Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


PADA BAYI NY.H UMUR 0 JAM DI PUSKESMAS WERU
SUKOHARJO 2019

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Kebidanan Fisiologis


Holistik Bayi Baru Lahir, Balita dan Anak Pra Sekolah
Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Dewi Arianti
NIM : P27224018247

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
HALAMAN PERSETUJUAN

1
2

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS


PADA BY.Ny.H DI PUSKESMAS WERU SUKOHARJO

Disusun oleh:
Nama : Dewi Arianti
NIM : P27224018247

Tanggal Pemberian Asuhan 10 Juni 2019

Disetujui:

Pembimbing Lapangan
Tanggal: ___________
Di: ________________ (Sri Wahyuni, S.ST., MM)
NIP. 19700412 199103 2 006

Pembimbing Institusi
Tanggal: ___________ (Dr. Sri Wahyuni, M.Mid)
Di: ________________
NIP. 19780721201212 2 002

Pembimbing Kasus
Tanggal: ___________ (Anik )
Di: ________________ NIP. 19731203199803 2 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pengelolaan Kasus Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Penyusunan laporan ini
3

bertujuan untuk memenuhi tugas di stase fisiologis Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah.
Tidak lupa pula pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini.
Penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan terkait dengan kasus yang dibahas. Penulis menyadari
laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan
guna memperbaiki laporan yang akan penulis buat di masa mendatang. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Sukoharjo, Juni 2019

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara
2500-4000 gram, cukup bulan, ketika lahir langsung menangis dan tidak ada
4

kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007). Ada banyak
kriteria menentukan bayi baru lahir normal dimulai dari ciri-ciri bayi baru
lahir, refleks-refleks fisiologis serta penanganan yang harus segera dilakukan
setelah bayi lahir. Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah
gangguan pendengaran (tuli bawaan) pada bayi yang baru lahir.

Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal kehidupan yang
tidak menyenangkan bagi bayi. Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan
kehidupan sebelumnya (intra uterin) dengan lingkungan sekarang
(ektra uterin) yang sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh
dengan segala kenyamanan karena ia tumbuh dari hari ke hari tanpa upaya
dari dirinya sendiri. Hal ini berarti janin tumbuh dan hidup bergabung penuh
pada ibunya. Pada waktu kelahiran tubuh bayi baru lahir mengalami
sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk
menentukan masa transisi kehidupanya ke kehidupan luar uterus
berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang
dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan
baik (Muslihatun, 2010).

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi periode bayi baru lahir
merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan
suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat badan lahir rendah, perawatan tali
pusat, pemberian air susu ibu (ASI), pencegahan terhadap infeksi, pemantauan
kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi
pemantau kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu–minggu pertama
sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan melahirkan.
Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan dengan masih
5

tingginya resiko komplikasi, diharapkan bidan mampu mendeteksi dini


komplikasi sehingga bidan tidak terlambat merujuk dan pasien segera
mendapatkan penanganan yang baik, sehingga bayi dapat tertolong dengan
selamat dan menghasilkan bayi yang sehat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis di Puskesmas
Mojogedang I Karanganyar 2019?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada bayi. Ny. T bayi baru lahir
fisiologis di Puskesmas Mojogedang I.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif
b. Melakukan interpretasi data
c. Menentukan diagnosa potensial
d. Menentukan tindakan segera
e. Membuat perencanaan
f. Melakukan penatalaksanaan
g. Melakukan evaluasi tindakan

D. Manfaat
Asuhan kebidanan ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti kepada:
1. Manfaat teoritis
Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta informasi dan sebagai
bahan institusi pendidikan dalam penerapan proses manajemen kebidanan
bayi baru lahir normal

2. Bagi Institusi pendidikan


Berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan
pengetahuan informasi, dan sebagai bahan masukan institusi pendidikan
dalam penerapan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal
3. Bagi penulis
Penulis dapat meningkatkan pengetahuan,ketrampilan dan pengalaman
secara langsung sekaligus bisa menerapkan ilmu yang dipereoleh
selamamengikuti perkuliahan, serta bisa membedakan kesenjangan antara
lahan praktik dan teori dalam penerapan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir normal.
4. Bagi Pelayanan kesehatan
6

Sebagai bahan informasi danmasukan bagi tenaga kesehatan, bidan


khususnya dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan sehingga
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas di hadapan
masyarakat.
5. Bagi keluarga pasien
Sebagai penyuluhan ketrampilan serta informasi agar keluarga dapat ikut
serta melaksanakan tindakan perawatan pada bayi baru lahir normal.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir

1. Pengertian
Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai
usia 4 minggu dan lahir dari umur kelahiran 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat lahir 2.500 gram
Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim
seorang wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai
umur satu bulan (FKUI,1999).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi
baru lahir akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan
sedikit bantuan atau gangguan
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan
keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri
kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan
berat 2.500-4.000 gram.

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir


a. Berat Badan 2.500 – 4.000 gram
b. Panjang Badan 48 – 52 gram
c. Lingkar dada 30 38 cm
d. Lingkar kepala 33 – 35 cm
e. GDS 45 g/dl – 130 g/dl
f. Bunyi jantung dalam menit pertama - tama ± 180 x/menit lalu
menurun 120 – 140 x/menit
g. Pernafasan pada menit –menit pertama ± 140 x/menit

4
8

h. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup


dan diliputi vernik caseosa
i. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
j. Kuku agak panjang dan lemas
k. Genetalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
untuk laki-laki testis sudah menurun
l. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
m. Graps reflek baik, bila diletakan suatu benda diatas tangan bayi akan
menggenggam
n. Reflek moro sudah baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24
jam pertama, mekoneum hitam kecoklatan.

3. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir


Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi
dilahirkan,selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan ekstra uteri.Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya
menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan
kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri
Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan baru lahir merupakan
periode kritis karena harus beradaptasi terhadap lingkungan baru.
Mekanisme hemodinamik dan thermoregulasi mendukung keberhasilan
beradaptasi dengan lingkungan ekstra uteri
Dalam uterus semua kebutuhan janin secara sempurna dilayani
pada kondisi normal yaitu nutrisi dan oksigen disuplai oleh sirkulasi ibu
melalui plasenta, produk buangan tubuh dikeluarkan dari janin melalui
plasenta, lingkungan yang aman disekat oleh plasenta, membran dan
cairan amnion untuk menghindari syok dan trauma, infeksi dan perubahan
dalam temperatur. Di dalam uterus bayi juga hidup di lingkungan yang
terlindung dengan suhu terkontrol, kedap suara, terapung dalam suatu
genangan cairan hangat, dan memperoleh pasokan untuk semua kebutuhan
fisiknya
Elemen-elemen kunci dalam transisi kelahiran adalah pergeseran
darioksigenasi maternal bergantung pada respirasi terus-menerus,
perubahan dari peredaran janin untuk dewasa sirkulasi dengan
meningkatnya aliran darah paru dan hilangnya kiri ke kanan melangsir,
9

