Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Puskesmas sebagai pusat pelayanan masyarakat pertama mengampu 2 kegiatan besar
yaitu Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat, yang di singkat
UKP dan UKM sesuai dengan Permenkes 75 tahun 2014 kegiatan puskesmas lebih
dititikberatkan pada upaya promotif, preventif dan rehabilitative. Kegiatan kuratif tidak
menjadi kegiatan utama. Atas dasar itu maka kegiatan UKM terdapat Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM). Kegiatan UKBM meliputi upaya melibatakan semua
lapisan masyarakat untuk berperan di kegiatan promotif dan preventif. Selain kader
kesehatan posyandu balita dan lansiam Guru Taman Kanak-kanak merupakan bagian yang
menjadi role model upaya promotif dan preventif.
Batuk merupakan sebuah gejala dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi dan
infeksi. Penyakit Infeksi adalah penyakit yang menular yang disebabkan oleh kuman
berupa bakteri , virus, jamur, parasite bukan disebabkan faktor fisik (luka bakar) atau zat
kimia (keracunan). Cara penularan penyakit melalui : melalui media langsung permukaan
kulit orang ke orang atau melalui media udara secara langsung berupa droplet atau
percikan ludah maupun tidak langsung melalui air borne.
Penularan secara langsung bisa denga bersin atau batuk. Batuk tidak melulu
disebabkan infeksi atau alergi bisa juga karena GERD, kondisi kronis paru-paru seperti
asma, CORD, fibrosis pulmoner, dan penyakit jantung parun bisa juga krena emboli paru,
Perilaku yang paling sering dijumpai yaitu tidak memakaian alat pelindung diri berupa
masker dan cuci tangan pakai sabun serta batuk tidak sesuai dengan etika batuk.

Sosialisasi tentang pentingnya Pencegahan Penyakit Infeksi salah satunya melalui


Etika Batuk. Etika Batuk menjadi sangat penting karena merupakan bagian dari program
PPI Tb (Kemenkes, 2014) disamping kewaspadaan standar (WHO, 2008). Pemenuhan
sarana prasarana juga diperlukan untuk meminimalisir penularan batuk terutama di
lingkungan puskesmas. Kegiatan Penerapan Kewaspadaan Standar di fasilitas pelayanan
kesehatan dimulai dari tenaga kesehatan yang bertugas di layanan kesehatan, diterapkan
dalam aktivitas sehari-hari terutama saat bertugas (WHO, 2009). Selanjutnya Etika Batuk
disosialisasikan ke warga masyarakat, saat batuk dan bersin hidung dan mulut ditutup.
Cara menutupnya dengan menggunakan tissue atau pakai masker dilanjutkan dengan cuci

1
tangan pakai sabun atau larutan antiseptik setelah kontak dengan cairan hidung atau mulut.
Penting juga menjaga jarak dengan orang sehat atau orang sehat dengan orang yang
memiliki gejala gangguan saluran pernafasan akut apalagi yang disertai demam (WHO,
2008). Ketika tidak ada tissue maka dapat menggunakan lengan atas atau bawah yang kiri
atau kanan saat batuk atau bersin dan jika terdapat cairan yang keluar melalui hidung
gunakan tissue atau dahak di buang ke kloset atau di tempat khusus berisi cairan antiseptic.
Di Puskesmas Toliwang masih banyak pengunjung yang saat batuk tapi tidak
menutup hidung dan mulut menggunakan tissue atau saputangan atau lengan bagian dalam
baju.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Penulisan
1. Memberi pemahaman Etika Batuk dan perubahan perilaku dengan cara
penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan di Puskesmas Toliwang
2. Untuk peningkatkan pengetahuan pasien mengenai etika batuk
3. Untuk mengikut sertakan masyarakat agar menjadi pelopor kesehatan diri,
keluarga dan masyarakat

1.2.2 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
Dapat melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari
2. Bagi Organisasi
Puskesmas Toliwang mendapat kontribusi dan manfaat nyata dari
pengaktualisasian kegiatan ini, karena membantu untuk meningkatkan
pengetahuan pemahaman etika batuk serta penerapan kewaspadaan
standar untuk menjaga mutu pelayanan pasien tentang etika batuk dan
membantu terwujudnya masyarakat yang sehat.
3. Bagi Masyarakat
Kegiatan ini dapat membantu masyarakat untuk meminimalisir
tertularnya penyakit melalui udara serta dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat untuk dapat berperilaku hidup sehat.

2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.3.1 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan aktualisasi adalah mulai tanggal 26 Agustus 2019
sampai dengan 28 September 2019.

1.3.2 Tempat Pelaksanaan


Aktualisasi dilaksanakan di Puskesmas Toliwang, Jalan Raya Kao Tolabit
KM. 42 Tolabit Kecamatan Kao Barat Kabupaten Halmahera Utara Provinsi
Maluku Utara.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Profil Organisasi


A. Organisasi

2.2 Visi dan Misi


Visi:

Mewujudkan masyarakat kecamatan Kao Barat yang sehat dan mandiri menuju
Indonesia sehat.

Misi:

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang paripurna, merata,


bermutu dan terjangkau.
2. Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan dan menggerakan
Masyarakat berperan aktif untuk menciptakan perilaku hidup sehat
3. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan pelayanan ibu
hamil serta persalinan di faskes

2.3 Tugas dan Fungsi


NO NAMA JABATAN URAIAN TUGAS
1 Kepala Puskesmas 1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan dan
supervisi.
2. Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di tingkat
2. kecamatan.
3. Sebagai tenaga ahli pendamping Camat.
4. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua
kegiatan di puskesmas
5. Melakukan pengawasan melekat bagi seluruh pelaksanaan

4
kegiatan program dan pengelolaan keuangan.
6. Mengadakan koordinasi dengan Camat dan Lintas Sektoral
dalam upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
7. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan masyarakat
dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
8. Menyususn perencanaan kegiatan Puskesmas dengan
dibantu oleh staf Puskesmas.
9. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas.
10. Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan
Kota, baik berupa laporan rutin maupun khusus.
11. 11. Membina petugas dalam meningkatkan mutu
pelayanan .
2 Unit Tata Usaha 1. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan di unit TU
2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di unit
2. TU
3. Menggantikan tugas Kepala Puskesmas bila Kepala
4. Puskesmas berhalangan hadir
4. Menyelenggarakan rapat di tingkat puskesmas
3 Kepegawaian 1. Membuat laporan kepegawaian (Absensi, bezzeting, DUK,
2. lap.triwulan, tahunan ,dsb.)
3. Mengetik DP 3 yang sudah di isi nilai oleh Atasan
4. Langsung
5. Mendata dan mengarsipkan file pegawai.
6. Mengusulkan cuti dan kenaikan pangkat
5. Mengusulkan tunjangan pegawai ( Penyesuaian Fungsional,
7. Baju, dan lain-lain)
6. Merekap Absensi ( Ijin, Cuti, Sakit )
7. Membuat Absensi Mahasiswa/siswa yang praktek di
8. Puskesmas
9. Membuat perencanaan untuk pengembangan kualitas SDM
10. staf puskesmas
8. Menyusun daftar pembagian tugas untuk staf puskesmas
11. dengan persetujuan kepala puskesmas

5
4 Umum/KIR 1. Rigistrasi Surat Masuk dan Keluar
2. Melanjutkan disposisi Pimpinan
3. Membuat konsep surat
4. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian pengiriman semua
12. laporan puskesmas.
5. Mengkoordinir kegiatan petugas bagian perbaikan sarana
13. puskesmas
6. Mengarsipkan surat.
7. Melakukan kegiatan yang bersifat umum.
9. Mengkoordinir pembuatan spanduk yang bersifat umum
10. Melaksanakan pelayanan surat KIR kesehatan dan
rekomendasi kesehatan lainnya.
5 Data dan Simpus 1. Sebagai pusat data dan informasi puskesmas.
2. Mengumpulkan dan mengecek laporan puskesmas sebelum
1. dikirim ke dinas kesehatan
2. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi data (tabel,
3. grafik,dll)
4. Mengidentifikasi masalah program dari hasil visualisasi
5. data dan menyerahkan hasilnya kepada koordinator
6. perencanaan dan penilaian
4. Bersama-sama team data dan informasi menyusun semua
7. laporan puskesmas (PTP, minilok, Lap. Tahunan,
8. Stratifikasi, dsb.)
5. Pencatatan dan pelaporan
9. Bertanggung jawab terhadap pengentrian dan pemeliharaan
system simpus
6 SP2TP (Sistem 1. Mengkoodinir seluruh laporan puskesmas dan
Pencatatan dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan
Pelaporan Terpadu 2. Membantu kepala Puskesmas dalam pengelolaan data.
Puskesmas) 6. 3. Membantu petugas dalam pengelolaan data di unit
masing-masing.
7 Profil Puskesmas 1. Membuat profil puskesmas setiap tahunnya sesuai pedoman
yang ada.

6
2. Mengarsipkan dan melaporkan kedinas kesehatan secara
berkala
8 Logistik 1. 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi
2. Penerimaan dan pengeluaran logistik
3. Pengecekan terhadap keadaan logistik (registrasi barang,
4. KIR, dll)
a. Pencatatan dan pelaporan
9 Bendahara APBK 1. Melakukan perencanaan Keuangan
(UMUM) 2. Merealisasikan Keuangan
3. Membuat pembukuan/penutupan kas.
4. dengan kesejahteraan pegawai
5. Membayar pajak yang timbul dari kegiatan puskesmas
6. Pencatatan dan Pelaporan
7. Mengkoordinir bendahara-bendahara di
8. Puskesmas
10 Poliklinik Umum 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan bagi usia 6
sampai 45 tahun.
2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
3. Melaksanakan rujukan
4. Melaksanakan KIR kesehatan
5. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli Umum
6. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
12 Poliklinik USILA
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan
(Usia Lanjut) bagi usia> 45 tahun.
2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
3. Melaksanakan rujukan
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli usila
5. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
13 Poliklinik Anak
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan bagi usia 0
program Kes. Anak sampai 6 tahun
2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang

7
3. Melaksanakan rujukan
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli anak
5. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
14 Poliklinik Gigi 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
3. Melaksanakan rujukan
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli gigi
5. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
15 Poliklinik KIA &
1. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan/pembinaan kepada ibu
Persalinan hamil, ibu bersalin, ibu nifas,dan ibu menyusui
2. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis, non medis
di poli KIA.
3. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
4. Melaksanakan rujukan
5. Melaksanakan pelayanan persalinan di unit pelayanan
persalinan sesuai pedoman berkoordinasi dengan bidan
penanggung jawab unit pelayanan persalinan puskesmas.
6. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
16 Poliklinik KB 1. Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana
2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
3. Melaksanakan rujukan
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli KB
5. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
17 Poliklinik 1. Melaksanakan pelayanan Imunisasi
Imunisasi 2. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli Imunisasi
3. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
18 Unit Gawat Darurat
1. Melaksanakan pelayanan gawat darurat
(UGD) 2. Mengkoordinir kegiatan P3K
3. Mempersiapkan semua kebutuhan, jadwal acara dan petugas

8
P3K
4. Melaksanakan sterilisasi alat dan bahan medis
5. Melaksanakan pemeriksaan EKG
6. Melaksanakan rujukan
7. Bertanggung jawab terhadap Ambulance
8. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli Imunisasi
9. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
19 Poliklinik TB dan
1. Melaksanakan pelayanan TB dan Kusta
Kusta 2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
3. Melaksanakan rujukan
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli TB dan Kusta
5. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
20 Pojok Gizi 1. Melaksanakan pelayanan dan konsultasi gizi
2. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli Gizi
3. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
21 Poliklinik Infeksi
1. Melaksanakan pelayanan IMS
Menular Seksual
2. Menentukan pemeriksaan dan tindakan penunjang
(IMS) 3. Melaksanakan rujukan
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di poli IMS
5. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
22 Laboratorium 1. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai indikasi dokter
2. Merencanakan kebutuhan bahan alkes dan reagen dalam
setahun
3. Menjamin hasil, alat dan bahan sesuai standar
4. Melaksanakan rujukan
5. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium di luar gedung bila
diperlukan
6. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di laboratorium

9
7. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
23 Apotek dan
1. Melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai resep
Gudang Obat 2. Memberikan penjelasan tentang obat sesuai kaidah
3. Mencetak resep
4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di apotek dan gudang obat
5. Merencanakan amprahan dan pengadaan obat serta
pendistribusisan obat
6. Penerimaan, pengeluaran dan penyimpanan obat puskesmas
pustu dan poskesdes
7. Pengecekan obat di puskesmas, pustu dan poskesdes
(kerapian dan kebersihan gudang obat)
8. Penyuluhan cara pemakaian obat yang benar di puskesmas
Pustu dan Poskesdes
24 Rekam Medik dan
1. Melaksanakan Pelayanan pendaftaran sesuai ketentuan
Pendaftaran berlaku
2. Mencetak kartu berobat
3. Mengarahkan, membantu dan memberikan penjelasan
tentang jenis pelayanan di puskesmas serta tatacara pelayanan
4. Mengelola Kotak saran
5. Mengelola meja informasi pelayanan puskesmas
6. Bertanggung jawab atas pemeliharaan inventaris puskesmas
di ruang loket
7. Bertanggung jawab terhadap alur pelayanan di puskesmas
8. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
25 Fisioterapi 1. Melaksanakan pelayanan fisioterapi
2. Melaksanakan rujukan
3. Bertanggung jawab atas pemeliharaan alat medis dan non
medis di fisioterapi
4. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
26 Pencegahan dan
1. Menyusun perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit P2M
Pemberantasan 2. Mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di
Penyakit Menular unitnya.

10
(P2M) 3. Ikut secara aktif mencegah dan mengawasi terjadinya
peningkatan kasus penyakit menular serta menindak lanjuti
terjadinya KLB.
27 Surveilans 1. Berperan aktif secara dini melakukan pengamatan terhadap
penderita, kesling, perilaku masyarakat dan perubahan
kondisi.
2. Melaksanakan SARS penyakit menular
3. Analisis tentang KLB
4. Penyuluhan kesehatan secara intensif
5. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
28 Pencegahan dan
1. Penentuan target sasaran, khususnya di desa endemis DBD
Pemberantasan 2. Penyuluhan DBD
DBD 3. Pemberantasan vektor melalui PJB dan PSM serta
pelaksanaan ULV di wilayah kerja
4. Penemuan dan pengobatan penderita
5. Pencatatan dan Pelaporan
6. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi DBD
7. Pemeriksaan larva
8. Pemantauan/monitoring jumantik desa endemis
9. Pertemuan berkala jumantik
10. Rekapitulasi laporan jumantik
11. Melaksanakan SARS DBD
12. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
29 Pencegahan dan
1. Penyuluhan tentang TB serta kunjungan dan follow up ke
Pemberantasan TB rumah pasien
dan Kusta 2. Pencatatan dan Pelaporan kasus
3. Penemuan secara dini penderita TB termasuk di LAPAS
4. Pengobatan penderita secara lengkap
5. Koordinasi dengan petugas laboratorium terhadap
penderita/tersangka TB untuk mencari BTA +
6. Penyuluhan tentang Kusta
7. Penemuan Penderita Kusta dengan pemeriksaan kontak,
pemeriksaan anak sekolah dan case survei

11
8. Memberikan pengobatan yang tepat sesuai diagnosa dan
klasifikasinya.
9. Melakukan pencegahan cacat dengan mengawasi dan
mengevaluasi pengobatan
10. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
30 Pencegahan dan
1. Penyuluhan untuk memasyarakatkan hidup bersih dan sehat
Pemberantasan serta memasyarakatkan oralit.
Diare 2. Kaporitisasi sumur-sumur dan sumber air sebanyak 2 kali
se tahun.
3. Surveillance yaitu mengurangi dan menghindari kontak
untuk mencegah penyebaran kasus.
4. Penemuan dan pengobatan penderita diare di dalam
maupun di luar gedung.
5. Aktif dalam penyelidikan KLB/peningkatan kasus
6. Bertanggung jawab pembinaan pengobatan diare sesuai
standar
7. Melaksanakan perencanaan dan pemberian obat cacing di
SD
8. Pelatihan kader tentang diare dan distribusi oralit di
posyandu
9. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
31 Pencegahan dan
1. Penyuluhan tentang ISPA
Pemberantasan 2. Penemuan secara dini penderita ISPA
ISPA 3. Pengobatan penderita secara lengkap
4. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan kasus
32 Pencegahan dan
1. Penyuluhan tentang Malaria
Pemberantasan 2. Pemberantasan Nyamuk Anopeles.
Malaria 3. Kerja sama dengan aparat pemerintahan desa dalam
pelaporan pendatang terutama yang berasal dari daerah
endemis Malaria.
4. Penemuan secara dini penderita malaria
5. Pengobatan penderita yang menderita maupun yang
dicurigai

12
6. Berkoordinasi dengan petugas laboratoium tentang
pemeriksaan mikroskopis malaria
7. Survei malaria di masyarakat
8. Distribusi obat malaria di puskesmas dan bahan pemeriksaan
rapid tes malaria di pustu dan poskesdes
9. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
33 Pencegahan dan
1. Pencatatan pasien yang digigit HPR ( Hewan Penular
Pemberantasan Rabies)
Rabies 2. Pelatiahan petugas tentang penanganan gigitan HPR
3. Merujuk Pasien gigitan HPR ke Puskesmas yang memiliki
VAR
4. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan
34 Pencegahan dan
1. Penyuluhan tentang IMS/HIV
Pemberantasan 2. Penemuan secara dini penderita IMS/HIV
IMS dan HIV 3. Koordinasi lintas sektor
4. Menyedian media KIE IMS/HIV
5. Melaksanakan Mobile Klinik IMS
6. Perencanaan, pencatatan dan pelaporan kasus
35 Program 1. Menyusun perencanaan dan evaluasi di unit kesling
Pembinaan Kesling2. Mengurangi bahkan menghilangkan semua unsur fisik dan
lingkungan yang memberi pengaruh buruk terhadap
kesehatan masyarakat melalui penyuluhan kesling
3. Penyehatan air bersih.
4. Pengawasan depot isi ulang air minum
5. Penyehatan pembuangan sampah.
6. Penyehatan lingkungan dan pemukiman.
7. Penyehatan pembuangan air limbah.
8. Penyehatan makana dan minuman.
9. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
10. Pengawasan tempat pengelolaan pestisida.
11. Pelaksana perundangan di bidang kesehatan lingkungan.
12. Pembakaran sampah medis dan penelolaan sampah non
medis

