjaga dan tidak lembab
sesuai dengan persyaratan penyimpanan perbekalan farmasi, lantai gudang terbuat
dari tegel, obat dan alkes disusun pada rak, disesuaikan berdasarkan bentuk
sediaan solid, semi solid, dan liquid. Disimpan sesuai alfabetis dengan prinsip
FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out). Pada obat-obat khusus
diberi label high alert, sedangkan obat yang bentuk dan bernama mirip diberikan
label LASA (Look A like Sound A like). Obat-obat narkotika dan psikotropika
disimpan dilemari khusus narkotika dan psikotropika. Obat-obat yang
membutuhkan control suhu saat pemyimpanan, diatur kestabilannya pada suhu 2º
C – 8º C. Salah satu persyaratan sasaran mutu standar ISO yang dilakukan ialah
setiap pencatatan kartu stok harus sesuai dengan jumlah keadaan fisik.

3.6.5 Distribusi
Obat didistribusikan kepada beberapa unit pelayanan kesehatan di
Puskesmas Bareng, yaitu poli gigi, ruang tindakan, posyandu, pustu, KIA, dan
laboratorium.

3.6.6 Pengendalian
1. Pengendalian persediaan
Pengendalian dan persediaan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas Cisadea dilakukan dengan perhitungan secara teliti dengan melihat
obat apa saja yang diperlukan di puskesmas dengan menggunakan data kartu stok
2. Pengendalan penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan dengan melihat pola
epidemologi serta jumlah resep, dengan pengendalian penggunaan obat yang tepat
maka tidak akan terjadi penumpukan obat atau terjadi kekurang di puskesmas,
sehingga dana obat dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

3.6.7 Administrasi
Administrasi mencangkup semua kegiatan yang berkenaan dengan proses
pencatatan, pelaporan, pengarsipan sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan
agar dapat lebih mudah dalam memonitor dan mengevaluasi. Administrasi
pencatatan dan penyiapan resep antara lain.
1. Pencatatan jumlah resep harian yang masuk
2. Mengarsipkan resep per harinya sesuai tanggal
3. Pencatatan penggantian obat pengganti untuk obat yang habis
4. Melakukan pemusnahan resep yang telah disimpan selama tiga tahun dengan
cara dibakar.

3.6.8 Pemusnahan
Pemusnahan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menindak lanjuti kerusakan pada perbekalan farmasi. Sistemnya dengan mengirim
berita acara kepada Dinas Kesehatan Kota Malang dan Gudang Farmasi Kota
(GFK) yang selanjutnya akan dibakar dan ditangani sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan GFK dengan memberikan kewenangan kepada pihak puskesmas untuk
memusnahkan.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Puksesmas Bareng pada


