PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
a) Pembayaran
Adalah setiap pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian secara
sukarela. Berdasarkan pasal 1382 KUH Perdata dimungkinkan menggantikan hak-
hak seorang kreditur/berpiutang. Menggantikan hak-hak seorang kreditur/berpiutang
dinamakan subrogatie. Mengenai subrogatie diatur dalam pasal 1400 sampai dengan
1403 KUH Perdata. Subrogatie dapat terjadi karena pasal 1401 KUH Perdata dan
karena Undang-undang (Pasal 1402 KUH Perdata).
Contoh : Pembayaran sewa rumah, sewa tanah, tunjangan tahunan untuk nafkah,
bunga abadi atau bunga cagak hidup, dan bunga uang pinjaman
b) Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan uang atau
barang pada Panitera Pengadilan Negeri
Jika kreditur menolak pembayaran, maka debetur dapat melakukan penawaran
pembayaran tunai atas apa yang harus dibayarnya, dan jika kreditur juga menolaknya,,
maka debitur dapat menitipkan uang atau barangnya kepada Pengadilan. Penawaran
demikian, yang diikuti dengan penitipan, membebaskan debitur dan berlaku baginya
sebagai pembayaran, asal penawaran itu dilakukan menurut undang-undang,
sedangkan apa yang dititipkan secara demikian adalah atas tanggungan kreditur.
Agar penawaran yang demikian sah, perlu :
Ø Penawaran itu dilakukan kepada seorang kreditur atau wakilnya;
Ø Orang yang berkuasa untuk membayar;
Ø Penawaran itu mengenai seluruh uang pokok yang dapat dituntut dan bunga
yang dapat ditagih serta biaya yang telah ditetapkan, tanpa mengurangi
penetapan kemudian;
Ø Ketetapan waktu telah tiba jika itu dibuat untuk kepentingan kreditur;
Agar suatu penyimpanan sah, tidak perlu adanya kuasa dan Hakim cukuplah:
Ø Dengan disampaikan keterangan;
Ø Dengan menitipkannya pada kas penyimpanan atau penitipan di kepaniteraan
pada Pengadilan yang akan mengadilinya;
Ø Oleh Notaris atau jurusita, masing-masing disertai dua orang saksi
Ø Jika kreditur tidak datang untuk menerimanya, berita acara tentang penitipan
diberitahukan kepadanya, dengan peringatan untuk mengambil apa yang
dititipkan itu.
e) Percampuran utang
Adalah apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur) dan orang berutang
(debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu percampuran
utang dengan mana utang-piutang itu dihapuskan, misalnya: debitur menikah dengan
krediturnya, atau debitur ditunjuk sebagai ahli waris tunggal oleh krediturnya.
f) Pembebasan utang
Menurut pasal 1439 KUH Perdata, Pembebasan utang adalah suatu perjanjian yang
berisi kreditur dengan sukarela membebaskan debitur dari segala kewajibannya.
Misalnya pengembalian surat piutang asli secara sukarela oleh kreditur merupakan
bukti tentang pembebasan utangnya.
Dengan pembebasan utang maka perikatan menjadi hapus. Jika pembebasan utang
dilakukan oleh seorang yang tidak cakap untuk membuat perikatan, atau karena ada
paksaan, kekeliruan atau penipuan, maka dapat dituntut pembatalan
h) Batal/Pembatalan
Menurut pasal 1446 KUH Perdata adalah, pembatalan atas perjanjian yang telah
dibuat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, dapat dimintakan
pembatalannya kepada Hakim, bila salah satu pihak yang melakukan perjanjian itu
tidak memenuhi syarat subyektif yang tercantum pada syarat sahnya perjanjian.
j) Lewat waktu
Menurut pasal 1946 KUH Perdata, daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu upaya
untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian dengan
lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-
undang.
Dalam pasal 1967 KUH Perdata disebutkan bahwa segala tuntutan hukum, baik yang
bersifat kebendaan, maupun yang bersifat perseorangan hapus karena daluwarsa dengan
lewatnya waktu tiga puluh tahun. Dengan lewatnya waktu tersebut, maka perjanjian yang
telah dibuat tersebut menjadi hapus.
Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam kegiatan
ekonomi. Pada tingkat yang paling dasar, sistem pembayaran adalah suatu cara yang
disepakati untuk mentransfer suatu nilai (value) antara pembeli dan penjual dalam suatu
transaksi. Sistem pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam suatu
perekonomian.. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia dikatakan bahwa sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup
seperangkap aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan
pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.
Sementara itu menurut Bank for Internasional Settlement (BIS), sistem pembayaran
mencakup seperangkat sarana, prosedur perbankan dan sistem transfer dana antarbank yang
menjamin sirkulasi uang.1[1] Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem pembayaran merupakan
sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain.
Hal ini juga melibatkan berbagai lembaga, seperti bank sentral, bank umum, bank komersial
dan lembaga keuangan lainnya. Bank sentral dan bank umum baik syariah maupun
konvensional menjadi penyelenggara dan penguna sistem pembayaran yang besar.
Selain sebab-sebab hapusnya perikatan yang ditentukan oleh pasal 1381 KUH Perdata
tersebut ada penyebab lain untuk hapusnya suatu perikatan yaitu :
Batal demi hukum artinya adalah dari semula dianggap tidak pernah ada dilahirkan
suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.
Sesuai dengan ketentuan pasal 1265 KUHPerdata syarat batal adalah syarat yang bila
dipenuhi akan menghapuskan perikatan dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula
seolah-olah tidak ada suatu perjanjian.
BAB III
3.1 Kesimpulan
a) Pembayaran
b) Penawaran
c) Pembaruan utang atau novasi
d) Perjumpaan utang
e) Pembebasan utang
f) Pencampuran utang
g) Musnahnya barang yang terutang
h) Batal/pembatalan
i) Berlakunya suatu syarat pembatalan
j) Lewat waktu
Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam
kegiatan ekonomi.pembayaran diatur di dalam pasal 1382 KUHPerdata.di dalam pembayaran
ada dua bentuk pembayaran yaitu pembayaran secara tunai dan pembayaran secara non tunai.
Setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Ini artinya, setiap perjanjian mengikat para pihak.Kebebasan berkontrak
ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa. Sehingga para yang membuat perjanjian
harus mentaati hukum yang sifatnya memaksa tersebut.
Lampau waktu adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu untuk dibebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya sewaktu-waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan undang-undang. Dari ketentuan pasal tersebut dapat diketahui dua macam lampau
waktu :
Jika perjanjian di buat tidak memenuhi syarat objek tertentu atau mempunyai causa
yang tidak diperbolehkan seperti bertentangan dengan undang-undang,ketertiban umum,dan
kesusilaan sehingga berakibat perjanjian tersebut batal demi hukum(nietig).
Pembatalan (Fasakh)
1). Pembatalan akad dalam hukum kontrak syariah dapat disebabkan oleh :
3.2 Saran
Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan, agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk kalangan umum.
Kami sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Atas kritik , saran, dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Sumber Buku :
1) Sumber : Subekti, R, Prof, S.H. dan Tjitrosudibio, R, 2001, Kitab Undang Undang
Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
2) Titik Triwulan Tuti, 2006, Pengantar Hukum Perdata, Prestasi Pustaka : Jakarta
3) Susanto,Burhanudin.2009. Hukum Kontrak Syariah. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta
4) Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat,Edisi I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
5) P.N.H Simanjuntak, 2009, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta:
Djambatan.
Sumber Internet :
6) https://shareshareilmu.wordpress.com/2012/02/05/hapusnya-perikatan/
7) https://alkalinkworld.files.wordpress.com/2009/11/perjanjian-dalam-hukum-islam.pdf
8) https://nightsta.wordpress.com/2014/10/12/sistem-pembayaran-tunai-dan-non-tunai/