Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah
kesehatan di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course) telah diterapkan di banyak negara
sejak tahun 1996 (Kemenkes, 2014).
Pada tahun 2013, Indonesia masuk dalam negara dengan beban tinggi TB
dengan menduduki peringkat ke-empat sebagai negara penyumbang penyakit
TB setelah India, Cina, dan Afrika Selatan. Prevalensi TB di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 272 per 100.000 penduduk dan angka insiden sebesar 153
per 100.000 penduduk dengan jumlah kematian akibat tuberkulosis sebesar 25
per 100.000 penduduk (WHO, 2014). Angka tersebut terus meningkat dimana
pada tahun 2017 Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi
di dunia. TB di Indonesia merupakan penyebab nomor empat kematian setelah
penyakit kardiovaskular (WHO, 2017).
Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua di Indonesia dalam jumlah
penemuan penderita TB BTA positif kasus baru (setelah Jawa Barat). Namun
dari angka penemuan kasus baru BTA positif (Case Detection Rate/CDR),
provinsi Jawa Timur menempati urutan ke delapan dari tiga puluh tiga provinsi
di Indonesia. Pada tahun 2015 jumlah kasus TB baru BTA positif di Provinsi
Jawa Timur 56% sebanyak 23.456 penderita. Target CDR yang ditetapkan
minimal 70%. Kesembuhan terhadap penderita yang diobati ialah 84%,
sedangkan target kesembuhan yang ditetapkan ialah 85% (Dinkes Jawa Timur,
2015)
Pada tahun 2017, jumlah temuan pasien TB baru di Puskesmas Lawang
ialah 34 kasus yang merupakan TB paru dan 3 orang merupakan TB ekstra
paru. Pasien TB yang kambuh pada tahun 2017 ialah 3 orang. Pada tahun 2018,
terhitung dari bulan Januari sampai bulan Maret tahun 2018 jumlah penderita
TB 13 orang. Jumlah tersebut terus bertambah, selama penelitian ini dilakukan.
Oleh karena semakin bertambahnya jumlah pasien TB di Puskesmas
Lawang maka dilakukan kunjungan rumah untuk mengetahui masalah –
masalah yang dihadapi pasien TB dalam menjalani pengobatan TB di
Puskesmas Lawang sehingga diharapkan dapat menurunkan kasus TB di desa
wilayah Puskesmas Lawang.

1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah masalah – masalah yang dihadapi pasien TB dalam menjalani
pengobatan TB di Puskesmas Lawang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Mengetahui masalah – masalah yang dihadapi pasien TB dalam
menjalani pengobatan TB
1.3.2 Meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TB
1.3.3 Meningkatkan kesadaran pasien dan keluarga pasien TB mengenai
pentingnya pencegahan penularan TB
.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Memberikan gambaran permasalahan yang dialami pasien TB di
Puskesmas Lawang
1.4.2 Memberikan dukungan kepada pasien TB dalam menjalani pengobatan
di Puskesmas Lawang
1.4.3 Memutus rantai penularan TB di desa wilayah Puskesmas Lawang

2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Kunjungan Rumah


Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah
pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan/atau memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien. Manfaat kunjungan
dan perawatan di rumah, adalah sebagai berikut (FK UNS, 2015) :
1. Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.
Adanya peningkatan pemahaman dengan dilakukannya kunjungan dan
atau perawatan pasien di rumah tersebut, dokter akan memperoleh
banyak keterangan tentang pasien.
2. Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter-pasien.
Peningkatan hubungan dokter - pasien ini diharapkan dapat membuat
pasien lebih terbuka.
3. Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan
pasien.
Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter tentang keadaan
pasien, dan/atau dengan makin baiknya hubungan dokter - pasien,
berarti sekaligus akan meningkatkan pula pemahaman dokter tentang
kebutuhan serta tuntutan kesehatan pasien sehingga berperanan besar
dalam upaya terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
4. Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien.
Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien disertai dengan hubungan dokter - pasien yang baik,
pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam lebih meningkatkan
kepuasan pasien (patient satisfaction).

3
2.2 Tuberkulosis
2.2.1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Mycobacterium tuberkulosis berukuran cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-
0,6 mikron dan berbentuk batang, tipis, bergranul, tidak mempunyai
selubung. Kuman ini mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari
lipoid (terutama asam mikolat) sehingga dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol yang disebut dengan bakteri tahan asam
(BTA). Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang
lembab dan gelap bisa sampai berbulan-bulan dan dapat mati apabila terkena
sinar, matahari atau aliran udara. (PDPI, 2006). Penularan TB melalui inhalasi
dropet (airborne) yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala akut. (Price & SilviaA, 2006).
Gejala klinik TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik
dan gejala sistemik. Gejala respiratorik antara lain batuk sama dengan atau
lebih dari 2 minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada. Sedangkan gejala
sistemik yang muncul biasanya berupa demam, dan gejala lainnya seperti,
malaise, keringat malam, anoreksia, serta berat badan menurun. Pada TB
ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat (PDPI, 2006).

2.2.2. Diagnosis Tuberkulosis


Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan yaitu (PDPI, 2006):
a. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung (BTA)
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 sampel uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS),
yaitu ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung pertama
kali ke fasilitas pelayanan kesehatan (sewaktu), pada saat pulang lalu
membawa pot dahak untuk menampung dahak pagi setelah bangun pada
hari kedua (pagi) kemudian dahak ditampung di fasilitas pelayanan
kesehatan pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi (sewaktu). Jika
satu saja atau lebih spesimen dahak SPS yang positif maka harus segera
menjalani terapi TB.

4
b. Pemeriksaan Kultur
Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan kultur dahak dan/atau Xpert MTB/RIF.
c. Uji Tuberkulin
Uji ini dilakukan untuk menegakkan diagnosis TB pada anak dengan
menyuntikkan tuberkulin lalu melakukan pengukuran terhadap indurasi
yang ditimbulkan. Jika diameter indurasi sama dengan atau lebih dari 10
mm dinyatakan positif.
d. PCR tuberkulosis
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA Mycobacterium tuberculosis.
e. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik pada pasien TB tidak khas. Gambaran foto toraks
yang dicurigai sebagai lesi TB aktif yaitu bayangan berawan atau nodular
(di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus
bawah), kavitas, bayangan bercak milier, efusi pleura unilateral.
Sedangkan gambaran radiologik yang dicurigai lesi tuberkulosis inaktif
yaitu adanya fibrotik (pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas),
kalsifikasi atau fibrotik, fibrotoraks dan atau penebalan pleura.

5
Gambar 1. Alur diagnosis penyakit TB (Kemenkes RI, 2014)

2.2.3. Pengobatan Tuberkulosis


Tujuan pengobatan TB ialah menyembuhkan dan memperbaiki kualitas
hidup, mencegah terjadi kematian, mencegah kekambuhan, menurunkan
penularan TB maupun TB resisten obat. Pengobatan TB harus meliputi dua
tahap, yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal berlangsung selama 2
bulan yang bertujuan secara efektif menurunkan jumlah kuman dalam tubuh
pasien dan meminimalkan pengaruh kuman yang sudah resisten sebelum
pasien mendapatkan pengobatan. Sedangkan tahap lanjutan berlangsung
selama 4 bulan yang bertujuan membunuh sisa kuman yang masih ada di
tubuh sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah kekambuhannya.
Panduan pengobatan obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan di
Indonsia yaitu (Kemenkes RI, 2014) :

6
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3, untuk pasien baru TB paru terkonfirmasi
bakteriologis, pasien baru TB paru terdiagnosis klinis, pasien baru TB
ekstra paru.

Tabel 1. Dosis Panduan OAT Katergori 1

b. Kategori 2 :2(HRZE)S/HRZE/5(HR)3E3, untuk pasien BTA positif


yang pernah diobati sebelumnya (pasien kambuh, pasien gagal dan pasien
yang diobati kembali setelah putus berobat atau lost to follow-up)

Tabel 2. Dosis Panduan OAT Katergori 2

c. Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR)

7
2.2.4. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Tabel 3. Efek samping OAT lini pertama

Tabel 4. Efek samping OAT dalam pengobatan TB MDR

8
BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.1. Data Sekunder


3.1.1. Profil Puskesmas Lawang
a. Keadaan Wilayah
Nama Puskesmas : UPTD Puskesmas Lawang
Alamat : Jl.Raya Sumber Waras, Kelurahan Kalirejo,
Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang
Wilayah Kerja : Jumlah Penduduk : 109.457 Jiwa
Jumlah Kelurahan : 2 Kelurahan
Jumlah Desa : 10 Desa
b. Letak Geografis

Luas Kecamatan Lawang adalah 68,23 km2 (2,29% Luas


Kabupaten Malang). Terletak antara 112° 67’ 40” sampai dengan 112°
72’ 88” Bujur Timur dan 7° 87’ 81” sampai 7° 81’ 84” Lintang Selatan.
Posisi Kecamatan Lawang terletak pada ketinggian 250-500 meter
diatas permukaan laut, dengan kondisi daerah perlembahan atau dataran
rendah. Sedangkan daerah dataran tinggi pada ketinggian antara 500-
3.600 meter diatas permukaan laut.
Adapun batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Barat : Kecamatan Singosari Kab Malang
b. Sebelah Utara : Kecamatan Purwodadi Kab Pasuruan
Pasuruan dan Kecamatan Jabung
c. Sebelah Timur : Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Singosari Kab Malang

9
c. Struktur Organisasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Lawang

3.1.2. Data Kasus TB di Puskesmas Lawang


 Jumlah kasus TB paru tahun 2017 : 34 orang
 Jumlah kasus TB ekstra paru tahun 2017 : 8 orang
 Jumlah kasus kambuh TB tahun 2017 : 3 orang

10
3.1.3. Data Kasus TB Dinas Kesehatan Kabupaten Malang

Gambar 3. Angka penemuan pasien baru (Case Detective Rate/CDR)


TB BTA positif di Kabupaten Malang tahun 2016

Gambar 4. Angka kecenderungan penemuan kasus (Case


Notification Rate/CNR) pasien TB di Kabupaten Malang
tahun 2016

11
Tabel 5. Persentase program pencegahan dan penanggulangan (P2)
pasien TB di Kabupaten Malang tahun 2016

3.2. Data Primer


3.2.1. Hasil Wawancara dengan Pemegang Program TB
Pemegang program TB di Puskesmas Lawang menjelaskan
bahwa masalah TB di wilayah cakupan Puskesmas Lawang masih terus
ada walaupun beberapa pasien ada yang telah dinyatakan sembuh
setelah menjalani pengobatan namun hal tersebut tidak mengurangi
jumlah kejadian TB di Puskesmas Lawang. Jumlah kasus pasien TB
tahun 2017 ialah 37 kasus yang terdiri dari pasien TB paru dan pasien
TB ekstra paru. Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh setelah
pengobatan, terdapat 3 kasus yang akhirnya kambuh pada tahun 2017.
Adanya 3 kasus yang kambuh tersebut menyadarkan pentingnya
mencegah dan memutus rantai penularan penyakit TB.
Puskesmas Lawang menyediakan poli TB untuk pasien yang
terduga pasien TB dan pasien yang terdiagnosis TB. Keuntungan dari
adanya poli TB ialah mengurangi risiko penularan kepada pasien lain
yang berkunjung ke Puskesmas Lawang dan mengurangi durasi kontak
pasien TB dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan sehingga
mengurangi risiko penularan TB.
12
Kader TB yang dimiliki Puskesmas Lawang belum merata pada
semua desa wilayah Puskesmas Lawang. Selain itu tingkat pengetahuan
dan pemahaman yang sama tentang TB belum dimiliki oleh semua
kader TB di wilayah Puskesmas Lawang, sehingga peran aktif dari
kader dalam program TB seperti kunjungan rumah pasien TB, masih
sangat jarang dilakukan oleh kader TB.