periode 1 Februari hingga 28 Februari 2019. Mahasiswa Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang yang PKL di Puskesmas Bareng ditempatkan pada Ruang
Farmasi. PKL merupakan kegiatan praktek secara langsung untuk melatih
mahasiswa dalam menerapkan ilmu perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi
yang telah didapatkan selama masa perkuliahan.
Kegiatan Perbekalan Farmasi yang dilakukan di apotek Puskesmas Bareng
meliputi penerimaan resep, penyiapan resep, peracikan resep, dan penyerahan
obat kepada pasien disertai dengan pemberian KIE, yang bertujuan untuk
memastikan pasien menggunakan obat sesuai anjuran dokter. Pengelolan sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi di Puskesmas Bareng meliputi, perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian, administrasi, dan
pemusnahan.
Puskesmas Bareng menggunakan metode perencanaan konsumsi. Metode
konsumsi mengacu pada obat yang sering digunakan pada tahun sebelumnya,
serta kasus penyakit yang sering dialami oleh masyarakat setempat, kemudian tim
pengadaan membuat daftar perencanaan obat setiap akhir tahun pada setiap bulan
Agustus. Dalam pelaksanaannya tidak terdapat kendala dalam hal pemenuhan
kebutuhan perbekalan farmasi, sehingga pelayanan farmasi dapat berjalan dengan
baik.
Sistem pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Bareng ditujukan
kepada gudang farmasi dinas kesehatan kota Malang sebagai obat persediaan di
Puskesmas Bareng, untuk penggunaan diruang (Pemeriksaan umum, KIA,
pemeriksaan gigi), puskesmas pembantu, dan posyandu. Dalam pelaksanaannya
tidak terdapat kendala dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di gudang
kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Malang, dengan demikian sistem pengadaan
yang diterapkan telah berjalan dengan baik dan tidak terjadi kendala.
Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi di
Puskesmas Bareng dilakukan oleh bagian penanggung jawab gudang farmasi.
Penerimaan merupakan kegiatan penerimaan obat yang diserahkan dari unit
pengelolah yang lebih tinggi ke unit pengelolah dibawahnya. Banyak hal yang
harus diperhatikan saat pemeriksaan penerimaan barang yaitu meliputi aspek
administrasi seperti nama barang, jumlah barang, tanggal kadaluwarsa, nomor
bacth, kualitas barang, dan batas pengiriman yang disesuaikan dengan Surat
Perjanjian Kerja (SPK). Aspek farmasetik ialah keadaan fisik barang seperti
bentuk, warna, bau an suhu. Sistem penerimaan di Puskesmas Bareng pertama,
pihak Gudang Farmasi Kota mengantar obat ke Puskesmas Bareng setiap bulan
pada minggu ke-2 atau petugas di bagian gudang yang mengambil obat langsung
di gudang farmasi kota. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala dalam
proses penerimaan perbekalan farmasi di gudang farmasi yang ditujukan dari
Dinas Kesehatan Kota Malang. Hal ini dikarenakan terdapat hambatan pada saat
pengiriman persediaan perbekalan farmasi dari pihak Dinas Kesehatan Kota
Malang tidak sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya kekosongan pada persediaan perbekalan farmasi di
Puskesmas Bareng.
Penyimpanan barang yang telah diperiksa kemudian disimpan di ruang
gudang yang terpisah dengan ruang pelayanan. Gudang farmasi terfasilitasi AC
agar kestabilannya terjaga dan tidak lembab sesuai dengan persyaratan
penyimpanan perbekalan farmasi, lantai gudang terbuat dari tegel, obat dan alkes
disusun pada rak, disesuaikan berdasarkan bentuk sediaan solid, semi solid, dan
liquid. Disimpan sesuai alfabetis dengan prinsip FIFO (first in first out) dan FEFO
(first expired first out). Terdapat beberapa perbekalan farmasi yang tidak disusun
dalam rak secara alfabetis. Namun, tetap dalam wadah aslinya. Hal ini
menyesuaikan dengan kondisi ruang penyimpanan yang terbatas namun, sejauh
ini tidak terdapat kendala dalam hal pengambilan perbekalan farmasi. Obat-obat
yang membutuhkan kontrol suhu saat penyimpanan, diatur kestabilannya pada
suhu 2º C – 8º C pada lemari pendingin yang berada di gudang farmasi. Sejauh ini
tidak terdapat kendala dalam hal penyimpanan perbekalan farmasi di Puskesmas
Bareng.
Pengendalian persediaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas
Bareng dilakukan dengan perhitungan secara teliti dengan melihat obat apa saja
yang diperlukan di puskesmas dengan menggunakan data kartu stok. Salah satu
persyaratan sasaran mutu standar ISO yang dilakukan ialah setiap pencatatan
kartu stok harus sesuai dengan jumlah keadaan fisik. Dalam sistem pencatatan
kartu stok tidak terdapat kendala, sistemnya sudah sesuai dengan standar mutu
ISO. Sedangkan pengendalian penggunaan obat dilakukan dengan melihat pola
epidemologi serta jumlah resep, dengan pengendalian penggunaan obat yang tepat
maka tidak akan terjadi penumpukan obat di Puskesmas.
Sistem administrasi di Puskesmas Bareng meliputi seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan proses pencatatan, pelaporan, pengarsipan sediaan farmasi,
dan perbekalan kesehatan agar dapat lebih mudah dalam memonitor dan
mengevaluasi. Administrasi pencatatan dan penyiapan resep seperti pencatatan
jumlah resep harian yang masuk, mengarsipkan resep per harinya sesuai tanggal,
pencatatan penggantian obat pengganti untuk obat yang habis. Dalam
pelaksanaannya tidak terdapat kendala dalam sistem administrasi perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi, dengan demikian sistem administrasi yang
diterapkan telah berjalan dengan baik dan tidak terjadi kendala.
Apabila terdapat perbekalan farmasi yang kadaluarsa, maka dikembalikan
ke gudang farmasi untuk dilakukan pencatatan dan pemusnahan yang dilakukan
setiap tiga tahun sekali dengan membuat berita acara. Sistem pemusnahannya
dengan mengirim berita acara kepada Dinas Kesehatan Kota Malang dan Gudang
Farmasi Kota (GFK) yang selanjutnya akan dibakar dan ditangani sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan GFK dengan memberikan kewenangan kepada pihak
puskesmas untuk memusnahkan. Dalam pelaksanaannya tidak terdapat kendala
dalam proses pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluarsa, dengan demikian
proses pemusnahan yang diterapkan telah berjalan dengan baik dan tidak terjadi
kendala.
Seorang ahli farmasi memegang peran penting dalam pelayanan medis
terutama dalam hal pelayanan obat. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Bareng
meliputi pengecek persediaan obat yang akan digunakan untuk pelayanan,
melakukan pelayanan resep mulai dari penerimaan resep sampai menyerahkan
obat kepada pasien yang disertai dengan KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi). Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Bareng dilaksanakan oleh dua
Tenaga Teknis Kefarmasian sebagai penanggung jawab apotek dan sebagai
penanggung jawab gudang farmasi.
Prosedur kerja pelayanan ruang farmasi di Puskesmas Bareng meliputi
persiapan pelayanan diruang farmasi, penerima resep dari sub unit pelayanan dan
mengecek kelengkapannya. Pada saat penyerahan obat, TTK juga memberikan
KIE (informasi) tentang cara penggunaan obat, waktu penggunaan obat, indikasi
obat agar pasien tidak salah dalam minum obat. Namun, dalam pelaksanaannya
terkadang TTK hanya memberikan obat tanpa disertai KIE kepada pasien. Hal ini
dikarenakan kurang disiplinnya TTK atau petugas farmasi dalam hal pemberian
KIE, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan pembinaan
disiplin kepada TTK maupun petugas farmasi yang melakukan pelayanan
kefarmasian.
Berdasarkan penjelasan diatas maka Pelayanan dan Perbekalan Farmasi di
Puskesmas Bareng telah melaksanakan sistem dengan baik. Beberapa kekurangan
dapat dilakukan dengan perbaikan sistem dan menekankan pada saat perjanjian
awal dengan pihak Dinas Kesehatan Kota Malang agar tidak terjadi keterlambatan
pada proses pengiriman perbekalan farmasi, sehingga tidak terjadi kekosongan
persediaan perbekaan farmasi di Puskesmas Bareng.