dimulainya homeostatis glukosa independen, termoregulasi independen,


dan oral menyusui (Glutckman & Bassetdalam Matson & Smith, 2004).
Adaptasi fisiologis dianggap lengkap bila tanda-tanda vital, pemberian
makan, dan pencernaan dan fungsi ginjal normal (Kelly dalam Matson &
Smith, 2004). Pengamatan adaptasi bayi ke kehidupan extrauterin sangat
penting untuk mengidentifikasi masalah dalam transisi dan melakukan
intervensi.
Pada bayi baru lahir (BBL) terjadi perubahan fungsi organ yang
meliputi :
a. Sistem pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran
melalui plasenta.Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-
paru (setelah tali pusat dipotong).Rangsangan untuk gerakan
pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks
sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan
peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus
karotis.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan
alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan
menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk
mempertahankan ketegangan alveoli.Masa alveoli akan kolaps dan
paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya pernapasan
diafragma dan abdominal.Sedangkan respirasi beberapa saat setelah
kelahiran yaitu 30-60 x/menit.
b. Sistem cardiovaskuler
Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi
berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena
umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui
duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin
oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan
dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian seterusnya.
Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis
kuat, dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru
mengecil dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian foramen
ovale,duktus arterious dan duktus venosus menutup. Arteri
umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen.
10

c. Sistem hematopoiesis
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80-110 ml/kg
selama hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun
pertama.Nilai rata-rata hemoglobin dan sel darah merah lebih tinggi
dari nilai normal orang dewasa.
Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5
juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir
mengandung sekitar 80% Hb janin.Presentasi Hb janin menurun
sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.
d. Sistem Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan
janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup
banyak.Absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran
pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya
mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium
merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
pertama.
e. Hepar
Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam
hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A
dan D juga sudah disimpan dalam hepar.Fungsi hepar janin dalam
kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur (belum
matang).Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim
hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT
(Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD
(Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis
bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
ikterus fisiologis.
f. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran
karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran
lemak. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam
pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga
kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
11

g. Sistem termogenik
Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring
Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran “Brown Fat” (lemak
coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak
biasa.Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas
mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih
dingin.Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara
langsung.Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang
terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan
konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan
benda yang lebih dingin dengan kontak secara langsung.
h. Kelenjar endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada
waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi
misalkan pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid
perempuan.Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir
dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir.
i. Keseimbangan air dan ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan
bahwa ruangan ekstraseluler luas.Fungsi ginjal belum sempurna
karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada
neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
j. Susunan saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup
maka dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan
spontan.Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan
empat bulan.Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada
kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-
otot menjadi lebih sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32
12

minggu dapat hidup diluar kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka


janin amat sensitif terhadap cahaya.
k. Sistem imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada
kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi
dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai
dengan bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk
banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E
diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat
kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.

l. Sistem integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih
belum matang.Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan
sangat tipis.Vernik kaseosa juga berfungsi sebagai lapisan pelindung
kulit.Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi
baru lahir yang cukup bulan memiliki kulit kemerahan yang akan
memucat menjadi normal beberapa jam setelah kelahiran.
Kulit sering terlihat bercak terutama sekitar ektremitas.Tangan
dan kaki sedikit sianotik (Akrosianotik).Ini disebabkan oleh
ketidakstabilan vosomotor. Stasis kapiler dan kadar hemoglobin yang
tinggi. Keadaan ini normal, bersifat sementara dan bertahan selama 7-
10 hari.Terutama jika terpajan pada udara dingin.
m. Sistem skelet
Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan
tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran
seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada
tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika
dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat
mengalami distorsi akibat molase.
Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan
dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak
melengkung.Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak
kaki.Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki,
garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan.
13

n. Sistem neuromuskuler
Reflek bayi baru lahir diantaranya :
1) Reflek pada Mata
a) Berkedip atau Refleks korneal
b) Reflek Pupil
c) Mata boneka
2) Reflek pada Hidung
a) Bersin
b) Glabela : ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara
dua alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
3) Reflek pada mulut dan Tenggorokkan
a) Menghisap
b) Muntah
c) Rooting
Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut
dan mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4
bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan.
d) Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan
mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan.
4) Reflek pada Ekstremitas
a) Menggenggam
b) Babinski
c) Klonus, Pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat
ketika menopang lutut pada posisi fleksi parsial
mengakibatkan munculnya satu sampai dua gerakan oskilasi
(denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba.
d) Refleks pada Massa/Moro
5) Startle : Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan
dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia
4 bulan.
14

4. Pathway
PROSES PERSALIAN NORMAL

Kepala bayi melewati Perubahan suhu tubuh dari Pemotongan tali pusat Adaptasi psikologis ibu
jalan lahir suhu intra uterin yang stabil
(35-37o C) Perubahan peran
Adanya luka terbuka
Banyaknya cairan Suhu ruangan Cemas
Amnion di jalan lahir
Kontaminasi pada luka
Koordinasi reflek menelan Penghilangan suhu tubuh Sekresi oksitosin
Menghisap belum sempurna (konveksi, radiasi, evaporasi) terhambat
Resti infeksi
Akumulasi cairan amnion Perubahan drastis suhu tubuh Pressure the ejection
Pada jalan napas of breast feeding

Bersihan jalan napas Proses adaptasi Ineffective breast feeding


Tidak efektif
Resti hipothermi
Resti gangguan pemenuhan
Kebutuhan nutrisi
Peningkatan insisible water loss
(IWL)

Resti kekurangan volume cairan

5. Pemantauan Bayi Baru Lahir


Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan diidentifikasi, masalah kesehatan bayi
baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tindak lanjut petugas keperawatan.

a. Dua jam pertama sesudah kelahiran


15

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama


sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap lemah atau kuat
2) Bayi tampak aktif atau lunglai
3) Bayi kemerahan atau biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap
ada tidaknya kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti :
1) Gangguan pernafasan
2) Hipotermia
3) Infeksi
4) Cacat bawaan dan trauma lahir

B. Konsep Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir


Perawatan bayi baru lahir dimulai saat lahir. Perawatan yang
dilakukan bertujuan untuk mencegah adanya komplikasi sedini mungkin.
Perawatan yaitu berawal dari pengkajian awal hingga perawatan secara
keseluruhan.
1. Pengkajian Awal
Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir
dengan menggunakan nilai apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat.
Pengkajian nilai apgar didasarkan pada lima aspek yang menunjukkan
kondisi fisiologis neonatus yakni, denyut jantung, dilakukan dengan
auskultasi menggunakan stetoskop. Pernafasan, dilakukan berdasarkan
pengamatan gerakan dinding dada. Tonus otot dilakukan berdasarkan
derajat fleksi dan pergerakan ekstremitas. Pergerakan iritabilitas refleks,
dilakukan berdasarkan respon terhadap tepukan halus pada telapak kaki.
Warna, dideskripsikan sebagai pucat diberi nilai 0, sianotik nilai 1, atau
merah muda nilai 2. Evaluasi dilakukan pada menit pertama dan menit
kelima setelah bayi lahir. Sedangkan pengkajian usia gestasi dilakukan dua
jam pertama setelah lahir (Bobak dkk, 2005). Pengukuran antropometri
dengan menimbang berat badan menggunakan timbangan, penilaian hasil
timbangan dengan kategori sebagai berikut, bayi normal BB 2500-3500
16

