Konsep Teori
A. Defenisi
Penyakit Alzheimer merupakan penyakit dengan onset yang lambat dan gradual. Pertama kali
menyerang bagian otak yang mengontrol memori dan selanjutnya bagian otak lain yang
mengatur fungsi intelektual, emosional dan tingkah laku, sehingga seringkali disertai
sindrom-sindrom perilaku seperti psikosis, agitasi dan depresi.
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50 dan 60 tahun. Terdapat degenerasi
korteks yang difus pada otak di lapisan-lapisa luar terutama di daerah frontal dan temporal.
Atropi ini dapat dilihat pada pneumo-ensefalogram dimana tampak sisterna ventrikel
membesar serta banyak hawa di ruang subarakhnoid (giri mengecil dan sulkus-sulkus
melebar).
B. Etiologi
Otak merupakan organ yang sangat kompleks. Di otak terdapat area-area yang mengurus fungsi
tertentu, misalnya bagian depan berkaitan dengan fungsi luhur seperti daya ingat, proses berpikir
dsb, otak bagian belakang berkaitan dengan fungsi penglihatan dan sebagainya.
Dari hasil riset yang dilakukan, diketahui bahwa pada Penyakit Alzheimer terjadi kehilangan sel
saraf di otak di area yang berkaitan dengan fungsi daya ingat, kemampuan berpikir serta
kemampuan mental lainnya. Keadaan ini diperburuk dengan penurunan zat neurotransmiter,
yang berfungsi untuk menyampaikan sinyal antara satu sel otak ke sel otak yang lain. Kondisi
abnormal tersebut menjadi penyebab mengapa pada penyakit Alzheimer fungsi otak untuk
berpikir dan mengingat mengalami kemacetan.
C. Manifestasi klinis
1. Lupa kejadian yang baru dialami. Lupa akan nama teman, nomor telepon rekan bisnis
dan pekerjaan adalah hal yang biasa terjadi, masih dapat dikatakan normal karena
biasanya kita masih dapat mengingatnya lagi beberapa saat kemudian. Orang dengan
kepikunan / demensia mengalami kelupaan yang sangat sering sehingga mengganggu
fungsi kehidupannya sehari-hari, dan mereka tidak dapat mengingat kembali kejadian
yang baru dialaminya sekalipun telah dicoba mengingatkan kembali.
2. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari. Seseorang yang penuh kesibukan bisa
saja meninggalkan dapur dalam keadaan berantakan dan baru ingat untuk
menghidangkan dan merapikannya setelah hampir selesai makan. Seseorang dengan
demensia Alzheimer mungkin dapat menyiapkan makanan di dapur tetapi kemudian
bukan hanya tidak ingat untuk menghidangkannya di meja makan bahkan ia juga lupa
bahwa ia telah memasak makanan didapur.
3. Kesulitan dalam berbahasa. Kadang-kadang seseorang mengalami kesulitan untuk
mencari kata yang tepat untuk berbicara, tetapi orang dengan penyakit Alzheimer
dapat lupa kata-kata yang sederhana atau menggantikannya dengan kata yang tidak
sesuai, sehingga kalimat yang diucapkannya tidak dapat dimengerti.
4. Disorientasi waktu dan tempat. Lupa nama hari atau tempat tujuan untuk sesaat masih
termasuk normal. Akan tetapi jika terjadi lupa tempat dimana ia berada, tersesat di
jalan yang biasa dikenalnya, tidak tahu bagaimana ia sampai di tempat tsb dan tidak
bisa mencari jalan pulang ke rumahnya sendiri maka hal ini menunjukkan gejala
penyakit Alzheimer.
5. Tidak mampu membuat keputusan. Seorang ibu dapat terlarut, asyik dan tenggelam
dalam aktivitasnya sementara waktu sampai lupa memperhatikan anak-anaknya.
Tetapi orang dengan Alzheimer akan lupa sama sekali bahwa ia tengah menjaga
anak-anaknya. Bisa jadi iapun berpakaian tidak sebagaimana mestinya, misalnya
memakai baju berlapis-lapis atau pergi ke kantor dengan pakaian tidur.
6. Kesulitan berpikir abstrak. Penderita Alzheimer akan mengalami kesulitan dalam
hitung menghitung, kalimat majemuk dan peribahasa maupun pemahaman konsep.
7. Salah menaruh barang-barang. Setiap orang bisa saja lupa dimana menaruh kunci atau
dompet. Seseorang dengan penyakit Alzheimer mungkin dapat meletakkan benda-
benda di tempat yang tidak seharusnya misalnya seterika ditaruh di dalam kulkas,
atau arloji diletakkan di dalam panci.
8. Perubahan suasana perasaan dan perilaku. Setiap orang bisa merasa sedih dan murung
dari waktu ke waktu. Seorang penderita Alzheimer dapat memperlihatkan perubahan
suasana perasaaan dalam waktu singkat, dari tenang-tenang tiba-tiba menjadi
menangis atau marah tanpa suatu alasan yang jelas.
9. Perubahan kepribadian. Meskipun usia dapat berpengaruh terhadap perubahan
kepribadian, namun seseorang dengan penyakit Alzheimer menunjukkan perubahan
kepribadian yang drastis, misalnya menjadi pencuriga, penakut atau mudah bimbang
dan kebingungan.
10. Kehilangan inisiatif. Merasa lelah terhadap pekerjaan rumah tangga, aktivitas bisnis
atau kegiatan sosial lainnya adalah normal bila setelah beberapa waktu mempunyai
minat kembali. Seseorang dengan Alzheimer dapat menjadi sangat pasif dan apatis
sehingga diperlukan usaha keras dan untuk menarik minatnya agar mau ikut
beraktivitas.
Gejala klinis yang berkaitan dengan defisit kognitif multipel antara lain :
a. Gangguan memori, termasuk ketidakmampuan untuk mempelajari informasi yang baru atau
me-recall informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pada tahap ini pasien mulai mengalami kehilangan memori maupun fungsi kognitif
lainnya, tapi pasien masih dapat mengkompensasinya dan masih dapat berfungsi secara
normal dan independen dengan sedikit pertolongan. Sikap apati dan kecenderungan
menarik diri yang merupakan gambaran di semua fase, mulai timbul di fase ini. Ciri-
cirinya
Ciri-cirinya :
b. Gangguan berkomunikasi :
• Mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami, membaca dan menulis.
• Mengulang-ulang cerita, kata-kata, pertanyaan dan bahasa tubuh.
• Masih dapat membaca tapi tidak berespon dengan tepat terhadap materi bacaannya.
• Kesulitan menyelesaikan kalimat
c. Perubahan kepribadian mulai signifikan :
• Apatis, menarik diri, curiga, paranoid (seperti menuduh pasangan berhianat atau
anggota keluarga ada yang mencuri).
• Cemas, agitasi dan iritabel, agresif dan mengancam
• Halusinasi dan delusi muncul. Dapat melihat, mendengar, mencium dan mengecap
sesuatu yang tidak nyata.
d. Perilaku aneh yang timbul :
• Perilaku seksual yang menyimpang (seperti : menganggap orang lain sebagai
pasangannya dan bermasturbasi di depan umum)
• Berbicara sendiri. (hampir sepertiga hingga setengah penderita alzheimer berbicara
sendiri)
• Perubahan siklus tidur yang normal ( terjaga sepnajang malam, tidur sepanjang siang)
e. Peningkatan dependensi :
• Dapat makan sendiri, tapi butuh bantuan untuk makan dan minum yang cukup
• Membutuhkan bantuan untuk berpakaian yang sesuai dengan cuaca atau situasi
• Membutuhkan bantuan untuk menyisir rambut, mandi, sikat gigi, dan menggunakan
toilet.
• Tidak dapat lagi ditinggalkan sendiri dengan aman (dapat meracuni diri sendiri,
membakar diri sendiri).
f. Penurunan kontrol sadar :
• Inkontinensia uri dan feses.
• Tidak merasa nyaman duduk di kursi atau di toilet.
