Soal No. 1
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
PPKn
1.4 Mensyukuri persatuan dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
beserta dampaknya.
2.4 Menampilkan sikap tanggung jawab terhadap penerapan nilai persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.4 Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara
beserta dampaknya.
4.4 Menyajikan hasil telaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara beserta dampaknya.
SBdP
3.3 Memahami penampilan tari kreasi daerah.
3.4 Menampilkan tari kreasi daerah.
C. Indikator
PPKn
3.4.1 Menyebutkan manfaat persatuan dalam kehidupan melalui diagram.
4.4.1 Menuliskan contoh tentang pengalaman hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari dan
manfaatnya sebagai wujud semangat persatuan.
SBdP
3.3.1 Menyebutkan pola lantai tariannya.
4.3.1 Mempraktikkan pola lantai tarian dari salah satu tarian daerah yang dipilih.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati gambar dan membaca cerita tentang persatuan dalam
perbedaan, peserta didik mampu menyebutkan manfaat persatuan dalam
kehidupan melalui diagram dengan benar.
2. Setelah berdiskusi, peserta didik mampu menuliskan contoh tentang
pengalaman hidup rukun dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya sebagai
wujud semangat persatuan.
3. Setelah berdiskusi tentang pola lantai berbagai tarian daerah, peserta didik
mampu menyebutkan pola lantai tariannya dengan benar.
4. Setelah berdiskusi, peserta didik mampu mempraktikkan pola lantai tarian dari
salah satu tarian daerah yang dipilih dengan benar.
E. Materi Pembelajaran
G. Media/Alat
- Teks tentang Tari Lego-lego
- Musik Tarian
- Teks bacaan tentang persatuan dalam perbedaan.
H. Sumber Pembelajaran
Buku Pedoman Guru Tema : Persatuan Dalam Perbedaan Kelas 6 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
Buku Siswa Tema : Persatuan Dalam Perbedaan Kelas 6 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
I. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dibuka dengan salam, menanyakan kabar dan 30 Menit
mengecek kehadiran siswa.
2. Kelas dilanjutkan dengan do’a dipimpin oleh salah
seorang siswa. Siswa yang diminta memimpin membaca
do’a adalah siswa yang hari itu datang paling awal
(religius dan integritas).
3. Siswa diingatkan untuk selalu mengutamakan sikap
disiplin setiap saat dan manfaatnya bagi tercapainya
cita–cita.
4. Menyanyikan lagu Indonesia Raya atau salah satu lagu
wajib nasional.
5. Guru memberikan penguatan tentang pentingnya
menanamkan semangat nasionalisme.
6. Siswa diminta untuk memeriksa kerapian diri dan
kebersihan kelas.
7. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan,
manfaat dan aktivitas pembelajaran yang akan
dilakukan.
8. Siswa menyimak penjelasan guru tentang pentingnya
sikap disiplin, kerjasama, dan mandiri yang
akan dikembangkan dalam pembelajaran.
9. Pembiasaan membaca/ menulis/ mendengarkan/
berbicara selama 15-20 menit materi non pelajaran
seperti satu tokoh dunia, kesehatan, kebersihan,
makanan/minuman sehat , cerita inspirasi dan motivasi.
10. Setelah membaca guru menjelaskan tujuan kegiatan
literasi dan mengajak siswa mendiskusikan
pertanyaan- pertanyaan berikut:
- Apa judul bacaan?
- Apa yang tergambar pada isi bacaan?
- Pernahkan kamu baca seperti ini?
- Apa manfaatnya bacaan tersebut
(Critical Thinking and Problem Solving)
11. Siswa menyimak arahan guru tentang pentingnya sikap
syukur, santun, percaya diri.
12. Mengulas sedikit materi yang telah disampaikan
hari sebelumnya
13. Guru mengulas tugas belajar dirumah bersama
orangtua yang telah dilakukan. (Mandiri)
14. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Kegiatan Inti 1. Sebelum memulai pembelajaran, guru meminta siswa 165 Menit
untuk memperhatikan kelas dan merapikan
barang- barang yang ada. (Mandiri)
2. Guru kemudian mengajak siswa untuk curah pendapat:
‘Apa yang terjadi apabila pekerjaan tadi dilakukan
sendiri?’ ‘Apa manfaatnya bersatu dalam bekerja?’
‘Apa yang harus diperhatikan saat bekerja bersama?’