gram, bayi prematur <2500 gram dan bayi marosomia >3500 gram
(Maryunani & Nurhayati, 2009).
2. Mempertahankan Bersihan Jalan Napas
Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut
diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase. Apabila
terdapat lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas bayi dapat dihisap
melalui mulut dan hidung dengan sebuah bulb syringe. Bayi yang
tersumbat oleh sekresi lendir, harus ditopang kepalanya agar menunduk
( Bobak dkk, 2005).
3. Suhu Tubuh
Setiap kali prosedur apa pun yang dilakukan pada bayi, upayakan
untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas. Stres dingin (cold
stress) akan mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Temperatur ruang
sebaiknya 24 0C. Bayi dapat segera diletakkan di atas abdomen atau dada
ibu, dikeringkan, dan dibungkus dengan selimut hangat ( Bobak dkk,
2005).
Dada ibu mampu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudara sehingga akan menurunkan kematian karena
kedinginan (hypothermia); baik ibu maupun bayi akan merasa lebih
tenang, pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan bayi akan
jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi (Roesli, 2007).
4. Perawatan Organ Tubuh Bayi
Pada organ kepala lingkar kepala diukur dengan menggunakan
meteran (Maryunani & Nurhayati, 2008). Kepala bayi juga dilakukan
palpasi dan memantau fontanel. Mata harus bersih, tanpa drainase dan
kelopak mata tidak bengkak, perdarahan konjungtiva mungkin ada
(Ladewigs et al, 2006). Untuk membersihkan mata, gunakan kapas paling
lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika
sudah dibersihkan pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Bonny &
Mila, 2003).
Bayi cukup usia mempunyai dua per tiga ujung pinna yang tidak
melengkung. Rotasi telinga harus ada di garis tengah, dan tidak mengenai
bagian depan atau bagian belakang (Ladewigs et al, 2006). Untuk
17

membersihkan telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Bagian
dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada
cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan
cotton bad atau tisu yang digulung kecil, jika menggunakan jari pastikan
jari benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat
banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan menggunakan penyedot
hidung bayi, atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk
mengeluarkan cairan tersebut (Bonny & Mila, 2003).
Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada
lidah (oral thrust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya
jamur (Musbikin, 2005). Untuk membersihkan mulut bayi digunakan
kapas yang sudah direndam dengan air masak, diperas dan mulut bayi
dibersihkan dengan hati-hati serta mengeluarkan lendir yang ada di mulut
bayi (Dainur, 1995). Dapat juga dilakukan dengan menggunakan kain kasa
atau waslap yang sudah dibasahi dengan air matang hangat lalu dibalut
pada jari telunjuk, kemudian membersihkan mulut dari bagian luar, yaitu
bibir dan sekitarnya.
Kuku jari yang panjang dapat menimbulkan luka garukan pada
wajah bayi dan luka ini bisa terinfeksi. Kuku yang panjang dapat pula
terkoyak karena sekalipun panjang, tetapi kuku tersebut sangat lunak. Jika
kuku tersebut terkoyak, jaringan di bawahnya yang sensitif terhadap
infeksi dapat terpajan. Bayi dapat menggunakan sarung tangan atau
dengan melakukan pemotongan kuku dengan hati-hati (Farrer, 1999).
5. Merawat Tali Pusat
Menurut Penny dkk. (2007) tali pusat bayi umumnya berwarna
kebiruan dan panjangnya 2,5 cm sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem tali
pusat akan dipasang untuk menghentikan perdarahan. Klem tali pusat
dibuka jika tali pusat sudah kering. Sebelum tali pusat lepas jangan
memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan membasuh tali pusat
dengan lap basah. Sebelum melakukan perawatan pada tali pusat harus
mencuci tangan bersih-bersih. Membersihkan sisa tali pusat terutama
pangkalnya dilakukan dengan hati-hati jika tali pusat masih berwarna
merah.
18

Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah dan mengidentifikasi


perdarahan atau infeksi secara dini. Setiap hari harus melakukan
pemeriksaan untuk menemukan tanda-tanda infeksi (Bobak dkk, 2005).
6. Higiene dan Perawatan Kulit
Higiene bayi dapat terjaga dengan mandi. Mandi memiliki beberapa
tujuan yaitu membersihkan seluruh tubuh, mengobservasi keadaan,
memberi rasa nyaman, dan mensosialisasikan orang tua, anak dan keluarga
(Bobak dkk, 2005)
Memandikan bayi dilakukan di tempat yang aman, dengan suhu
yang hangat (Bonny & Mila, 2003). Menurut Helen dkk. (2007) perawatan
kulit yang ditutup oleh popok sangat penting untuk mencegah terjadinya
ruam popok. Perawatan kulit dengan menggunakan minyak telon, krim,
baby oil, dan colegne diperkenankan tetapi penggunaan bedak tabur tidak
dianjurkan karena dapat terhirup oleh bayi dan mengganggu jalan napas
atau membuat tersedak (Bonny & Mila, 2003).
7. Alat Genitalia dan Anus
Genitalia bayi laki-laki dibersihkan dengan menggunakan air sabun.
Gunakan kapas basah untuk membersihkan lipatan-lipatannya jangan
memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam atau
menyemprotkan antiseptik karena sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit
luar sudah terpisah dari gland, sesekali bisa ditarik dan membersihkan
bawahnya. Bagian anus dan bokong dibersihkan dari luar ke dalam.
Kemudian keringkan dengan tisu lembut, jangan buru-buru memakai
popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong
boleh diolesi krim (Bonny & Mila, 2003)
Genitalia perempuan dibersihkan menggunakan sabun dan air.
Gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin,
lakukan dari arah depan ke belakang. Bagian anus dan bokong dibersihkan
dari arah anus keluar. Kemudian keringkan dengan tisu lembut. Lipatan
kulit dan bokong boleh diolesi krim (Bonny & Mila, 2003).
8. Sirkumsisi
Menurut Ladewigs, et al. (2006) beberapa orang tua memilih untuk
melakukan sirkumsisi pada bayi laki-lakinya. Keputusan orang tua untuk
19

