Anda di halaman 1dari 51

TUGAS AKHIR MODUL PPKn

Soal No. 1

Pada Kurikulum 2013 mapel. PPKn Kelas VI, silahkan Bapak/Ibu


mengembangkan materi, metode, model, pendekatan media dan evaluasi
pada KD 3.4: “Menelaah persatuan dan kesatuan berbangsa dan
bernegara beserta dampaknya”, dengan memperhatikan konsep dasar
PPKn !

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : MI BAITUL HAMDI


Kelas / Semester : VI (enam) / I (satu)
Tema : 2. Persatuan dalam Perbedaan
Subtema : 1. Rukun dalam perbedaan
Muatan Terpadu : PPKn dan SBdP
Alokasi Waktu : 1 x pertemuan (6 x 35 menit)

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya, serta cinta tanah
air.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, serta benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan Menunjukkan keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif,
kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis
dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

B. Kompetensi Dasar

PPKn
1.4 Mensyukuri persatuan dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
beserta dampaknya.
2.4 Menampilkan sikap tanggung jawab terhadap penerapan nilai persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.4 Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara
beserta dampaknya.
4.4 Menyajikan hasil telaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara beserta dampaknya.

SBdP
3.3 Memahami penampilan tari kreasi daerah.
3.4 Menampilkan tari kreasi daerah.
C. Indikator

PPKn
3.4.1 Menyebutkan manfaat persatuan dalam kehidupan melalui diagram.
4.4.1 Menuliskan contoh tentang pengalaman hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari dan
manfaatnya sebagai wujud semangat persatuan.

SBdP
3.3.1 Menyebutkan pola lantai tariannya.
4.3.1 Mempraktikkan pola lantai tarian dari salah satu tarian daerah yang dipilih.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati gambar dan membaca cerita tentang persatuan dalam
perbedaan, peserta didik mampu menyebutkan manfaat persatuan dalam
kehidupan melalui diagram dengan benar.
2. Setelah berdiskusi, peserta didik mampu menuliskan contoh tentang
pengalaman hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya sebagai
wujud semangat persatuan.
3. Setelah berdiskusi tentang pola lantai berbagai tarian daerah, peserta didik
mampu menyebutkan pola lantai tariannya dengan benar.
4. Setelah berdiskusi, peserta didik mampu mempraktikkan pola lantai tarian dari
salah satu tarian daerah yang dipilih dengan benar.

E. Materi Pembelajaran

- Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia (Terlampir)

F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Penugasan, tanya jawab, diskusi, ceramah, dan percobaan.

G. Media/Alat
- Teks tentang Tari Lego-lego
- Musik Tarian
- Teks bacaan tentang persatuan dalam perbedaan.

H. Sumber Pembelajaran
 Buku Pedoman Guru Tema : Persatuan Dalam Perbedaan Kelas 6 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
 Buku Siswa Tema : Persatuan Dalam Perbedaan Kelas 6 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
I. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar dan 30 Menit
mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh salah
seorang siswa. Siswa yang diminta memimpin membaca
do’a adalah siswa yang hari itu datang paling awal
(religius dan integritas).
3. Siswa diingatkan untuk selalu mengutamakan sikap
disiplin setiap saat dan manfaatnya bagi tercapainya
cita–cita.
4. Menyanyikan lagu Indonesia Raya atau salah satu lagu
wajib nasional.
5. Guru memberikan penguatan tentang pentingnya
menanamkan semangat nasionalisme.
6. Siswa diminta untuk memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
7. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan,
manfaat dan aktivitas pembelajaran yang akan
dilakukan.
8. Siswa menyimak penjelasan guru tentang pentingnya
sikap disiplin, kerjasama, dan mandiri yang
akan dikembangkan dalam pembelajaran.
9. Pembiasaan membaca/ menulis/ mendengarkan/
berbicara selama 15-20 menit materi non pelajaran
seperti satu tokoh dunia, kesehatan, kebersihan,
makanan/minuman sehat , cerita inspirasi dan motivasi.
10. Setelah membaca guru menjelaskan tujuan kegiatan
literasi dan mengajak siswa mendiskusikan
pertanyaan- pertanyaan berikut:
- Apa judul bacaan?
- Apa yang tergambar pada isi bacaan?
- Pernahkan kamu baca seperti ini?
- Apa manfaatnya bacaan tersebut
(Critical Thinking and Problem Solving)
11. Siswa menyimak arahan guru tentang pentingnya sikap
syukur, santun, percaya diri.
12. Mengulas sedikit materi yang telah disampaikan
hari sebelumnya
13. Guru mengulas tugas belajar dirumah bersama
orangtua yang telah dilakukan. (Mandiri)
14. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Kegiatan Inti 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru meminta siswa 165 Menit
untuk memperhatikan kelas dan merapikan
barang- barang yang ada. (Mandiri)
2. Guru kemudian mengajak siswa untuk curah pendapat:
‘Apa yang terjadi apabila pekerjaan tadi dilakukan
sendiri?’ ‘Apa manfaatnya bersatu dalam bekerja?’
‘Apa yang harus diperhatikan saat bekerja bersama?’
(Critical Thinking and Problem Solving)
3. Guru memimpin curah pendapat dan menyampaikan
kepada siswa bahwa hari ini mereka akan belajar
tentang bagaimana hidup rukun dengan semangat
persatuan. (Communication)
Ayo Mengamati
4. Siswa mengamati gambar dan melanjutkannya dengan
membaca teks dalam hati. Guru memberi waktu
sekitar 3 menit. (Media Literacy)

5. Siswa kemudian membuat pertanyaan terkait bacaan


dan gambar.
6. Mereka mendiskusikan pertanyaan dengan teman di
sebelahnya.
7. Guru berkeliling untuk memastikan bahwa setiap siswa
ikut aktif berpartisipasi.
8. Siswa kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan
mengisi kolom yang ada pada buku pelajaran. Guru
meminta satu atau dua siswa untuk menyampaikan
hasilnya dan memberi kesempatan kepada siswa lain
untuk memberikan masukan atau mengajukan
pertanyaan.
9. Siswa menulis pengalamannya tentang hidup rukun
dalam persatuan pada tempat yang disediakan. Siswa
saling berbagi tulisannya kepada teman di kelompoknya
dan guru meminta satu orang perwakilan untuk
membacakannya dan memberi masukan. (Critical
Thinking and Problem Solving).
10. Produk dinilai dengan menggunakan daftar periksa
yang disosialisasikan sebelumnya.
Ayo Berkreasi
11. Siswa melanjutkan kegiatan dengan membaca teks
tentang tari Lego-Lego. Guru kemudian mengajukan
pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa.
(Basic Literacy)
12. Siswa mendiskusikan tentang tarian Lego-Lego dan
guru kemudian membahasnya bersama.
13. Guru memberi penguatan tentang pola lantai tari.
“Seorang penari harus memperhatikan perpindahan,
pergerakan dan pergeseran posisi saat menari. Pola
lantai adalah pola denah yang harus dikuasai oleh
seorang penari dan berfungsi untuk membuat posisi
dalam sebuah ruang gerak”.
14. Siswa kemudian membaca teks tentang pola lantai tari
daerah. (Basic Literacy)

15. Secara individu, siswa menuliskan contoh tari daerah


dan pola lantai tariannya. Guru mendiskusikan
jawabannya secara klasikal. Guru meminta salah
seorang dari siswa untuk mempresentasikan
hasilnya. (Creativity and Innovation)
16. Siswa lain bisa memberikan komentar atau
mempertanyakan isi dari yang dipresentasikan.
(Communication)
17. Bersama teman kelompoknya, siswa kemudian
mempraktikkan salah satu pola lantai tarian yang
dipilihnya dan setiap siswa menuliskan langkah pola
lantai dan menggambarnya.
18. Di akhir kegiatan, guru bersama siswa mendiskusikan
kembali tentang pola lantai tari daerah.
19. Guru mencatat gerakan pola lantai dengan
menggunakan catatan anekdot.
Penutup 1. Siswa bersama guru melakukan refleksi : 15 Menit
a. Materi apa saja yang telah dipahami?
b. Materi apa saja yang belum dipahami?
c. Adakah hal-hal yang ingin diketahui oleh
siswa lebih lanjut?
d. Bagaimana perasaan selama
pembelajaran berlangsung?
2. Siswa menyimak penguatan materi yang disampaikan
guru.
3. Bersama siswa, guru menyimpulkan kegiatan
pembelajaran. Termasuk menekankan sikap berdoa,
teliti, percaya diri, dan kerjasama.
4. Siswa menyimak cerita motivasi tentang
pentingnya sikap disiplin, kerjasama, dan syukur.
5. Siswa menyanyikan salah satu lagu daerah.
6. Siswa melakukan operasi semut untuk
menjaga kebersihan kelas.
7. Kelas ditutup dengan do’a bersama dipimpin
salah seorang siswa.

H. Penilaian
Teknik Penilaian (Terlampir)
1. Penilaian Sikap : Santun, peduli, dan tanggung jawab
2. Penilaian keterampilan : Unjuk kerja
3. Penilaian Pengetahuan : Tes tertulis

Mengetahui Bone, 2019


Kepala Madrasah Guru Kelas VI

Muh. Said, S.Pd.I Haedar, S.Pd


Lampiran 1
MATERI PEMBELAJARAN

Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu pasti membutuhkan
orang lain. Seperti kita tahu, manusia jelas tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya
sendiri, untuk itu sesama manusia hendaknya saling rukun agar bisa melengkapi satu sama lain.
Kerukunan tersebut bisa tercermin dari kekompakan sesama manusia dalam
menjaga persatuan dan kesatuan dalam berbagai aspek.
Supaya lebih jelas kita bisa mulai mempelajarinya dari pengertian persatuan dan
kesatuan itu sendiri.

Pengertian Persatuan dan Kesatuan

Ilustrasi Pengertian Persatuan dan Kesatuan

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih
luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan adat
istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu
persatuan dan kesatuan sangat erat hubungannya.
Makna Persatuan dan Kesatuan

persatuan dan kesatuan memiliki makna yang penting dalam hidup kita. via : Siddhant Soni
Tahukah kalian?
Setiap sesuatu yang berharga pasti punya makna. Persatuan dan kesatuan adalah hal penting
yang harus dimiliki setiap bangsa. Makna pokok tersebut antara lain, yaitu :
1. Menjaga rasa persatuan dan kesatuan dengan menjalin rasa kebersamaan dan
saling melengkapi.
2. Menjalin toleransi dan rasa kemanusiaan dengan hidup berdampingan secara harmonis
3. Menjalin rasa kekeluargaan,persahabatan,saling tolong-menolong, dan rasa nasionalisme.

Nilai Persatuan dan Kesatuan

musyawarah dalam diskusi jadi salah satu nilai penting lho

Ketika sudah dapat memaknai apa itu persatuan dan kesatuan, kita juga harus bisa
memahami nilai- nilai yang terdapat dalam sebuah persatuan dan kesatuan.
Nilai-nilai itu adalah :
1. Mempertahankan persatuan dan kesatuan wilayah NKRI
2. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika
3. Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif
4. Toleransi
5. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
6. Menerapkan rasa kekeluargaan
7. Musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan
8. Bersikap adil
Prinsip Persatuan dan Kesatuan

yuk pahami Prinsip Persatuan dan Kesatuan

Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa terdapat beberapa prinsip yang
menjadi pondasinya. Ada 5 prinsip penting, agar lebih jelas kita akan bahas satu persatu dari :
1. Prinsip Bhinneka Tunggal
Menjiwai arti Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap
satu jua”.
Dengan beragam kebudayaan,ras, dan agama di Indonesia kita diwajibkan bersatu dalam
satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
Merupakan rasa cinta dan kesetiaan terhadap bangsa Indonesia. Nasionalisme merupakan
sikap politik dari masyarakat yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama.
Namun hal tersebut tidak membuat bangsa Indonesia merasa unggul dan menganggap
rendah bangsa lain, karena itu dapat menodai sila yang terkandung dalam Pancasila.
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Maksudnya adalah setiap orang diberi hak untuk memenuhi kemauannya asal tidak
menyalahi Hak Asasi Manusia.
Jika sampai melanggar dan merugikan orang lain, akan diberikan sanksi berdasarkan
perbuatannya.
4. Prinsip Wawasan Nusantara
Pengertian Wawasan Nusantara sendiri berupa cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
tentang diri dan bentuk geografis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wawasan Nusantara dilaksanakan guna memenuhi tujuan nasional. Memiliki fungsi
sebagai pedoman, motivasi, dan rambu-rambu dalam menentukan keputusan untuk
menyelenggarakan negara.
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Sebagai warga negara kita harus bisa mengisi kemerdekaan dengan baik. Caranya dengan
melakukan pembangunan dengan dilandasi rasa persatuan.