3.2.2. Tingkat Pengetahuan Pasien TB di Puskesmas Lawang tentang


TB
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien TB di Puskesmas
Lawang tentang TB, penulis melakukan pengumpulan data primer
melalui penyebaran beberapa pertanyaan secara tulisan dengan
beberapa pilihan jawaban pada 5 orang pasien TB yang sedang
memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini. Adapun kriteria inklusi
yang digunakan sebagai berikut :
a. Pasien penderita TB usia di atas 15 tahun.
b. Pasien penderita TB yang sedang dalam pengobatan fase intensif
maupun fase lanjutan.
c. Pasien penderita TB yang sedang dalam pengobatan tuberkulosis
katogori I maupun kategori II.
Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah :
a. Pasien TB yang tidak menjalani pengobatan TB di Puskesmas
Lawang.
b. Pasien TB yang menolak dijadikan subyek penelitian
Penelitian ini mengambil sampel dengan metode Quota
Sampling, yaitu mengambil subyek dari kunjungan poli TB di
Puskesmas Lawang hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan. Hal ini
dilakukan selama bulan April 2018.
Tingkat pengetahuan TB didefinisikan sebagai segala informasi
yang diketahui dan dimengerti mengenai TB, baik penyebabnya, tanda
dan gejala, penularan, pengobatan serta pencegahan penyakit tersebut.
Responden menjawab 21 pertanyaan pilihan ganda yang diberikan
secara tulisan maupun lisan untuk pasien yang memiliki kesulitan
13
dalam membaca. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala
ordinal, jika jawaban benar diberi skor 1, salah diberi skor 0. Jadi nilai
tertinggi yang diperoleh adalah 21 sedangkan nilai terendah adalah 0
(nol). Dengan memakai skala pengukuran menurut Arikunto (2006),
yaitu :
a. Baik, bila jawaban responden benar 76-100% dari total nilai.
b. Cukup, bila jawaban responden benar 60-75% dari total nilai.
c. Kurang, bila jawaban responden benar < 60% dari total nilai.

Gambar 5. Tingkat Pengetahuan TB Pada Responden di Poli TB


Puskesmas Lawang

Dari 5 responden yang mengikuti tes pengetahuan TB didapatkan


bahwa 2 responden (40%) memiliki tingkat pengetahuan tentang TB
yang baik, 2 responden (40%) memiliki tingkat pengetahuan tentang
TB yang cukup, dan 1 responden (20%) yang memiliki tingkat
pengetahuan tentang TB yang masih kurang.

3.3. Problem List


a. Kurangnya tenaga kesehatan dalam pelayanan di poli TB Puskesmas
Lawang
b. Kurangnya kerja sama antara pemegang program TB Puskesmas Lawang
dengan perawat atau bidan desa tempat pasien TB berada sehingga untuk
menjangkau pasien TB maupun pasien terduga TB sangat bergantung pada
ketersediaan waktu oleh pemegang program TB Puskesmas Lawang
c. Pesebaran kader TB yang tidak merata sehingga tidak dapat menjangkau

14
dan membantu seluruh pasien TB ataupun keluarga yang dicugai TB
d. Kader TB yang sudah mendapatkan pelatihan belum secara aktif
melaksanakan program TB dengan maksimal
e. Kurangnya pengetahuan pasien TB tentang TB baik penyebab, tanda dan
gejala, penularan, pengobatan, efek samping serta pencegahannya TB
yang disebabkan durasi pelayanan pasien TB di poli TB Puskesmas
Lawang yang kurang dan juga dikarenakan tingkat pendidikan pasien TB
yang kurang. Selain itu kemampuan membaca pasien TB juga
menyebabkan kurangnya kemampuan pasien TB dalam mencari dan
menemukan informasi TB.

3.4. Solusi yang Mungkin Dilaksanakan


a. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan melalui media leaflet
sehingga dapat menjadi pengingat bagi pasien maupun keluarga pasien
mengenai penyakit TB
b. Solusi yang bisa dilakukan oleh penelit ialah melakukan kunjungan rumah
terhadap pasien TB di wilayah cakupan Puskesmas Lawang. Adapun
manfaat dari kunjungan rumah ini yang diharapkan, yaitu :
o Terjalin komunikasi dua arah antara peneliti dengan pasien maupun
keluarga pasien sehingga pasien dan/atau keluarga dapat menanyakan
secara langsung tentang ketidaktahuan mengenai penyakit TB kepada
peneliti dan peneliti dapat memberikan edukasi secara perorangan
maupun kelompok mengenai penyakit TB secara menyeluruh.
o Tidak ada batasan waktu dalam melakukan kunjungan rumah sehingga
diharapkan pasien dan/atau keluarga mendapat pengetahuan tentang TB
secara lengkap dan mudah dimengerti.
o Dapat mengidentifikasi masalah atau hambatan yang dialami oleh
pasien TB selama menjalani pengobatan TB

15
BAB IV
INTERVENSI DAN EVALUASI

4.1. Intervensi
Berdasarkan daftar masalah (problem list) yang didapatkan dari proses
analisis pada BAB III, maka diperlukan suatu intervensi yang bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien TB dalam pengobatan TB dan penularan
penyakit TB. Intervensi yang dilakukan adalah dengan melakukan kunjungan
rumah pasien TB. Adapun teknis penyelenggaraan pertemuan tersebut adalah
sebagai berikut:
4.1.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Sebelum melakukan kunjungan rumah, pasien TB diajukan beberapa
pertanyaan mengenai pengetahuan tentang TB yang dilaksanakan di
poli TB Puskemsas Lawang. Setelah pasien menjawab beberapa
pertanyaan di poli TB, diberikan leaflet sebagai media informasi berupa
tulisan mengenai penyakit TB. Untuk pasien yang sulit membaca, maka
isi dari leaflet dibacakan kepada pasien dengan tujuan pasien dapat
mengerti isi informasi dalam leaflet tersebut. Selanjutnya dilakukan
kunjungan rumah berdasarkan kesedian waktu pasien TB dengan jarak
antara pembagian leaflet dengan kunjungan rumah ialah minimal 1
minggu. Setelah dilakukan kunjungan rumah, pertemuan ketiga yaitu
dilakukan di poli TB Puskesmas Lawang dimana akan dibagi masker
kepada pasien TB yang bertujuan sebagai salah satu bentuk pencegahan
penularan TB. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan selama bulan
April tahun 2018, yaitu berdasarkan kesedian waktu pasien TB yang
akan dikunjungi.
4.1.2. Hasil Kegiatan
1. Tes Pengetahuan TB kepada pasien TB
Tujuan:
 Mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien TB tentang
penyakit TB

16
Topik Pertanyaan:
 Pengertian TB
 Gejala TB
 Penularan TB
 Pemeriksaan dahak
 Tujuan pengobatan teratur
 Durasi pengobatan TB
 Salah satu nama obat TB
 Efek samping minum obat TB
 Kriteria sembuh pasien TB
 Pencegahan penyakit TB

2. Leaflet TB
Tujuan:
 Menambah pengetahuan pasien dan juga keluarga pasien mengenai
penyakit TB
 Sebagai media pengingat bagi pasien maupun keluarga mengenai
penyakit TB
Materi:
 Pengertian TB
 Gejala TB
 Pengobatan TB
 Efek samping obat TB
 Akibat tidak rutin minum obat TB
 Perilaku hidup sehat pasien TB
 Etika batuk dan bersin

17
3. Kunjungan Rumah Pasien TB
Tujuan:
 Sebagai evaluasi terhadap pembagian leaflet yang sebelumnya sudah
dilakukan
 Meningkatkan akses pasien dan/atau keluarga terhadap pelayanan
kesehatan komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif
serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar
 Mengenal lebih dalam mengenai masalah yang dihadapi pasien
dalam menjalani pengobatan TB

Teknis kegiatan:
 Pasien diajukan beberapa pertanyaan yang dijawab salah oleh pasien
ketika tes pengetahuan TB dilakukan pada pertemuan pertama.
 Memberi kesempatan kepada pasien untuk menanyakan mengenai
isi leaflet yang sudah dibagikan dan kemudian memberikan
penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh pasien.
 Mempersilahkan pasien untuk konsultasi mengenai kesehatannya
dalam menjalani pengobatan TB. Adapun masalah yang didapatkan
pada pasien TB yang rumahnya dikunjungi, ialah sebagai berikut :

Tabel 6. Masalah dan solusi pada pasien TB


Pasien Masalah Solusi
Pasien A, Pasien tidak Menyediakan waktu lebih banyak untuk
49th. bisa membaca berbagi mengenai penyakit TB
Pendidikan Memiliki Menunjukkan gambar lokasi – lokasi yang
terakhir SD Penyakit DM bisa di suntikan insulin dan juga mengajarkan
kepada pasien dan keluarga dalam
penggunaan insulin, tanda hipoglikemi dan
penganan awal hipoglikemi. Serta makanan
pada pasien TB dengan DM

18
Menggunakan Menggunakan tempat tidur bersamaan hanya
tempat tidur diwaktu tidur saja, dan membiarkan sinar
bersamaan matahari masuk ke kamar pada pagi dan siang
dengan hari
anggota
keluarga lain
Pasien B, Tidak Menjelaskan pencegahan penularan TB
63th. menggunakan sangat penting
Pendidikan masker
terakhir SD
Pasien C, Pasien masih Menjelaskan bahwa proses penyembuhan TB
41th. batuk butuh waktu yang tidak cepat serta menjaga
Pendidikan pola makan yang baik dan yang tidak memicu
terakhir batuk
SMA Tidak Menjelaskan pencegahan penularan TB
menggunakan sangat penting
masker
Pasien D, Tidak Menjelaskan pencegahan penularan TB
30th. menggunakan sangat penting
Pendidikan masker
terakhir
SMK
Pasien E, Merokok Menjelaskan bahwa rokok dapat
46th. memperburuk kondisi pada pasien TB
Pendidikan Tidak Menjelaskan pencegahan penularan TB
terakhir menggunakan sangat penting
SMP masker