13
13. Pengawasan pemisahan sampah di puskesmas dan
jejaringnya
14. Perencanaan,Pencatatan dan pelaporan
36 Program Imunisasi1. Pelaksanaan Imunisasi Polio, Campak, HB, BCG, DPT
pada bayi ditempat pelayanan kesehatan ( Puskesmas,
Posyandu dan pustu ).
2. Pelaksanaan Imunisasi TT pada BUMIL & WUS ditempat
pelayanan kesehatan.
3. Penyuluhan imunisasi dan sweeping ke rumah target yang
tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan.
4. Pelaksanaan BIAS di tiap SD oleh tim Puskesmas dan
kader.
5. Pengambilan Vaksin ke Dinkes.
6. Sterilisasi alat dan pemeliharaan Coldchain di Puskesmas
atau Pustu.
7. Merencanakan persediaan dan kebutuhan vaksin secara
teratur.
8. Monitoring penyimpanan vaksin dan suhu Coldchain
9. Menjaga mutu pelaksanaan pelayanan imunisasi dan vaksin
10. Monitoring / evaluasi PWS
11. Melaksanakan penyuluhan dan kerja sama lintas sector
12. Perencanaan,Pencatatan dan pelaporan
37 Program KIA 1. Pemeliharaan kesehatan Ibu dari hamil, melahirkan dan
menyusui, serta bayi, anak balita dan anak pra sekolah
sampai usia lanjut
2. Imunisasi TT 2 kali pada bumil dan imunisasi pada bayi
berupa BCG, DPT, polio dan Hb sebanyak 3 kali serta
campak sebanyak 1 kali berkoordinasi dengan program
imunisasi
3. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam
mencapai tujuan program KIA, gizi dan perkembangan
anak.
4. Pelayanan KB kepada semua PUS, dengan perhatian khusus

14
kepada mereka yang melahirkan anak berkali-kali karena
termasuk golongan ibu beresiko tinggi (resti)( berkoordinasi
dengan program KB)
5. Pengobatan bagi ibu untuk jenis penyakit ringan.
6. Kunjungan rumah untuk perkesmas, bagi yang memerlukan
pemeliharaan, memberi penerangan dan pendidikan
kesehatan dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka
yang lalai mengunjungi puskesmas serta meminta agar
mereka datang ke puskesmas lagi.
7. Pembinaan dukun bayi
8. Melaksankan Audit maternal dan perinatal (AMP)
9. Bertanggung jawab terhadap cakupan dan keberhasilan
indicator SPM KIA
10. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan KIA di
Posyandu
11. Pembinaan Klinik bersalin dan BPS di wilayah kerja
12. Melakukan PWS KIA
13. Pengawasan Mutu pelayanan bersalin dan KIA
14. Perencanaan,Pencatatan dan pelaporan
38 Program Gizi Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).
1. Penimbangan Bayi & menginventaris jumlah dan sarana
posyandu
2. Pemetaan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
3. Penggunaan ASI Ekslusif
4. Pengukuran LILA WUS
5. Penyuluhan UPGK
Penanggulangan Anemia Gizi Besi
1. Distribusi Tablet Fe
2. Distribusi Sirup Fe
3. Penyuluhan
4. Pengadaan Bahan dan Obat Fe
Penanggulangan GAKI
1. Monitoring Garan Beryodium

15
2. Koordinasi LS / LP
3. Penyuluhan
4. Pengadaan bahan Iodina Test
Penanggulangan Defisiensi Vit. A
1. Balita
2. Ibu Nifas
3. Penyuluhan
4. Pengadaan Obat
SKPG
1. PSG (Pengadaan blanko dan pelaksanaan PSG)
2. PKG
3. Koordinasi LS/LP
4. Pemetaan Kecamatan Rawan Pangan
5. Intervensi kasus gizi buruk/pemberian PMT
6. TBABS
Pengembangan Pojok Gizi (POZI)
Penanganan GIZI BURUK
1 Penemuan Kasus
2. Pengelolaan balita gizi buruk
3. Pengobatan gizi buruk umum dan spesialistik serta rujukan
4. Melakukan pemantauan berkala perkembangan balita gizi
buruk
5. Perencanaan dan penyedian PMT dan Obat
6. Pelaporan dan pedokumentasian
Pembinaan dan Evaluasi
Pemeliharaan alat dan mutu pelayanan serta mutu alat ukur
gizi
Perencanaan,Pencatatan dan pelaporan
39 Program Usila 1. Pendataan usila
2. Kegiatan promotif dengan penyuluhan gizi, kes. dimasa tua,
agama,dll ke masyarakat dan kelompok usila
3. Senam kesegaran jasmani
4. Meningkatkan PSM dengan cara mengikut sertakan