Penyakit alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang
terutama menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Perkiraan terakhir menyatakan bahwa
sekitar 10% orang dalam kelompok usia itu menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas
dalam kalangan populasi usia lanjut, dan di perkirakan bahwa tahun 2050 akan ada 14 juta
penderita penyakit ini. Penyakit ini bukan saja menimbulkan dampak pada sistem pelyanan
kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan rawat jalan bagi orang dewasa,
fasilitas perawatan akut , dan dana riset), tetapi juga akan menimbulkan sters bagi para anggota
keluarga yang harus merawatnya.
Secara patologis, pasien dengan penyakit alzheimer mengalami kehilangan banyak neuron-
neuron hipokampus dan korteks tanpa disrtai kehilangan parenkim otak. Selain itu juga dapat
kekusutan neurofibrilar yang difus dan di plak senilis ( makin banyakmplak senilis makin berat
gejala gejalnya ). Kedua perubahan patologik terakhir ini bukan merupakan ciri khas dari
penyakit alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan sindrom down.
Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmiter dan enzim-
enzim yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmiter tersebut. Tampaknya ada penurunan
dari asetitransferase ( enzim yang mensintesis asetilkolin).
Penyebab dari Alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tapi perpaduan berbagai
faktor resiko diduga sebagai penyebabnya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
- Bertambahnya usia, riwayat keluarga yang positif, dan cedera kepala.
- Toksin dari lingkungan.
- Stres, kecemasan dan sikap pesimis yang berlebihan.
- Genetik :
- Lipoprotein E-epsilon 4 yang rapuh dan gampang mengalami mutasi.
- Protein prekursor amiloid (APP) pada kromosom 21.
- Trisomi kromosom 21 (down’s syndrom). Pasien dengan sindrom down cenderung terkena
alzheimer onset dini pada usia di atas 30 tahun.
- Gen presenilin I yang terdapat di kromosom 14. Mutasi pada gen inilah yang berkaitan erat
dengan Alzheimer familial.
- Gen presenilin II pada kromosom 1. Mutasi pada gen ini berkaitan erat dengan penyakit
Alzheimer yang terjadi pada penduduk di daerah sungai Volga, Rusia.
F. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer, yaitu : usia
lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang terkontaminasi dengan logam berat,
rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan
penggunaan terapi sulih hormon pada wanita.
Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil penelitian yang lain, dianjurkan beberapa
cara untuk mencegah penyakit Alzheimer, di antaranya yaitu :
1. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok maupun
mengkonsumsi alkohol.
2. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah segar
mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas. Radikal
bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
3. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Cara menjaga kebugaran mental
adalah dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai
pengetahuan.
G. Terapi
Pendekatan terapi pada penyakit Alzheimer didasarkan pada teori yang berkembang
sesuai patogenesis dan patofisiologis penyakit dan kebutuhan untuk memperbaiki gejala-gejala
kognitif dan tingkah laku yang mengalami gangguan, meskipun hingga saat ini belum ada terapi
yang benar-benar secara meyakinkan mencegah Alzheimer ataupun memperlambat
perjalanannya.
Terapi medis untuk Alzheimer meliputi :
Obat-obatan Psikotropik dan intervensi perilaku
Berbagai intervensi farmakologis dan perilaku dapat memperbaiki gejala klinik penyakit
Alzheimer, seperti : kecemasan, agitasi dan perilaku psikotik, yang memang pendekatan
terbaiknya adalah secara simptomatis saja. Obat-obatan ini sangat berguna meski keefektifannya
sedang dan bersifat sementara saja dan tidak mampu untuk mencegah perkembangan penyakit
dalam jangka waktu yang lama.
Intervensi perilaku meliputi pendekatan patient centered ataupun melalui pelatihan tenaga
yang siap memberikan bantuan perawatan terhadap pasien. Intervensi-intervensi ini
dikombinasikan dengan farmakoterapi seperti penggunaan anxiolytic untuk anxietas dan agitasi,
neuroleptik untuk keadaan psikotiknya dan anti depressan untuk keadaan depresinya.
Beberapa obat psikotik yang dianjurkan untuk digunakan oleh banyak praktisi adalah :
haloperidol, risperidone, olanzapine dan quetiapine. Obat-obatan ini diberikan dalam dosis
minimal yang masih efektif untuk meminimalisir efek samping, oleh karena sebagian besar
pasien adalah mereka yang berusia lanjut.
Cholinesterase Inhibitors (ChEIs)
Strategi yang digunakan secara luas untuk mengatasi gejala-gejala alzheimer adalah mengganti
kehilangan neurotransmitter asetilkolin di korteks serebri. Seperti diketahui, pada penyakit
Alzheimer terdapat kehilangan yang substansial dari asetilkolin, penurunan jumlah enzim
asetiltransferase (enzim untuk biosintetis asetilkolin) dan hilangnya neuron-neuron kolinergik di
daerah subkortikal (nukleus basalis dan hippokampus).yang memiliki serabut projeksi ke
korteks.
Observasi ini menghasilkan teori bahwa manifestasi klinis dari alzheimer timbul sebagai
akibat dari hilangnya persarafan kolinergik ke korteks serebri. Akibatnya, dikembangkanlah
berbagai senyawa yang mampu menggantikan defek kolinergik ini dengan cara mengintervensi
proses degradasi asetilkolin oleh asetilkolinesterase sinaptik (spesifik), ataupun oleh
asetilkolinesterase non sinaptik (non spesifik) yang sering disebut sebagai butyrylkolinesterase
(BuChE).
Obat-obatan yang dianjurkan diantaranya adalah tacrine (cognex),donepezil (aricept),
rivastigmine (exelon) dan galantamine (reminyl). Hanya tacrin dan rivastigminlah yang juga
menghambat BuChE. Hal ini penting untuk kemanjuran terapi, sebab dalam perjalanan penyakit
Alzheimer, BuChE akan meninggi dan di sintesis oleh berbagai lesi Alzheimer termasuk oleh
plak senilis. Efek obat-obatan ini antara lain :
(3) Menolong pasien dengan demensia akibat gangguan vaskuler yang sering muncul bersamaan
dengan Alzheimernya.
Obat-obatan ini hanya berefek sementara sebab tidak memperbaiki penyebab dasar dari
hilangnya asetilkolin di korteks, yakni degenerasi neuron yang tetap berlangsung secara
progresif.
Antagonis N-methyl-D-aspartate (NMDA). Merupakan obat generasi baru yang amat berguna
pada Alzheimer fase lanjut. Kombinasi dengan asetilkolinesterase inhibitor terbukti lebih manjur.
Mamantine adalah contoh obat golongan ini, yang juga dapat digunakan untuk keadaan
neurodegeneratif lainnya seperti huntington disease, demensia terkait AIDS dan demensia
vaskular.
Anti radikal bebas. Dapat digunakan tocopherol (vitamin E) yang berfungsi memperbaiki
kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang memberi kontribusi sebagai penyebab dari
Alzheimer.
Agen anti inflamasi (nonsteroid). Pemberian agen ini berdasarkan postulat bahwa berbagai lesi
Alzheimer seperti plak senilis, membutuhkan suatu keadaan inflamasi agar dapat berkembang
menjadi fase yang lebih berat. Berbagai studi menunjukkan adanya perbaikan dan perlambatan
perkembangan Alzheimer setelah pemberian singkat obat anti inflamasi ini. Contoh obat adalah
rofecoxib (vioxx) dan naproxen (aleve).
Antibiotik. Obat ini berguna untuk mengurangi deposisi amiloid otak pada pasien Alzheimer.
Estrogen. Amat berguna pada wanita menopause dimana produksi estrogennya mulai
menurun. Seperti kita ketahui estrogen merupakan suatu neurotropik dan membantu melindungi
otak dari proses-proses degeneratif.
Aktivitas dan sikap hidup yang sehat. Aktivitas-aktivitas fisik dan mental sangat
direkomendasikan pada pasien-pasien Alzheimer dengan memperlambat perkembangan penyakit
dan mencegah proses kemunduran lebih lanjut. Pada tahap perkembangan demensia Alzheimer
yang dini, sikap hidup yang sehat, baik fisik maupun psikologis mampu memberikan
perlindungan dan daya tahan dari otak terhadap lesi yang mulai muncul dengan cara
membangkitkan kompensasi dari bagian otak yang masih sehat dan melindunginya dari
perkembangan penyakit yang progresif
H. Prognosis
Angka survival rata-rata setelah munculnya onset awal dari gejala Alzheimer adalah sekitar
8-10 tahun. Faktor-faktor yang membantu progresivitas penyakit adalah adanya gejala
ekstrapiramidal, adanya gejala-gejala psikotik, onset pada usia muda dan disfungsi kognitif yang
dini.
II. Konsep askep
a. Asuhan keperawatan klien dengan Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degenerasi neuron kolinergik yang merusak dan
menimbulkan kelumpuhan, yang trauma menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Penyakit
Alzheimer ditandai oleh hilangnya ingatan dan fungsi kognitif secara progresif. Penyebab
degenerasi neuron kolinergik pada penyakit Alzheimer tidak ketahui. Sampai sekarang belum
satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi ada tiga teori utama mengenai penyebabnya :
1) virus lambat
2) proses autoimun
3) keracunan aluminium
Prediposisi genetic juga ikut berperan dalam perkembagan penyakit Alzheimer. Dipeerkirakan
10% - 30% dari klien Alzheimer menunjukan tipe yang diwariskan dan dinyatakan sebagai
penyakit Alzheimer familia (familia Alzheimer disease-FAD).
Di pihak lain, benzodiazepin dibuktikan mengganggu fungsi kognitif selain memiliki
ansienitas, mungkin melalui reseptor GABA yang menghambat lepas muatan neuron-neuron
kolinergik di nukleus basalis. Terdapat bukti-bukti awal bahwa obat yang menhambat reseptor
GABA meperbaiki ingatan.
Patofisiologi
Faktor predisposisi: virus lambat, proses autoimun, keracnan aluminium, dan genetik
Dimensia
Anamneses pada penyakit alzhaimer meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengkajian
psikososial.
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur,(lebih sering pada kelompok usia lanjut, 50% populasi berusia lebih
dari 85 tahun), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor registrasi, dan diagnose medis.
b) Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan kesehatan adalah penurunan
daya ingat, perubahan kongnitif, dan kelumpuhan gerak kstremitas.
Pada anamneses klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru. Pada
beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami bertingkah laku
aneh dan kacau serta sering keluar rumah sendiri tanpa mengatakan pada anggota keluarga yang
lain sehingga sangat meresahkan anak-anaknya yang menjaga klien.
Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien menjadi tidak
dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari, atau mengenali
anggota keluarga.
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, penggunaan obat-obatan antiansietas (benzodiazepine), penggunaan obat-obat
antikolinergik dalam jangka waktu yang lama dan mengalami sindrom down yang pada suatu
kemudian menderita penyakit Alzheimer saat usia 40-an.
f) Pengkajian psikososialspritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien berfungsi untuk menilai respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyrakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karna klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan
klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak koonferatif. Perubahan
yang terpenting pada klien dengan penyakit Alzhaeimer adalah penurunan kognitif dan
penurunan memori (ingatan)
b. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran sesuai dengan
generasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital,
meliputi bradikardia, hipotensi dan penurunan frekuensi pernafasan
B1 (Breathing)
Hipotensi postural:berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada
pengaturan tekanan darah oleh system perarafan otonom.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus pada dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada asistem lainnya
tingkat kesadaran pasien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan status kongnitif
klien
status mental biasanya klien mengalami perubahan yanag berhubungan dengan penurunan status
kongnitif,penurunan persepsi,dan penurunan memori baik memori jangka pendek maupun jangka
panjang.