19
4. Pembagian Masker Bagi Pasien TB
Tujuan:
 Sebagai wujud kepedulian kepada pasien TB dan kepada oranglain
terutama keluarga pasien yang memiliki risiko tinggi tertular
penyakit TB
 Sebagai motivasi bagi pasien TB untuk mencegah peularan penyakit
TB

Teknis kegiatan :
Melihat kurangnya penggunaan masker sebagai salah satu pencegahan
penularan TB, sehingga pembagian masker untuk pasien TB juga
dilakukan dengan harapan pasien menyadari bahwa pencegahan
penularan TB sangat penting dilakukan. Pembagian masker dilakukan
setelah kunjungan rumah dan diberikan pada saat jadwal pengambilan
obat TB di Puskesmas Lawang.

4.2. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi kegiatan perlu dilakukan terutama dalam
melakukan kunjungan pasien TB. Hal ini dikarenakan dengan kunjungan
rumah, maka pasien bisa lebih dekat dengan tenaga medis dan tenaga
kesehatan. Selain itu, pasien bisa memiliki waktu yang lebih banyak
dibandingkan saat di poli untuk konsultasi dengan dokter. Kegiatan
monitoring dapat dilakukan setiap 3 bulan pengobatan pasien dan evaluasi
dilakukan diakhir pengobatan pasien TB. Hal ini diharapkan bisa
meningkatkan semangat dan kepatuhan pasien dalam minum obat TB serta
mendorong pasien menjadi relawan yang dapat menyemangati pasien TB
lainnya yang masih menjalani pengobatan.

20
4.3. Rencana Tindak Lanjut
 Pembentukan kader TB di seluruh desa agar dapat meningkatkan
penemuan kasus TB, kesembuhan kasus TB dan pencegahan penularan
kasus TB
 Membentuk relawan TB dari pasien TB yang telah dinyatakan sembuh
sehingga dapat memotivasi pasien TB lainnya yang sedang menjalani
pengobatan
 Adanya koordinasi yang baik antara tenaga medis, tenaga kesehatan dari
Puskesmas Lawang dan kader TB dalam penanganan pasien TB
 Dapat dilakukan kunjungan rumah secara rutin yang dapat mencakup
sebagian besar pasien TB di desa wilayah Puskesmas Lawang

21
BAB V
DISKUSI

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan respoden


terhadap penyakit tuberkulosis sebagian besar masih rendah. Tingkat pengetahuan
tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti usia. Usia merupakan salah satu
faktor yang dapat menggambarkan kematangan seseorang, baik kematangan fisik,
psikis dan sosial. Pada penelitian ini sebagian besar usia responden adalah lansia,
dimana pada usia tua kemampuan daya ingat serta pemahaman seseorang juga akan
mengalami kemunduran karena proses degenerasi atau penuaan.
Tingkat pendidikan juga menentukan tingkat pengetahuan pada responden.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin baik pengetahuan seseorang. Mayoritas
responden memiliki pendidikan terakhir, yaitu tingkat sekolah dasar (SD).
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai TB menyebabkan
kepedulian masyarakat dalam memutus rantai penularan TB masih kurang sehingga
perlu upaya pendekatan keluarga dengan mengadakan kunjungan rumah pada
pasien TB. Kunjungan rumah tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu wujud
gerakan kepedulian terhadap pasien TB serta meningkatkan semangat bagi pasien
dan keluarga pasien selama menjalani pengobatan TB. Saat pelaksanaan kunjungan
rumah tersebut, respon positif diberikan dari setiap pasien yang rumahnya
dikunjungi. Pasien dan/atau keluarga mengungkapkan rasa senang dan terima kasih
atas kepedulian yang diberikan kepada mereka dengan melakukan kunjungan
rumah. Selain kunjungan rumah, pembagian leaflet mengenai TB juga dilakukan
dengan harapan dapat menjadi pengingat informasi bagi pasien dan keluarga pasien.
Pemberian masker kepada pasien TB juga merupakan salah satu wujud gerakan
kepedulian terhadap penularan penyakit TB sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran dari pasien untuk tidak menularkan penyakit TB kepada
keluarga maupun kepada oranglain, sehingga dapat memutus rantai penularan TB.

22
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Kunjungan keluarga dapat dilakukan sebagai tindak-lanjut pelayanan
kesehatan dalam gedung, seperti puskesmas. Ketika dilakukan kunjungan
rumah pasien, maka akan dapat mengenali masalah - masalah kesehatan yang
dihadapi pasien dan keluarga pasien secara lebih menyeluruh (holistik).
Selain itu dapat memotivasi pasien dan/atau keluarga untuk memperbaiki
kondisi kesehatan keluarga maupun kesehtan lingkungan dan berbagai faktor
risiko lain yang selama ini merugikan kesehatannya. Dengan demikian,
diharapkan pendekatan keluarga seperti kunjungan rumah dan sebagainya
dapat dilakukan guna menunjang terwujudnya masyarakat sehat di desa
wilayah Puskesmas Lawang.

6.2 SARAN
6.2.1 Untuk Puskesmas Lawang
a. Melakukan pengulangan materi tentang penyakit tuberkulosis
(pencegahan, skrining penderita, pengobatan) bagi petugas kesehatan
di Puskesmas Lawang maupun kader-kader kesehatan.
b. Pemilihan dan pelatihan kader-kader kesehatan yang bersedia dan
peduli dalam menemukan dan mengentas penyakit tuberkulosis
b. Meningkatkan kerjasama dengan tokoh agama, tokoh masyarakat atau
pemangku wilayah setempat untuk ikut serta dalam pencegahan dan
pengendalian penyakit tuberkulosis serta memberi semangat dukungan
kepada pasien yang merupakan warga desa, misalnya saat kegiatan
arisan bapak-bapak, PKK, pertemuan RT/RW.

6.2.2 Untuk Penelitian Selanjutnya


a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang
lebih besar
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait hasil luaran (sembuh atau
tidak sembuh) pengobatan TB pada penderita yang patuh dalam
pengobatan.
b. Perlu dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan Pengawas
Minum Obat (PMO) tentang penyakit TB terutama peran dalam
pengobatan maupun mencegah penularan TB.

23
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M. Sopiyudin. 2011. Statistik Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit
Salemba Medika: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Ed ke-2. Departemen Kesehatan: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Buku Saku Kader Program
Penanggulangan Tuberkulosis. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan: Jakarta
Dinas Kesehatan Jawa Timur 2017. Profil Kesehatan Jawa Timur 2017. Diunduh
dari: www. depkes.go.id
FK UNS. 2015. Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan Pasien di
Rumah (Home Visit). Surakarta: FK UNS
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Direktorat Bina Upaya Kesehatan: Jakarta.
Kemenkes RI. 2014. Buku Pedoman Nasional Pengendalian tuberkulosis tahun
2014. Departemen pengendalian penyakit menular. Kemenkes RI : Jakarta.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan Di Indonesia. PDPI: Jakarta.
Price Sylvia, Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Jilid 1
dan 2, edisi 4. EGC: Jakarta.

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Kegiatan


Kegiatan di Poli TB Puskesmas Lawang

Kegiatan Kunjungan Rumah Pasien TB

25
Gambaran Rumah dan Kamar Pasien TB

26
27
Lampiran 2. Lembar Tes Pengetahuan TB

Tes TB
Tanggal :
A. Identitas Responden
Nama :
Umur : ..... tahun Jenis kelamin : L / P
No. Hp :
Alamat :
Pendidikan : 1. Tidak tamat SD 4. SMA/SMK
2. SD 5. Akademi/Sarjana
3. SMP
Pekerjaan : 1. Tidak bekerja 2. Bekerja
(.....................................................)
Pengobatan : Bulan ke - ...... Kategori Pengobatan : 1 / 2
No RM :