mensirkumsisi bayi yang baru lahir biasanya didasarkan pada faktor-faktor


berikut: higiene, agama, tradisi, budaya atau norma sosial (Bobak dkk,
2005).
Pada bayi baru lahir akan disirkumsisi, pelaksanaannya baru
dilakukan sesudah bayi tersebut berusia lebih dari 8 hari dan kalau bayinya
sehat, matur serta tidak menunjukkan gejala ikterus. Bahaya perdarahan
dan infeksi harus dipikirkan pada waktu merawat bayi yang menjalani
prosedur pembedahan ini (Farrer, 1999). Lembaran kasa berbentuk pita
harus dibelitkan disekitar luka sirkumsisi dan kita dapat menggunakan
friar’s balsam (tinc benz co) untuk membuat kasa tersebut melekat serta
bersifat antiseptik. Kasa biasanya baru dilepas pada hari ke-3 atau ke-4
setelah operasi.
9. Nutrisi
Nutrisi yang baik pada bayi memungkinkan kesehatan yang baik,
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan
pertama kehidupan dan juga membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan
makan yang baik pada masa selanjutnya. Pemenuhan nutrisi pada bayi
baru lahir sebaiknya dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI), namun jika
adanya kendala-kendala khusus dapat diberikan susu formula (Bobak dkk,
2005). Kebutuhan nutrien yang diperlukan yaitu meliputi energi,
karbohidrat, lemak, protein, cairan, mineral dan vitamin.
Menurut Hubertin Sri (2004 dalam Saragih, 2010), perawat
mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan penerapan
ASI eksklusif agar bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh
kembangnya. Keputusan untuk memberikan bayi susu botol adalah logis
jika ibu tidak ingin menyusui karena berbagai alasan yang tepat (Helen,
2007).
10. Imunisasi
Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan
kondisi bayi dan anak sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit
dapatan yang mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk untuk
memvaksinasi bayi terhadap penyakit-penyakit seperti polio dan batuk
rejan bahkan cacar. Beberapa orang tua dalam upaya melindungi dari efek
20

samping resiko vaksinasi memutuskan untuk tidak mengimunisasi


anaknya. Mereka lebih suka mengambil resiko yaitu anak mereka terkena
penyakit dari pada melihat anaknya mengalami efek samping dari
vaksinasi. Sebaiknya orang tua mengumpulkan informasi dari masing-
masing vaksin saat membuat pilihan tentang imunisasi (Ladewigs, et al
2006).

C. Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


1. Langkah 1 : Pengkajian
21

a Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi
tampak semi koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti
tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bai dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12
jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.Tekanan
darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
kelahiran.Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15
mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak
biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5 0C-
370C.Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada
rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki
dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara
putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut
verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
22

Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan


jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis.
Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada
kemerahan disekitarnya.
23

g. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
6. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari
berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000
gram.
7. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.
8. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur.
Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika
32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm.
Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50
cm.
24

9. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema,
tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau
rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun,
skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan.Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis.Diagnosis kebidanan adalah
diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki cirri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
3. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.Kaji ulang apakah
diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
25

4. Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan


Segera
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan
primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita
tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan
tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklampsia,
kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic
yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi
baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap
klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.Kaji ulang apakah
tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
5. Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
26

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah


dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila
ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,
yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up
to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
6. Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan
Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuha telah dilaksanakan.
7. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
27

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif


sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana
asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses
manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

D. Evidance Based Midwifery Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Inisiasi menyusui dini adalah langkah penting untuk memudahkan
bayi dalam memulai proses menyusui. Bayi baru lahir yang diletakkan
pada dada atau perut sang ibu, secara alami dapat mencari sendiri sumber
air susu ibu (ASI) dan menyusu. Proses penting inilah yang disebut inisiasi
menyusui dini (IMD).
Manfaat ASI telah terbukti berperan penting sebagai sumber
makanan utama dan membantu memperkuat sistem kekebalan bayi baru
lahir untuk melindunginya dari berbagai penyakit. Proses menyusui ini
sebenarnya dapat dimulai dan dikuatkan dengan inisiasi menyusui dini.
Sayang, belum banyak orang yang memahami pentingnya prosedur ini
untuk bayi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan proses inisiasi
menyusui dini dijalankan dalam satu jam pertama sejak bayi lahir. Caranya
adalah dengan menempatkan bayi di dada ibunya segera setelah sang bayi
keluar dari jalan lahir. Bayi ini kemudian akan secara alami, tanpa dibantu,
mencari puting ibunya untuk menyesap ASI.
Berbagai manfaat inisiasi menyusui dini bagi ibu dan bayi, antara
lain:
28

1. Meningkatkan kesempatan bayi memperoleh kolostrum.


Kolostrum adalah tetes ASI pertama ibu yang kaya nutrisi dan
membantu mencegah penyakit. Cairan pertama dari ASI ini biasanya
berwarna kuning, sangat kental dan hanya sebanyak kira-kira satu
sendok teh.
2. Mendukung keberhasilan ASI eksklusif. Inisiasi menyusui dini
diketahui menunjang keberhasilan ASI eksklusif hingga
setidaknya bayi berusia 4 bulan. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan
hingga bayi berusia 6 bulan, namun boleh dilanjutkan hingga anak
berusia 2 tahun.
3. Memperkuat hubungan ibu dan bayi. Bukti menunjukkan bahwa kulit
bayi yang bersentuhan langsung dengan kulit ibunya (skin-to-skin
contact) segera setelah lahir, dapat menciptakan keintiman yang lebih
dalam dengan sang ibu. Lebih jauh, kulit tubuh bayi yang bersentuhan
langsung dengan kulit tubuh ibunya merupakan cara efektif untuk
menenangkan bayi sakit, yang dapat dilakukan kapan saja. Hal ini
juga membuat sang ibu lebih nyaman.
4. Meningkatkan kesehatan bayi. Inisiasi menyusu dini dapat
mengurangi angka kematian bayi baru lahir. Selain itu, dapat
meningkatkan kesehatan, tumbuh kembang, dan membantu
membangun daya tahan tubuh bayi. ASI juga sangat baik untuk
kesehatan sistem pencernaan bayi.
29

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


PADA BAYI NY.H UMUR 0 JAM DI PUSKESMAS
WERU SUKOHARJO

Hari/Tanggal : Senin, 10 Juni 2019 Pukul : 08.48 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Identitas Bayi
Nama Bayi : By.Ny.H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 10 Juni 2019
Jam Lahir : 8.45 WIB
Anak ke :3
Identitas Orang Tua
Orang Tua Ibu Ayah
Nama : Ny. H Tn. D
Umur : 39 tahun 42 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMP
Pekerjaan : Swasta Swasta
Suku bangsa : Jawa, Indonesia Jawa, Indonesia
Alamat : Beran 1 / 2 Weru, Sukoharjo

27
30

2. Data Ibu
a. Riwayat obstetric : G3P2A0 UK 38+5 minggu
b. Frekuensi ANC 87 kali di Puskesmas.
c. Imunisasi TT : Lengkap
TT 1 : SD Kelas 1
TT 2 : SD Kelas II
TT 3 : SD Kelas III
TT4 : tahun 2005
TT 5 : tahun 2006
d. Obat-obatan atau jamu yang diminum
Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan khusus selain obat suplemen
tambah darah, vitamin dan asam folat yang di dapat dari puskesmas.
e. Kenaikan BB ibu selama hamil : 6 Kg
Sebelum hamil : 55 kg
Setelah hamil : 61 kg
f. Riwayat penyakit penderita :
Ibu dan keluarga tidak pernah menderita dan tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik, penyakit menurun ataupun penyakit menular
seperti penyakit jantung, Asma, TBC, ginjal Diabetes Melitus,
Malaria, dan HIV/AIDS.
g. Komplikasi selama hamil :
Selama hamil saat ini ibu ataupun pada saat janin dikandungnya tidak
ada masalah.