Saraf I biasanya pada klien penyakit Alzheimer tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
Saraf II tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai dengan keadan usia lajut
biasanya klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan ketajaman penglihatan
Saraf III,IV,dan VI pada beberapa kasus penyakit Alzheimer biasanya tidak ditemukan
kelainan pada saraf
Saraf V wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf
Saraf VII persepsi pengecapan dalam batsa nomal
Saraf VIII adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan prses senilis serta
penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X didapatkan kesulitan dalam menelan makannan yang berhubungan
dengan perubahan status kongnitif
Saraf XI tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezeuz
Saraf XII lidah simetris tidak ada desisi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi indra
penegecapan normal
6. Pengkajian system motoric
infeksi umum,pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi
motoric secara umum
pada tahaplanjut penyakit Alzheimer sering mengalami kehilangan refleks postural apabila klien
mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan
seperti didorong.kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan(salah satunya didepan
dan belakang)dapat menyebabkan klien sering jatuh
sesuai berlanjutnya usia klien dengan penyakit Alzheimer mengalami penurunan terhadap
sensasi sensorik secara progresif.penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati
perifer yang dihubungakn dengan disfungsi kongnitif dan persepsi klien secara umum
B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut,beberapa klien sering mengalami inkontinensia urine biasanya berhubungan
dengan penurunan ststus kongnitif dari klien Alzheimer.penurunan refleks kandung kmeih yang
bersifat progresif dank lien mungkin mengalami inkontinensia urine,ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urineal karena
keruakan control motoric dan postural.selama periode ini,dilakukan kateterisasi intermiten
dengan tekhnik steril
B5(Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang karena kelemahan
fisik yang umum dan perubahan status kongnitif.penururnan aktifitas umum klien sering
mengalami konstipasi
B6 (Bone)
Pada tahap lanjut,bisanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan
umumdan penurnan status kongnitif menyebabkan masalah pola dan pemenuhan aktifitas sehari-
hari.adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena
prubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh pergerakan memberikan resiko pada trauma
fisik jika melakukan aktifitas.
c. PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosis penyakit Alzheimer rumit karena tidak ada uji definitive.pemeriksaan rutin yang biasa
dilakukan meliputi pemeriksaan hitung sel darah lengkap dan pemeriksaan elektolit serum
CT scan mungkin memperlihtkan kelebaran ventrikel dan atrofi korteks serta memastikan
tidak ada tumor,abses otak,atau hematoma subdural kronik yang dapat diatasi.
Penanganan pasien dengan penyakit Alzheimer melibatkan baik pasien maupun keluarga.obat
penenang dan antidepresan dapat berguna dalam mengendalikan tingkah laku pasien.pelayanan
kesehatan rawat jalan untuk ksesehatan keluarga dibutuhkan oleh keluarga pasien sewaktu
keadaan pasien semakin buruk dan mmerlukan perawatan total.
Anggota keluarga harus tetap menjaga agar pasien tidak melukai orang
lain,memburuknya keadaan dapat diperkirakan dan terjadi setelah 3-10 tahun.pada tahap lanjut
dari penyakit,pasien jadi tidak dapat mengatur buang air,tidak dapat mengurus keperluan dasar
sehari-hari,atau mengenali angota keluarga.kematian biasanya dosebabkan oleh infeksi atau mal
nutrisi.
Diagnosa keperawatan
1. Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, hygiene) yang berhubungan dengan
perubahan proses pikir.
2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan asupan tidak
adekuat, perubahan proses pikir.
3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubugan dengan perubahan proses pikir.
4. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan difungsi
karena perkembangan penyakit.
5. perubahan proses berfikir berhubungan dengan degenerasi neuron iriversibel.
6. perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisit neurologis
7. kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan fisik
8. perubahan pola eliminasi urinarius/konstipasi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologis/ tonus otot
9. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mudah lupa
10. resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan kacau mental
Perencanaan
Sasaran pasien dapat meliputi perbaikan mencapai kemandirian aktivitas kehidupan
mencapai eliminasi fekal yang adekuat, mencapai dan mempertahankan kepuasan status
nutrisi, mencapai komunikasi, dan pengembangan mekanisme koping.
INTERVENSI KEPERAWATAN