4.2 Studi Kasus


Menurut peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas, gudang obat di
puskesmas memiliki peraturan sebagai berikut.

Tabel 4.1 Kesesuaian Standar Gudang Kefarmasian Di Puskesmas

Standar Gudang Obat Sesuai Tidak


Sesuai
Luas minimal 3x4 m2 
Ruangan kering tidak lembab 
Terdapat ventilasi 
Cukup cahaya 
Lantai dari legel atau semen 
Dinding dibuat licin 
Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding tajam 
Pintu dilengkapi kunci ganda 
Lemari khusus narkotika dan psikitropika 
Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat 
Terdapat ketidaksesuaian yaitu dinding tidak dibuat licin dan masih
memiliki sudut, hal ini dikarena pihak Puskesmas Bareng masih dalam proses
akreditasi, sedangkan gudang obat tidak hanya digunakan khusus untuk
menyimpan obat, melainkan juga digunakan untuk menyimpan Alat Kesehatan
dan Bahan Medis Habis pakai, hal ini dikarenakan keterbatasan ruangan di
Puskesmas.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Mahasiswa Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan gambaran di atas sejauh ini sistem Perbekalan dan Pelayanan
Farmasi di Puskesmas Bareng sudah berjalan dengan baik. Beberapa
kekurangan dalam hal penerimaan perbekalan farmasi, sejauh ini terus
diperbaiki oleh pihak Puskesmas Bareng. Dengan demikian maka Puskesmas
Bareng sudah melaksakan Permenkes 75 tahun 2014.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian Puskesmas Cisadea telah melakukan pekerjaan
pelayanan kefarmasian sesuai dengan standart prosedur yang telah di tetapkan
oleh Permenkes 75 tahun 2014.
3. Beberapa kekurangan yang terdapat pada hal ini, maka dilakukan perbaikan
evaluasi oleh pihak Puskesmas Bareng.
5.2 Saran
Sebaiknya lebih diperhatikan lagi pada proses KIE kepada pasien,
diharapkan pihak Puskesmas Bareng melakukan pembinaan disiplin kepada TTK
maupun petugas farmasi yang melakukan pelayanan kefarmasian.

DAFTAR RUJUKAN

Depkes RI. (2006). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi, Jakarta.

Permenkes Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014. Pusat Kesehatan


Masyarakat.

Permenkes Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016. Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
LAMPIRAN

Foto Apotek Puskesmas Bareng

Contoh Etiket Puskesmas Bareng


Tempat Penyimpanan Obat di Ruang Pelayanan Farmasi
Tempat Penyimpanan Obat Psikotropika dan Narkotika
LAMPIRAN

STRUKTUR TIM MANAJEMEN MUTU PUSKESMAS BARENG – KOTA MALANG

KEPALA PUSKESMAS

drg. MUHAMMAD ZAMRONI

KETUA TIM MANAJEMEN MUTU

drg. RATNA YULIA WIDYASTUTI

SEKRETARIS

TUTUT MARHAENI K., SE

PJ. AUDIT INTERNAL PJ MUTU ADMEN PJ MUTU UKM PJ MUTU PMKP PJ KELUHAN DAN
KEPUASAN PELANGGAN
dr. FARQIYAH DEWIAYU LIAH DWI P. M. RURIN P. dr. KHOLIDA NUR’AINI
drg SUSILOWATI S.
drg RENNY
RENNY PUSPITASARI MEILIA R. NGESTI RAHMAWATI HIMMATUS T.
PUSPITASARI
SITI LATIFAH NURUL K. RISKA MARA Y. FEBRI INDRI C. SARI WULANDARI
SITI LATIFAH DEVITA AYU C.O.
RATNA INDRAWATI RIO AKBAR S. WARSIATI VITTA SULISTYAWATI
RATNA INDRAWATI
YUSSI WULAN S. DIDIK SUPRAYOGI FAISAL A. ILHAM M. FARKHAN FAUZIAH

WILUJENG EMILIA WENI KARTIKA


YUSSI WULAN S. R. SUSMAWATI MASLINA JOKO WINULYO
TRI WAHYUNI SUKEMI SATTU R.D INDAH FERAWATI
WILUJENG EMILIA R.
LINDA KUSUMA D.

Anda mungkin juga menyukai