3. Riwayat Persalinan Ibu


a. Jenis Persalinan : Spontan pervaginam
b. Penolong : Bidan
c. Lama Kala I : 3 jam
d. Lama Kala II : 30 menit
e. Lama Kala III : 10 menit
f. Lama Kala IV : 2 jam
g. Air Ketuban : Jernih
h. Komplikasi : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
1. KU : Baik, menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan, jenis
kelamin Laki-Laki
2. APGAR Score 1/5/10 menit 8/9/10
Waktu
No Aspek yang dinilai
1 Menit 5 Menit 10 Menit
1 Pernafasan 2 2 2
2 Denyut jantung 2 2 2
3 Reaksi Terhadap Rangsang 2 2 2
4 Tonus Otot 1 1 2
31

5 Warna Kulit 1 2 2
Jumlah 8 9 10

C. ANALISIS DATA
1. Diagnosa kebidanan :
Bayi Ny.H usia 0 jam dengan bayi baru lahir fisiologis
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Jaga kehangatan bayi

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 10 Juni 2019 jam : 08.45 WIB
1. Memberitahu ibu/orang tua bahwa hasil pemeriksaan pada bayi, keadaan
bayinya dalam keadaan baik dan tidak terdapat kelainan, berjenis kelamin
laki-laki.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi bayinya dalam keadaan baik
akan membuat psikologis ibu tenang dan tidak mengkhawatirkan bayinya
Hasil : Ibu merasa senang dan bahagia mengetahui kondisi bayi laki-
lakinya dalam keadaan baik
2. Membersihkan jalan nafas pada bayi
Rasionalisasi : Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis penolong segera membersihkan
jalan nafas agar tidak tersubat dengan menggunakan kasa steril.
Hasil : Bayi sudah dibersihkan jalan nafasnya
3. Memotong tali pusat bayi
Rasionalisasi : Penundaan penjepitan tali pusat (lebih dari 30 detik)
memberikan manfaat bagi neonatus untuk mengurangi anemia dan
terutama neonatus prematur dengan memungkinkan tranfusi darah
plasenta pada bayi baru lahir, disebutkan tentang penundaan penjepitan tali
pusat selama 2 menit yang berfungsi darah dari fetoplasental yang
difungsikan ke sirkulasi neonatus, dan ini terjadi selama tali pusat belum
dijepit, penundaan ini dimaksudkan untuk menahan tranfusi lebih lama
sehingga meningkatkan volume darah bayi baru lahir.
Hasil : Sudah dilakukan pemotongan tali pusat kepada bayi
4. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini
Rasionalisasi : Bayi akan tetap hangat karena langsung bersentuhan
dengan kulit ibu (skin to skin contact). Dengan IMD akan menjalin ikatan
psikis antara ibu dan bayi dan IMD merupakan langkah awal untuk
berhasil menjalani program ASI eksklusif.
32

Hasil : Telah dilakukan IMD pada dada ibu selama 30 menit dikarenakan
ibu kelelahan.
5. Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti tubuh bayi dan
memakaikan topi.
Rasionalisasi : Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap
suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya
tetap hangat.
Hasil : Bayi telah dipertahankan suhunya agar tetap dalam keadaan
normal.
6. Dokumentasi tindakan dan terapi yang diberikan
Hasil : dokumentasi sudah dilakukan

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal : 10 Juni 2019


Jam : 09.50 WIB
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Weru

A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bayinya menangis kuat
2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAB, belum BAK
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,7°C
N : 128 kali/menit
RR : 46 kali/menit
c. Antopometri
Berat Badan : 3400 gram
Panjang Badan : 49 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 34 cm
LILA : 11 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Bentuk simetris, rambut bersih, warna rambut hitam, sutura
sagitalis datar, tidak ada molase, tidak ada caput succedaneum
ataupun cephal hematoma.
b. Mata
33

Simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, kelopak


mata tidak cekung.
c. Hidung
Simetris, terdapat lubang hidung dan tidak terdapat secret, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
d. Mulut
Simetris, tidak ada labioskisis dan tidak ada labiopalatoskisis
e. Telinga
Simetris, terdapat dua daun telinga, tidak terdapat kelainan
f. Leher
Tidak terdapat pembengkakan maupun pembesaran pada kelenjar
getah bening, parotis, tiroid maupun vena jugularis
g. Dada
Bentuk simetris, putting susu simetris, tidak ada tarikan dinding
dada, bunyi jantung regular, suara nafas bersih.
h. Abdomen
Bentuk bulat, tidak ada benjolan abnormal, tali pusat bersih, tidak
ada perdarahan pada tali pusat.
i. Ekstermitas Atas
Tangan berjumlah 2, simetris, tonus otot baik, jumlah jari lengkap,
j. Ekstermitas Bawah
Kaki berjumlah 2, simetris, tonus otot baik, jumlah jari lengkap.
k. Genetalia
1) Uretra : Berlubang
2) Testis : Testis sudah turun ke crotum
3) Kelainan (keluhan) :Tidak ada
4) BAK : Sudah BAK
l. Anus : Anus tampak berlubang
Mekonium : Mekonium sudah keluar
m. Punggung
Tidak terdapat spina bifida, tidak ada kelainan pada tulang
belakang

n. Kulit
Terdapat verniks caseosa, tidak terdapat tanda lahir dan warna kulit
kemerahan
3. Reflek
a. Moro : Baik, bayi bila diangkat memperlihatkan gerakan
seperti memeluk
b. Rooting : Baik, bayi mencari benda yang ditempelkan di
pipinya
c. Sucking : Baik, bayi menghisap dengan kuat
d. Tonick neck : Ada, bayi dapat menggerakkan kepalanya
e. Graphs : Baik, saat tangan bayi diberi telunjuk maka tangan
bayi akan menggenggam.
4. Pemeriksaan Penunjang : tidak ada
34

C. ANALISIS DATA
1. Diagnosa kebidanan :
Bayi. Ny.H usia 1 jam dengan bayi baru lahir fisiologis
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Bounding
Jaga kehangatan bayi
Asupan Nutrisi ASI untuk bayi

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu/orang tua bahwa hasil pemeriksaan pada bayi. Berat
badan bayi 3400 gr, PB : 49 cm, LK : 34 cm, LD : 34 cm, tidak ada
cacat maupun kelainan.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi bayinya dalam keadaan
baik akan membuat psikologis ibu tenang dan tidak mengkhawatirkan
bayinya
Hasil : Ibu merasa senang dan bahagia mengetahui kondisi bayi laki-
lakinya dalam keadaan baik
2. Memberikan Vitamin K1 dengan dosis 1 mg sebanyak 0,5 ml secara
IM di paha kiri
Rasionalisasi : Vitamin K1 merupakan bahan pembentuk faktor
pembekuan darah. Karena itu, vitamin K1 sangat berperan penting
dalam proses pembekuanan darah. Kekurangan vitamin K1 dapat
memperpanjang proses pembekuan darah pada kulit, selaput lendir dan
organ lain dalam tubuh. Fungsi vitamin K1 pada bayi baru lahir adalah
mencegah terjadinya perdarahan pada otak, selain itu merupakan bahan
pembentuk faktor pembekuan darah pada kulit, selaput lendir, dan
organ lain dalam tubuh bayi (Utami, 2008)
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg (dosis
tunggal) intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah
perdarahan pada bayi baru lahir (perdarahan intracranial) akibat
defisiensi vitamin K1 yang dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Ikatan
Bidan Indonesia, 2007)
35