16
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
5. Kegiatan preventif dengan pemeriksaan berkala
6. Kegiatan pengobatan melalui pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan
7. Kegiatan pemulihan untuk mengembalikan fungsi organ
yang telah menurun
8. Pelaksanaan Posyandu usila dan PMT Usila
9. Perencanaan, Pencatatan dan pelaporan
40 Program 1. Inventaris jumlah sekolah, jumlah murid dan sarana UKS
UKS/UKGS 2. Melaksanakan program UKS melalui pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah
3. Aktif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang sehat.
4. Penjaringan kesehatan peserta didik baru kelas 1
5. Pengobatan ringan, pertolongan dan rujukan.
6. Pelatihan dokter kecil
7. Perencanaan, Pencatatan dan pelaporan
41 Program PKPR 1. Penyuluhan ke sekolah (SMP, SMA) tentang HIV/IMS,
NAFZA dan Kesehatan reproduksi
2. Pembinaan dan konseling remaja
3. Pendataan kekerasan anak dan perempuan
4. Pendataan jumlah remaja usia 10-14 tahun
5. Perencanaan, Pencatatan dan pelaporan
42 Program MTBS/
1. Pengawasan dan bimbingan kepada Taman Kanak-Kanak
SDIDTK 2. Pengobatan bagi bayi, anak balita dan anak pra sekolah
untuk jenis penyakit ringan.
3. Pemantauan/pelaksanaan SDIDTK pada bayi, anak balita
dan anak pra sekolah
4. Membuat laporan MTBS
5. Perencanaan, Pencatatan dan pelaporan
43 Program Kesehatan
1. Memberi penyuluhan kepada masyarakat.
Jiwa 2. Mengenali penderita yang memerlukan pelayanan
kesehatan psikiatri.
3. Memberi pertolongan pertama psikiatri, memberi

17
pengobatan atau merujuk pasien ke RS jiwa.
4. Kunjungan ke rumah penderita.
5. Pelatihan kader Kesehatan Jiwa
6. Perencanaan, Pencatatan dan pelaporan
44 Koordinator Bidan
1. Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan
Desa sikap bidan.
2. Membina bidan dalam pengelolaan program KIA.
3. Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program
KIA termasuk penilaian terhadap prasarana dan logistik (
fasilitas pendukung ) , kinerja klinis dan kinerja manajerial
bidan di wilayah kerjanya
4. Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan
menetapkan solusi serta melaksanakan tindakan koreksi yang
mengarah pada peningkatan mutu pelayanan KIA.
5. Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim
serta memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada
bidan di wilayah kerjanya.
6. Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor
baik secara horizontal (padatingkat puskesmas) dan vertikal
(pada tingkat kabupaten).
7. Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan
memberian penghargaan terhadap bidan berprestasi,
kesempatan untuk peningkatan pendidikan dan pengembangan
karir bidan.
45 Program Posyandu1. Menyusun jadwal posyandu
2. Menyusun jadwal petugas puskesmas untuk pelayanan
posyandu dari unsur Pembina Posyandu, KIA, Juru Imunisasi
dan KB
3. Melaksankan Absensi petugas pelayanan posyandu
4. Melakukan pembinaan kader posyandu
5. Koordinasi lintas sector
6. Bertanggung jawabPeningkatan strata posyandu
7. Bertanggung jawab untuk persiapan dan pembinaan

18
perlombaan posyandu.
8. Memastikan distribusi PMT posyandu.
9. Perencanaan, Pencatatan dan pelaporan
46 Program Desa
1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program desa
Siaga siaga
2. Pembentukan dan pembinaan struktur desa siaga secara
berkala
3. Pemantauan rumah ber PHBS di setiap desa
4. Bertanggung jawab terhadap pendonor dan ambulance desa
5. Pembinaan tabulin
6. Pelaporan bencana dan kesiap siagaan bencana
7. Pembentukan dan pembinaan Kader Desa Siaga
8. Pengaktifan UKBM
9. Kegiatan lintas sektoral
10. Perencanaan, Pencatatan dan pelaporan
47 Program Promosi
1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua
Kesehatan kegiatan promosi kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
2. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan promosi
dilakukan bersama-sama dengan coordinator program yang
terkait.
3. Kegiatan dalam Gedung
Penyuluhan langsung kepada perorangan maupun kelompok
penderita di Puskesmas / Pustu
Penyuluhan tidak langsung melalui Media Poster /Pamflet
4. Kegiatan di luar Gedung
Penyuluhan melalui media masa, pemutaran Film,siaran
keliling maupun media tradisional.
Penyuluhan kelompok melalui posyandu dan sekolah.
5. Pencatatan dan pelaporan
6. Pemeliharaan alat penyuluhan
7. Mengelola Media informasi Kesehatan Puskesmas
48 Pustu dan
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan
Poskesdes 2. Menggerakkan, mengembangkan dan membina kesehatan

19
masyarakat diwilayahnya
3. Membantu upaya masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Perpanjangan tangan seluruh program di Puskesmas

20
2.4
2.5 Struktur organisasi

21
2.5 Nilai Dasar, Kedudukan dan Peran ASN
2.5.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-
nilai publik tersebut antara lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan

Aspek-aspek akuntabilitas meliputi beberapahal sebagai berikut

1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)

2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)

3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting)

4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without


consequences)

5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)

Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun
suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk

22
masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu
sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga maupun daerah);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu


1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)

2. Akuntabilitas Individu

3. Akuntabilitas Kelompok

4. Akuntabilitas Organisasi

5. Akuntabilitas Stakeholder

Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.

Indikator nilai-nilai dasar akuntabulitas antara lain:

1. Kepemimpinan: pemimpin memberi contoh kepada orng lain, adanya komitmen


yang tinggi dalam melakukan pekerjaan

2. Transparansi Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara


kelompok internal dan eksternal;

3. Integritas: menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yang berlaku.

4. Tanggungjawab (Responsibilitas): kewajiban bagi setiap individu dan lembaga,


bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan,

5. Keadilan: adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara dan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya.

6. Kepercayaan: rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.


Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.

7. Keseimbangan: adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga harus
disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang

23
dimiliki.

8. Kejelasan: merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan mempertahankan


akuntabilitas. Agar individu atau kelompok dalam melaksanakan wewenang dan
tanggung jawabnya

9. Konsistensi: menjamin stabilitas untuk mencapai lingkungan yang akuntabel.

PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang tepat ketika
terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis, melayani warga
secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

A. Nasionalisme

Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia


terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan, menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,
bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah
diri, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
mengembangkan sikap tenggang rasa. Nilai-nilai nasionalisme sesuai dengan lima sila
Pancasila yaitu :

1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
b) Bangsa Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
c) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.