B. Pengetahuan Responden
1. Apakah pengertian dari penyakit Tuberkulosis (TB) ?
a. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis.
b. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan bakteri Clostridium
tetani
c. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan karena keturunan.
d. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan karena kerja keras
dan banyak pikiran
2. Apa gejala penyakit TB ?
a. Batuk berdahak setiap saat
b. Batuk berdahak selama 1 minggu
c. Batuk berdahak 2 minggu atau lebih
d. Batuk pilek
3. Penyakit TB dapat menular melalui?
a. Sentuhan kulit
b. Percikan dahak
c. Makanan
d. Donor darah
4. Mengapa pasien TB harus diperiksa dahaknya sebelum menjalani
pengobatan?
a. Untuk mengeluarkan dahak
b. Untuk mengetahui kuman masih ada atau tidak
28
c. Untuk mengetahui kepastian menderita tuberkulosis
d. Agar cepat sembuh
5. Mengapa pasien TB harus berobat teratur ?
a. Untuk memperlambat kesembuhan
b. Agar pengobatan tepat waktu dan sembuh
c. Agar berat badan naik
d. Menghemat obat
6. Berapa lama jangka pengobatan TB yang benar?
a. Menjalani pengobatan selama 2 bulan
b. Menjalani pengobatan selama 4 bulan
c. Menjalani pengobatan selama 5 bulan
d. Menjalani pengobatan selama 6 bulan
7. Mana salah satu jenis obat TB dibawah ini?
a. Metformin
b. Captropil
c. Rifampisin
d. Ambroxol
8. Apa efek samping dari minum obat TB?
a. Mual dan muntah
b. Nafsu makan bertambah
c. Berat badan meningkat
d. Susah tidur
9. Setelah minum obat TB jika kencing berwarna merah maka sikap anda ?
a. Langsung berhenti minum obat
b. Melanjutkan minum obat
c. Tidak mau berobat lagi
d. Mengganti obat yang lain
10. Berapa kali pasien TB harus melakukan pemeriksaan dahak mulai awal
pengobatan sampai dinyatakan sembuh ?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 6 kali
11. Sampai kapan seorang pasien TB dinyatakan sembuh?
a. Tidak batuk berdahak
b. Nafsu makan naik
c. Berat badan naik
d. Sampai dinyatakan sembuh oleh dokter
12. Risiko jika gagal atau berhenti minum obat TB?
a. Melanjutkan pengobatan

29
b. Kuman menjadi kebal
c. Tidak perlu mengulang pengobatan
d. Tidak ada risiko
13. Bagaimana cara mencegah penularan TB ke oranglain?
a. Pasien TB minum vitamin C
b. Dekatkan dari kerumunan orang banyak tanpa pelindung diri (misalnya
tidak menggunakan masker)
c. Membuang dahak sembarangan
d. Minum obat TB secara teratur
14. Apa yang pasien TB lakukan ketika batuk dan bersin ?
a. Membuang dahaknya disembarang tempat
b. Menutup mulut dengan tangan dan tidak mencuci tangan
c. Menutup mulut dengan baju bagian lengan dalam
d. Batuk dan bersin saja
15. Kebiasaan apakah yang perlu dicegah pada pasien TB?
a. Olahraga dipagi hari
b. Mandi pagi
c. Merokok
d. Makan yang sering
16. Pada anak, penyakit TB dapat dicegah dengan imunisasi apa?
a. Imunisasi BCG
b. Imunisasi Polio
c. Imunisasi Campak
d. Imunisasi apa saja
17. Salah satu pencegahan dari penyakit TB adalah meningkatkan daya tahan
tubuh dengan makan makanan yang bergizi. Apa makanan yang bergizi
itu?
a. Makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
b. Makanan yang enak
c. Makanan yang mahal
d. Makan sesuka hati
18. Apa yang bisa dilakukan dalam menciptakan suasana rumah yang nyaman
bagi pasien TB?
a. Rumah yang lembap
b. Rumah dengan halaman yang luas
c. Rumah dengan ventilasi yang baik
d. Rumah yang gelap
19. Bagaimana cara mencegah perkembangbiakan bakteri TB?
a. Menutup rumah pada siang hari
b. Membersihkan halaman rumah

30
c. Membersihkan ruang tamu
d. Membiarkan cahaya matahari masuk kedalam rumah
20. Apa yang dilakukan pada sisa masker yang telah digunakan oleh penderita
TB?
a. Dibuang sembarangan
b. Dibiarkan saja
c. Memasukan kedalam kotak sampah didalam rumah
d. Langsung membakarnya
21. Obat TB yang gratis dapat dijumpai dimana?
a. Puskesmas
b. Klinik
c. Dukun
d. Apotik

31

Anda mungkin juga menyukai