Contoh Persatuan dan Kesatuan

Menolong Sesama ialah salah satu contoh persatuan dan kesatuan


Setelah mengetahui berbagai prinsip yang memperkuat persatuan dan kesatuan, kita harus bisa
menerapkannya dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan rasa persatuan dan
kesatuan.
Beberapa contoh sikap persatuan dan kesatuan, antara lain :
1. Saling menghargai dan menyayangi antar sesama anggota keluarga
2. Selalu bertutur kata sopan.
3. Menjaga kerukunan dengan semua anggota keluarga.
4. Tidak memaksakan kehendak orang lain.
5. Membantu anggota keluarga apabila mengalami kesulitan.

Faktor Penghambat

ketimpangan dan ketidak adilan memicu demo


Selain menerapkan sikap persatuan dan kesatuan, sebagai warga negara yang baik kita
perlu mengetahui bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu luas.
Kebudayaan yang ada di dalamnya juga majemuk.
Untuk itu kita sebagai warga negara wajib mewaspadai faktor penghambat dalam
mempererat persatuan dan kesatuan. Beberapa faktor tersebut antara lain, yaitu :
1. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam (heterogen)
Penduduk Indonesia yang beraneka ragam dapat menjadi hambatan dalam membangun
persatuan dan kesatuan.
Namun untuk mengatasi hal tersebut sebagai warga Indonesia yang baik kita sepatutnya
dapat mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati antar agama, suku, ras,
maupun antar golongan.
Perbedaan yang ada harus kita jadikan alasan untuk bersatu, bukan menjadikannya
peluang untuk munculnya perpecahan.
2. Kurangnya kesadaran akan gangguan dari luar
Gangguan dari luar ini bisa berbagai bentuk, salah satu contohnya ialah suatu daerah
yang berbatasan langsung dengan negara lain dan lebih memilih menggunakan mata
uang yang nilainya lebih besar sebagai alat transaksinya daripada rupiah.
Adapun daerah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan memilih utnuk
menyebrang ke negara tetangga dalam melakukan aktivitas kehidupan.
3. Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan yang merongrong NKRI
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tentu mendapatkan ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan yang menginginkan perpecahan NKRI.
Oleh karena itu, kita harus selalu mewaspadai berbagai faktor yang kemungkinan
muncul guna menjaga keutuhan NKRI.
4. Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan
Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan akan menimbulkan berbagai rasa
ketidakpuasan yang menyebabkan timbulnya masalah SARA, gerakan separatis, serta
demonstrasi.
5. Paham Etnosentrisme
Merupakan paham dimana berbagai suku bangsa menonjolkan kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.

Lampiran 2
Penilaian Sikap
Perubanan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
No Nama Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ...................

2 ...................

3 ……………..
……………..
4
……………..
5

Dst ……………..

Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4

Penilaian
1. PPKn
Produk siswa dinilai dengan daftar periksa

2. SBdP
Catatan pengamatan keterampilan praktik pola lantai.

3. Catatan pengamatan sikap (Peduli)


(Contoh terlampir di lampiran pada Buku Guru).

Kerja Sama dengan Orang Tua


▪ Siswa diminta untuk memperhatikan lingkungan. Adakah sikap baik yang bisa
mereka contoh dari penerapan hidup rukun dalam perbedaan?
Siswa menyampaikan hasilnya kepada guru.
TUGAS AKHIR MODUL PPKn
Soal No. 2
Buatlah kajian tentang “Peran tokoh-tokoh Islam dalam perumusan Pancasila!”

Peran tokoh-tokoh Islam dalam perumusan Pancasila


Ketika kekuatan Jepang melemah dalam menghadapi sekutu dalam perang dunia ke II,
maka jepang menjajikan kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu yang dekat, sehingga
Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosokai dalam bahasa Jepang. Dalam BPUPKI ini dikaji masalah-
masalah dasar negara, kabinet, dan parlemen. Dan dalam BPUPKI ini pula terjadi perdebatan
ideologis mengenai dasar negara. Para pengusung Islam sebagai dasar negara berhadapan
dengan golongan nasionalis sekuler dan kelompok kebudayaan Jawa yang berasal dari jawa
tengah, termasuk dua kerajaan, yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Namun kemudian, kelompok
kebudayaan Jawa ini memilih untuk bergabung dengan kelompok nasionalis netral agama.
Tokoh-tokoh yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara antara lain K.H.A. Sanusi, Ki
Bagus Hadikusumo, K.H. Ms Mansur, K.H.A. Wachid Hasyim, Moh, Natsir, sukiman
Wirdjosandjojo, dan haji Agus Salim. Sedangkan tokoh-tokoh pendukung nasionalis sekuler
adalah soekarno, Mohammad Hatta, Radjiman Widiodinigrat, Mohamad Yamin, soepomo, dan
Wongsonegoro.

Golongan Islam menginginkan indonesia menjadi negara islam, sedangkan golongan


nasionalis mengusulkan negara kesatuan nasional karena masalah negara harus dipisahkan dari
masalah agama. Untuk itu Soekarno mengusulkan lima prinsip pkok yang belakangan kemudian
di kenal sebagai pancasila. Lima prinsip tersebut yaitu kebngasaan ( nasionalisme),
internasionalisme atau perikemanusiaan, musyawarah atau demokrasi, kesejahtraan sosial dan
ketuhanan.

Untuk menjembatani aspirasi dari kedua golongan tersebut, kemudian di bentuk panitia
kecil yang di kenal dengan panitia sembilan yang terdiri dari Abikusno Tjokrosujoso, A. Kahar
Muzakkir, Agus Salim, Achmad Wahid Hasyim yang mewakili golongan Islam, Soekarno,
Muhammad Yamin, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo yang mewakili golongan nasionalis
netral agama, serta A.A. Maramis dari golongan kristen. Panitia ini kemudian menyusun naskah
pembukaan UUD yang merupakan kompromi antara golongan Islam dan nasionalis sekuler,
yang kemudian di kenal dengan nama piagam Jakarta ( Jakarta charter ) di mana di dalam sila
pertamanya berbunyi “ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.” Kesepakatan ini di capai melalui sidang pada tanggal 22 Juni 1945. A.A.Maramis
sebagai wakil dari Kristen, kepada Abikusno dan Kahar Muzakkir menyatakan persetujuannya.
“Saya setuju 200 %,” kata Maramis.

Namun, kesepakatan ini mentah kembali karena ada keberatan dari pihak kristen di
bagian timur Indonesia. Mereka akan mengundurkan diri dari negara kesatuan republik
indonesia yang akan diproklamasikan, apabila tujuh kata dalam piagam Jakarta tetap
dipertahankan. Hal ini mencuat dalam sidang panitia Undang-undang dasar pada 11 Juli 1945.
Kelompok kristen dari indonesia timur yang di wakili oleh Latuharhary menyatakan
keberatannya dengan ungkapan “dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya.” Ia menyatakan bahwa hal demikian dapat menimbulkan akibat besar bagi
penganut agama minoritas dan menimbulkan masalah-masalah dengan hukum adat. Keberatan
itu kemudian di jawab oleh Agus Salim. Ia menyatakan bahwa penganut agama selain Islam
akan dapat menjalankan agamanya sesuai dengan kepercayaan mereka dan tidak perlu
khawatir dengan mayoritas Islam, dan masalah hukum adat dan hukum Islam adalah masalah
lama yang pada umumnya sudah dapat di selesaikan. Melihat perdebatan itu, kemudian
Soekarno sebagai pimpinan menyatakan bahwa kesepakatan ini sudah merupakan jalan tengah
yang sudah di capai dengan susah payah, dan jangan lagi di utak-atik.

Namun, kesepakatan tersebut di hapus. Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara
proklamasi kemerdekaan, datang beberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur.
Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut: Sam Ratulangi wakil dari Sulawesi, Tadjoedin
Noor dan Ir. Pangeran Noor wakil dari Kalimantan, I Gusti Ketut Pudja wakil dari Nusa Tenggara
Latu Harhary wakil dari Maluku. Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat
tentang bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama
Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Pada tanggal 18 Agustus 1945. Pagi hari sebelum rapat PPKI di
mulai, Hatta mengundang 4 orang panitia yang di anggap mewakili umat Islam. Mereka adalah
Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Mohammad Hasan.
Kepada mereka Hatta mengatakan bahwa rakyat Kristen di Indonesia timur akan menolak
masuk ke dalam pangkuan NKRI jika rumusan piagam Jakarta masuk dalam konstitusi. Hatta
menyarankan agar kata-kata yang ada dalam sila pertama di ganti dengan ketuhanan Yang
Maha Esa. Dari dialog dengan Hatta ini kemudian, tokoh-tokoh islam tersebut menerima saran
Hatta.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan mereka setuju dengan saran hatta, yaitu :
1. Hatta adalah tokoh yang memiliki moralitas dan kejujuran yang tidak terbantahkan. Bagi
mereka tidak mungkin Hatta membohongi mereka.
2. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia dalam kondisi yang kritis, dalam artian kemerdekaan
Indonesia harus dipertahankan mati-matian. Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan
seluruh komponen bangsa adalah syarat mutlak untuk mempertahankan kemerdekaan.
Wakil Islam menyadari bahwa kalau mereka bersikukuh mempertahankan pendirian
mereka, tidak mustahil persatuan akan hancur dan penjajakah akan datang kembali ke
Indonesia.
3. Setelah proklamasi kemerdekaan, wakil-wakil Islam berharap akan memperjuangkan
kembali cita-cita mereka di lembaga konstitusional.

Tetapi, sebelum ada kesepakatan, Ki Bagus Hadikusumo, merupakan wakil Islam yang
gigih mempertahankan piagam Jakarta. Kasman Singodimedjo yang sesama Muhammadiyah
melakukan pendekatan secara personal kepada Ki Bagus. Dalam memoirnya yang berjudul
Hidup Adalah Perjuangan, Kasman menceritakan aksinya melobi Ki Bagus. Dengan bahasa Jawa
yang sangat halus, ia mengatakan kepada Ki Bagus:

“Kiai, kemarin proklamasi kemerdekaan Indonesia telah terjadi. Hari ini harus cepat-cepat
ditetapkan Undang-Undang Dasar sebagai dasar kita bernegara, dan masih harus
ditetapkan siapa presiden dan lain sebagainya untuk melancarkan perputaran roda
pemerintahan. Kalau bangsa Indonesia, terutama pemimpin-pemimpinnya cekcok, lantas
bagaimana?! Kiai, sekarang ini bangsa Indonesia kejepit di antara yang tongol-tongol dan
yang tingil-tingil. Yang tongol-tongol ialah balatentara Dai Nippon yang masih berada di
bumi Indonesia dengan persenjataan modern. Adapun yang tingil-tingil (yang mau masuk
kembali ke Indonesia, pen) adalah sekutu termasuk di dalamnya Belanda, yaitu dengan
persenjataan yang modern juga. Jika kita cekcok, kita pasti akan konyol. Kiai, di dalam
rancangan Undang-undang Dasar yang sedang kita musyawarahkan hari ini tercantum satu
pasal yang menyatakan bahwa 6 bulan lagi nanti kita dapat adakan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, justru untuk membuat Undang-Undang Dasar yang sempurna.
Rancangan yang sekarang ini adalah rancangan Undang-undang Dasar darurat. Belum ada
waktu untuk membikin yang sempurna atau memuaskan semua pihak, apalagi di dalam
kondisi kejepit! Kiai, tidakkah bijaksanaan jikalau kita sekarang sebagai umat Islam yang
mayoritas ini sementara mengalah, yakni menghapus tujuh kata termaksud demi
kemenangan cita-cita kita bersama, yakni tercapainya Indonesia Merdeka sebagai negara
yang berdaulat, adil, makmur, tenang tenteram, diridhai Allah SWT.”(Hidup Adalah
Perjuangan, 75 Tahun Kasman Singodimejo, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1982 )

Akhirnya, dalam hitungan kurang dari 15 menit, seperti diceritakan Hatta dalam
bukunya, Sekitar Proklamasi, tujuh kata dalam Piagam Jakarta dihapuskan. Menyikapi
penghapusan ini, Ketua Umum Masyumi, Prawoto Mangkusasmito dengan sedih mengatakan,
“Piagam Jakarta yang didapat dengan susah payah, memeras otak dan tenaga berhari-hari oleh
tokoh-tokoh terkemuka, pada rapat PPKI 18 Agustus 1945 dalam beberapa menit saja dapat
diubah. Kekuatan apakah yang mendorong dari belakang hingga perubahan itu terjadi?” Selain
Prawoto, tokoh Masyumi lainnya seperti Mohammad Natsir mengatakan, peristiwa 18 Agustus
1945 adalah peristiwa sejarah yang tak dapat dilupakan. “Menyambut Proklamasi 17 Agustus
kita bertahmid. Menyambut hari besoknya, tanggal 18 Agustus, kita beristighfar. Insya Allah
umat Islam tidak akan lupa.” kata Natsir. Dengan di hapusnya tujuh kata dalam piagam Jakarta,
maka dapat dikatakan bahwa umat islam mengalami kegagalan dalam perjuangan mereka
menjadikan Islam integral dalam kehidupan berbangsa. Meskipun pada awalnya, syariat Islam
sempat menjadi acuan dalam kehidupan bernegara, umat Islam harus rela mengorbankan
keinginan mereka dan menerima rumusan yang lain, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan
akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia.
TUGAS AKHIR MODUL PPKn
Soal No. 3

Urutan logis sila-sila Pancasila tidak boleh digeser pindahkan. Jelaskan


alasannya!

Pancasila sebagai suatu dasar negara adalah terdiri dari lima sila-sila, tetapi sila-sila tersebut
saling ada hubungannya satu dengan lainnya secara keseluruhan, tidak ada satupun sila yang
terpisah satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dapat diistilahkan “Eka Pancasila”, lima sila
dalam satu kesatuan yang utuh. Ditinjau dari susunan Pancasila yaitu :

A. Pancasila Bersifat Organis


Rumusan sistem organis memiliki makna bahwa antarsila di dalam Pancasila memiliki
fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan keterkaitan seperti hakikat tubuh
manusia monopluralis. Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan yang
logis keberdaan unsur-unsur yang terkandung dalam pancasila terdiri dari lima dasar yang
mencakup segala aspek dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Berikut dibawah ini inti dari sila pertama sampai sila kelima.
• Sila Pertama Yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini ditempatkan paling pertama karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu
asalnya dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tuhan nama lain dalam filsafat disebut
dengan causa prima artinya sebab yang disebabkan oleh segala sesuatu.
• Sila Kedua Yaitu Kemanusiaan Yang Adil Dan beradab
Sila ini ditempatkan kedua setelah sila pertama karena yang akan mencapai tujuan dan
nilai-nilai yang didambakan oleh negara adalah manusianya. Apabila manusianya hidup
rukun, kreatif dan bertanggung jawab maka negara Indonesia akan mencapai tujuan dan
keinginan yang didambakan.
• Sila Ketiga Yaitu Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini kaitanya eratnya dengan nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak
mempergunakan awalan (ke) dan akhiran (an), tetapi awalan (per) dan akhiran (an),
dimaksudkan ada dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau nasionalisme
Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, agama, bahasa, tetapi
dilatar belakangi oleh sejarah (historis) dan etika (etis). Oleh karena itu persatuan Indonesia,
bukan sesuatu yang terbentuk sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. Persatuan
Indonesia merupakan sesuatu yang selalu harus diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan,
dan diupayakan secara terus-menerus. Semangat persatuan atau nasionalisme Indonesia
harus selalu dipompa, sehingga semakin hari semakin kuat.
• Sila Keempat Yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Sila Keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh oleh rakyat indonesia dalam
membebaskan dari penjajahan dan memerdekakan agar diakui suatu negara yang berdaulat
dan memiliki undang-undang. Dalam sila keempat ini dijelaskan juga bahwa bangsa
indonesia sejak jaman penjajahan selalu melakukan permusyawaratan bila akan melawan
atau mempertahankan daerah bangsa indoensia dari para penjajah dan dari dulu segala
sesuatu peraturan yang menyangkut soal rakyat indonesia pasti di tangani oleh pemerintah.
• Sila kelima Yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Bangsa Indonesia.
Sila Kelima merupakan sila terakhir karena sila ini merupakan untuk selalu menggambarkan
dalam bertindak supaya bersikap adil kepada setiap warga negara indonesia, tanpa
membedakan status sosial, suku, ras, dan bahasa sehingga tujuan dari bangsa Indonesia
akan tercapai dengan keikiutan serta semua rakya bangsa indonesia dalam mewujudkan
suatu negara yang adil dalam segi hal.
Oleh karena itu dari setiap masing-masing sila-sila mempunyai makna dan peran sendiri-
sendiri. Semua sila berada dalam keseimbangan dan berperan dengan bobot yang sama.

B. Pancasila Bersifat Hierarkis Dan Berbentuk Piramidal


Dalam susunan pancasila banyak orang yang menilai pancasila berbentuk dalam hierarkis
atau berjenjang yang menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari pancasila dalam
urut-urutan (kuantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kualialitas). Kalau dilihat dari
intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian dalam luasnya dan isi sifatnya,
merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Jika urut-urutan lima sila dianggap
mempunyai maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungan yang mengikat yang
kepada yang lain sehingga pancasila merupkan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat.
Andai kata urut-urutan itu dipandang sebagi tidak mutlak. Diantara satu sila dengan sila
lainnya tidak ada sangkut-pautnya, maka pancasila itu menjadi terpecah-pecah, oleh karena
itu tidak dapat dipergunakan sebagai suatu asas kerohanian bagi Negara.

Pengertian hierarkis pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan


hierarkis/berjenjang sila-sila pancasila, baik dalam kesatuan sila-sila pancasila juga dapat
dijelaskan dengan mengacu pada system filsafat yang terdiri dari 3 landasan, yaitu
antologis, epistemologis, dan aksiologis.
➢ Landasan antologis berarti mengakui adanya suatu hal yang merupakan sebab dari
adanya suatu hal yang merupakan sebab dari adanya sesuatu yang lain dan merupakan
tempat kembali dari sesuatu yang lain tersebut. Sila 1 sebagai landasan ontologis tidak
langsung berarti bahwa Tuhan menjadi penyebab tidak langsung adanya pancasila.
Sedangkan sila ke 2 merupakan landasan ontologis langsung karena manusia menjadi
penyebab langsung adanya pancasila. Artinya pancasila ada itu karena adanya manusia
Indonesia yang merenungkan, merumuskan, dan menjadikan sila-sila pancasila sebagai
dasar negaranya.
➢ Landasan epistemologis adalah suatu cara,metode, strategi, dan norma agar sesuatu
yang lain dapat kembali pada sebabnya. Sila ke 3 persatuan dan sila ke 4 yang memiliki
substansi asas demokrasi yang merupakan landasan epistemology bangsa Indonesia.
➢ Landasan aksiologis dalam pancasila menunjukan bahwa tujuan bangsa indonesia
selalu diliputi oleh nilai-nilai, baik nilai-nilai religious seperti tersimpul dalam sila
pertama maupun nilai-nilai etis dan estetis, seperti yang ditunujukkan dalam sila ke 2, ke
3, ke 4 dan ke 5. Artinya sila-sila pancasila mengandung muatan nilai-nilai luhur yang
menjadi acuan dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila, dapat digambarkan dalam bentuk diagram


yang disebut dengan diagram hierarkis-piramidal Pancasila. Diagram hierarkis-piramidal
Pancasila menunjukkan keterkaitan antar sila-sila pancasila.

Pancasila yang terdiri dari 5 sila itu saling berkaitan yang tak dapat dipisahkan:
➢ Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai isi sila 2, 3, 4, dan 5, artinya dalam
segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai
nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.
➢ Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang dijiwai sila ke-1 dan isinya meliputi sila
3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal yang berkaitan
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara ini
mempunyai peraturan yang menjunung tinggi harkat dan martabat manusia.
➢ Sila ketiga Persatuan Indonesia yang dijiwai sila 1, 2 dan menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila
ini mempunyai makna manusia sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan
negara Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan
maupun beragama yang berbeda.
➢ Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan dijiwai sila 1, 2, 3 dan menjiwai isi dari sila ke-5. Sila ini
menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada karena rakyat maka dari itu rakyat berhak
mengatur kemana jalannya negara ini.
➢ Sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu dijiwai oleh isi dari sila 1, 2, 3,
dan 4. Sila ini mengandung makna yang harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi
rakyat Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada.

C. Pancasila Sebagai Sebuah Sistem Lengkap


Pancasila sebagai sebuah sistem lengkap,yang terdiri dari input-proses-output.
Cara pandang ini mengadopsi prinsip ISO: bahwa suatu sistemharus mempunyai standart
yang jelas dan terukur, dan mempunyai mekanisme ContinuousImprovement. Maka kira-
kira seperti ini gambar sistem Pancasila:

1. Input dan Output


Sebagaimana sistem di ISO, maka input dan output harus didefinisikan dengan jelas
spesifikasiteknisnya dan harus terukur. Tanpa input yang baik tidak mungkin didapatkan
output yang baik.

Sebagai input adalah Sila 1, karena Sila 1 bersifat asasi dan menjadi jiwa bagi seluruh
sila lainnya. Bagi Pancasila, Sila 1 hanya menjadi input, dan bukan menjadi proses.
Karena proses berketuhanan adalah wilayah dari agama. Ruang lingkup agama adalah
mencakup seluruh kehidupan manusia lahir batin dunia akhirat, sedangkan Pancasila
adalah khusus dimaksudkan untuk membentuk kehidupan bernegara.
Sedangkan output adalah Sila 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Negara
akan dianggap gagal apabila output ini tidak tercapai. Pilihan Keadilan sebagai output
adalah sangat tepat, sesuai dengan urutannya: adil, makmur, sentosa (sejahtera).
Ketidakadilan jauh lebih berat ditanggung dibandingkan ketidak makmuran. Apabila
keadilan sudah ditegakkan, maka kemakmuran dan kesejahteraan akan menyusul.
Tetapi jika kemakmuran yang didahulukan, maka keadilan belum tentu akan tercapai.

2. Proses
Sila 2, 3, dan 4 adalah proses di sistem Pancasila. Sebagaimana sistem di ISO, maka
parameter-parameter proses harus didefinisikan dengan jelas dan terukur, agar proses
dapat dikendalikan dengan baik sehingga dapat menghasilkan output sesuai dengan
yang diinginkan.

Proses adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan
kondisi yangdiinginkan sesuai dengan masing-masing sila. Proses dilakukan
berkelanjutan agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan jaman. Secara
umum proses ini dapat berupa pengkajian, pengujian, pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, penataran, sertifikasi, dan seterusnya.

Secara khusus dapat dicontohkan:


• Sila 2 : menghidupkan kembali kurikulum Budi Pekerti yang diajarkan sejak usia dini.
• Sila 3 : mengantisipasi semua kemungkinan perpecahan sampai ke level dasar.
• Sila 4 : kegiatan yang menjaga & meningkatkan level demokrasi kerakyatan di negara ini.

o Input dari Sila 2 adalah Sila 1, norma kemanusiaan universal, budaya bangsa, dan adat
istiadat. Output proses ini adalah Negara Indonesia yang benar-benar menjunjung tinggi
Kemanusiaan yangAdil dan Beradab, beserta para manusianya yang sangat berperi
kemanusiaan.
o Input dari Sila 3 adalah output dari Sila 2 dan semua ajaran yang membangkitkan jiwa
persatuan. Output proses ini adalah Negara Indonesia yang bersatu, beserta para
manusianya yang relamengorbankan kepentingan partai, golongan, suku, bahkan jiwa
raga dan hartanya demi negara.
o Input dari Sila 4 adalah output dari Sila 3 dan Hikmat Kebijaksanaan dalam demokrasi
kerakyatan. Output proses ini adalah Negara Indonesia yang benar-benar mewujudkan
Sila 5 Keadilan Sosial, beserta para manusianya yang rela dan tulus berjuang dan bekerja
untuk rakyat dan negara.
D. Saling Mengisi Dan Saling Mengklasifikasi
Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan cerminan dari satu sila
yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata lain bahwa sebuah sila pasti
mengandung intisari dari sila-sila yang lain.

Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang Berketuhannan
Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam prmusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah persatuan yang berKetuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab , yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang Berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila kelima : keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia adalah yang Berketuhanan Yang
Maha Esa, ber kemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
TUGAS AKHIR MODUL PPKn
Soal No.4

Cari KD yang berhubungan dengan integrasi Nasional dalam Kurikulum


2013 (revisi terbaru) untuk SD/MI. Kemudain buat kajian (Latar
Belakang, Pembahasan, dan Kesimpulan) mengenai metode
pembelajaran apa yang tepat untuk mengajarkan hal tersebut kepada
siswa. Hasil kajian wajib disertai hasil penelitian yang sesuai dengan
kajian yang Bapak/Ibu buat serta anda juga wajib juga membuat
langkah-langkah pembelajaran yang sesuai Permendikbud No. 21-24
Tahun 2016 (permendikbud terlampir)

KD 3.4 “Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan


bernegara beserta dampaknya”.

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana individu dalam mengembangkan potensi yang

dimilikinya baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.Untuk mengembangkan ke tiga

ranah tersebut, diperlukan pendidikan yang berkualitas dan mampu memberikan dampak

yang bagus terhadap perkembangan individu. Pendidikan yang berkualitas adalah

pendidikan yang dapat mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang tertera dalam

pasal 3 Undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyatakan bahwa

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.

Pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana yang tertera dalam pasal 3 Undang-

undang No. 20 Tahun 2003 akan tercapai apabila proses pembelajaran yang dilakukan

berkualitas. Menurut Sudjana (2005:30) “beberapa komponen utama dalam

pembelajaran, diantaranya yaitu tujuan, bahan, metode dan alat penilaian”. Komponen-
komponen tersebut sangat terkait satu sama lain, saling berhubungan dan

mempengaruhi. Komponen inilah yang membangun suasana pada proses pembelajaran

menjadi lebih berkualitas.

Sehubungan dengan itu, proses pembelajaran yang berkualitas hanya mampu

dilakukan oleh guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas tidak lepas dari 4

kompetensi yang harus dikuasai, yaitu: (i) kompetensi kepribadian, (ii) kompetensi

professional, (iii) kompetensi paedegogis, (iv) dan kompetensi sosial (Ramayulis,

2013:55). Dari ke empat kompetensi tersebut, salah satu kompetensi yang harus

dikuasai oleh guru adalah kompetensi paedegogis.Kompetensi paedegogis merupakan

kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan

pembelajaran yang mendidik. Oleh karena itu guru harus menguasai kompetensi

paedegogis yang ditandai dengan kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran

yang berkualitas. Salah satu kompetensi paedegogis yang menunjang tercapainya proses

pembelajaran yang berkualitas adalah kemampuan guru dalam mengelola dan

melaksanakan pembelajaran. Dalam hal ini, guru berupaya merencanakan system

pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada seperti media belajar dan

metode belajar. Dengan begitu, pencapaian proses belajar yang berkualitas oleh guru

akan tercapai dengan baik.

Model pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa

adalah model pembelajaran cooperative tipe Take and Give. Take and Give secara

bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi (Huda, 2013:41). Model pembelajaran

tipe Take and Give merupakan tipe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk

membangun proses pembelajaran yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme yang

penuh dari siswa, serta dapat memberikan keleluasaan siswa untuk mengekpresikan

dirinya dan berinteraksi secara baik terhadap teman-temannya, siswa juga di tantang
untuk lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dan juga melatih siswa untuk

bekerja sama sehinggga pada akhirnya siswa dapat menghargai kemampuan orang lain.

Model pembelajaran Take and Give akan lebih memberikan dampak yang sangat

bagus terhadap hasil belajar kognitif siswa apabila didukung dengan penggunaan media

grafis. Media grafis merupakan salah satu media yang dapat membantu siswa dalam

menyampaikan materi yang bertujuan membantu siswa untuk meningkatkan hasil

belajar kognitif. Dengan berbantuan media grafis akan memudahkan siswa untuk

mengingat, menghafal dan memudahkan siswa dalam membuat catatan singkat dari isi

materi yang disampaikan karena di dalamnya terdapat isi pokok materi saja.

Penelusuran terhadap hasil penelitian terdahulu memberikan dukungan yang

kuat terrhadap penggunaan model pembelajaran Take and Give berbantuan media grafis

antara lain : hasil kajian Mega, dkk (2014) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Take and Give berbantuan media grafis dapat

meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 12 Padangsambian. Dari hasil

penelitian tersebut dapat difahami bahwa model pembelajaran Take and Give

berbantuan media grafis cenderung dapat mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa.

Hal ini disebabkan karena melalui model pembelajaran Take and Give berbantuan media

grafis menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan

teman sebayanya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada pengaruh model

pembelajaran kooperative tipe Take and Give berbantuan media grafis terhadap hasil

belajar kognitif siswa pada mata pelajaran PPKn di MI Anyarsari.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Materi

Berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2013. Kompetesi Inti
dan Kompetensi Dasar “Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara beserta dampaknya” sebagai berikut:
Tabel 1.1
KI dan KD Mata Pelajaran PKn
No Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3 Memahami pengetahuan faktual 3.4 Menelaah persatuan dan
dengan cara mengamati (mendengar, kesatuan terhadap kehidupan
melihat, membaca) dan menanya berbangsa dan bernegara
berdasarkan rasa ingin tahu tenang beserta dampaknya.
dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya dirumah dan di sekolah.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu pasti membutuhkan
orang lain. Seperti kita tahu, manusia jelas tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya
sendiri, untuk itu sesama manusia hendaknya saling rukun agar bisa melengkapi satu sama lain.
Kerukunan tersebut bisa tercermin dari kekompakan sesama manusia dalam menjaga
persatuan dan kesatuan dalam berbagai aspek.
Supaya lebih jelas kita bisa mulai mempelajarinya dari pengertian persatuan dan
kesatuan itu sendiri.
1. Pengertian Persatuan dan Kesatuan
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih
luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan
adat istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu
persatuan dan kesatuan sangat erat hubungannya.
2. Makna Persatuan dan Kesatuan
Tahukah kalian?
Setiap sesuatu yang berharga pasti punya makna. Persatuan dan kesatuan adalah hal
penting yang harus dimiliki setiap bangsa. Makna pokok tersebut antara lain, yaitu :
a. Menjaga rasa persatuan dan kesatuan dengan menjalin rasa kebersamaan dan saling
melengkapi.
b. Menjalin toleransi dan rasa kemanusiaan dengan hidup berdampingan secara
harmonis
c. Menjalin rasa kekeluargaan,persahabatan,saling tolong-menolong, dan rasa
nasionalisme.
3. Nilai Persatuan dan Kesatuan
Ketika sudah dapat memaknai apa itu persatuan dan kesatuan, kita juga harus bisa
memahami nilai- nilai yang terdapat dalam sebuah persatuan dan kesatuan.
Nilai-nilai itu adalah :
a. Mempertahankan persatuan dan kesatuan wilayah NKRI
b. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika
c. Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif
d. Toleransi
e. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
f. Menerapkan rasa kekeluargaan
g. Musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan
h. Bersikap adil
4. Prinsip Persatuan dan Kesatuan
Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa terdapat beberapa prinsip yang
menjadi pondasinya. Ada 5 prinsip penting, agar lebih jelas kita akan bahas satu persatu
dari :
a. Prinsip Bhinneka Tunggal
Menjiwai arti Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap
satu jua”. Dengan beragam kebudayaan,ras, dan agama di Indonesia kita diwajibkan
bersatu dalam satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
b. Prinsip Nasionalisme Indonesia
Merupakan rasa cinta dan kesetiaan terhadap bangsa Indonesia. Nasionalisme
merupakan sikap politik dari masyarakat yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama.
Namun hal tersebut tidak membuat bangsa Indonesia merasa unggul dan menganggap
rendah bangsa lain, karena itu dapat menodai sila yang terkandung dalam Pancasila.
c. Prinsip Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Maksudnya adalah setiap orang diberi hak untuk memenuhi kemauannya asal tidak
menyalahi Hak Asasi Manusia. Jika sampai melanggar dan merugikan orang lain, akan
diberikan sanksi berdasarkan perbuatannya.
d. Prinsip Wawasan Nusantara
Pengertian Wawasan Nusantara sendiri berupa cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia tentang diri dan bentuk geografis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wawasan Nusantara dilaksanakan guna memenuhi tujuan nasional. Memiliki fungsi
sebagai pedoman, motivasi, dan rambu-rambu dalam menentukan keputusan untuk
menyelenggarakan negara.
e. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Sebagai warga negara kita harus bisa mengisi kemerdekaan dengan baik. Caranya
dengan melakukan pembangunan dengan dilandasi rasa persatuan.
5. Contoh Persatuan dan Kesatuan
Setelah mengetahui berbagai prinsip yang memperkuat persatuan dan kesatuan, kita
harus bisa menerapkannya dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan rasa
persatuan dan kesatuan.
Beberapa contoh sikap persatuan dan kesatuan, antara lain :
a. Saling menghargai dan menyayangi antar sesama anggota keluarga
b. Selalu bertutur kata sopan
c. Menjaga kerukunan dengan semua anggota keluarga
d. Tidak memaksakan kehendak orang lain
e. Membantu anggota keluarga apabila mengalami kesulitan
6. Faktor Penghambat
Selain menerapkan sikap persatuan dan kesatuan, sebagai warga negara yang baik kita
perlu mengetahui bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu luas.
Kebudayaan yang ada di dalamnya juga majemuk.
Untuk itu kita sebagai warga negara wajib mewaspadai faktor penghambat dalam
mempererat persatuan dan kesatuan. Beberapa faktor tersebut antara lain, yaitu :
a. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam (heterogen)
Penduduk Indonesia yang beraneka ragam dapat menjadi hambatan dalam membangun
persatuan dan kesatuan.
Namun untuk mengatasi hal tersebut sebagai warga Indonesia yang baik kita sepatutnya
dapat mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati antar agama, suku, ras,
maupun antar golongan.
Perbedaan yang ada harus kita jadikan alasan untuk bersatu, bukan menjadikannya
peluang untuk munculnya perpecahan.
b. Kurangnya kesadaran akan gangguan dari luar
Gangguan dari luar ini bisa berbagai bentuk, salah satu contohnya ialah suatu daerah
yang berbatasan langsung dengan negara lain dan lebih memilih menggunakan mata
uang yang nilainya lebih besar sebagai alat transaksinya daripada rupiah.
Adapun daerah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan memilih utnuk
menyebrang ke negara tetangga dalam melakukan aktivitas kehidupan.
c. Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan yang merongrong NKRI
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tentu mendapatkan ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang menginginkan perpecahan NKRI.
Oleh karena itu, kita harus selalu mewaspadai berbagai faktor yang kemungkinan
muncul guna menjaga keutuhan NKRI.
d. Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan
Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan akan menimbulkan berbagai rasa
ketidakpuasan yang menyebabkan timbulnya masalah SARA, gerakan separatis, serta
demonstrasi.
e. Paham Etnosentrisme
Merupakan paham dimana berbagai suku bangsa menonjolkan kelebihan budayanya
dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
7. Kesimpulan
Kesimpulan dari berbagai uraian yang telah dijelaskan diatas adalah berbagai aspek
dalam mempererat persatuan dan kesatuan harus terus tersambung seperti rantai agar
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia bisa terus terjaga dengan baik.

B. Model Pembelajaran Take and Give

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran. Suprijono (2009, hlm. 45) berpendapat bahwa: Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implementasinya pada tingkat operasional di kelas.
Merujuk kepada pendapat diatas model pembelajaran merupakan landasan praktik.
Landasan praktik disini mengartikan bahwa sebelum mengajar alangkah lebih baik untuk
memilih suatu model sebagai pedomannya supaya pembelajaran lebih terarah.
Kemudian Toeti Soekamto dan Winataputra (dalam Shadiq, 2009, hlm. 7) mendefinisikan
model pembelajaran sebagai:
Kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan desain atau
prosedur pelaksanaan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam
mencapai tujun pembelajaran.Siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah yang terdapat pada suatu model tertentu.Model pembelajaran berfungsi
sebagai pedoman bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran supaya
kegiatan pembelajaran lebih terarah.
Sedangkan Arends (dalam Shoimin, 2013, hlm 23) menyatakan, “istilah model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,
lingkungan, dan sistem pengolahannya.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan desain atau prosedur pembelajaran yang mengorganisasikan
kegiatan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Model Pembelajaran Take and Give

Model pembelajaran ini sering diartikan saling memberi dan saling menerima.
Menurut Slavin (dalam Shoimin, 2013, hlm. 195) ‟Model Pembelajaran Take and Give pada
dasarnya mengacu pada kontruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu
sendiri aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya‟. Jadi, Model
Pembelajaran Takeand Givemerupakan proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Kemudian Suyatno (dalam Dewi, dkk. 2014, hlm. 4) menyatakan bahwa: Model
Pembelajaran Take and Give adalah model pembelajaran yang memiliki sintaks pembelajaran
dengan menggunakan media kartu yang berisi nama siswa, bahan belajar, dan nama yang
diberi, informasikan kompetensi, sajianmateri, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh
berdiri dan mencari teman dan saling menginformasikan tentang materi atau pendalaman
perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan
siswa lain secara bergantian. Diteruskan dengan evaluasi dan refleksi.
Merujuk kepada pendapat di atas, model pembelajaran ini diawali dengan pemberian
kartu yang berisi pengetahuan kepada siswa.Catatan dalam kartu tersebut harus dipelajari oleh
siswa. Kemudian siswa mencari pasangan untuk bertukar pengetahuan yang ia dapat dari kartu
dengan pengetahuan yang terdapat pada kartu lain yang dipegang oleh temannya. Kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan menanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dalam kartu
dan pengetahuan lain yang mereka dapat dari temannya.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suyatno, Huda (2013, hlm. 242)
mengemukakan bahwa: Take and Give atau memberi dan menerima merupakan intisari dari
Model Pembelajaran Take and Give. Model pembelajaran ini didukung oleh penyajian data
yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa.Di dalam, ada catatan yang harus dikuasai
atau dihafal masing-masing siswa. Siswa kemudian mencari pasangannya masing-masing
untuk bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang didapatnya di kartu, lalu kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan mengevaluasi keberhasilan siswa.
Jadi, komponen penting dalam pembelajaran ini adalah penguasaan materi yang
terdapat pada kartu pengetahuan.Keterampilan bekerjasama secara berpasangan. Kemampuan
mengkomunikasikan materi yang terdapat pada kartu serta evaluasi untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap materi dari kartu yang ia miliki dan materi dari kartu yang
berasal dari temannya.

3. Media Grafis
Media grafis yaitu media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan

pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepada siswa). Saluran yang dipakai

menyangkut indra penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam symbol-simbol

komunikasi visual (Sadiman, dkk, 2011:28). Media grafis yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah media grafis berupa gambar.

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Take and Give

Dalam Model Pembelajaran Take and Give ada beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh pendidik, yaitu persiapan awal sebelum di kelas dan langkah pembelajaran di
kelas, sebagaimana yang disampaikan oleh Shoimin (2013, hlm, 196) yaitu sebagai berikut:
a. Siapkan media berupa kartu.
b. Jelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
c. Untuk memantapkan penguasaan siswa, mereka diberi masing-masing satu kartu
untuk dipelajari atau dihafal lebih kurang 5 menit. Sub materi pada tiap kartu berbeda.
d. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk bertukar informasi. Tiap
siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu yang dipegangnya.
e. Demikian seterusnya hingga siswa dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (Take And Give)
f. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan.
g. Untuk mengevaluasi keberhasilan siswa, berikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan
kartunya (kartu orang lain).
h. Guru bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan.
i. Kesimpulan.
BAB III
KESMPULAN
1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil belajar yang

dicapai siswa akan meningkat jika diterapkan Model Take and Give pada proses pembelajaran

PPKn khususnya pada Kompetensi Dasar 3.4 yakni Menelaah persatuan dan kesatuan

terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara beserta dampaknya.

2. Saran

a. Bagi Siswa

Pengalaman yang siswa dapatkan ketika diajarkan menggunakan model Take and

Give berbantuan media grafis dapat menjadi acuan untuk belajar PPKn yang baik dan

menyenangkan sehingga mendorong mereka untuk menyenangi mata pelajaran PPKn.

b. Bagi Guru

Dengan diterapkannya model pembelajaran cooperative tipe Take and Give

berbantuan media grafis dapat memperoleh wawasan tentang metode pembelajaran

aktif, dan memberi pengalaman baru kepada guru dalam mengembangkan

kreatifitasnya.

c. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya mendukung dan mendorong guru untuk menerapkan model

pembelajaran yang dapat menigkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran,

menyediakan fasilitas yang memadai untuk mempermudah guru dalam menerapkan

model pembelajaran yang bervariasi, salah satunya dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatife tipe Take and Give berbantuan media grafis.


TUGAS AKHIR MODUL PPKn
Soal No. 5

Buatlah kajian tentang hak dan kewajiban siswa/peserta didik dalam


kehidupan sehari-hari, berdasarkan peraturan perundang- undangan!

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB V
PESERTA DIDIK

Pasal 12

(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:

a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban:

a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan


pendidikan;
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan
dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta
didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab
seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.

Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan
keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.

Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, etika serta melaksanakanya.
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.
Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus di tati dan dilaksanakan
oleh peserta didik dalam proses belajar.

Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik
harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat
didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak
mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang
dimilikinya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Peserta Didik itu?

2. Apa kewajiban Peserta Didik itu?

3. Apa hak Peserta Didik itu?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik


Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya
adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang
mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya
adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang
mencari ilmu”. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:

“Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua
bagian”. (HR. Thabrani)

Namun secara definitif yang lebih detail para ahli telah menuliskan beberapa
pengertian tentang peserta didik. Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan
memilki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.

Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik, peserta didik adalah orang
yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi
dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat
manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau
individu.

Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun
psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat
membutuhkan pendidikan dari pendidik.

Samsul Nizar, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis mengklasifikasikan peserta didik
sebagai berikut:
a. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.
b. Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
c. Peserta didik adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
d. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki
daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu.
e. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar,
Palajar, Murid serta Santri.
a) Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b) Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan
tinggi.
c) Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM).
d) Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan
formal tingkat menengah maupun tingkat atas.
e) Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
f) Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, khususnya
pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama islam.

Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta


didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat
berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik utuk di didik.

Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia
dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan
untuk menjadi baik atau buruk.

B. Kewajiban Peserta Didik

Peserta didik mempunyai kewajiban, diantaranya yaitu menurut UU RI No. 20 th 2003:


1. Menjaga norma-norma pendidikan untukmenjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan.
2. Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut.
Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis, menurut Al-Ghozali ada sebelas kewajiban peserta
didik, yaitu :

1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqorub kepada Allah SWT, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak yang
rendah dan watak yang tercela. Allah SWT berfirman yang Artinya: “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. Ad-
Dzariat: 56)
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrowi. Allah SWT
berfirman yang Artinya: “Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan) ”....(Qs. Adh-Dhuha: 4).
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi
untukkepentingan pendidikannya.
4. Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu – ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi.
6. Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju pelajaran
yang sukar.
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada ilmu yang lainnya,
sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan dinia akherat.
11. Anak didik harus tunduk pada nasehat pendidik.

Menurut Asma Hasan Fahmi, sebagai mana yang dikutip oleh samsul nizar, menuliskan
beberapa kewajiban peserta didik antara lain :

1. Peserta didik hendaknya membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu, hal ini
disebabkan karena menuntut ilmu adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan
hati yang bersih.
2. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat
keutamaan.
3. Memiliki kemampuan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai tempat.
4. Setiap peserta didik wajib mengormati pendidiknya.
5. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
C. Hak Peserta Didik
Hak peserta didik menurut UU RI No. 20 th 2003:
1. Mendapat pendidikan agama sesuai agamanya.
2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat& kemampuan.
3. Mendapat beasiswa bagi yang berprestasi dan orang tuanya tidak mampu membiayai.
4. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang setara.
5. Menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang batas waktu yang ditetapkan.

Berkaitan dengan pelayanan sekolah kepada peserta didik, hal yang perlu diperhatikan
terlebih dahulu adalah hak yang diterima oleh peserta didik dan kewajiban dari peserta
didik itu sendiri.

Adapun Hak dari peserta didik diantaranya :


1) Peserta didik mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya.
2) Memperoleh pedidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya.
3) Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan,
baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan
tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan.
4) Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan
persyaratan yang berlaku, penerimaan siswa pada sekolah yang dikehendaki.
5) Pindah sekolah yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi sesuai dengan persyaratan
penerimaan siswa pada sekolah yang dimasuki.
6) Memperoleh penerimaan penilaian hasil belajarnya.
7) Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
8) Mendapatkan pelayanan khusus apabila menyandang kecacatan.

Adapun kebutuhan peserta didik dilihat dari beberapa aspek


Kebutuhan peserta didik adalah sesuatu kebutuhan yang harus didapatkan oleh peserta
didik untuk mendapat kedewasaan ilmu. Kebutuhan peserta didik tersebut wajib dipenuhi
atau diberikan oleh pendidik kepada peserta didiknya. Menurut buku yang ditulis oleh
Ramayulis, ada delapan kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi, yaitu :

a. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses
pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tiga tahapan :
✓ Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami
masa kanak-kanak.
✓ Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah
mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan pendidikan formal.
✓ Peserta didik pada 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami masa
pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.

Disamping memberikan perhatian hal tersebut, seorang pendidik harus selalu


memberikan bimbingan, arahan, serta dapat menuntun peserta didik kepada arah
kedewasaan yang pada akhirnya maupun menciptakan peserta didik yang dapat
mempertanggungjawabkan tentang ketentuan yang telah dalam perjalanan hidupnya
dalam lingkungan masyarakat.Begitu juga supaya dapat diterima oleh orang lebih
tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan pemimpinnya.

Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar pesert didik dapat memperoleh posisi dan
berprestasi dalam pendidikan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
sosial adalah digunakan untuk memberi pengakuan pada seorang peserta didik yang
pada hakekatnya adlah seorang individu yang ingin diterima eksistensinya dalam
lingkungan masyarakat sesuai dengan keberadaan dirinya itu sendiri.

b. Kebutuhan Untuk Mendapatkan Status


Suatu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mendapatkan tempat dalam suatu
lingkungan. Hal ini sangat dibutuhkan oleh peserta diidk terutama pada masa pubertas
dengan tujuan untuk menumbuhkan sikap kemandirian, identitas serta menumbuhkan
rasa kebanggaan diri dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta didik
ingin menjadi yang dapat dibanggakan atau dapat menjadi seorang yang benar-benar
berguna dan dapat berbaur secara sempurna di lingkungan masyarakat.

c. Kebutuhan Mandiri
Ketika seorang peserta didik telah melewati masa anak dan memasuki masa
keremajaan, maka seorang peserta didik perlu mendapat sikap pendiidk yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian
berdasarkan pengalaman. Hal ini disebabkan karena ketika peserta didik telah menjadi
seorang remaja, dia akan memilki ambisi atau cita-cita yang mulai ditampakkan dan
terfikir oleh peserta didik, inilah yang akan menuntun peserta didik untuk dapat memilih
langkah yang dipilihnya. Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama
yaitu untuk menhindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik serta
menghilangkan rasa tidak puas akan kepercayaan dari orang tua peserta didik, karena
ketika seorang peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat
kreatifitas dan kepercayaan diri untuk berkembang.
d. Kebutuhan Untuk Berprestasi
Untuk mendapatkan kebutuhan ini maka peserta didik harus mampu mendapatkan
kebutuhan status dan kebutuhan mandiri terlebih dahulu. Karena kedua hal tersebut
sangat erat kaitannya dengan kebutuhan berprestasi. Ketika peserta didik telah
mendapatkan kedua kebutuhan tersebut, maka secara langsung peserta didik akan
mampu mendapatkan rasa kepercayaan diri dan kemandirian, kedua hal inilah yang
akan menuntun langkah peserta didik untuk berprestasi.

e. Kebutuhan Ingin Disayangi dan Dicintai


Kebutuhan ini tergolong sangat penting. Karena kebutuhan ini sangatlah berpengaruh
akan pembentukan mental dan prestasi peserta didik. Dalam sebuah penilitian
membuktikan bahwa sikap kasih sayang orang tua akan memberikan motivasi untuk
berprestasi untuk mendapatkan prestasi, dibandingkan sikap kaku dan pasif akan
menghambat proses pertumbuhan sikap mental peserta didik.

f. Kebutuhan Untuk Curhat


Ketika seorang peserta didik mengahadapi masa pubertas, maka seorang peserta didik
tengah mengalami problema keremajaan. Kebutuhan untuk curhat biasannya ditujukan
untuk mengurangi beban masalah yang dihadapi. Dan dalam hal ini seorang peserta
didik membutuhkan seseorang yang bisa membantu dalam menyelesaikan masalahnya.
Namun apabila seorang peserta didik tidak menemukan teman yang bisa diajak berbagi
dengan nya maka akan membentuk sikap tidak percaya diri, beban masalah semakin
menumpuk dan akan menimbulkan hal negatif.

g. Kebutuhan Untuk Memilki Filsafat Hidup


Pada hakekatnya setiap manusia telah memilki filsafat walaupun terkadang ia tidak
menyadarinya. Begitu juga dengan peserta didik ia memilki ide, pemikiran, kehidupan,
tuhan, rasa salah, benar, berani, takut. Perasaan itu yang dimaksud dengan filsafat
hidup yang dimiliki manusia. Karena terkadang seorang peserta didik tidak menyadari
akan adanya ikatan filsafat pada dirinya, maka terkadang seorang peserta didik tidak
menyadari bagaimana dia bisa mendapatkannya dan bagaimana caranya. Filsafat hidup
sangat erat kaitannya dengan agama, karena agama-lah yang akan membimbing
manusia untuk mendapatkan dan mengetahui apa sebenarnya tujuan filsafat hidup.
Sehingga tidak seorangpun yang tidak membutuhkan agama.
BAB III

KESIMPULAN

Peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik
maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat
membutuhkan pendidikan dari pendidik.

Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta


didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat
berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik untuk di didik.

Kewajiban peserta didik adalah belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqorub kepada
Allah SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya
dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela menjaga norma-norma pendidikan
untukmenjamin keberlangsungan proses dankeberhasilan pendidikan, Bersikap tawadhu’
(rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya
dan jangan pernah meremehkan suatu ilmu yang telah diberikan.
PENELITIAN TERKAIT SOAL NO.4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

MODEL PEMBELAJARAN TAKE AND GIVE BERBASIS


KEBUDAYAAN LOKAL TERHADAP HASIL
BELAJAR PKN KELAS V SD

Ni Kadek Ayu Rita Agustina1, I Kadek Suartama2, I Gusti Ngurah Japa3

1 3Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja Indonesia

e-mail: ritaagustina114@gmail.com1, ik-suartama@undiksha.ac,id2,


igustingurah.japa@undiksha.ac.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
Take and Give berbasis kebudayaan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan
model pembelajaran Take and Give berbasis kebudayaan lokal pada siswa kelas V semester genap
tahun pelajaran 2016/2017 di gugus IX Kecamatan Karangasem. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan desain penelitian post test only control grup design. Dalam penelitian ini sampel
diambil dari populasi yang terdiri dari dua kelompok kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang ditentukan dengan teknik prohability sampling yaitu sampling cluster. Jumlah siswa yang
menjadi sampel sebanyak 48 orang. Data yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah hasil
belajar PKn siswa kelas V. Data tersebut dikumpulkan dengan metode tes. Data yang diperoleh
dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t (polled varians). Berdasarkan
hasil analisis diketahui thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Take and Give berbasis
kebudayaan lokal memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di gugus IX Kecamatan Karangasem.

Kata kunci : Take and give, kebudayaan lokal, hasil belajar PKn

Abstract

This research intend to knowing a significant difference in learning outcomes of Citizenship Education
between groups of students who are taught using Take and Give models based on local culture and
groups of students who are taught not to use the Take and Give model based on local culture in fifth
grade students in the academic year 2016/2017 In cluster IX Karangasem. This research is an
experimental research with post test only control group design. In this research the sample was taken
from the population consisting of two class groups namely experimental class and control class
determined by prohability sampling technique that is cluster sampling. The number of students who
become sample as many as 48 people. The data used as research material is the result of learning
Civics students class V. The data was collected by test methods. The data were analyzed by
descriptive statistics and inferential statistics with the t-test (polled variance). Based on the analysis
result is known t count is greater than t table (t hitung> t table), so H0 is rejected and H1 accepted.
Thus, it can be concluded that the Take and Give learning model based on local culture has a
significant influence on the learning outcomes of Citizenship Education on fifth grade students the
academic year 2016/2017 in cluster IX districtsKarangasem.

Keywords: Take and give, local culture, Civics learning outcomes

1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

PENDAHULUAN sebagai pendidik. Hal ini juga didukung


Pendidikan tidak pernah terlepas oleh Pasal 1 ayat (6) UU No.20/2003
dari kehidupan manusia. Pendidikan menyatakan, “Guru termasuk ke dalam
memiliki peran penting dalam kategori pendidik.” Pekerjaan mendidik
pembangunan sebuah bangsa. Dalam mencakup banyak hal yaitu segala
pelaksanaannya pendidikan mengalami sesuatu yang berkaitan dengan
perubahan yang disebabkan oleh perkembangan manusia salah satunya
kemajuan peradaban manusia yang adalah aspek kebudayaan. Manusia
disebabkan oleh perkembangan ilmu sebagai makhluk budaya mempunyai
pengetahuan. “Secara etimologi, istilah kewajiban untuk menyampaikan nilai-nilai
paedagogie berasal dari bahasa Yunani, budaya kepada generasi penerus. Peran
terdiri dari kata ‘PAIS’, artinya anak, dan pendidkan dalam mengembangkan
‘AGAIN’diterjemahkan membimbing, jadi kebudayaan adalah sangat besar. Sebab
paedagogie merupakan bimbingan yang pendidikan adalah tempat manusia-
diberikan kepada anak” (Ahmadi dan manusia dibina, ditumbuhkan, dan
Uhbiyati,2001:69). dikembangkan potensi-potensinya.
Seperti pelaksanaannya, pengertian Semakin potensi seseorang
pendidikan selalu mengalami dikembangkan maka semakin mampu ia
perkembangan.Dalam perkembangannya, menciptakan atau mengembangkan
istilah pendidikan atau pedagogie berarti kebudayaan, sebab kebudayaan
bimbingan atau penggolongan yang dikembangkan oleh manusia. Kewajiban
diberikan dengan sengaja oleh orang untuk menyampaikan kebudayaan kepada
dewasa agar peserta didik menjadi pribadi penerus bangsa ini juga harus diemban
yang dewasa. Dewasa disini adalah dapat oleh seorang guru sebagai pendidik. Hal
bertanggung jawab terhadap diri sendiri yang dapat dilakukan guru adalah
secara biologis, psikologis, paedagogis menyisipkan materi atau melaksanakan
dan sosiologis. Pendidikan merupakan pembelajaran yang bernuansa
suatu proses pembimbingan dari seorang kebudayaan khususnya kebudayaan lokal.
pendidik kepada peserta didiknya baik Dalam melakukan kewajibannya sebagai
secara intelektual, emosional, dan sosial pendidik, seorang guru dituntut agar
agar menjadi pribadi yang utuh dan dapat mampu menciptakan pembelajaran yang
menjalankan tugas dan kewajibannya menyenangkan. Untuk mewujudkan
dalam berbangsa dan bernegara. proses pembelajaran yang menyenangkan
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha guru harus mampu merancang
seseorang atau kelompok orang lain agar pembelajaran dengan baik, memilih materi
menjadi dewasa atau mencapai tingkat yang tepat, serta memilih dan
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi mengembangkan strategi yang dapat
dalam arti mental. Pendidikan juga dapat melibatkan siswa secara optimal.
diartikan sebagai usaha, pengaruh, Pembelajaran yang dirancang dengan
perlindungan dan bantuan yang diberikan baik dan dilakukan dengan
kepada anak yang mendukung menyenangkan akan meningkatkan
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat pemahaman siswa mengenai materi yang
membantu anak agar cukup mampu untuk disampaikan sehingga tujuan pendidikan
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Hal dapat tercapai. Terdapat berbagai mata
ini sejalan dengan pengertian pendidikan pelajaran yang harus disampaikan
menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 yang sebagai bekal peserta didik agar siap
menyatakan ,“Pendidikan adalah usaha menjadi masyarakat berbangsa dan
sadar untuk menyiapkan peserta didik bernegara, salah satunya Pendidikan
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, Kewarganegaraan.
dan atau latihan bagi peranannya di masa Pendidikan Kewarganegaraan
yang akan datang.” merupakan mata pelajaran yang memiliki
Didalam dunia pendidikan guru fungsi dan peran yang sangat strategis
mempunyai peran penting untuk dalam usaha pembentukan warga negara
melaksanakan proses belajar mengajar yang baik dan handal sesuai dengan

2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

tujuan pembangunan nasional. Dilihat dari Pelajaran 2016/2017, siswa kurang


visinya Pendidikan Kewarganegaraan tertarik dengan mata pelajaran Pendidikan
adalah mewujudkan proses pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini dikarenakan
yang integral disekolah untuk dalam proses pembelajaran guru
mengembangkan kemampuan dan cenderung hanya menggunakan metode
kepribadian warga negara yang cerdas, ceramah sehingga siswa menjadi mudah
partisipatif, dan bertanggungjawab dalam bosan. Dengan hanya menggunakan
rangka mewujudkan masyarakat yang metode ceramah, pembelajaran menjadi
demokratis. Pembelajaran Pendidikan terpusat pada guru sebagai sumber
Kewarganegaraan di sekolah dasar belajar. Selain itu kebanyakan materi
dimaksudkan sebagai suatu proses Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
belajar mengajar dalam rangka membantu teori atau wacana yang dianggap rumit
peserta didik agar dapat belajar dengan oleh siswa. Proses pembelajaran yang
baik dan membentuk manusia Indonesia kurang memberikan kesempatan kepada
seutuhnya dalam pembentukan karakter siswa untuk berpartisipasi dan materi
bangsa yang diharapkan mengarah pada pelajaran yang dianggap rumit juga
penciptaan suatu masyarakat yang menyebabkan hasil belajar siswa menjadi
menempatkan demokrasi dalam tidak maksimal. Berdasarkan hasil nilai
kehidupan berbangsa dan bernegara yang ulangan akhir semester pada mata
berlandaskan Pancasila, UUD, dan pelajaran Pendidikan Kewarga negaraan
norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diberikan oleh tiap-tiap guru, maka
yang diselenggarakan selama enam didapatkan rata-rata nilai KKM mata
tahun. pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan hasil wawancara yang yang dimiliki setiap SD di gugus IX
dilakukan kepada guru kelas V di SD Kecamatan Karangasem seperti yang
Gugus IX Kecamatan Karangasem Tahun terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V di Gugus IX Kecamatan


Karangasem

No. Nama Sekolah KKM Rata-rata

1 SD N 2 Subagan 72 77,07

2 SD N 3 Subagan 75 77,96

3 SD N 4 Subagan 75 77,45

4 SD N 8 Subagan 65 72,36

5 SD N 9 Subagan 75 77,14

(Sumber: Dokumen Guru Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

Dari data diatas dapat dilihat rata- Pembelajaran masih terpusat pada
rata nilai ujian akhir semester mata penjelasan guru sehingga membuat siswa
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di menjadi pasif. Dalam penyampaian
kelas V SD Gugus IX Kecamatan materi guru hanya menjelaskan materi
Karangasem memenuhi KKM namun yang terdapat didalam buku tanpa
belum maksimal. Selain itu jika dilihat dari menyertakan contoh yang berkaitan atau
perolehan nilai perorangannya, masih dekat dengan dunia nyata. Siswa yang
banyak siswa yang memperoleh nilai hanya belajar melalui penjelasan guru
dibawah KKM. Hal ini dikarenakan cara cenderung hanya menyimak dan
guru menyampaikan materi masih dengan menghapal tanpa benar-benar mengerti
cara yang berpusat pada guru. materi yang disampakan dan tidak dapat

3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

menghubungkannya dengan kehidupan Materi yang diberikan dapat


mereka sehari-hari. dihubungkan dengan kebudayaan lokal
Guru perlu menggunakan model yang ada di daerah setempat. Dengan
yang dapat mengkondisikan siswa untuk memberikan materi yang dekat dengan
ikut aktif terlibat dalam proses dunia anak, peserta didik akan mampu
pembelajaran dan mengaitkannya ke menghubungkan pengetahuan yang
kehidupan yang dekat dengan dunia nyata didapat dengan kehidupannya sehari-
anak. Ada bermacam-macam model hari.Dari pernyataan tersebut pengaruh
pembelajaran inovatif yang dapat kebudayaan dan pendidikan berbanding
digunakan untuk meningkatkan hasil lurus. Pendapat ini senada dengan Pidarta
belajar siswa. Salah satu model (2007:3) yang menuliskan bahwa,
pembelajaran yang dapat digunakan “Pendidikan dan budaya ada bersama dan
adalah model pembelajaran Take and saling memajukan. Makin banyak orang
Give. Model pembelajaran take and give menerima pendidikan makin berbudaya
pada dasarnya mengacu pada orang itu. Dan makin tinggi kebudayaan
konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang makin tinggi pula pendidikan atau cara
dapat membuat siswa itu sendiri aktif dan mendidiknya.” Hal ini juga sesuai dengan
membangun pengetahuan yang akan makna pendidikan yang bertujuan untuk
menjadi miliknya. Pembelajaran take and meneruskan nilai-nilai kebudayaan
give merupakan proses pembelajaran kepada generasi penerus yang juga
yang berusaha mengaitkan pengetahuan menjadi tujuan pembelajaran Pendidikan
baru dengan pengetahuan yang telah Kewarganegaraan yaitu, “menumbuhkan
dimiliki siswa. Peran guru dalam proses wawasan dan kesadaran bernegara, sikap
pembelajaran Take and Give lebih serta prilaku yang cinta tanah air dan
mengarah sebagai mediator dan bersendikan kebudayaan”(Sutoyo,2011:6).
fasilitator. Model pembelajaran menerima Berdasarkan temuan dan permasalahan
dan memberi (Take and Give) merupakan yang dihadapi, perlu dilakukan penelitian
metode pembelajaran yang memiliki tentang “Pengaruh Model Pembelajaran
sintaks, menuntut peserta didik untuk Take and Give Berbasis Kebudayaan
mampu memahami materi pelajaran yang Lokal terhadap Hasil Belajar Pendidikan
diberikan guru dan teman sebayanya Kewarganegaraan Siswa Kelas V
(peserta didik lain). Semester Genap Tahun Pelajaran
Model pembelajaran Take and Give 2016/2017 di Gugus IX Kecamatan
diterapkan untuk meningkatkan hasil Karangasem”.
belajar karena memiliki kelebihan dalam
kegiatan proses belajarnya. Shoimin METODE
(2009:197) menuliskan bahwa model Jenis penelitian ini adalah eksperimen
pembelajaran Take and Give memiliki semu Tempat pelaksanaan penelitian ini
beberapa kelebihan sebagai berikut.(1) adalah sekolah dasar di Gugus IX
Peserta didik akan lebih cepat memahami Kecamatan Karangasem pada rentang
penguasaan materi dan informasi karena waktu semester II (genap) tahun pelajaran
mendapatkan informasi dari guru dan 2016/2017. Dalam penelitian ini sampel
peserta didk yang lain; (2) Dapat diambil dari populasi yang terdiri dari dua
menghemat waktu dalam pemahaman kelompok kelas yaitu kelas eksperimen
dan penguasaan peserta didik akan dan kelas kontrol yang ditentukan dengan
materi; (3) Meningkatkan kemampuan teknik prohability sampling yaitu sampling
untuk bekerja sama dan bersosialisasi; (4) cluster. Jumlah siswa yang menjadi
Melatih kepekaan diri, empati melalui sampel sebanyak 48 orang yang terdiri
variasi perbedaan sikap-tingkah laku dari 26 siswa kelas eksperimen dan 22
selama bekerja sama; (5) Mengurangi orang di kelas kontrol. Penelitian ini
rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa dilakukan dengan desain penelitian post
percaya diri; (6) Meningkatkan motivasi test only control grup design..Pada kelas
belajar (partisispasi dan minat), harga diri eksperimen diberikan perlakuan model
dan sikap-tingkah laku yang positif serta pembelajaran Take and Give berbasis
meningkatkan prestasi belajarnya. kebudayaan lokal. Sedangkan pada kelas

4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

kontrol siswa tidak dibelajarkan dengan


model pembelajaran Take and Give
berbasis kebudayaan lokal. Desain
rancangan ini disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Desain Penelitian


Group Treatment Posstest

Eksperimen X O1

Kontrol - O2

(Sugiyono,2009)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas


ini dilakukan dengan metode tes. Analisis V. Data yang telah dikumpulkan kemudian
data hasil belajar pada ranah kognitif akan dianalisis dengan menggunakan
dikerjakan dengan bantuan program statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Microsoft Office Excel 2010. Untuk Dari hasil analisis deskriptif diperoleh
analisis uji prayarat meliputi uji normalitas mean, median, modus, standar deviasi,
dengan uji Chi Kuadrat, uji homogenitas dan varian dari kelas ekperimen dan kelas
varians menggunakan uji F, serta uji kontrol. Hasil analisis deskriptif hasil
hipotesis menggunakan uji-t dengan belajar PKn siswa kelas ekperimen dan
rumus polled varians. kelas kontrol disajikan secara lengkap
pada Tabel 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah hasil belajar

Tabel 3. Deskripsi hasil belajar PKn siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol
Kelas Mean Median Modus Standar Varians
deviasi
Eksperimen 25,12 25,17 25,30 2,10 4,43
Kontrol 18,18 17,20 16,58 2,91 8,44

Dari tabel tersebuat dapat dilihat


pada kelas eksperimen modus lebih besar
dari median dan median lebih besar dari
mean (Mo>Md>M). Hubungan antara
mean (M), median (Md), dan modus (Mo)
menunjukkan kurva di atas adalah kurva
juling negatif sehingga dapat dinyatakan
bahwa sebagian besar skor cenderung

tinggi. Data hasil belajar kelompok


eksperimen disajikan ke dalam bentuk
kurva poligon, seperti pada Gambar 1
berikut ini.

Gambar 1. Kurva poligon hasil belajar PKn


kelas eksperimen

5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Sedangkan pada kelas kontrol


modus lebih kecil dari median dan median Gambar 2. Kurva poligon hasil belajar PKn
lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). kelas kontrol
Hubungan antara mean (M), median (Md), Selanjutnya data hasil belajar PKn
dan modus (Mo) menunjukkan kurva di di analisis melalui uji prasyarat yaitu uji
atas adalah kurva juling positif sehingga normalitas dan homogenitas. Uji
dapat dinyatakan bahwa sebagian besar normalitas dilakukan dengan Uji
skor cenderung rendah. Data hasil belajar normalitas dalam penelitian ini
kelompok kontrol disajikan ke dalam menggunakan uji Chi-kuadrat(  2 ) dengan
bentuk kurva poligon, seperti pada
Gambar 2 berikut ini. kriteria data berdistribusi normal jika 2
hitung <  2 tabel. Pengujian hipotesisnya
yaitu H0: sampel berasal dari data yang
berdistribusi normal dan H1: sampel
berasal dari data yang tidak berdistribusi
normal. Teknik analisis dilakukan dengan
menggunakan program Microsoft Office
Excel 2010 for Windows. Berdasarkan
analisis data yang dilakukan, dapat
disajikan hasil uji normalitas sebaran data
hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan kelompok eksperimen
dan kontrol pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas


Nilai Kritis dengan Taraf
No Kelompok Data χ2 Signifikansi 5%
Status
1 Post-test Eksperimen 2,0298 7,815 Normal
2 Post-test Kontrol 6,3516 7,815 Normal
 2 tab dengan taraf signifikansi 5% dan dk
Berdasarkan hasil perhitungan
= 3 adalah 7,815. Hal ini berarti,  hit hasil
2
menggunakan rumus chi-kuadrat,
diperoleh  hit hasil post-test kelompok belajar Pendidikan Kewarganegaraan
2

kelompok kontrol lebih kecil dari  tab (


2
eksperimen adalah 2,0298dan  tab pada
2

taraf signifikansi 5% dan dk = 3 adalah  2 hit   2 tab ), sehingga data hasil belajar
7,815. Hal ini berarti,  hit hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelompok
2

kontrol berdistribusi normal.


Pendidikan Kewarganegaraan kelompok
Dalam penelitian ini, uji
eksperimen lebih kecil dari  2 tab ( homogenitas dilakukan terhadap varians
 2 hit   2 tab ), sehingga data skor hasil pasangan antar kelompok eksperimen dan
kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F
belajar Pendidikan Kewarganegaraan
dengan kriteria data homogen jika Fhitung <
kelompok eksperimen berdistribusi
Ftabel. Rekapitulasi hasil uji homogenitas
normal.
varians antar kelompok eksperimen dan
Pada kelompok kontrol,  hit hasil
2
kontrol disajikan pada Tabel 5 di bawah
belajar Pendidikan Kewarganegaraan ini.
kelompok kontrol adalah 6,3516 dan

6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan
kontrol
Ftab dengan Taraf
Sumber Data Fhit Status
Signifikansi 5%
Post-test Kelompok
1,91 2,01 Homogen
Eksperimen dan Kontrol

Berdasarkan tabel di atas, penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0).


diketahui Fhit hasil belajar kelompok Pengujian hipotesis tersebut dilakukan
eksperimen dan kontrol adalah 1,91, menggunakan uji-t sampel independent
sedangkan Ftab pada dbpembilang = 21, (tidak berkorelasi) dengan rumus polled
dbpenyebut = 25, dan taraf signifikansi 5% varians berikut.
adalah 2,01.Hal ini berarti, varians data
hasil belajar Pendidikan x1  x 2
Kewarganegaraan kelompok eksperimen t
dan kontrol adalah homogen. n1  1s1  n 2  1s 2
2 2
1 1 
  
n1  n 2  2  n1 n 2 
Untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Take and Give berbasis
kebudayaan lokal terhadap hasil belajar
Pendidikan Kewarganegaraan siswa, Kriteria pengujian adalah tolak H0
dilakukan pengujian terhadap hipotesis H0 jika thitung > ttabel, dimana ttabel diperoleh
dan H1. Berdasarkan pengujian asumsi, dari tabel distribusi t pada taraf
diperoleh bahwa data hasil belajar siswa signifikansi 5% dengan derajat
kelompok eksperimen dan kontrol adalah kebebasan db = n1 + n2 – 2. Rangkuman
normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil analisis uji-t ditampilkan pada Tabel
hasil pengujian asumsi, analisis 6 berikut.
dilanjutkan dengan pengujian hipotesis

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji-t


Kelompok N Db Mean ( x ) s2 t hitung t tabel

Eksperimen 26 25,12 4,43


46 9,5747 2,000
Kontrol 22 18,18 8,44

Berdasarkan tabel rangkuman Hasil analisis data hasil belajar


analisis di atas, dapat diketahui thitung = Pendidikan Kewarganegaraan
9,5747 dan ttabel = 2,000 untuk db = 46 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil belajar Pendidikan
kriteria pengujian, karena thitung > ttabel Kewarganegaraan antara kelompok siswa
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, yang dibelajarkan dengan model
terdapat perbedaan signifikan hasil pembelajaran Take and Give berbasis
belajar Pendidikan Kewarganegaraan kebudayaan lokal dan kelompok siswa
antara kelompok siswa yang belajar yang tidak dibelajarkan dengan model
melalui model pembelajaran take and pembelajaran Take and Give berbasis
give berbasis kebudayaan lokal dan kebudayaan lokal. Tinjauan ini didasarkan
kelompok siswa yang tidak belajar melalui pada rata-rata skor hasil belajar siswa dan
pembelajaran take and give berbasis hasil uji-t. Pada kelas eksperimen
kebudayaan lokal pada siswa kelas V SD diterapkan model pembelajran Take and
di Gugus IX Kecamatan Karangasem Give berbasis kebudayaan. Model
tahun pelajaran 2016/2017. pembelajaran Take and Give pada

7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

dasarnya mengacu pada konstruktivisme, serta pemberian materi. Materi yang


yaitu pembelajaran yang dapat membuat diberikan dapat dihubungkan dengan
siswa itu sendiri aktif dan membangun kebudayaan lokal yang ada di daerah
pengetahuan yang akan menjadi miliknya. setempat. Dengan memberikan materi
Model pembelajaran menerima dan yang dekat dengan dunia anak, peserta
memberi (Take and Give) merupakan didik akan mampu menghubungkan
model pembelajaran yang memiliki pengetahuan yang didapat dengan
sintaks, menuntut peserta didik untuk kehidupannya sehari-hari. Dari pernyataan
mampu memahami materi pelajaran yang dapat diketahui bahwa pengaruh
diberikan guru dan teman sebayanya kebudayaan dan pendidikan berbanding
(peserta didik lain). Peran guru di kelas lurus. Pendapat ini senada dengan Pidarta
eksperimen hanya sebagai mediator dan (2007:3) yang menuliskan bahwa,
fasilitator. “Pendidikan dan budaya ada bersama dan
saling memajukan. Makin banyak orang
Pada kegiatan pembelajarannya menerima pendidikan makin berbudaya
siswa di kelas eksperimen diarahkan orang itu. Dan makin tinggi kebudayaan
untuk mempelajari submateri yang telah makin tinggi pula pendidikan atau cara
dibagikan dan menambah mendidiknya.” Hal ini juga sesuai dengan
pengetahuannya dengan kegiatan makna pendidikan yang bertujuan untuk
menerima dan memberi informasi meneruskan nilai-nilai kebudayaan
mengenai submateri lain dengan teman kepada generasi penerus yang juga
sekelasnya. Selain pengetahuan yang di menjadi tujuan pembelajaran Pendidikan
dapat dari guru, siswa juga mendapat Kewarganegaraan yaitu, “menumbuhkan
pengetahuan baru dari kegiatan Take and wawasan dan kesadaran bernegara, sikap
Give dari teman sekelasnya. Pada saat serta prilaku yang cinta tanah air dan
melaksanakan kegiatan Take and Give bersendikan kebudayaan”
siswa juga meningkatkan keterampilannya ”(Sutoyo,2011:6).
dalam bersosilalisasi dan berkomunikasi
dengan teman sekelasnya. Kemampuan Sedangkan, pada kelas kontrol
siswa bersosialisasi dan bekerjasama guru cenderung berperan sebagai sumber
dengan temannya untuk menambah pengetahuan dimana siswa hanya
pengetahuan pada kelas eksperimen juga menyimak penjelasan dari guru kemudian
menunjukkan peningkatan yang menyelesaikan tugas berupa beberapa
berpengaruh pada hasil belajar siswa. soal. Hal ini menyebabkan siswa menjadi
pasif dan mudah bosan. Kurangnya
Penelitian lain yang dilakukan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
Udayanti (2017) juga menyatakan bahwa mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi
siswa akan lebih aktif dan mampu kurang maksimal dibanding kelas
membangun pengetahuan yang akan eksperimen. Pendapat serupa mengenai
menjadi miliknya. Selain itu, siswa akan pentingnya aktivitas belajar siswa juga
lebih cepat memahami penguasaan materi dinyatakan dalam penelitian yang
dan informasi karena mendapatkan dilakukan oleh Pariawan (2013) yang
informasi dari guru dan temannya. Hal ini menuliskan dalam pembelajaran
membuat siswa belajar bermakna konvensional siswa cendering pasif
sehingga berdampak terhadap perolehan karena tidak diberi kesempatan untuk
hasil belajar siswa. menyampaikan pendapat atau bertanya,
merefleksi materi-materi yang
Selain menggunakan model dipresentasikan, menghubungkannya
pembelajaran Take and Give, dalam dengan pengetahuan sebelumnya, atau
penelitian ini kelas eksperimen juga mengaplikasikannya kepada situasi
diterapkan pembelajaran berbasis kehidupan nyata. Dengan demikian, apa
kebudayaan lokal pada proses yang dipelajari oleh siswa tidak lama
pembelajarannya. Diterapkannya dapat diingat oleh siswa.Berdasarkan
pembelajaran berbasis kebudayaan lokal perbedaan signifikan yang ditemukan,
dapat dilihat dari proses pembelajaran maka dapat dinyatakan model

8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

pembelajaran Take and Give berbasis tahun pelajaran 2016/2017. Dengan


kebudayaan lokal cocok untuk diterapkan demikian model pembelajaran Take and
dalam proses pembelajaran untuk Give berbasis kebudayaan lokal
meningkatkan hasil siswa. Selain itu dari berpengaruh untuk meningkatkan hasil
pengamatan selama proses pembelajaran belajar siswa.
dapat dilihat perubahan siswa dari sisi
keterlibatan siswa di kelas. Selama proses Berdasarkan hasil penelitian,
pembelajaran setelah diterapkan model pembahasan dan kesimpulan, maka
pembelajaran Take and Give berbasis dapatdiajukan beberapa saran sebagai
kebudayaan lokal siswa terlihat lebih berikut. 1) Bagi siswa, dengan
antusias mempelajari materi yang diterapkannya model pembelajaran Take
diberikan. Dalam kegiatan belajarnya and Give berbasis kebudayaan lokal
model pembelajaran Take and Give dalam penelitian ini, siswa dapat berperan
mengkodisikan siswa untuk menguasai aktif menemukan pengetahuan baru
submateri yang dibahas. Kemudian sehingga pembelajaran menjadi lebih
dilanjutkan dengan saling menerima dan bermakna dan menyenangkan. 2) Bagi
memberi dengan teman sekelasnya. Dari guru, dengan diadakan penelitian ini, guru
kegiatan ini selain memperdalam dapat lebih menambah wawasan atau
pengetahuan siswa mengenai materi, pengetahuan tentang pembelajaran
siswa juga meningkatkan kemampuannya inovatif, dan mampu mengembangkan
dalam bersosialisasi dan berkomunikasi inovasi pembelajaran dengan menerapkan
dengan siswa lainnya. model pembelajaran yang disertai dengan
pendekatan yang relevan untuk
Berdasarkan langkah-langkah mengoptimalkan hasil belajar siswa. 3)
pembelajarannya, model pembelajaran Bagi sekolah, dengan hasil penelitian ini,
Take and Give ini dapat di terapkan pada diharapkan sekolah dapat memfasilitasi
berbagai mata pelajaran. Hal ini dan mendorong para guru untuk mencoba
dikarenakan pada dasarnya model menerapkan model-model pembelajaran
pembelajaran Take and Give membuat baru yang untuk meningkatkan kualitas
siswa mendalami submateri kemudian proses pembelajaran di sekolah. 4) Bagi
mengumpulkan informasi lain dari teman peneliti lain, penelitian ini hanya terbatas
yang mempelajari submateri yang pada pokok bahasan menghargai
berbeda. Pada mata pelajaran Pendidikan keputusan bersama pada mata pelajaran
Kewarganegaraan yang sebagian besar PKn kelas V. Diharapkan peneliti
berupa teori sehingga dianggap selanjutnya melakukan penelitian dengan
membosankan untuk siswa. Pembelajaran mata pelajaran dan pokok bahasan yang
dengan model pembelajaran Take and lebih beragam untuk memperoleh hasil
Give berbasis kebudayaan yang yang lebih baik.
melibatkan siswa dalam proses
pembelajarannya. Dengan terlibatnya DAFTAR PUSTAKA
siswa dalam proses pembelajaran maka
pembelajaran akan lebih menyenangkan Ahmadi,Abu H. dan Uhbiyati,Nur. 2001.
sehingga mempermudah siswa Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT
memahami materi dan meningkatkan hasil Rineka Cipta.
belajarnya. Koyan, I Wayan.2012.Statistik Pendidikan.
SIMPULAN DAN SARAN Singaraja: Press
Pariawan, Pt. Edy. 2013. Pengaruh Model
Dari pembahasan diatas dapat Pembelajaran Take and Give
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Berbasis Resolusi Konflik
signifikan model pembelajaran Take and Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Give berbasis kebudayaan lokal terhadap Kelas V SD N 26 Pemecutan.
hasil belajar Pendidikan Diakses pada tanggal 26 Mei 2017.
Kewarganegaraan pada siswa kelas V SD
di Gugus IX Kecamatan Karangasem

9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Pidarta.Made. 2007. Landasan


Kependidikan Stimulus Ilmu
Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: PT. Rineka Cipta

Shoimin,Aris.2014.68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-
Ruzz Media.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kuatitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta

Sutoyo.2011.Pendidikan
Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Udayanti, I.A.G. Sri. 2017. Penerapan


Metode Take and Give Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas IVA. Jurnal Ilmiah
Sekolah Dasar. Vol.1 (1) pp. 51-
58. Diakses pada tanggal 26 Mei
2017.

10

Anda mungkin juga menyukai