24
d) Membina kerukunan hidup diantara sasama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
f) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap.
a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mengakui persamaan derajat, tanpamembeda-bedakan suku, keturunan,
agama, kapercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa.
e) Mengembangkan sikaptidak semana-mena pada orang lain.
f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
h) Bangsa indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
a) Mampu menempatkan persatuandan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai sebagai kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
b) Sanggup dan rela berkorbanuntuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air indonesia.
e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dn keadilan
sosial.
f) Mengembangkan persatuan indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyarawatan Perwakilan
a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

25
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentinganbersama.
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
f) Dengan iktikat baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
g) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moralkepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
a) Mengembangkan perbuatan luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
d) Menghormati hak orang lain.
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
f) Tdak menggunakan hak milik utuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain
g) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah
h) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
B. Etika publik
Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika merupakan
sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas
guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam
pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang
buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang
dianut. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu

26
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok profesional tertentu.
1) Kode Etik ASN
Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni
sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan


berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN

2) Nilai-Nilai Dasar Etika Publik

27
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
ASN, yakni sebagai berikut:

1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.


2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral,
sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik. Moral dalam etika
publik menuntut lebih dari kompetensi teknis karena harus mampu
mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam pelayanan
publik. Oleh karena itu, etika publik mengarahkan analisa politik sosial budaya
(polsosbud) dalam perspektif pencarian sistematik bentuk pelayanan publik dengan
memperhitungkan interaksi antara nilai-nilai masyarakat dan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga publik.

Disamping penggunaan kekuasaan yang harus sejalan dengan norma etika, kaidah
pokok lain yang seringkali disebutkan dalam pedoman kode etik universal adalah
kesadaran bagi setiap pegawai pemerintah untuk menghindari adanya konflik
kepentingan (conflict of interest) dalam pelaksanaan tugasnya. Konflik kepentingan

28
adalah tercampurnya kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi yang
mengakibatkan kurang optimalnya pencapaian tujuan organisasi.

Pengaruh buruk dari adanya konflik kepentingan secara rinci dapat dijelaskan
dalam berbagai bentuk perilaku sebagai berikut:

1. Aji mumpung (self dealing); memanfaatkan kedudukan politis untuk


kepentingan yang sempit dan sistem nepotisme.
2. Menerima/memberi suap (bribery, embezzlement, graft) Berbagai bentuk
transaksi suap menyuap biasanya terkait dengan digunakannya jabatan publik
oleh seorang pemegang kekuasaan secara tidak bertanggungjawab
3. Menyalahgunakan pengaruh pribadi (influence peddling); memanfaatkan
pengaruh untuk kepentingan karir atau bisnis yang sempit..
4. Pemanfaatan fasilitas organisasi/lembaga untuk kepentingan pribadi..
5. Pemanfaatan informasi rahasia; mengacaukan kedudukan formal dengan
keuntungan yang diperoleh secara informal.
6. Loyalitas ganda (outside employment, moonlighting); menggunakan kedudukan
dalam pemerintahan untuk investasi pribadi.

C. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri sendiri atau pada orang lain yang tercermin
dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Komitmen mutu
merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukuran baik/buruk.
Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Dalam komitmen mutu tidak lepas dari beberapa konsep pendukung antara lain :

1. Konsep Efektivitas dan Efisien


Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010:8) mendefinisikan efektivitas
sebagai berikut:

“Efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan, atau berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas
organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh pelanggan.”

29
Selanjutnya, Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8) mendefinisikan
efisiensi sebagai berikut:

“Efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan organisasional. Efisiensi organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan
baku, uang, dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran
tertentu. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah sumber daya yang digunakan
untuk menghasilkan barang atau jasa.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efisiensi diukur dari ketepatan


realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan,
sehingga dapat diketahui ada atau tidak adanya pemborosan sumberdaya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang ke luar
alur.

Merujuk kedua definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa karakteristik utama yang
dapat dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu
hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur
dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan
kegiatan

2. Konsep inovasi
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (Buku 2: 2011: 54) memberi ilustrasi
bahwa:
“Perusahaan di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, menciptakan nilai ekonomi
yang berasal dari kreativitas, imajinasi, dan inovasi.”
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk
beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa
dipicu antara lain oleh pergeseran selera pasar, peningkatan harapan dan daya beli
masyarakat, pergeseran gaya hidup, peningkatan kesejahteraan, perkembangan
ekonomi, pengaruh globalisasi, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana pendapat Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (Buku2: 2011:
56) bahwa :
“Inovasi barang dan jasa adalah cara utama dimana suatu organisasi beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan di pasar, teknologi, dan persaingan.” Inovasi dapat

30
terjadi pada banyak aspek, misalnya perubahan produk barang/jasa yang
dihasilkan, proses produksi, nilai-nilai kelembagaan, perubahan cara kerja,
teknologi yang digunakan, layanan sistem manajemen, serta mindset orang-orang
yang ada di dalam organisasi.

3. Mutu
Seperti halnya istilah efektivitas, efisiensi, dan inovasi, istilah mutu sekarang ini
juga menjadi tema sentral yang menjadi target capaian institusi, baik di
lingkungan perusahaan maupun pemerintahan. Sesungguhnya konsep mutu
berkembang seiring dengan berubahnya paradigma organisasi terkait pemuasan
kebutuhan manusia, yang semula lebih berorientasi pada terpenuhinya jumlah
(kuantitas) produk sesuai permintaan, dan kini, ketika aneka ragam hasil produksi
telah membanjiri pasar, maka kepuasan customers lebih dititik beratkan pada
aspek mutu (kualitas) produk. Mutu sudah menjadi salah satu alat vital untuk
mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.

Menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan Davis, mutu merupakan suatu
kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau pengguna. Dalam
pandangan Christopher dan Thor, penilaian atas mutu produk/jasa bergantung
pada persepsi individual berdasarkan kesesuaian nilai yang terkandung di
dalamnya dengan kebutuhan dan keinginannya, tanpa kesalahan dan pemborosan.

Zulian Yamit (2010: 7-8) mengutip pendapat sejumlah pakar tentang pengertian
mutu. (1) Menurut Edward Deming: “Mutu adalah apapun yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen.” (2) Menurut Crosby: “Mutu merupakan
nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap persyaratan.”

Menurut Juran: “mutu merupakan kesesuaian terhadap spesifikasi.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mutu mencerminkan nilai


keunggulan produk/ jasa yang diberikan kepada pelanggan (customer) sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan melampaui harapannya Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil
kerja

31
Nilai-Nilai Dasar Orientasi mutu

Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa terdapat sepuluh ukuran dalam
menilai mutu pelayanan, yaitu : “(1) Tangible (nyata/berwujud), (2) Reliability
(kehandal an), (3) Responsiveness (Cepat tanggap), (4) Competence (kompetensi),
(5) Access (kemudahan), (6) Courtesy (keramahan), (7) Communication
(komunikasi), (8) Credibility (kepercayaan), (9) Security (keamanan), (10)
Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan).”

Sejalan dengan pendapat di atas, Berry dan Pasuraman dalam Zulian Yamit (2010:
11) mengemukakan lima dimensi karakteristik mutu pelayanan sebagai berikut:
“Lima dimensi karakteristik yang diguna kan pelanggan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan, yaitu: (1) tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas
fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi; (2) reliability (kehandalan),
yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan
serta sesuai dengan yang telah dijanjukan; (3) responsiveness (daya tangkap),
yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan
pelayanan dengan tanggap; (4) assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,
resiko ataupun keragu-raguan; (5) empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam
melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.”

D. Anti Korupsi
Secara etimologis istilah “korupsi” berasal dari bahasa Latin,
yaitu “corruptio” atau “corruptus” yang artinya sesuatu yang rusak, busuk,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Sehingga dari asal katanya, arti korupsi
adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa,
salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan
yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Terjadinya korupsi dapat
disebkan oleh beberapa faktor antara lain :

32
1. Faktor internal
 Sifat tamak, sifat dalam diri manusia yang menginginkan sesuatu melebihi
kebutuhannya dan selalu merasa kurang.
 Gaya hidup konsumtif, perilaku manusia yang selalu ingin memenuhi
kebutuhan yang tidak terlalu penting sehingga tidak bisa menyeimbangkan
pendapatan dengan pengeluarannya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi berasal dari lingkungan sekitar yang dapat
mempengaruhi pemikiran dan tindakan seseorang sehingga melakukan
korupsi. Beberapa yang termasuk dalam faktor eksternal tersebut diantaranya:
 Faktor ekonomi, adanya kebutuhan akan ekonomi yang lebih baik
seringkali mempengaruhi seseorang dalam bertindak.
 Faktor politik, dunia politik sangat erat hubungannya dengan persaingan
dalam mendapatkan kekuasaan.
 Faktor organisasi, dalam organisasi yang terdiri dari pengurus dan
anggota, tindakan korupsi dapat terjadi karena perilaku tidak jujur, tidak
disiplin, tidak ada kesadaran diri, aturan yang tidak jelas, struktur
organisasi tidak jelas, dan pemimpin yang tidak tegas.
 Faktor hukum, seringkali tindakan hukum terlihat tumpul ke atas tajam ke
bawah. Artinya, para pejabat dan orang dekatnya cenderung diperlakukan
istimewa di mata hukum, sedangkan masyarakat kecil diperlakukan tegas.
Untuk menjauhkan diri dari korupsi maka diperlukan diperlukan internalitas dan
integritas pada diri pada diri sendiri dan hidup atau bekerja dalam lingkungan
yang menjalankan integritas dengan baik. Dalam perilaku ati korupsi ini
memberikan nilai-nilai dasar anti korupsi yang prioritas dan memiliki signifikasi
yang tinggi bagi kita. Nilai-nilai dasar anti korupsi penring untuk mencegah
terjadinya korupsi dan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi. Adapun nilai-nilai
dasar anti korupsi meliputi :
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah
tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.

33
2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat
berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain
dalam berbagai hal.
4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan.
5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya
(kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan).
6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian, ketabahan,
keteguhan dan pantang mundur.
7. Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan
masyarakat disekitar.
8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan
sebagainya.
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak
memihak.

Sedangkan prinsip-pronsip anti korupsi, yaitu :


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja
2. Transparansi
Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.

34
3. Kewajaran
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up
maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya.
4. Kebijakan
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat..
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan
berupa partisipasi, evolusi dan reformasi.

E. WoG

Whole-of-Government atau disingkat WoG adalah sebuah pendekatan


penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih
luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan.

WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana instansi pelayanan


publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu- isu tertentu.

Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya


kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama.
WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan
sebaliknya. Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya
merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga
penekanan pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama.

Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik pendekatan WoG
dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan
bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.

35
WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang
terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat
didekati oleh pendekatan WoG adalah:

1. Pelayanan yang bersifat adminisitratif, yaitu pelayanan publik yang


menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga
masyarakat.
2. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat.
3. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga massyarakat.
4. Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan
peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur
sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat dibedakan dalam 5 (lima)
macam pola pelayanan. Pertama, Pola Pelayanan Teknis Fungsional, yaitu suatu
pola pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan
bidang tugas, fungsi dan kewenangannya. Pada pola pertama ini pelayanan yang
dilakukan adalah pelayanan sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan
sektor itu, atau menyangkut pelayanan di sektor lain. Kedua, adalah Pola
Pelayanan Satu Atap yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu
instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing. Ketiga,
adalah Pola Pelayanan Satu Pintu yang merupakan pola pelayanan masyarakat yang
diberikan secara tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan
wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan. Keempat,
adalah Pola Pelayanan Terpusat, yaitu pola pelayanan masyarakat yang dilakukan
oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap
pelayanan instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan
masyarakat yang bersangkutan. Kelima adalah Pola Pelayanan Elektronik yaitu
pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang
bersifat elekronik atau on-line sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan
dan kapasitas masyarakat pengguna.

36
Dalam memanfaatkan WoG, terdapat beberapa prasyarat agar pendekatan ini dapat
diterapkan, menurut APSC (Shergold & others, 2004) merumuskan prasyarat untuk
penerapan WoG yang baik, antara lain:

1. Budaya dan filosopi


Menggabungkan dan beradaptasi dengan nilai-nilai WoG ke dalam budaya
yang dianut sebelumnya merupakan keharusan agar tidak terjadi “culture
shock” dalam dinamika organisasi.

2. Cara kerja yang baru


Hal ini berkaitan dengan bagaimana penyelenggaraan kepemimpinan yang
berbagi antara satu sektor lainnya. WoG juga mensyaratkan adanya keahlian
atau expertise yang melekat pada SDM yang terlibat di dalamnya.
3. Akuntabilitas dan insentif
Outcome atau pelaporan yang dibagi antar sektor, fleksibelitas serta
bagaimana reward dan pengakuan menjadi bagian dari manajemen horizontal.
4. Cara baru pengembangan kebijakan serta mendesain program dan pelayanan.
Collegate approach, yaitu melalui pendekatan kolegial dimana masing-masing
sektor mempunyai kesetaraan dalam pengambilan keputusan/kebijakan.

F. Pelayanan Publik
1. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat Lembaga Administrasi Negara: 1998). Sementara
Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa; Pelayanan publik adalah suatu
proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan
kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap
pelayanan menghasilkan produk, baik berupa barang dan jasa (Pengembangan
Kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, 2004).
Sedangkan definisi yang saat ini menjadi rujukan utama dalam penyelenggaraan
pelayanan public sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

37
2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.

Dari beberapa pengertian pelayanan publik yang diuraikan tersebut, maka


pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau melayani
keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang
ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.
Dengan demikian, terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu :

Unsur pertama, adalah setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga


independen yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang untuk kegiatan pelayanan
publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik.

Unsur kedua, adalah orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan atau
memerlukan layanan (penerima layanan), pada dasarnya tidak memiliki daya
tawar atau tidak dalam posisi yang setara untuk menerima layanan, sehingga tidak
memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan yang baik.

Unsur ketiga, adalah kepuasan pelanggan menerima pelayanan, unsur kepuasan


pelanggan menjadi perhatian penyelenggara pelayanan (Pemerintah), untuk
menetapkan arah kebijakan pelayanan publik yang berorienntasi untuk
memuaskan pelanggan, dan dilakukan melalui upaya memperbaiki dan
meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan.

Selain dengan pendekatan sebagaimana dijelaskan di atas, para ahli menggunakan


pendekatan cara individu mengkonsumsi barang/jasa yang mereka butuhkan dan
implikasinya pada individu yang lain dalam membedakan mana yang disebut
sebagai barang/jasa publik dan barang/jasa privat. Menurut para ahli tersebut,
barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas) dan
excludability (ekskludabilitas) yang rendah (joint consumption). Kebalikannya,

38
barang/jasa yang memiliki ciri-ciri tingkat ekskludabilitas dan rivalitas yang tinggi
maka barang/jasa tersebut dimasukan dalam kategori sebagai barang/jasa privat
(individual consumption). Diantara dua jenis barang/jasa tersebut, ada barang/jasa
yang kita sebuat sebagai barang/jasa semi privat, yaitu barang/jasa yang memiliki
karakter tingkat ekskludabilitas tinggi tetapi rivalitasnya rendah. Sedang
barang/jasa yang ekskludabilitasnya rendah tapi rivalitasnya tinggi kita sebut
sebagai barang/jasa semi publik.

agar pelayanan publik yang baik dapat diwujudkan, maka harus menjalankan
prinsip-prinsip pelayanan publik yaitu: 1) Partisipatif; 2) Transparan; 3)
Responsif; 4) Tidak diskriminatif; 5) Mudah dan murah; 6) Efektif dan efisien; 7)
Aksesibel; 8) Akuntabel; 9) Berkeadilan.

2. Etika dan Etiket

Secara etimologi kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos", yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos"
dan dalam bentuk jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara
hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Sedangkan Etiket berasal dari bahasa
Perancis etiquette yang berarti aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang
baik antara sesama manusia. Etiket mengajarkan kita untuk memelihara hubungan
baik, bahkan memikirkan kepentingan dan keinginan orang lain.

Perbedaannya Etika dan Etiket menurut (Bartens, 2007) antara lain :

a) Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara


beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya
cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Etika
tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut
pilihan yaitu apakah perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
b) Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada saksi mata, maka etiket
tidak berlaku. Etika selalu berlaku meskipun tidak ada saksi mata, tidak
tergantung pada ada dan tidaknya seseorang.

39
c) Etiket bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan, bisa saja diangap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih
bersifat absolut. Prinsip-prinsipnya tidak dapat ditawar lagi.
d) Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja. Etika menyangkut
manusia dari segi dalam. Orang yang bersikap etis adalah orang yang
sungguh-sungguh baik. Etiket sebagai ketentuan tidak tertulis yang mengatur
tindak dan gerak ASN dalam melayani pengguna jasa sangat perlu mendapat
perhatian dari organisasi, dengan tujuan:

Etiket pelayanan yang perlu diperhatikan oleh ASN terhadap pengguna jasa pada
umumnya adalah sebagai berikut :

1. Sikap / perilaku
2. Ekspresi wajah
3. Penampilan
4. Cara berpakaian
5. Cara berbicara
6. Cara mendengarkan
7. Cara bertanya

G. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar

selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.

Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap
belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN
tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

1. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:

40
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor
induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanak an tugas pemerintahan.

2. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan


kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
3. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian
pegawai ASN merupakan satu kesatuan.

Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai


berikut:

1. Pelaksana kebijakan public;


2. Pelayan public; dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas

1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Seorang ASN memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Hak adalah suatu
kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu kepentingan yang
dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak
adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin

41
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan
PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut, PNS berhak memperoleh :

1. gaji, tunjangan, dan fasilitas;


2. cuti;
3. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4. perlindungan; dan
5. pengembangan kompetensi

Sedangkan PPPK berhak memperoleh:

1. gaji dan tunjangan;


2. cuti;
3. perlindungan; dan
4. pengembangan kompetensi

Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat


kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya
diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:

1. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah
yang sah;
2. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

42
43

Anda mungkin juga menyukai