Anda di halaman 1dari 9

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi

Kanker uterus adalah tumor ganas yang terdapat pada lapisan terdalam
rahim (endometrium). Kanker ini merupakan jenis kanker yang menakutkan
karena mempengaruhi kemampuan reproduksi perempuan, di samping
itu penderita juga beresiko meninggal dunia. Kanker uterus adalah penyebab
kematian terbesar dari kaum perempuan di dunia. Sel kanker uterus aktif di
daerah yang lembab. Biasanya mereka hidup di dalam cairan vagina yang diidap
oleh penderita leukore (keputihan). Jika keputihan ini tidak segera diatasi maka
bisa mengakibatkan kanker rahim.

Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75%), yang


berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan
membentuk kelenjar endometrium. Terdapat beberapa subtipe kanker
endometrium yaitu jenis endometrioid, dimana sel kanker menyerupai gambaran
endometrium normal, papillary serous carcinoma yang agresif dan clear cell
carcinoma.

Gambar 2.1. Kanker endometrium


2.2 Etiologi

Belum diketahui secara pasti mengenai penyebab kanker uterus.Namun


para peneliti telah sepakat bahwa ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan
resiko terkena kanker uterus, yaitu:

a. Wanita yang berusia lebih dari 50 tahun.


b. Melakukan hubungan badan pada usia sekitar 12-17 tahun.
c. Suka berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan badan
sehingga menularkan virus HPV (Human Papilloma Virus).
d. Mengalami peningkatan dalam jumlah sel-sel lapisan rahim (endometrial
hyperplasia).
e. Merokok atau terkena asap rokok dari orang lain.
f. Wanita yang menggunakan hormon estrogen tanpa progesterone
mempunyai resiko lebih besar terkena kanker uterus. Misalnya terapi
sulih hormon atau Hormon replacement therapy (HRT).
g. Obesitas : Wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang tinggi
sehingga bisa meningkatkan resiko kanker uterus.
h. Menggunakan tamoksifen untuk mencegah kanker payudara. Tamoksifen
mempunyai efek antiestrogen pada sel kanker payudaratetapi berefek
estrogenik pada rahim, sehingga wanita yang menggunakan obat ini
mempunyai resiko terkena kanker rahim.
i. Kurang menjaga kebersihan alat kelamin.
j. Menstruasi pertama pada usia yang masih sangat muda, sekitar usia 12-
13 tahun.
k. Menopause setelah usia 50 tahun.
l. Adanya polip pada endometrium.

2.3 Gejala Kanker Uterus


a. Mengalami perdarahan di luar masa haid
b. Siklus menstruasi yang tidak normal
c. Keputihan,
d. Amenore (tidak haid 3bulan berturut-turut),
e. Polimenore (siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang
21 hari),
f. Oligomenore (siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari),
g. Menoragia : Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama
dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah
sewaktu menstruasi.
h. Perut bagian bawah atau kram panggul terasa nyeri
i. keluar cairan putih encer, jernih atau kekuning-kuningan bercampur
nanah yang berbau tidak sedap
j. Mengalami nyeri saat buang air kecil
k. Adanya pendarahan setelah berhubungan badan
l. Adanya rasa nyeri ketika melakukan hubungan badan

2.4 Stadium Kanker Uterus

Stadium I : kanker hanya tumbuh di badan rahim

Stadium II : kanker telah menyebar ke leher rahim

Stadium III : kanker telah menyebar ke luar rahim dan masih sebatas di
dalam rongga panggul

Stadium IV : kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung


kemih atau rektum, atau telah menyebar ke area lain dari tubuh, seperti
hati, paru-paru atau tulang.

Stadium Keterangan

I Tumor terbatas pada korpus uteri

IA Tidak atau kurang dari setengah invasi myometrium

IB Invasi mencapai sama atau lebih dari setengah myometrium

Tumor menginvasi stroma serviks, tetapi tidak meluas ke


II luaruterus

III Tumor menyebar secara lokal dan/atau regional


IIIA Tumor menginvasi serosa korpus uteri dan/atau adneksa

IIIB Keterlibatan vagina dan/atau parametrium

IIIC Metastasiske pelvis dan/atau kelenjar getah bening

IIIC1 Kelenjar getah bening pelvis positif

Kelenjar getah bening paraaorta positifdengan/tanpakelenjar


IIIC2 getah bening pelvis positif

IV Tumor menginvasimukosa buli dan/ataumetastasis jauh

IVA Tumor menginvasi mukosa buli dan/atau usus

Metastasistermasukmetastasisabdomendan/atau kelenjar getah


IVB bening inguinal

Tabel 2.1. Klasifikasi stadium kanker endometrium berdasarkan FIGO 2009.

2.5 Patofisiologi

Faktor pertumbuhan fibroblast reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin


kinase yang terlibat dalam banyak proses biologis. Mutasi pada FGFR2 telah
dilaporkan dalam hingga 10-12% dari karsinoma endometrium. Penghambatan
FGFR2 bisa menjadi sasaran terapi baru pada karsinoma endometrium. Gatius et
al menunjukkan bahwa FGFR2 memiliki peran ganda dalam endometrium,
menghambat proliferasi sel di endometrium normal selama siklus menstruasi,
tetapi bertindak sebagai onkogen pada karsinoma endometrium.

Kanker endometrium dibagi menjadi 2 kelas, masing-masing dengan


berbeda patofisiologi dan prognosis. Lebih dari 80% dari karsinoma endometrium
adalah tipe I dan karena stimulasi estrogen, menghasilkan histologi kelas rendah,
yang artinya masih belum terlalu ganas. Hal ini sering ditemukan dalam hubungan
dengan hiperplasia endometrium atipikal, yang dianggap lesi prekursor. Tipe II
kanker endometrium diperkirakan terlepas dari peran estrogen, terjadi pada wanita
yang lebih tua, dengan histologis kelas tinggi seperti sel serosa atau jelas papiler
rahim, yang artinya ini lebih ganas daripada tipe I.

Kanker endometrium mungkin berasal di daerah kecil (misalnya, dalam


sebuah polip endometrium) atau dalam pola multifokal difus (pola yang lebih
besar). Pertumbuhan tumor awal ditandai dengan pola eksofilik (menonjol) dan
menyebar. Pertumbuhan ini ditandai dengan kerapuhan dan perdarahan spontan
pada dinding rahim, bahkan pada tahap awal. Pertumbuhan tumor kemudian
ditandai dengan invasi miometrium (lapisan otot rahim) dan pertumbuhan menuju
leher rahim.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis dilakukan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan panggul, pap


smear, USG transvagina dan biopsi endometrium.Untuk menentukan stadium
atau penyebaran kanker, maka akan dilakukan pemeriksaan berikut:

- Pemeriksaan darah lengkap


- Pemeriksaan air kemih
- Rontgen dada
- CT scan tulang dan hati
- Sigmoidoskopi
- Limfangiografi
- Kolonoskopi
- Sistoskopi.

2.7 Penatalaksanaan

Jenis pengobatan tergantung tingkat stadium, ukuran tumor, usia,


pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan
tumor penderita. Pada umumnya pengobatan kanker uterus mempunyai 3 metode,
yaitu :

a. Pembedahan

Pasien akan menjalani pengangkatan rahim (histerektomi).


Selain itu kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-
ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium
dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium.

b. Terapi penyinaran (radiasi)

Terapi ini dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker melalui


penyinaran dan hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang
disinari. Terapi penyinaran ini sendiri mempunyai 2 jenis,
yaitu Radiasi eksternal yang menggunakan mesin radiasi yang besar
untuk mengarahkan sinar ke daerah tumor dan Radiasi internal yang
menggunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat
radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama
beberapa hari.

c. Kemoterapi

Terapi ini menggunakan obat-obatan yang mengandung zat


yang mampu mencegah sel kanker dan mencegah pemakaian hormon
oleh sel kanker. Terapi Kemoterapi ini biasanya dilakukan pada
penderita kanker uterus yang tidak mungkin menjalani pembedahan
ataupun terapi penyinaran, penderita yang kankernya telah menyebar
ke organ tubuh lainnya dan penderita yang kanker rahimnya
mengalami kekambuhan.Jika kanker telah menyebar, maka akan
diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin dan
sisplastin.

2.8 Pencegahan Kanker Rahim


Untuk mencegah penyakit kanker uterus anda bisa melakukan langkah-
langkah seperti berikut, yaitu :

 Hindari rokok
 Rutin membersihkan vagina
 Menaburi bedak pada vagina
 Diet rendah lemak
 Perbanyak makan sayur-sayuran, buah-buahan, dan vitamin C.

2.9 Komplikasi
1. Rasa sakit akibat penyebaran kanker
Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke
saraf, tulang, atau otot Anda. Namun, beberapa obat pereda rasa sakit
biasanya dapat digunakan untuk mengendalikan rasa sakit ini. Jika pereda
rasa sakit tidak banyak membantu, tanyakan pada dokter tentang obat yang
mungkin memiliki efek lebih kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif
untuk mengendalikan rasa sakit.
2. Gagal ginjal
Ginjal berfungsi membuang materi limbah dari dalam tubuh. Limbah ini
dibuang melalui urine melewati saluran yang disebut ureter. Fungsi ginjal
dapat dipantau melalui tes darah sederhana yang disebut dengan kadar
serum kreatinin. Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut,
kanker bisa menekan ureter. Ini menyebabkan terhalangnya aliran urine
untuk keluar dari ginjal. Terkumpulnya urine di ginjal dikenal dengan
istilah hidronefrosis. Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal membengkak
dan meregang. Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal sehingga
kehilangan seluruh fungsinya. Kondisi inilah yang disebut sebagai gagal
ginjal.
3. Penggumpalan darah
Seperti kanker lainnya, kanker serviks dapat membuat darah menjadi lebih
lengket atau kental dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko
penggumpalan darah meningkat setelah menjalani kemoterapi dan istirahat
pascaoperasi. Munculnya tumor yang besar dapat menekan pembuluh
darah pada panggul. Hal inilah yang memperlambat aliran darah balik dan
akhirnya mengakibatkan penggumpalan di kaki. Kondisi bisa berdampak
sangat fatal jika gumpalan darah dari pembuluh darah pada kaki bergerak
ke paru-paru dan menghalangi pasokan darah ke paru-paru. Kondisi ini
disebut dengan emboli paru-paru. Penggumpalan darah di kaki ini bisa
ditangani dengan kombinasi obat-obatan pengencer darah, seperti heparin
atau warfarin. Membalutkan stocking atau kain pembalut kaki juga dapat
membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh.
4. Pendarahan berlebih
Pendarahan berlebih bisa terjadi jika kanker menyebar hingga ke vagina,
usus, atau kandung kemih. Pendarahan bisa muncul di rektum atau di
vagina. Bisa juga terjadi pendarahan saat buang air kecil.
Pendarahan kecil bisa ditangani dengan obat bernama asam traneksamat.
Obat ini dapat membantu darah untuk menggumpal sehingga dapat
menghentikan pendarahan yang terjadi. Radioterapi juga efektif dalam
menghentikan pendarahan karena kanker.
5. Fistula
Fistula termasuk komplikasi yang jarang terjadi, hanya sekitar satu dari 50
kasus kanker serviks stadium lanjut. Fistula adalah terbentuknya
sambungan atau saluran abnormal antara dua bagian dari tubuh. Pada
kasus kanker serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan
vagina. Ini bisa mengakibatkan pengeluaran cairan kencing tanpa henti
dari vagina. Terkadang, fistula bisa terjadi antara vagina dan rektum.
Biasanya diperlukan operasi untuk memperbaiki fistula. Namun, ini sering
kali tidak mungkin dilakukan pada wanita dengan kanker serviks stadium
lanjut, karena kondisi mereka yang sudah sangat lemah.
6. Keputihan abnormal
Keputihan abnormal bisa berbau aneh dan tidak sedap akibat dari kanker
serviks stadium lanjut. Keputihan yang keluar bisa muncul karena
beberapa penyebab, seperti kerusakan pada jaringan sel-sel, kerusakan
pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran, atau karena
infeksi bakteri pada organ vagina.

Sumber :

Soekimin, H. Adenomacarsinoma Endometrium . universitas Sumatra Utara.


Akses pada link: http://library.usu.ac.id/download/fk/patologi-
soekimin2.pdf tanggal 9 Juni 2019

Irvan, H. 2013. Kanker Korpus Uteri. Diakses pada link :


https://id.scribd.com/doc/166653563/Kanker-Korpus-Uteri tanggal 9
Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai