Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:2

ISSN : 2338- 6371 Mariyati, Tahlil, Bakhtar

PERAN DUKUN BAYI DALAM MENOLONG PERSALINAN

The Role of Traditonal Birth Attendants (TBAs) In Helping Childbirth

1 1 2
Mariyati , Teuku Tahlil , Bakhtar
1
Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Pediatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala

Abstrak

Di Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang setiap tahunnya masih terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun
bayi, berkisar antara 2,1 s/d 2,5%. Tujuan penelitian untuk mengeksplorasi peran dan pengalaman dukun bayi dalam
menolong persalinan di Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian jenis kualitatif dengan metode
fenomenologi deskriptif, pengumpulan data selama 22 hari melalui wawancara mendalam semi terstruktur. Sampel 10
orang dipilih dengan tekhnik purposive sampling. Data penelitian dianalisa dengan content analisis menggunakan
tekhnik analisa menurut Miles & Huberman. Penelitian menemukan alasan menjadi dukun bayi, sumber pengetahuan,
persiapan dalam menolong persalinan, sikap dalam menolong persalinan, tindakan dalam menghadapi komplikasi
persalinan, jenis perawatan yang diberikan, dan pengalaman dalam bermitra. Dukun bayi berperan sebagai mitra
bidan, tokoh adat dan bilal mayat. Dukun bayi tetap bertahan karna masih dibutuhkan oleh masyarakat, mengisi
waktu luang dan tanggung jawab. Setiap dukun bayi merasakan kesan yang berbeda dalam menjalin kemitraan dan
berharap lebih diperhatikan oleh pemerintah. Dukun bayi memiliki peran ganda sebagai mitra bidan, tokoh adat dan
bilal mayat. Keberadaan mereka hendaknya dapat menjadi sebagai salah satu kekuatan dalam pemberdayaan
komunitas.

Kata kunci: peran dukun bayi, dukun bayi, penolong persalinan, kemitraan, perawatan postpartum, keperawatan
secara budaya, keperawatan komunitas.

Abstract

The numbers of childbirth by traditional birth attendants (TBAs) in Seruway Subdistrict Aceh Tamiang Rege ncy
each year ranges between 2,1 to 2,5%. The purpose this study was to explore the role and experience of TBAs, in
Seruway Subdistrict Aceh Tamiang Regency. This is a qualitative research with descriptive phenomenology method,
data collection for 22 days through in depth semi-strutured interviews. The sample are 10 TBAs selected by purposive
sampling technique. Data were analyzed using content analysis with the techniqu e of analysis by Miles &
Huberman. This study found the reason to being a TBAs, the source of knowledge, preparation before helping
childbirth, The atitude in helping childbirth, action in facing the birth, the types of postpartum care and experience in
partnership.. The role of TBAs as a midwife partners, traditional leaders and the bilal corpse. The reason remain as
TBAs because they are needed by the community, fill the free time and responsibility. Each TBAs have a diferent
impression about partnership and except more atention from the goverment. TBAs have a dual role in society that are
midwife partners, traditional leaders and bilal corpse. Their presence should be one of the strengths community
empowerment in health programs.

Keywords: the role of TBAs, Traditional Birth Atendants, birth atendants, partnerships, postpartum
care, transcultural care, community nursing

Korespondensi :
,
Mariyati, Magister Keperawatan , Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala.
Email : buahrenda@gmail.com
Jurnal Ilmu Keperawatan (2015) 3:2
ISSN : 2338-6371 Mariyati, Tahlil, Bakhtiar
Latar Belakang kesehatan menjadi beberapa faktor
penyebab mengapa dukun bayi masih
Sebagian masyarakat di pedesaan
mendapat tempat ditengah masyarakat
mempercayai bahwa kehadiran dukun bayi
pedesaan.
akan membuat proses persalinan menjadi
lebih lancar dan mudah, meskipun faktanya Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
Manuaba (1998) mengatakan persalinan dilakukan oleh peneliti, diketahui terdapat 21
yang ditolong oleh dukun bayi seringkali orang dukun bayi di wilayah Kecamatan
menimbulkan masalah kesehatan yang Seruway. Salah seorang dukun bayi
berujung pada kematan ibu dan bayi. Tahun mengatakan semenjak berlakunya program
2013 WHO mencatat hampir 800 wanita kemitraan antara dukun bayi dan bidan,
meninggal setiap hari karna kompliksi pada mereka tdak pernah lagi menolong
masa persalinan (WHO,2014). Hasil survey persalinan sendiri kecuali pada kondisi-
SDKI 2012 menunjukkan bahwa jumlah kondisi tertentu. Seorang ibu hamil yang
Angka Kematan ibu (AKI) di Indonesia diwawancarai penelit mengatakan akan
mengalami peningkatan menjadi tetap memanggil dukun bayi untuk
359/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, R.I, mendampingi proses persalinannya
2014). meskipun sudah memanggil bidan desa.

Sebanyak 4,03 % persalinan di wilayah Aceh Sebagai sosok yang dipercaya oleh
Tamiang masih ditolong oleh dukun bayi (BPS masyarakat sebenarnya dukun bayi dapat
Aceh Tamiang, 2013). Di Kecamatan Seruway dijadikan sebagai salah satu kekuatan dalam
setiap tahunnya terdapat 2,1 s/d 2,5% pemberdayaan masyarakat dibidang
persalinan yang masih ditolong oleh dukun kesehatan sehingga penelit merasa tertarik
bayi, meskipun tdak tnggi hal tersebut untuk menggali lebih dalam tentang
mengindikasikan dukun bayi masih memiliki bagaimana pengalaman dukun bayi dalam
tempat ditengah masyarakat setempat. Hasil menolong persalinan dan bagaimana mereka
penelitan yang dilakukan oleh Titaley, memaknai pengalaman serta peran tersebut.
Hunter, Dibley & Heywood (2010)
Penelitian ini bertujuan untuk
mengatakan budaya dan kepercayaan,
mengeksplorasi peran dan pengalaman
persepsi yang kurang baik tentang
dukun bayi dalam menolong persalinan
keterampilan bidan desa, kesulitan ekonomi
melalui menggali proses awal menjadi dukun
dan sulitnya menjangkau akses pelayanan

1
bayi, pengalaman dalam menolong Penelitian Keperawatan (KEPK) Fakultas
persalinan, pengalaman dalam melakukan Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
perawatan postpartum dan keterlibatan Partsipan diberitahu bahwa wawancara
dukun bayi dalam program kemitraan di direkam dengan menggunakan alat perekam
Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh suara digital. Pada saat wawancara
Tamiang. berlangsung penelit mencatat respon non
verbal dari partsipan dalam lembar catatan
Metode
lapangan. Wawancara berlangsung selama
20-90 menit di rumah masing-masing dukun
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif
dengan jenis fenomenologi deskriptf. bayi (partsipan). Transkrip wawancara

Populasi meliputi interaksi dan peran sosial kemudian di analisa secara content analysis

seluruh dukun bayi di wilayah Kecamatan dengan menggunakan tekhnik analisa data

Seruway Kabupaten Aceh Tamiang yang menurut Miles & Huberman (1984) dikutp

berjumlah 21 orang. 10 orang dukun bayi dari Emzir (2014).

berasal dari 9 desa berbeda dipilih sebagai


Hasil
partsipan dalam penelitian ini dengan
menggunakan tekhnik purposive sampling. Karakteristk partsipan penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan ditunjukkan pada Tabel. Sebanyak 50%
menggunakan metode wawancara partsipan yang terlibat dalam penelitan ini
mendalam semi terstruktur dan observasi berusia antara 50-54 tahun dan 60%
respon non verbal. Alat bantu yang partsipan berasal dari suku Jawa. Selain
digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai dukun bayi, 50% partsipan juga
pedoman wawancara, lembar catatan memiliki pekerjaan tetap lainnya sebagai
lapangan dan alat perekam suara. sumber penghasilan. Pendidikan partsipan
Pengumpulan data penelitian dilakukan sejak dapat dikategorikan rendah, dimana 90%
4 s/d 25 Juni 2015. Sebelum melakukan tdak tamat Sekolah Dasar sedangkan 10%
proses wawancara, penelit tdak sekolah. Keseluruhan partsipan telah
memperkenalkan diri terlebih dahulu, menjadi dukun bayi lebih dari 10 tahun,
menjelaskan tentang penelitan dan meminta bahkan 20% partsipan telah menjadi dukun
persetujuan keterlibatan partsipan dalam bayi selama 27-30 tahun. Selain itu penelit
penelitan (informed consent). Izin etik juga mengidentfikasi bahwa 80% partsipan
penelitan didapatkan dari Komisi Etk telah bermitra dengan bidan dan 70%
partsipan masih menolong persalinan dalam Ya udah tak jalani mulai tahun 86 aku udah
pegang bayi (Partsipan 4)”.
kondisi terdesak.
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik partisipan Rasa tanggung jawab sosial juga menjadi
(n=10)
alasan lain beberapa dukun bayi.
No Kategori f % “Awalnya aku ya nolongin putuku (cucuku) si
1 Usia partisipan R waktu ngelahirin. Waktu itu dipanggilnya
a. 50 - 54 tahun 5 50 udah malem, katanya perotnya sakit, ku liat
b. 55 - 59 tahun 2 20 lah itu apa rambotnya udah nampak, nekad
c. 60 - 64 tahun 0 0 sendiri aja kita, ya udah kepepet, rupanya
d. 65 - 69 tahun 1 10 banyak yang tau abis itu, banyak yang minta
e. ≥ 70 tahun 2 20 tolong ya teros sampe sekarang ini sampe
2 Pekerjaan tua (Partsipan 6).”
a. IRT 5 50
Materi juga menjadi alasan salah satu
b. Tani 3 30
c. Karyawan perkebunan 1 10 partsipan menjadi dukun bayi
d. Wiraswasta 1 10
“Dulu kan memang susah kali, cuma jual-jual
3 Suku sayur, abis itu ada tetangga minta tolong
a. Tamiang 4 40 bantu melahirkan, awak tolong lah, rupanya
b. Jawa 6 60 sesudah itu banyak yang minta tolong. Udah
4 pendidikan terakhir rame yang minta tolong ya udah gak jualan
a. Tidak sekolah 1 10 lagi. kalau nolong atau ngusok kan selalu ada
b. Tidak tamat SD 9 90 kalau jualan kadang laku kadang enggak
5 lama menjadi dukun bayi (Partsipan 10)”
a. 15 - 18 tahun 4 40
b. 19 - 22 tahun 2 20 Bakat termasuk salah satu alasan menjadi
c. 23 - 26 tahun 2 20 dukun bayi.
d. 27 - 30 tahun 2 20
“rasanya kayak digerakkan gitu, rasanya dulu
6 Status kemitraan
sebelom jadi dukun bayi kalau ada orang mau
a. Bermitra 8 80
melahirkan rasanya kasian kali, mau deket
b. Tidak bermitra 2 20
aja, pingin dampingi, klo udah dampingi baru
7 Menolong persalinan tenang rasa hatnya (Partsipan 7)”
a. Masih, saat terdesak 7 70
b. Tidak menolong lagi 3 30
Sumber pengetahuan dukun bayi

Alasan menjadi dukun bayi Sumber pengetahuan pertama didapatkan

Alasan beberapa partsipan menjadi dukun berdasarkan pengalaman pribadi dan

bayi karna proses regenerasi diturunkan antar generasi, sedangkan

“dulu ya belajarnya sama dukun bayi di Jawa, sumber pengetahuan tambahan didapatkan
orang tua sendiri. Dibilang yang pentng ada dari petugas kesehatan saat mengikut
keberanian dan keyakinan, kita ini kan cuma
perantara aja, tuhan yang nolong semuanya. pelatihan.
“ya belajar-belajar sendiri aja lah, ya kan gak Dukun bayi berperan sebagai tokoh adat
ada yang ngajari cuma kalau orang mau
pada acara seperti kelahiran anak dan
melahirkan kan memang semuanya ngerasa
kayak gitu (Partsipan 6).” pernikahan.
“ya dukun bayi, ya bilal, dukun manten ya ku
Dukun bayi sebelumya mengajarkn doa,
kerjakan”
tekhnik beserta menurunkan alat-alat yang
“sama praktek apa itu ngurusin mayat, ada
digunakan.
satu kali, jadi selain nolong bibik juga apa ini
“Orang nek S kayak gitu caranya, itupun alat- namanya ngurusin orang meninggal ?, bilal
alat dari dia semua juga (Partsipan 1)”. mayat, iya jadi bilal juga untuk orang
perempuan (Partsipan 1)”
Petugas kesehatan sebagai sumber
pengetahuan tambahan. Persiapan dalam menolong persalinan
“kami kan gantkan dukun bayi yang dulu, Persiapan dalam menolong persalinan terdiri
dulu kan disini ada Nek S sama bik N, trus
dari persiapan alat dan tempat
kami di bawa-bawa sama orang itu buat
gantin, karna orang itu udah mulai gak “Klo sekarang ya gak ada persiapan apa-apa,
sanggup lagi, udah itu teros sama ibuk bidan paling siapin baju bayinya aja, kan alatnya di
Puskesmas setiap bulan kami dibawa praktek polindes udah lengkap (Partsipan 7)”
ke Seruway (kota kecamatan), disana kami
diajarin gini-gini (Partsipan 3).”
Persiapan diri meliput menggunakan Alat

Peran dukun bayi Pelindung Diri (APD), menjaga kebersihan diri

Peran dukun bayi di masyarakat yaitu sebagai dan berdoa.

mitra bidan, tokoh adat dan bilal mayat. “Abis itu kan kita kalau ada yang hamil tua ya
nggak boleh campur sama suami, dijagalah
“ ya bantu-bantu, misal bidan udah potong itu. Karna kan kita kan mau nolong orang,
tali pusatnya ya ngurus bayinya, kadang kan harus suci, kadang kalau kita campur, terus
gak sempet bidannya, ya ngiket tali pusetnya tba-tba di panggil kan gak sempat mandi,
juga, bantu-bantu gitulah (Partsipan 9)” lah kayakmana kita mau nolong, kita kan
terima yang masih bersih (suci) jadi ya harus
bersih juga (suci) (Partsipan 9).”
Selain ibu hamil, dukun bayi juga mengobat
anak yang sakit dan dislokasi sendi (terkilir) . “Doanya ya doa kayak gitu ajalah, bibik mana
ada doa-doa laen. Doa buka pintu itu aja, la
“kalau ngurot untuk terkilir nenek bisa ?... ya
illa ha illa anta itu aja. Klo nanem urinya itu
bisa lah buk, anak-anak yang nangis aja karna
selawat aja, kita bacakan selawat tga kali, al
diganggu makhluk halus aku juga bisa, trus
itu turun perot sama usus turun aku juga fatehah tga kali, udah (Partisipan 1)”
bisa. Kemaren itu ada yang katanya udah
harus di operasi, tak kusok beberapa kali ya Air selusoh merupakan air putih yang
udah enak katanya (Partisipan 5).”
dibacakan doa-doa tertentu untuk
membantu proses persalinan.
“Aer selusoh itu air baca-bacaan.. doanya ya Tindakan dalam menghadapi komplikasi
itulah, kita baca selawat dulu terus tambahan persalinan
sariul, bariul, dariul, berkahilah terus
syahadat, itu selusoh buat yang susah aja Tindakan yang dilakukan oleh dukun bayi
buk, ada juga selusoh pembukaan, yang pake
dalam menghadapi komplikasi persalinan
selusoh pembukaan itu anak pertama
(Partsipan 6)” yaitu mencari solusi sendiri, meminta
bantuan ahli dan melakukan rujukan, berdo’a
Pemeriksaan fisik oleh dukun bayi tanpa
dan menjaga pasien tetap tenang.
melakukan pemeriksaan dalam atau vagina
“pernah itu yang lahir pantatnya dulu,
toucher (VT).
kakinya dulu juga pernah, ya ditangani
“kami gak pernah nyolok-nyolok lo buk, ya sendiri, dirahasiakan sama orangnya jagan
dilihat aja (Partsipan 5).” ada yang tau, nant jadi takot mamaknya
(Partsipan 4)”

Sikap saat menolong persalinan


Jenis perawatan postpartum yang diberikan
Saat menolong persalinan dukun bayi
mengutamakan sikap sabar Jenis perawatan yang diberikan terdiri dari
“ya disabarin ya, kita bilang pelan-pelan, perawatan pada ibu, perawatan pada bayi
jangan jeret-jeret orang perempuan ya
dan tarif rawatan.
pahalanya di situ, yang sabar, yang ikhlas,
malu didengar orang, ya kita bujuk lah gak “lepas lahir itu kan tga kali, nant mau
boleh di marah-marah namanya juga dia nyukur 1 kali lagi, nant kusok tengah 3 kali
sakit. Ya nolong orang melahirkan ya harus teros terakhir pas lepas dapor. Sembilan hari
sabar, apalagi anak pertama kan dia belom lah buk (Partsipan 5)”
ngert kayakmana rasanya, makanya jeret-
jeret kitanya ya mest sabar (Partsipan 6)” Selain melakukan massage dukun bayi juga
menjaga personal hygiene ibu.
Dukun bayi memberikan motvasi pada
“kalau bibik kan jam berapa pulang tanya
pasien
sama bidannya, sebelom mamaknya pulang
“Sama pasiennya kita bilang istghfar yang itu, bibik siap-siap dirumahnya, cuci semua-
banyak-banyak, nant tak bilang baca doa ya semuanya sampe mendem adi nya (placenta)
nak, semangat ya nak, namanya yang pentng sampe cuci kaen kotornya udah cuci semua
kan kita semangat pasiennya (Partsipan 7)” baru tengok jam, jam berapa nant tanya
sama bidannya kapan bisa pulang ya baru
dimandiin (Partsipan 1)”
Dalam menolong persalinan dukun bayi juga
menjaga privacy pasien. Dukun bayi membuatkan ramuan tradisional
“kalau dirumah sakit itu kan dibuka semua, untuk ibu.
awak gak mau, pantang, jadi diraba aja
“ya dibuatn wejahan, dia kan gak tau apa aja
(Partsipan 2).”
wejahannya…jahe, kunyit, tumbar sama
asam jawa, itukan untuk ASI sama untuk
peluntor, itu biar peranakannya kecut, biar
gak kendor, itu juga gak boleh terus-terusan, Kesan dalam bermitra yaitu senang, terpaksa
hari pertama aja. Klo di badan ya bedak lah,
dan merasa diabaikan.
klo udah abis obat ya beli jamu yang di jual-
jual kayak viatsing, teros klo buat hari-hari itu “klo sekarang kan memang udah disuruh
gula merah, jahe sama indok kunyit, bagus kayak gitu ya enak-enak aja, namanya juga
buat badan biar anget, teros luka-luka di kita kan yang pentng pasiennya, kita kan
dalamnya cepet sembuh (Partsipan 1)”. harus bersama, ya enak-enak ajalah
(Partsipan 7)”
Perawatan yang diberikan pada bayi hampir
sama sepert perawatan yang diberikan pada Harapan dalam kemitraan yaitu adanya
ibu, yaitu meliput massage dan personal penghargaan, pelathan berkala dan
hygiene yang berbeda adalah perawatan tali peraturan yang lebih fleksibel
pusat. Tarif perawatan yang diterima oleh “Mana nant juga kena denda, klo dulu kan
gak tau apa-apa enak aja, maen sikat aja. Klo
dukun bayi masih bersifat sukarela.
sekarang nant dibilang kayak gini kayak gini,
“Kita kan niatnya nolong, jadi klo ada yang teros didenda ini itu, kita pun jadi takot, grogi
kasi ya Alhamdulillah, klo nggak ya ikhlas. semua (Partsipan 7)”
Ada yang kasi 300 ribu, 400 ribu, ada yang
ngasi 100 ribu, ada juga yang cuma terima Partsipan mengharapkan agar bidan dapat
kasih aja. (Partsipan 3)”
lebih kooperatif dan bersikap lebih ramah.
“makanya dulu sama bidan yang itu bibik gak
Pengalaman dukun bayi dalam bermitra suka, kerjanya kasar, gak ada kelembutannya.
Klo sama yang laen-len itu ya enak, cuma
Pengalaman dalam bermitra tergambar sama dia ini aja yang gak enak. (Partsipan 1)”
melalui alasan tetap menjadi dukun bayi
setelah ada bidan desa, kesan yang dirasakan Pembahasan

saat bermitra dengan bidan desa dan


Regenerasi menurut kamus besar Bahasa
harapan mereka ke depan. Alasan tetap
Indonesia merupakan suatu pembaruan atau
menjadi dukun bayi karna rasa tanggung
peremajaan, proses menggant generasi yang
jawab dan waktu luang juga msih dibutuhkan
tua kepada yang muda (KBBI, 2015). Senada
oleh masyarakat.
dengan hasil penelitan ini, salah satu hasil
“sebenernya capek juga, rasanya mau
berhent aja, tapi kayakmana orang udah survey yang didapat oleh Itina (1997) tentang
minta tolong, kesian kan, bidannya jauh, karakteristk dukun bayi di 21 desa di wilayah
sayang juga lihatnya (partsipan 9)”
Nigeria Tenggara juga mengatakan bahwa
“ya ku jalani, lantaran orang-orang masih keterampilan untuk menolong persalinan
percaya, sampe ada yang bilang klo nenek
gak megang bayi lagi aku nggak mau punya didapatkan oleh dukun bayi dengan cara
anak (partsipan 4)” turun temurun dari ibu atau kerabat dekat
yang sebelumnya telah menjadi dukun bayi di Jawa Barat. Anggorodi mengatakan bahwa di
tengah masyarakat tersebut. daerah tersebut peran dukun bayi lebih
banyak terlihat pada masa post partum.
Hasil penelitan tentang sumber pengetahuan
dukun bayi memiliki kesamaan dengan hasil Sikap penolong persalinan mempengaruhi
penelitan yang dilakukan di wilayah kerja keputusan ibu dalam memilih penolong dan
Puskesmas Mranggen I, kabupaten Demak tempat persalinan. Sebuah penelitan
oleh Budiyono, Suparwat, Syamsulhuda & tentang harapan ibu bersalin yang dilakukan
Nikita (2012), dikatakan bahwa dukun bayi di di RSI Jemursari Surabaya, oleh Rachmadani
wilayah tersebut mendapatkan pengetahuan & Pudjirahardjo (2013), mengatakan bahwa
dalam menolong persalinan secara turun kriteria penolong persalinan yang diinginkan
temurun dari dukun bayi sebelumnya oleh mayoritas responden dalam penelitan
maupun pelatihan dari tempat pelayanan tersebut adalah penolong persalinan yang
kesehatan. Sementara penelitian yang sabar dan telit menghadapi pasien. Dari
dilakukan oleh Walsh (2006) di Guatemala penelitan ini, peelit menemukan bahwa
mengatakan dukun bayi di daerah tersebut dukun bayi memiliki kriteria penolong
memulai pekerjaan sebagai dukun bayi tanpa persalinan yang diinginkan oleh masyarakat.
dibekali pelathan formal maupun magang Selain itu, hasil penelitan yang dilakukan
dari dukun bayi sebelumnya. Pengetahuan didua desa di Burkina Faso oleh Some,
yang mereka miliki didaptkan dari mimpi Sombie & Meda (2011), mengatakan
yang diyakini sebagai pelajaran langsung dari beberapa faktor yang menjadi alasan
tuhan. mengapa para ibu lebih senang melahirkan di
rumah yaitu, kelahiran di rumah lebih cepat
Pemberi asuhan keperawatan komunitas dan lebih mudah, jarak yang jauh untuk
terkadang menghadapi kesulitan karna menuju pelayanan kesehatan, keuangan yang
pengaruh elemen-elemen di masyarakat tdak memadai, kepercayaan pada adat dan
yang tdak di fahami ataupun tidak budaya dan pelayanan yang buruk di fasilitas
diperkirakan sebelumnya (Anderson & kesehatan.
McFarlene, 2006). Peran dukun bayi di
Kecamatan Seruway hampir sama dengan Keperawatan secara budaya (culture care)
peran dukun bayi yang ditemukan oleh terbagi pada nilai-nilai keperawatan budaya
Anggorodi (2009) di Kabupaten Kendari dan yang dapat di pertahankan (culture care
preservation or maintenance), keperawatan persalinan dengan setng individu, keluarga
secara budaya yang bisa dipertahankan dan komunitas. Model ini melihat kopetensi
setelah dimodifikasi (culture care budaya sebagai proses akhir bagi petugas
accommodaton or negotaton)keperawatan kesehatan yang bekerja dengan melihat
secara budaya yang harus digant dengan kontek budaya. Komponen pembangun
cara yang lain (culture care repettering or dalam menerapkan model ini adalah
restructuring)(Leininger 2004, dikutip dari kesadaran budaya (cultural awareness),
Tomey & alligood, 2006). pengetahuan budaya (cultural knowledge),
keterampilan budaya (cultural skill),
Ditnjau dari keperawatan secara budaya, pertemuan budaya (cultural encounters) dan
penelitan ini menemukan bahwa perawatan minat terhadap budaya (cultural desire).
post partum yang diberikan oleh dukun bayi
di kecamatan Seruway terbagi pada tga Kompetensi budaya tergantung pada
jenis. Keperawatan budaya yang dapat perkembangan sikap diantara pemberi
dipertahankan (culture care preservation or perawatan kesehatan. Walaupun beberapa
maintenance) yaitu membacakan doa, mandi praktsi mungkin memahami bahasa, nilai-
wiladah, mandi nifas, mencukur rambut bayi. nilai, dan kebiasaan dari budaya lain, tugas
Keperawatan secara budaya yang bisa yang paling menantang adalah memahami
dipertahankan setelah dimodifikasi (culture dinamika perbedaan dalam memberikan
care accommodaton or negotaton) sepert bantuan dan mengadaptasikan keterampilan
kusok dan memberikan obat tradisional praktk agar sesuai dengan budaya setempat
(jamu), dimana perawatan ini sudah (Anderson & McFarlene, 2006).
dimodifikiasi hanya diberikan pada pasien-
pasien tertentu dan seizing dari petugas Kesimpulan
kesehatan. Sedangkan keperawatan secara
Dukun bayi merupakan salah satu tokoh
budaya yang harus digant dengan cara yang
masyarakat dengan peran ganda sebagai
lain (culture care repettering or
penolong persalinan yang dalam hal ini
restructuring)yaitu penggunaan tepung kanji
menjadi mitra bidan, tokoh adat dan bilal
pada pusat bayi dan pantangan makan.
mayat. Dukun bayi tetap bertahan menjalani
pekerjaannya karna masih dibutuhkan oleh
Bacote (2002), mengatakan model cultural
masyarakat, hal ini dikarenakan sikap sabar,
competence dapat digunakan oleh penolong
memotvasi dan menjaga privacy pasien.
yang ditunjukkan oleh dukun bayi, sehingga kabupaten Demak. Media Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 11 (1) .
membuat masyarakat menjadi lebih nyaman
Emzir. (2014). Metodelogi Penelitan
saat didampingi oleh dukun bayi.
Kualitatf Analisis Data. Yogyakarta:
Muha Medika.
Bagi instansi kesehatan diharapkan dapat Itina, S.M. (1997). Characteristc Of
menjadikan dukun bayi sebagai salah satu Traditonal birth attendants And Their
Beliefs And Practces In The ofot Clan,
kekuatan dalam pemberdayaan kesehatan Nigeria. Bulletn of the World health
komunitas, menetapkan peraturan yang lebih organization. 75 (6) 563-567.

fleksibel dan memantau proses regenerasi KBBI (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) kamus versi online/daring(dalam
yang dilakukan oleh dukun bayi. Sedangkan jaringan). diakses tanggal 25 Agustus
bagi dukun bayi agar dapat lebih terbuka 2015 dari http ://kbbi.web.id/
KEMENKES, R.I. (2014). Profil Kesehatan
dalam menerima ilmu pengetahuan yang
Indonesia tahun 2013. Jakarta:
baru, juga mau terus mengembangkan Kementrian Kesehatah Republik
Indonesia.
pengetahuan tentang merawat ibu
Manuaba, I.G. (1998). Ilmu Kebidanan,
postpartum yang sesuai dengan prinsip
Penyakit Kandungan dan keluarga
kesehatan. Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta: EGC.
Rachmadani, A.W & Pudjirahardjo, W.J
Referensi (2013). Rancangan upaya peningkatan
capaian target jumlah persalinan
berdasarkan harapan dan realita ibu
Anggorodi, R (2009). Dukun Bayi Dalam
bersalin. Jurnal administrasi kesehatan
Persalinan Oleh Masyarakat Indonesia.
Indonesia. 1 (2).
Makara Kesehatan, 13 (1) : 9-149.
Anderson, E.T & McFarlene, J. (2006). Buku Some, T.D, Sombie, I & Meda, N (2011).
ajar keperawatan komunitas teori dan Women’s perception of homebirths in
praktik ed-3. (Yudha, E.K, Terjemahan). two rural medical districs in Burkina
Jakarta: EGC. Faso: a qualitative study. Reproductive
Health. 8 (3) .
Bacote, J.C. (2012). The process of Cultural
Competence in the Delivery of Titaley, C.R, Hunter, C.L, Dibley, M.J &
Healthcare Services: A Model of Care. Heywood. P (2010). Why di Some
Journal of transcultural Nursing. 13 (3) women Stll Prefer Traditional birth
181-184 Attendants and Home delivery ?: A
Qualitative Study on Delivery Care
BPS Aceh Tamiang. (2013). Statistk daerah
service in West Java Province,
Seruway. Aceh Tamiang: BPS
Indonesia. BMC Pregnancy and
Budiyono, Suparwati, A, Syamsulhuda, B.M, Childbirth. 10-43.
Nikita, A (2012). Kemitraan Bidan dan
Dukun dalam menurunkan angka
kematan ibu di Puskesmas Mranggen I
Tomey, A.N & Alligood, M.R. (2006). Nursing
th
Theoriest and their work 6 -ed. St.
Louis: Mosby Elsevier, Inc.
Walsh, L.V. (2006). Beliefs and rituals in
traditonal birth attendant practce in
guatemala. Journal of transcultural
Nursing. 17 (2) 148-154.
WHO (2014). Media center; Maternal
Mortality. diakses tanggal 2 Februari
2015 dari http://www.who.int/gho/
maternal_health/en/.

Anda mungkin juga menyukai