Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem hukum common law yang di anut di Indonesia mempengaruhi hukum


perjanjian di indonesia serta asas-asasnya.asas hukum perjanjian di Indonesia di atur di dalam
kodifikasi Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata).selain itu,hukum islam juga
berlaku di Indonesia memiliki hukum perjanjian dengan asas-asas perjanjian
tersendiri.berdasar pada asas kebebasan berkontrak yang terdapat di dalam KUHPerdata
maupun hukum islam bahwa setiap orang berhak melakukan kontrak namun ada
batasannya.asas-asas perjanjian di dalam KUHPerdata dan hukum islam memiliki kesamaan
dan perbedaan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana terhapusnya kontrak atau perjanjian menurut KUHPerdata? dan


Kemukakan pasal yang mengatur terhapusnya kontrak dan contoh !
2) Apa yang dimaksud dengan pembayaran?
3) Apa saja bentuk dan mekeanisme pembayaran?
4) Apa saja alasan-alasan hapusnya perjanjian dihubungkan kontrak ?
5) Bagaimana perjanjian disebut hukum lampau waktu ?
6) Bagaimana perjanjian dapat batal demi hukum dan dapat dibatalkan ?
7) Bagaimana persyaratan penghapusan perjanjian dalam hukum islam ?
8) Bagaimana prosedur pembatalan perjanjian dalam alquran ?

Hukum Perdata C Page 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hapusnya Perjanjian

Hapusnya suatu perjanjian yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Pembayaran
Adalah setiap pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian secara
sukarela. Berdasarkan pasal 1382 KUH Perdata dimungkinkan menggantikan hak-
hak seorang kreditur/berpiutang. Menggantikan hak-hak seorang kreditur/berpiutang
dinamakan subrogatie. Mengenai subrogatie diatur dalam pasal 1400 sampai dengan
1403 KUH Perdata. Subrogatie dapat terjadi karena pasal 1401 KUH Perdata dan
karena Undang-undang (Pasal 1402 KUH Perdata).
Contoh : Pembayaran sewa rumah, sewa tanah, tunjangan tahunan untuk nafkah,
bunga abadi atau bunga cagak hidup, dan bunga uang pinjaman

b) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan uang atau
barang pada Panitera Pengadilan Negeri
Jika kreditur menolak pembayaran, maka debetur dapat melakukan penawaran
pembayaran tunai atas apa yang harus dibayarnya, dan jika kreditur juga menolaknya,,
maka debitur dapat menitipkan uang atau barangnya kepada Pengadilan. Penawaran
demikian, yang diikuti dengan penitipan, membebaskan debitur dan berlaku baginya
sebagai pembayaran, asal penawaran itu dilakukan menurut undang-undang,
sedangkan apa yang dititipkan secara demikian adalah atas tanggungan kreditur.
Agar penawaran yang demikian sah, perlu :
Ø Penawaran itu dilakukan kepada seorang kreditur atau wakilnya;
Ø Orang yang berkuasa untuk membayar;
Ø Penawaran itu mengenai seluruh uang pokok yang dapat dituntut dan bunga
yang dapat ditagih serta biaya yang telah ditetapkan, tanpa mengurangi
penetapan kemudian;
Ø Ketetapan waktu telah tiba jika itu dibuat untuk kepentingan kreditur;

Hukum Perdata C Page 2


Ø Syarat yang menjadi beban utang telah terpenuhi.
Ø Penawaran itu dilakukan di tempat yang menunut persetujuan pembayaran;
Ø Penawaran itu dilakukan oleh seorang Notaris atau juru sita, masing-masing
disertai dua orang saksi.

Agar suatu penyimpanan sah, tidak perlu adanya kuasa dan Hakim cukuplah:
Ø Dengan disampaikan keterangan;
Ø Dengan menitipkannya pada kas penyimpanan atau penitipan di kepaniteraan
pada Pengadilan yang akan mengadilinya;
Ø Oleh Notaris atau jurusita, masing-masing disertai dua orang saksi
Ø Jika kreditur tidak datang untuk menerimanya, berita acara tentang penitipan
diberitahukan kepadanya, dengan peringatan untuk mengambil apa yang
dititipkan itu.

Biaya yang dikeluarkan unituk menyelenggarakan penawaran pembayaran tunai dan


penyimpanan harus dipikul oleh kreditur, jika hal itu dilakukan sesuai dengan undang-
undang. Selama apa yang dititipkan itu tidak diambil oleh kreditur, debitur dapat
mengambilnya kembali, dalam hal itu orang-orang yang turut berutang dan para
penanggung utang tidak dibebaskan.

c) Pembaharuan utang atau novasi


Adalah suatu pembuatan perjanjian baru yang menggantikan suatu perjanjian lama.
Menurut Pasal 1413 KUH Perdata ada 3 macam cara melaksanakan suatu
pembaharuan utang atau novasi, yaitu yang diganti debitur, krediturnya (subyeknya)
atau obyek dari perjanjian itu.

Ada tiga macam novasi yaitu :


1) Novasi obyektif, dimana perikatan yang telah ada diganti dengan perikatan lain.
2) Novasi subyektif pasif, dimana debiturnya diganti oleh debitur lain.

d) Perjumpaan utang atau Kompensasi


Kompensasi adalah salah satu cara hapusnya perikatan, yang disebabkan oleh
keadaan, dimana dua orang masing-masing merupakan debitur satu dengan yang
lainnya. Kompensasi terjadi apabila dua orang saling berutang satu pada yang lain

Hukum Perdata C Page 3


dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan, oleh undang-
undang ditentukan bahwa diantara kedua mereka itu telah terjadi, suatu perhitungan
menghapuskan perikatannya (pasal 1425 KUH Perdata). Misalnya A berhutang
sebesar Rp. 1.000.000,- dari B dan sebaliknya B berhutang Rp. 600.000,- kepada A.
Kedua utang tersebut dikompensasikan untuk Rp. 600.000,- Sehingga A masih
mempunyai utang Rp. 400.000,- kepada B.Untuk terjadinya kompensasi undang-
undang menentukan oleh Pasal 1427KUH Perdata, yaitu utang tersebut :
- Kedua-duanya berpokok sejumlah uang atau.
- Berpokok sejumlah barang yang dapat dihabiskan. Yang dimaksud dengan barang
yang dapat dihabiskan ialah barang yang dapat diganti.
- Kedua-keduanya dapat ditetapkan dan dapat ditagih seketika.

e) Percampuran utang
Adalah apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur) dan orang berutang
(debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu percampuran
utang dengan mana utang-piutang itu dihapuskan, misalnya: debitur menikah dengan
krediturnya, atau debitur ditunjuk sebagai ahli waris tunggal oleh krediturnya.

f) Pembebasan utang
Menurut pasal 1439 KUH Perdata, Pembebasan utang adalah suatu perjanjian yang
berisi kreditur dengan sukarela membebaskan debitur dari segala kewajibannya.

Misalnya pengembalian surat piutang asli secara sukarela oleh kreditur merupakan
bukti tentang pembebasan utangnya.
Dengan pembebasan utang maka perikatan menjadi hapus. Jika pembebasan utang
dilakukan oleh seorang yang tidak cakap untuk membuat perikatan, atau karena ada
paksaan, kekeliruan atau penipuan, maka dapat dituntut pembatalan

g) Musnahnya barang yang terutang


Adalah jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, tak lagi dapat
diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tak diketahui apakah barang itu
masih ada, maka hapuslah perikatannya, jika barang tadi musnah atau hilang di luar
kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya.

Hukum Perdata C Page 4


Ketentuan ini berpokok pangkal pada Pasal 1237 KUH Perdata menyatakan bahwa
dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu kebendaan
itu semenjak perikatan dilakukan adalah atas tenggungan kreditur. Kalau kreditur lalai
akan menyerahkannya maka semenjak kelalaian-kebendaan adalah tanggungan
debitur.

h) Batal/Pembatalan
Menurut pasal 1446 KUH Perdata adalah, pembatalan atas perjanjian yang telah
dibuat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, dapat dimintakan
pembatalannya kepada Hakim, bila salah satu pihak yang melakukan perjanjian itu
tidak memenuhi syarat subyektif yang tercantum pada syarat sahnya perjanjian.

Menurut Prof. Subekti permintaan pembatalan perjanjian yang tidak memenuhi


syarat subyektif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Secara aktif menuntut pembatalan perjanjian tersebut di depan hakim;


 Secara pembelaan maksudnya adalah menunggu sampai digugat di depan hakim
untuk memenuhi perjanjian dan baru mengajukan kekurangan dari perjanjian itu.

i) Berlakunya suatu syarat batal


Menurut pasal 1265 KUH Perdata, syarat batal adalah suatu syarat yang apabila
terpenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali pada
keadaan semula seolah-olah tidak penah terjadi perjanjian.

j) Lewat waktu
Menurut pasal 1946 KUH Perdata, daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu upaya
untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian dengan
lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-
undang.

Dalam pasal 1967 KUH Perdata disebutkan bahwa segala tuntutan hukum, baik yang
bersifat kebendaan, maupun yang bersifat perseorangan hapus karena daluwarsa dengan
lewatnya waktu tiga puluh tahun. Dengan lewatnya waktu tersebut, maka perjanjian yang
telah dibuat tersebut menjadi hapus.

Hukum Perdata C Page 5


2.2 Pembayaran

Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam kegiatan
ekonomi. Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang
disepakati untuk mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu
transaksi. Sistem pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu
perekonomian.. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia dikatakan bahwa sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup
seperangkap aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan
pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
Sementara itu menurut Bank for Internasional Settlement (BIS), sistem pembayaran
mencakup seperangkat sarana, prosedur perbankan dan sistem transfer dana antarbank yang
menjamin sirkulasi uang.1[1] Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan
sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain.
Hal ini juga melibatkan berbagai lembaga, seperti bank sentral, bank umum, bank komersial
dan lembaga keuangan lainnya. Bank sentral dan bank umum baik syariah maupun
konvensional menjadi penyelenggara dan penguna sistem pembayaran yang besar.

2.3 Bentuk dan Mekanisme Pembayaran


a. Pembayaran tunai
Pembayaran tunai biasanya di sebut dengan pembayaran cash,yaitu merupakan
pembayaran atas harga barang atau jasa secara tunai.
Mekanisme dari pembayaran tunai adalah pihak pembeli menyerahkan uang
sebagai bukti pembayaran sebesar harga barang yang di beli bersamaan dengan
surat pesanan
b. Pembayaran non tunai/kredit
Pembayaran non tunai/kredit merupakan pembayaran dengan cara kredit.
Mekanismenya :
 Bayar dimuka yaitu pembayaran harga sebelum barang diterima atau
sebelum barang ada

Hukum Perdata C Page 6


 Bayar dibelakang,yaitu pembayaran yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu setelah barang diterima
 COD (Cash On Delivery),yaitu dimana pembayaran dilakukan pada waktu
barang diserahkan pada pembeli,dan pula yang pembayaran dilakukan
pada waktu dokumen tiba.

2.4 Alasan-alasan hapusnya perjanjian dihubungkan kontrak


Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan, bahwa setiap perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ini artinya, setiap
perjanjian mengikat para pihak. Dari perkataan "setiap" dalam pasal di atas dapat
disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak. Kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh
hukum yang sifatnya memaksa. Sehingga para yang membuat perjanjian harus mentaati
hukum yang sifatnya memaksa tersebut. Misalnya, terhadap ketentuan pasal 1320 KUH
Perdata.
Pasal 1339 KUH Perdata menunjuk terikatnya perjanjian kepada sifat, kebiasaan dan
undang-undang. Sedangkan pasal 1347 KUH Perdata mengatur mengenai hal-hal yang
menurut kebiasaan selamanya disetujui untuk secara diam-diam dimasukkan dalam
persetujuan, meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.Yang dimaksud dengan kebiasaan
tersebut dalam pasal 1339 KUH Perdata bukanlah kebiasaan setempat, akan tetapi
ketentuan-ketentuan yang dalam kalangan tertentu selalu diperhatikan. Kebiasaan yang
selamanya diperjanjikan, adalah suatu janji yang selalu harus diadakan pada waktu
membuat perjanjian dari suatu jenis tertentu. Kebiasan yang selamanya diperjanjikan
dapat dibuat secara tertulis maupun tidak.
Sedangkan dalam pasal 1381 KUH Perdata menentukan beberapa penyebab hapusnya
perikatan yaitu :
 Karena pembayaran.
 Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan.
 Karena pembaruan utang.
 Karena perjumpaan utang atau kompensasi.
 Karena pencampuran utang.
 Karena pembebasan utang.
 Karena musnahnya barang yang terutang.

Hukum Perdata C Page 7


 Karena kebatalan atau pembatalan.
 Karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam bab 1 buku
ini;dan
 Karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri.

Selain sebab-sebab hapusnya perikatan yang ditentukan oleh pasal 1381 KUH Perdata
tersebut ada penyebab lain untuk hapusnya suatu perikatan yaitu :

 Berakhirnya suatu ketetapan waktu dalam suatu perjanjian


 Meninggalnya salah satu pihak dalam perjanjian misalnya meninggalnya
pemberi kuasa atau penerima kuasa (pasal 1813 KUH Perdata)
 Meninggalnya orang yang memberikan perintah.
 Karena pernyataan palit dalam perjanjian maatschap
 Adanya syarat yang membatalkan perjanjian.

2.5 Bagaimana perjanjian disebut hukum lampau waktu


Menurut ketentuan pasal 1946 Kuhperdata, Lampau waktu adalah suatu alat untuk
memperoleh sesuatu untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya sewaktu-
waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan undang-undang. Dari ketentuan
pasal tersebut dapat diketahui dua macam lampau waktu :
 Lampau waktu untuk memperoleh hak milik atas suatu barang
 Lampau waktu untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau dibebaskan dari
tuntutan. Undang –undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.
Contohnya : menurut pasal 1066 angka 3, bahwa para ahli waris dapat
mengadakan perjanjian untuk selama waktu tertentu untuk tidak melakukan
pemecahan harta warisan. Akan tetapi waktu persetujuan tersebut menurut angka
4 dibatasi berlakunya hanya 5 tahun. Artinya lewat dari waktu tersebut mereka
dapat melakukan perbuatan hukum tersebut.

2.6 Perjanjian batal demi hukum dan dapat dibatalkan

Batal demi hukum artinya adalah dari semula dianggap tidak pernah ada dilahirkan
suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.

Hukum Perdata C Page 8


Perjanjian yang di buat melanggar syarat objektif sahnya perjanjian sebaimana yang
diatur di dalam pasal 1320 ayat 3 dan 4 KUHPerdata,perjanjian di buat tidak memenuhi
syarat objek tertentu atau mempunyai causa yang tidak diperbolehkan seperti bertentangan
dengan undang-undang,ketertiban umum,dan kesusilaan sehingga berakibat perjanjian
tersebut batal demi hukum (nietig).

Sesuai dengan ketentuan pasal 1265 KUHPerdata syarat batal adalah syarat yang bila
dipenuhi akan menghapuskan perikatan dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula
seolah-olah tidak ada suatu perjanjian.

Penuntutan pembatalan perjanjian harus dilakukan melalui pengadilan sehingga yang


membatalkan perjanjian adalah melalui putusan hakim sesuai dengan ketentuan pasal 1266
KUHPerdata.

2.7 Persyaratan penghapusan perjanjian dalam hukum islam


Secara etimologi, perjanjian dalam bahasa Arab sering disebut dengan istilah al-
mu’ahadah (janji), al-ittifa’ (kesepakatan) dan al-‘aqdu (ikatan). Dan dari segi
terminologinya, perjanjian atau akad secara umum adalah diartikan sebagai suatu janji
setia kepada Allah Swt, atau suatu perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan manusia
lainnya dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.
Sedangkan menurut Yan Pramadya Puspa, perjanjian atau persetujuan didefiniskan
sebagai suatu perbuatan di mana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
seseorang lain atau lebih. Sementara menurut WJS Poerwadarminta, perjanjian adalah
suatu persetujuan (baik dalam bentuk tertulis atau lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau
lebih yang berjanji akan menaati apa disebut dalam persetujuan tersebut.
Berakhirnya kontrak syariah :
1. Pembatalan (Fasakh)
Pembatalan akad dalam hukum kontrak syariah dapat disebabkan oleh :
 Pembatalan akad salah satu pihak karena berlakunya hak khiyar dalam
akad
 Pembatalan akad nikah karena, ada kesepakatan diantara kedua belah
pihak (al-iqalah)
2. Berlakunya akad telah selesai
Disamping akibat pembatalan, kontrak perjanjian atau perikatan dikatakan
berakhir ketika apa yang menjadi tujuan akan telah tercapai, terutama setelah

Hukum Perdata C Page 9


masing-masing pihak melaksanakan hak dan kewajiban. Dengan kata lain,
kontrak dapat dipastikan berakhir apabila masa berlakunya akad telah
selesai.[3]

2.8 Membatalkan perjanjian dalam al-quran


Batalnya Perjanjian dan Prosedur Pembatalan dalam alquran :
Secara umum tentang pembatalan perjanjian tidak mungkin dilakukan,
sebab hal ini terkait dengan kesepakatan kedua belah pihak. Namun
demikian pembatalan perjanjian dapat dilakuakan apabila :
i. Jangka waktu perjanjian berakhir
Biasanya suatu perjanjian selalu didasarkan pada jangka waktu tertentu
(terbatas), sehingga jika jangka waktu yang telah ditentukan telahhabis, secara
otomatis batallah (berakhir) perjanjian yang telah terjadi.Adapun dasar hukum
yang secara umum membahas tentang hal iniadalah ayat (4) surat at-Taubah
:“……maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai bataswaktunya.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang betakwa”
ii. Salah satu pihak menyimpang atau penghianatan atas perjanjian.
Apabila salah sat pihak telah melakukan perbuatan yang menyimpangdari
ketentuan yang disepakati dalam perjanjian, maka pihak lain dapatmembatalkan
perjanjian tersebut. Hal ini didasarkan dari beberapa ayat al-Qur’an, antara lain
dalam ayat (7) dari surat at-Taubah :“Maka selama mereka berlaku jujur
terhadapmu, hendaklah kamuberlaku lurus kepada mereka. Sesungguhnya Allah
menyukai orangorangyang bertakwa.”
Adapun mengenai prosedur pembatalan perjanjian dapat dilakukan dengan
memberitahukan terlebih dahulu kepada pihak yang bersangkutan, bahwa kesepakatan
atau perjanjian yang telah dibuat akan dihentikan(dibatalkan) berikut pemberitahuan
alasan pembatalannya. Hal inidilakukan untuk memberikan waktu kepada pihak yang
terkait denganperjanjian untuk bersiap-siap menghadapi esiko yang ditimbulkan oleh
pembatalan tersebut.

BAB III

Hukum Perdata C Page 10


PENUNTUP

3.1 Kesimpulan

Hapusnya suatu perjanjian dapat dilakukan dengan cara :

a) Pembayaran
b) Penawaran
c) Pembaruan utang atau novasi
d) Perjumpaan utang
e) Pembebasan utang
f) Pencampuran utang
g) Musnahnya barang yang terutang
h) Batal/pembatalan
i) Berlakunya suatu syarat pembatalan
j) Lewat waktu

Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam
kegiatan ekonomi.pembayaran diatur di dalam pasal 1382 KUHPerdata.di dalam pembayaran
ada dua bentuk pembayaran yaitu pembayaran secara tunai dan pembayaran secara non tunai.

Setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Ini artinya, setiap perjanjian mengikat para pihak.Kebebasan berkontrak
ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. Sehingga para yang membuat perjanjian
harus mentaati hukum yang sifatnya memaksa tersebut.

Lampau waktu adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya sewaktu-waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan undang-undang. Dari ketentuan pasal tersebut dapat diketahui dua macam lampau
waktu :

 Lampau waktu untuk memperoleh hak milik atas suatu barang


 Lampau waktu untuk dibebaskan dari suatu perikatan atau dibebaskan dari
tuntutan. Undang –undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.

Jika perjanjian di buat tidak memenuhi syarat objek tertentu atau mempunyai causa
yang tidak diperbolehkan seperti bertentangan dengan undang-undang,ketertiban umum,dan
kesusilaan sehingga berakibat perjanjian tersebut batal demi hukum(nietig).

Hukum Perdata C Page 11


Di dalam islam juga disebutkan tentang syarat penghapusan perjanjian dalam
islam,yaitu :

Berakhirnya kontrak syariah :

Pembatalan (Fasakh)

1). Pembatalan akad dalam hukum kontrak syariah dapat disebabkan oleh :

2). Berlakunya akad telah selesai

Batalnya Perjanjian dan Prosedur Pembatalan dalam alquran :

1). Jangka waktu perjanjian berakhir


2). Salah satu pihak menyimpang atau penghianatan atas perjanjian.Apabila salah satu
pihak telah melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang disepakati
dalam perjanjian, maka pihak lain dapat membatalkan perjanjian tersebut. Hal ini
didasarkan dari beberapa ayat al-Qur’an, antara lain dalam ayat (7) dari surat at-
Taubah :“Maka selama mereka berlaku jujur terhadapmu, hendaklah kamu
berlaku lurus kepada mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertakwa.”

3.2 Saran

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan, agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk kalangan umum.
Kami sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Atas kritik , saran, dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Hukum Perdata C Page 12


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

1) Sumber : Subekti, R, Prof, S.H. dan Tjitrosudibio, R, 2001, Kitab Undang Undang
Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
2) Titik Triwulan Tuti, 2006, Pengantar Hukum Perdata, Prestasi Pustaka : Jakarta
3) Susanto,Burhanudin.2009. Hukum Kontrak Syariah. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
4) Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat,Edisi I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
5) P.N.H Simanjuntak, 2009, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta:
Djambatan.

Sumber Internet :
6) https://shareshareilmu.wordpress.com/2012/02/05/hapusnya-perikatan/
7) https://alkalinkworld.files.wordpress.com/2009/11/perjanjian-dalam-hukum-islam.pdf
8) https://nightsta.wordpress.com/2014/10/12/sistem-pembayaran-tunai-dan-non-tunai/

Hukum Perdata C Page 13

Anda mungkin juga menyukai