Hasil : Bayi Ny.H telah diberikan injeksi vitamin K1 1 mg sebanyak


0,5 ml di paha kiri.
3. Memberikan salep mata untuk mencegah infeksi
Rasionalisasi : Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk
pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika
profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain).
Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran.
Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1
jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Hasil : Bayi Ny.H telah diberikan salep mata pada mata kanan dan kiri.
4. Membungkus tali pusat menggunakan kassa steril
Rasionalisasi :
Perawatan tali pusat pada prinsipnya adalah menjaga kondisi tali pusat
tetap kering, tidak lembab dan bersih. Untuk menjaga kondisi tersebut
dianjurkan untuk tidak memberikan bahan atau ramuan apapun pada tali
pusat, cukup dengan membersihkan dan membalut dengan kassa steril
(Marjono, 2007).
Hasil : Tali pusat By.Ny.H telah dibungkus menggunakan kassa steril
5. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian bayi dan
membedong bayi.
Rasionalisasi : Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur
tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk
membuatnya tetap hangat.
Hasil : Bayi telah dipertahankan suhunya agar tetap dalam keadaan
normal.
6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan
pemberian ASI (Kolostrum)
Rasionalisasi :
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material
yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum
dan setelah masa puerperium, disekresi oleh kelenjar payudara dari
hari pertama sampai hari ketiga atau keempat (Soetjiningsih, 2012)
36

Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena


kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi. Manfaat kolostrum
antara lain :
a. Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena
kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang
membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru
lahir segera bersih dan siap menerima ASI.
b. Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat
kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu
matang.
c. Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi
d. Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh
e. Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan)
protein
f. Mengeluarkan kelebihan bilirubin sehingga bayi tidak mengalami
jaundice (kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif
(Pencahar).
g. Berperan dalam gerak peristaltik usus (gerakan mendorong
makanan)
h. Menjaga keseimbangan cairan sel
i. Merangsang produksi susu matang (mature)
j. Mencegah perkembangan kuman-kuman patogen
(Nazara, 2011:4)
Hasil :
Bayi Ny.H sudah di berikan ASI untuk dipenuhi kebutuhan nutrisinya
dengan memberikan ASI (Kolostrum).
7. Melakukan rawat gabung pada bayi dengan cara membiarkan bayi
berada disamping ibu
Rasionalisasi :
Tujuan rawat gabung adalah agar Ibu dapat menyusui bayinya sedini
mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara
perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu
mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu
masih di pelayanan kesehatan dan ibu memperoleh bekal keterampilan
37

merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang. Rawat gabung juga


memungkinkan suami dan keluarga dapat terlibat secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya
secara baik dan benar, selain itu ibu mendapatkan kehangatan
emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang
sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya
Hasil : Bayi Ny.T telah berada di samping ibunya

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal : 10 Juni 2019


Jam : 15.45 WIB
Tempat : Ruang Nifas Puskesmas Weru

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayi kuat untuk menyusui
Ibu mengatakan bayi sudah BAK
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
Respirasi : 54x/menit
Suhu : 36,7°C
Denyut jantung : 146 x/menit.
2. Pemeriksaan fisik
1. Mata : Sklera putih, tidak ada kelainan
2. Kulit : Tidak ikterik, warna kemerahan
3. Dada : tidak ada tarikan dinding dada, bunyi paru bersih, bunyi
jantung regular.
4. Abdomen : Tidak ada kelainan
5. Tali pusat : Tidak ada tanda-tanda infeksi

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa kebidanan :
Bayi Ny.H umur 7 jam dengan bayi baru lahir normal
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
38

a. Jaga kehangatan bayi


b. Asupan nutrisi untuk bayi

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 10 Juni 2019
Jam : 15.45 WIB
1. Memberitahu ibu/orang tua bahwa hasil pemeriksaan pada bayi. Bayi
dalam keadaan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi bayinya dalam keadaan
baik akan membuat psikologis ibu tenang dan tidak mengkhawatirkan
bayinya
Hasil : Ibu merasa senang dan bahagia mengetahui kondisi bayi laki-
lakinya dalam keadaan baik
2. Memberikan Imunisasi Hb0 0,5 ml secara IM 6 jam di paha kanan
Rasionalisasi :
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat
vaksinasi hepatitir B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif
untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari
ibu kepada bayinya (Ranuh, 2008).
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B terhadap bayi, terutama pada jalur penularan ibu-bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal
(penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal
(penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah
terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B sedini
mungkin.
Imunisasi Hepatitis ini diberikan melalui injeksi intramuskular
dalam. Dosis pertama (HB-0) diberikan segera setelah bayi lahir atau
kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Vaksin ini menggunakan PID
(Prefilled Injection Device ) merupakan jenis alat suntik yang hanya
bisa digunakan sekali pakai dan telah berisi vaksin dosis tunggal dari
pabrik. Vaksin ini diberikan dengan dosis 0,5 ml.

Hasil :
39

Bayi Ny.H telah diberikan imunisasi Hb0 di paha kanan secara IM 0,5
ml
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya sesering
mungkin atau setiap 2 jam sekali.
Rasionalisasi : Agar nutrisi pada bayi terpenuhi dan merangsang
produksi ASI.
Hasil : bayi sudah diberikan ASI
4. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang menjaga kehangatan
bayi yaitu dengan cara menyelimuti bayi dan memakaikan topi bayi,
menggantikan pakaian atau popok bayi bila basah terkena BAB atau
BAK, tidak menidurkan bayi di dekat jendela atau tempat yang dingin.
Rasionalisasi : Sebagai upaya pencegahan hipotermi pada bayi.
Hasil : Keluarga mengerti dan memahami cara menjaga kehangatan
pada bayi.
5. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang ASI Ekslusif yaitu
memberikan ASI saja kepada bayinya sampai berusia 6 bulan tanpa
memberikan makanan tambahan apapun kepada bayinya kecuali obat
obatan dari Dokter jika sakit.
Rasionalisasi : Sistem pencernaan bayi masih belum sempurna pada
usia kurang dari 6 bulan sehingga jika bayi sebelum 6 bulan diberikan
makanan selain ASI maka bayi tidak akan mencerna dengan baik.
Selain itu kandungan ASI bermanfaat sebagai sistem kekebalan tubuh
bayi, memperkuat bounding antara ibu dan bayi.
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia memberikan ASI
eksklusif pada bayi.

CATATAN PERKEMBANGAN III

Tanggal : 11 Juni 2019


Jam : 07.00 WIB
Tempat : Ruang Nifas Puskesmas Weru
40

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat
Ibu mengatakan bayinya sudah BAK dan BAB
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
Berat badan : 3400 gram
Respirasi : 54x/menit
Suhu : 36,6°C
Denyut jantung : 146 x/menit.
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Sklera putih, tidak ada kelainan
b. Kulit : Tidak ikterik, warna kemerahan
c. Dada : tidak ada tarikan dinding dada, bunyi paru bersih, bunyi
jantung regular.
d. Abdomen : Tidak ada kelainan
e. Tali pusat : Tidak ada tanda-tanda infeksi

C. ANALISA DATA
1. Diagnosa kebidanan :
Bayi Ny.T umur 23 jam dengan bayi baru lahir normal
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
a. Jaga kehangatan bayi
b. Asupan nutrisi untuk bayi
c. Memandikan bayi

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 11 Juni 2019
Jam : 07.00 WIB
1. Memberitahu ibu/orang tua bahwa hasil pemeriksaan pada bayi. Bayi
dalam keadaan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Rasionalisasi : Dengan mengetahui kondisi bayinya dalam keadaan
baik akan membuat psikologis ibu tenang dan tidak mengkhawatirkan
bayinya
Hasil : Ibu merasa senang dan bahagia mengetahui kondisi bayi laki-
lakinya dalam keadaan baik
41

2. Memandikan bayi dan mengajarkan keluarga cara memandikan bayi


Rasionalisasi : untuk menjaga kebersihan bayi dan memberi
kenyamanan pada bayi.
Hasil : bayi telah dimandikan dan keluarga memahami cara
memandikan bayi.
3. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat
bayi yaitu tali pusat dibersihkan dengan sabun, lalu dikeringkan dan
dibungkus dengan kassa steril tanpa diberikan ramuan apapun.
Rasionalisasi : Sebagai upaya pencegahan infeksi pada bayi.
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti tentang perawatan tali pusat bayi
4. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya
pada bayi seperti hisapan bayi lemah atau tidak mau menyusu, bayi
kesulitan bernafas, bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk minum
ASI, warna kulit biru atau kuning, suhu bayi terlalu panas atau terlalu
dingin, bayi muntah terus menerus, bayi tidak BAB dalam 3 hari setelah
lahir, mata mengeluarkan cairan atau nanah.
Rasionalisasi : ibu dan keluarga harus mengetahui kondisi bayi agar
dapat mencegah terjadinya komplikasi pada bayi.
Hasil : ibu dan keluarga mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahir.
5. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi dari pukul
07.00-09.00 WIB selama maksimal 15 menit. Sebelum dijemur
sebaiknya bayi disusukan terlebih dahulu.
Rasionalisasi : Ketika bayi dijemur, bayi akan rasa haus sehingga bayi
akan menyusu dengan kuat. Banyaknya ASI yang dikonsumsi bayi
dapat menekan kadar bilirubin sehingga bayi tidak kuning.
Hasil : Ibu bersedia untuk menjemur bayinya setiap pagi.
6. Memberitahu pada ibu, bahwa akan di lakukan kunjungan rumah 2 hari
lagi.
Rasionalisasi : Kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali yaitu
KN 1 (6-48 jam), KN 2 (3-7 hari), KN 3 (8-28 hari) yang bertujuan
untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia
untuk dilakukan kunjungan rumah.
42

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian asuhan bayi yang telah dilakukan pada bayi Ny. H
dari pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan diagnosis bayi baru
lahir Ny. H normal dan tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
Penatalaksanaan asuhan sudah sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir yaitu melakukan penilaian awal bayi baru lahir, memotong tali
pusat, melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), menjaga kehangatan bayi,
memberikan salep mata pada bayi, melakukan perawatan tali pusat,
memberikan injeksi vitamin K1 pada bayi, memberikan HB0, pemeriksaan
fisik lengkap, memandikan bayi
Terkait asuhan yang dilakukan pada bayi Ny.H, penulis tertarik untuk
membahas dua topik asuhan yang diberikan pada klien yakni pelaksanaan
IMD dan pengetahuan ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat.

A. Urutan Prioritas Masalah


Dari kedua topik yang telah ditentukan, penulis melakukan analisis
urgensi masalah dengan menggunakan metode USG yakni:
43

1. Urgency (dilihat dari ketersediaan waktu, mendesak atau tidaknya


masalah tersebut diselesaikan).
2. Seriousness (tingkat keseriusan masalah).
3. Growth (tingkat perkembangan masalah).
Berdasarkan penilaian dengan menggunakan skala likert yakni poin 1
(sangat kecil), 2 (kecil), 3 (sedang), 4 (besar), dan 5 (sangat besar)
ditemukan hasil penilaian sebagai berikut.

U S G
Masalah Total
(Urgency)
45 (Seriousness) (Growth)

Pelaksanaan IMD 4 4 4 12

Perawatan tali pusat 3 3 3 9

B. Analisis Penyebab Masalah


1. Pelaksanaan IMD
Inisiasi menyusu dini (Early initiation) adalah permulaan kegiatan
menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi menyusu dini
juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah
lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara
bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl
atau merangkak mencari payudara (Roesli Utami, 2008).
Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009), Inisiasi menyusu dini
(IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi
lahir. Pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal setengah
jam pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik awal yang penting
apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini didasari
oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin, hormon
prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam
persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Bayi baru lahir mengalami lonjakan katekolamin segera setelah
persalinan akibat adanya kompresi kepala janin dan hipoksia intermiten
selama kontraksi.
44

Kadar katekolamin yang tinggi dalam tubuh bayi menyebabkan


penciuman di lubang hidung bayi menjadi sangat sensitif terhadap isyarat
bau yang membimbing bayi
Pada bayi Ny. H sudah dilakukan IMD. Namun, ibu merasa
kelelahan sehingga IMD tidak dilakukan selama 1 jam dan bayi belum
mencapai puting susu. Pada segi urgency topik ini mendapat poin 4
dikarenakan pelaksanaan IMD kurang maksimal. Pada segi seriousness
dan growth mendapat poin 4. Menurut analisis dan pengkajian masalah
dengan metode fishbone, ditemukan beberapa akar permasalahan
diantaranya:

Methods Man
Kemampuan bayi untuk
mencapai puting susu ibu Masih kurangnya tingkat
pengetahuan ibu tentang
IMD, kondisi fisik ibu

Pelaksanaan
IMD
Dukungan Tenaga
Fasilitas dan sarana kesehatan, dan keluarga
untuk IMD

Material Environment
Gambar Fishbone Pelaksanaan IMD
Menurut teori Green (2010), perilaku ditentukan atau terbentuk
dari 3 faktor antara lain:
a. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap dan
kepercayaan
1) Pengetahuan : hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Seorang ibu
akan melakukan IMD jika mengetahui pentingnya IMD, keluarga
atau petugas kesehatan menyarankan IMD.
2) Sikap : merupakan penerapan perilaku dari hasil tahu yang
didapat ibu mengenai IMD
3) Kepercayaan : merupakan tradisi di masyarakat tentang IMD.
Sebagian masyarakat masih ada yang menganggap bahwa cairan
kuning yang keluar beberapa saat setelah ibu melahirkan tidak
bagus diberikan kepada bayi.
45

b. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau


tidak tersedianya fasilitas atau sarana dapat berupa ruang untuk ibu
IMD.
c. Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan, keluarga. Peran petugas yang mendukung atau keluarga
yang tidak mendukung atau sebaliknya sangat memengaruhi sikap ibu
terhadap IMD. Jika dapat terkondisi peran petugas dan keluarga yang
mendukung IMD maka jelas ibu akan berperilaku IMD.

2. Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali
pusat yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting
adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan
selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum
merawat tali pusat. Pada bayi normal dipotong sampai denyut nadi tak
teraba pada tali pusat, sedangkan pada bayi resiko tinggi dipotong secepat
mungkin, agar dapat dilakukan resusitasi. Saat bayi dilahirkan, tali pusat
(umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong
meski tidak semuanya. Tali pusat yang melekat di perut bayi, akan
disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan
menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak
menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar.
(Sodikin, 2009).
Pada bayi Ny. H sebenarnya tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
tali pusat. Namun, ibu dan keluarga belum mengetahui cara melakukan
perawatan tali pusat yang benar. Pada segi urgency topik ini mendapat
poin 3 dikarenakan dapat menimbulkan masalah jika ibu dan keluarga
belum mengetahui perawatan tali pusat yang benar pada saat di rumah. Hal
ini tentu mengkhawatirkan karena dapat mengakibatkan infeksi jika tali
pusat tidak dilakukan perawatan dengan benar. Pada segi seriousness dan
growth mendapat poin 3. Menurut analisis dan pengkajian masalah dengan
metode fishbone, ditemukan beberapa akar permasalahan diantaranya:

Methods Man
Kemampuan ibu dalam
Masih kurangnya tingkat
melakukan perawatan tali pusat,
pengetahuan ibu tentang
TradisiPerawatan
memberikan serbuk atau
perawatan tali pusat
ramuanTali
mempercepat
Pusat keringnya
tali pusat
46

Minimnya sumber
Masih rendahnya informasi
pendidikan ibu dan
pengetahuan tentang
perawatan tali pusat Material Environment
Gambar Fishbone Perawatan Tali Pusat

Menurut Bara (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan ibu terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
a. Faktor teknik perawatan tali pusat, antara lain masalah hygiene,
tadisi memberikan serbuk atau ramuan mempercepat keringnya tali
pusat.
b. Masih kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat
c. Faktor masih rendahnya pendidikan ibu sehingga pengetahuan ibu
tentang perawatan tali pusat minim
d. Faktor sumber informasi yang masih kurang tentang perawatan tali
pusat.
Menurut WHO (2009), cara merawatnya adalah sebagai berikut:
a. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.
Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air.
Hindari waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan
hipotermi.
b. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih
dahulu.
c. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering
tanpa diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium
yang terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran
darah bayi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar
gondok.
d. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak
karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril
hingga tali pusat lepas secara sempurna.

C. Alternatif Pemecahan Masalah


1. Pelaksanaan IMD
47

Dari kerangka fishbone di atas, ditemukan salah satu akar


permasalahan ialahnya minimnya pengetahuan ibu tentang IMD dan ibu
merasa kelelahan sehingga IMD tidak dilakukan secara maksimal.
Edukasi mengenai manfaat IMD diharapkan mampu memberikan
motivasi dan menentukan sikap dan perilaku ibu terhadap IMD.
Edukasi terhadap keluarga juga diperlukan agar keluarga
menyadari manfaat IMD dan mendukung untuk dilakukannya IMD . Ibu
dan keluarga mengetahui bahwa IMD dapat meningkatkan produksi
oksitosin. Hormon ini berperan dalam kontraksi uterus dan pengeluaran
ASI selama bayi menghisap. Selain itu, IMD membentuk keterikatan
emosional antara ibu dan bayi (Gabriel M, 2009).

Pemberian motivasi pada tenaga penolong persalinan akan


pentingnya melakukan IMD perlu dilakukan. Selanjutnya sebagai tenaga
kesehatan, pemberian edukasi tentang inisiasi menyusui dini pada ibu
hamil trimester 3 juga perlu dilakukan agar ibu dan keluarga tahu apa
manfaat dari inisiasi menyusui dini pada bayi baru lahir.

2. Perawatan Tali Pusat


Dari kerangka fishbone di atas, ditemukan salah satu akar
permasalahan ialahnya minimnya sumber informasi yang dapat
meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat. Edukasi
mengenai perawatan tali pusat diharapkan mampu membantu ibu untuk
melakukan perawatan tali pusat dengan benar sehingga mencegah
terjadinya infeksi tali pusat.
.
48

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi Ny. H segera setelah lahir,
maka dapat disimpulkan:
1. Pengkajian
Dalam kasus ini pengkajian dilaksanakan tanggal 10 Juni 2019, mulai dari
jam 08.48 WIB. Pengkajian dilaksanakan dengan cara pengambilan data
melalui metode wawancara dan pemeriksaan pada Ny. H. Pada saat
dilakukan wawancara pada Ny. H ibu lebih kooperatif dengan petugas.
2. Identifikasi diagnosa/masalah
Berdasarkan pengkajian yang telah dilaksanakan diagnosa dapat
ditentukan yaitu Bayi Ny. H cukup bulan segera setelah lahir spontan
3. Masalah potensial
Dari identifikasi diagnosa yang ditemukan, maka tidak ada masalah
potensial
4. Tindakan segera
Bersadarkan masalah potensial tidak ditemukan tindakan segera yang
harus dilakukan
5. Perencanaan/intervensi
Perencanaan asuhan kebidanan dibuat sesuai dengan diagnosa, masalah
dan kebutuhan segera
6. Pelaksanaan/implementasi
Implementasi asuhan kebidanan dilaksanakan sesuai rencana yang telah
disusun
7. Evaluasi
Setelah melaksanakan semua intervensi, evaluasi yang didapat adalah ibu
telah mengetahui dan bersedia melaksanakan anjuran dari bidan

B. Saran-saran
1. Bagi Mahasiswa 52
49

Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai penatalaksanan pada


bayi baru lahir dan mahsiswa mampu menganalisa keadaan pada bayi
baru lahir dan mengerti tindakan segera yang harus dilakukan.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktek dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelaksanan
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai standar pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. 2000. Obstetri Fisiology.


Bandung : Elemen.
Dongoes, RE. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC.

Haen, Forer. 1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.

Ibrahim, Cristina, s.Dra, 1996, Perawatan kebidanan jilid II, Bratara, Jakarta
Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC.
50

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Trans Info
Media.

Muchtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2.


Jakarta : EGC.

Obstetri Fisiologi, Bandung, 1983, UNPAD


Saifudin, Abdul Bahri, Prof, Dr, SPOG, MPH, 2000, Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta, Yayasan bina Pustaka Sarwono
Sulistyawati, Ari. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta :
Salemba Medika.

Suryana, Dra. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK, 1996, Jakarta, EGC

Syahlan, Dr. SKM, 1993. Asuhan Kebidanan pada anak dalam konteks keluarga,
Jakarta: Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai