Khoirunnisa Primintan Habibillah - I92190011 - Kasus 3.11 Kanker
Khoirunnisa Primintan Habibillah - I92190011 - Kasus 3.11 Kanker
Dikerjakan oleh:
I92190011
A. PENDAHULUAN
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus =
bronchogenic carcinoma).
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13
persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari
seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat
sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru.
Berdasarkan data WHO, kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di
Indonesia, dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan Kanker paru
juga merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan kedua pada
perempuan.
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan tapi
merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Data hasil
pemeriksaan di laboratorium Patalogi Anatomi RSUP Persahabatan kanker paru
merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa. Data
registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker
trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah
kanker nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak
pada pria (28,94%) ( Panduan Penatalaksanaan Kanker Paru).
Terdapat banyak bentuk faktor risiko untuk berkembangnya kanker paru, namun
risiko yang paling signifikan berasal dari perokok. Sekitar 80%-90% kasus kanker paru
disebabkan oleh asap rokok (Brashers Valentina L., 2008: 113). Faktor-faktor risiko lain
yang menyebabkan kanker paru diantaranya (Klamerus Justin F., dkk, 2012: 4-5) :
a. Perokok pasif atau perokok rokok sisa
Perokok pasif meningkatkan risiko kanker 2-3 kali lebih tinggi daripada bukan
perokok.
b. Terkena gas radon (pecahan produk dari uranium dan radium), asbestos, dan asap
kayu bakar.
c. Bentuk-bentuk tertentu penyakit paru jinak, seperti fibrosis interstisial,
asbestosis, dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOK) atau COPD.
d. Faktor Genetik
Pasien dan keluarga seringkali khawatir akan risiko genetic kanker paru.
Walaupun tidak ada satupun gen diindentifikasi, ada sedikit kemungkinan
terkena kanker paru apabila anggota keluarga yang lain terkena. Risiko ini
meningkat bila anggota keluarga yang terkena kanker paru didiagnosis pada usia
muda atau bila kanker paru mengenai banyak anggota keluarga.
e. Pasien dengan sedikit atau tanpa riwayat perokok
Sekitar 1 dari 5 wanita yang terkena kanker paru bukanlah seorang
perokok dan 1 dari 10 pria tidak pernah menjadi perokok..
B. PATOFISIOLOGI
Kanker paru dimulai ketika terpapar karsinogen. Penyebab tersering adalah asap
rokok, 85% dari kasus kanker paru disebabkan oleh faktor resiko ini. Faktor resiko lain
dapat disebabkan karena terpapar polusi seperti asbestosis dan tar, bahan metal seperti
arsenic dan chromium. Paparan lingkungan sering diperberat oleh faktor genetik pada
mereka yang terkena kanker paru. Faktor – faktor resiko tersebut menyebabkan terjadinya
karsinogenesis yang apabila mengenai sel neuroendrokin menyebabkan pembentukan
SCLS dan apabila mengenai sel epitel menyebabkan pembentukan NSCLC. Small cell dan
non small cell lung cancer (SCLC, NSCLC) muncul dari tipe sel dan gejala klinis yang
berbeda. SCLC pertumbuhan tumor berada dibagian sentral sedangkan NSCLC bisa berada
di central dan dibagian perifer ( Panduan Penatalaksanaan Kanker Paru).
Kasus 3.11
Ny. O 56 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan berat badan 52 kg dan tinggi badan
150 cm, datang ke rumah sakit Z dengan keluhan dengan keluhan mual, muntah, pusing, dan lemas.
Os mengeluh sulit tidur, mengalami kesulitan mobilisasi dan gangguan keseimbangan. Satu tahun
SMRS, Os mulai mengalami gejala sering merasa lemas. Sebulan lalu, Os merasa gejala awal
bagian perut terasa keras dan kembung. Pada bulan Agustus 2019 Os menjalani biopsi hati. Hasil
biopsi hati menunjukkan terdapat nodul di hati yang merupakan sebaran dari paru. Os didiagnosis
adenocarcinoma paru T4N2M1 (stadium IVB) metastasis paru, hepar, dan otak dengan diabetes
melitus tipe 2 dan hipertensi.
Penilaian SGA terhadap Os didapatkan hasil Os malnutrisi sedang. Hasil pengukuran
menunjukkan tekanan darah Os 110/70 mmHg, denyut nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit,
dan suhu tubuh 36.3°C. Hasil laboratorium Os dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Os biasa mengonsumi makanan pokok yaitu 3 kali sehari (@0.5p), lauk hewani 2p sehari,
sayur 3 kali sehari (@1p), buah 3 kali sehari (@1p). Os jarang mengonsumsi daging sapi dan
kurang menyukai ikan laut. Os kurang menyukai tempe dan tahu. Os juga tidak terbiasa minum
susu dan tidak terbiasa mengemil untuk selingan. Sebelum sakit Os bekerja sebagai seorang guru.
Ketika masih mengajar, Os berolahraga seminggu sekali. Os memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes melitus tipe 2. Os merupakan golongan ekonomi menengah ke atas.
C. FORMULIR ASUHAN GIZI
NRM :-
Nama : Ny. O
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 56 Tahun
ASESMEN GIZI
ANTROPOMETRI
BIOKIMIA
KLINIS/FISIK
Klinis Fisik
Pemeriksaan Nilai Nilai Referensi Satuan
Tekanan darah 110/70 120/80 mmHg mual, muntah,
Nadi 80 60-100 kali/menit pusing, dan lemas
Suhu 36,3 36-37 °C
Respirasi 20 20-30 kali/menit
Kesimpulan : Pasien memiliki kesan umum vital sign normal
Tekanan darah normal : <120/<80 mmHg
Pre hipertensi : 120-139/80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 : 140-159/90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 : ≥160 - ≥ 100 mmHg
(JNC VII)
Nadi , respirasi dan suhu (Anggraeni, 2012)
RIWAYAT GIZI
Riwayat Personal
Ny. O, seorang ibu rumah tangga. Sebelum sakit Os bekerja sebagai seorang guru.
Ketika masih mengajar, Os berolahraga seminggu sekali. Os merupakan golongan ekonomi
menengah ke atas.
Riwayat Penyakit
Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2
DIAGNOSA GIZI
NI 2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan mual, muntah dibuktikan dengan
hasil recall SMRS energy 42,3%, protein 44,8%, lemak 31,6% dan KH
45,5%
NC 2.2 Perubahan data laboratorium yang berhubungan dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2 yang ditandai dengan hiperglikemia (GDS 198 mg/dL)
NC 3.3 Overweight ditandai dengan IMT = 23,1 kg/𝒎𝟐
INTERVENSI GIZI
A. Tujuan
1. Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan
2. Menurunkan kadar glukosa darah sampai batas normal
3. Mengurangi mual dan muntah
4. Mempertahankan berat badan
B. Syarat Diet
1. Energi diberikan cukup
2. Kebutuhan protein tinggi yaitu 1,5 kg/KgBB
3. Kebutuhan lemak cukup yaitu 20% dari kebutuhan energy total
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total
5. Hindari makanan yang berbau merangsang
6. Hindari makanan atau minuman terlalu manis
C. Implementasi
Perhitungan Perkeni (2015)
BBI = (150-100) x 90% = 45 Kg
Energy perempuan = 25 kal/KgBBI
= 25 x 45 Kg
= 1125 kkal
Umur = 5% x 1125 kkal = 56,25 kkal
Aktivitas fisik = 10% x 1125 kkal = 112,5 kkal
Stress metabolic = 20% x 1125 kkal = 225 kkal
Total kebutuhan = 1125 kkal – 56,25 kkal + 112,5 kkal + 225 kkal = 1406,25 kkal
kebutuhan protein = 20% x 1406,25 kkal = 281,25 kkal / 4 = 70,3 g
Kebutuhan lemak = 20% x 1406,25 kkal = 281,25 kkal/9 = 31,25 g
kebutuhan KH = 60% x 1406,25 kkal = 843.75 kkal / 4 = 210,9 g
Waktu :
20 menit
PERENCANAAN MENU
Waktu Menu Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak H A (g)
(g) (kkal) (g)
Anggraeni, A.C. 2012. Asuhan Gizi; Nutitonal Care Process. Yogyakarta : Graha Ilmu