(Critical Thinking and Problem Solving)
3. Guru memimpin curah pendapat dan menyampaikan
kepada siswa bahwa hari ini mereka akan belajar
tentang bagaimana hidup rukun dengan semangat
persatuan. (Communication)
Ayo Mengamati
4. Siswa mengamati gambar dan melanjutkannya dengan
membaca teks dalam hati. Guru memberi waktu
sekitar 3 menit. (Media Literacy)
H. Penilaian
Teknik Penilaian (Terlampir)
1. Penilaian Sikap : Santun, peduli, dan tanggung jawab
2. Penilaian keterampilan : Unjuk kerja
3. Penilaian Pengetahuan : Tes tertulis
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu pasti membutuhkan
orang lain. Seperti kita tahu, manusia jelas tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya
sendiri, untuk itu sesama manusia hendaknya saling rukun agar bisa melengkapi satu sama lain.
Kerukunan tersebut bisa tercermin dari kekompakan sesama manusia dalam
menjaga persatuan dan kesatuan dalam berbagai aspek.
Supaya lebih jelas kita bisa mulai mempelajarinya dari pengertian persatuan dan
kesatuan itu sendiri.
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih
luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan adat
istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu
persatuan dan kesatuan sangat erat hubungannya.
Makna Persatuan dan Kesatuan
persatuan dan kesatuan memiliki makna yang penting dalam hidup kita. via : Siddhant Soni
Tahukah kalian?
Setiap sesuatu yang berharga pasti punya makna. Persatuan dan kesatuan adalah hal penting
yang harus dimiliki setiap bangsa. Makna pokok tersebut antara lain, yaitu :
1. Menjaga rasa persatuan dan kesatuan dengan menjalin rasa kebersamaan dan
saling melengkapi.
2. Menjalin toleransi dan rasa kemanusiaan dengan hidup berdampingan secara harmonis
3. Menjalin rasa kekeluargaan,persahabatan,saling tolong-menolong, dan rasa nasionalisme.
Ketika sudah dapat memaknai apa itu persatuan dan kesatuan, kita juga harus bisa
memahami nilai- nilai yang terdapat dalam sebuah persatuan dan kesatuan.
Nilai-nilai itu adalah :
1. Mempertahankan persatuan dan kesatuan wilayah NKRI
2. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika
3. Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif
4. Toleransi
5. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
6. Menerapkan rasa kekeluargaan
7. Musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan
8. Bersikap adil
Prinsip Persatuan dan Kesatuan
Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa terdapat beberapa prinsip yang
menjadi pondasinya. Ada 5 prinsip penting, agar lebih jelas kita akan bahas satu persatu dari :
1. Prinsip Bhinneka Tunggal
Menjiwai arti Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap
satu jua”.
Dengan beragam kebudayaan,ras, dan agama di Indonesia kita diwajibkan bersatu dalam
satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
Merupakan rasa cinta dan kesetiaan terhadap bangsa Indonesia. Nasionalisme merupakan
sikap politik dari masyarakat yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama.
Namun hal tersebut tidak membuat bangsa Indonesia merasa unggul dan menganggap
rendah bangsa lain, karena itu dapat menodai sila yang terkandung dalam Pancasila.
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Maksudnya adalah setiap orang diberi hak untuk memenuhi kemauannya asal tidak
menyalahi Hak Asasi Manusia.
Jika sampai melanggar dan merugikan orang lain, akan diberikan sanksi berdasarkan
perbuatannya.
4. Prinsip Wawasan Nusantara
Pengertian Wawasan Nusantara sendiri berupa cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
tentang diri dan bentuk geografis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wawasan Nusantara dilaksanakan guna memenuhi tujuan nasional. Memiliki fungsi
sebagai pedoman, motivasi, dan rambu-rambu dalam menentukan keputusan untuk
menyelenggarakan negara.
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Sebagai warga negara kita harus bisa mengisi kemerdekaan dengan baik. Caranya dengan
melakukan pembangunan dengan dilandasi rasa persatuan.
Faktor Penghambat
Lampiran 2
Penilaian Sikap
Perubanan tingkah laku
Tanggung
Santun Peduli
No Nama Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ...................
2 ...................
3 ……………..
……………..
4
……………..
5
Dst ……………..
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
Penilaian
1. PPKn
Produk siswa dinilai dengan daftar periksa
2. SBdP
Catatan pengamatan keterampilan praktik pola lantai.
Untuk menjembatani aspirasi dari kedua golongan tersebut, kemudian di bentuk panitia
kecil yang di kenal dengan panitia sembilan yang terdiri dari Abikusno Tjokrosujoso, A. Kahar
Muzakkir, Agus Salim, Achmad Wahid Hasyim yang mewakili golongan Islam, Soekarno,
Muhammad Yamin, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo yang mewakili golongan nasionalis
netral agama, serta A.A. Maramis dari golongan kristen. Panitia ini kemudian menyusun naskah
pembukaan UUD yang merupakan kompromi antara golongan Islam dan nasionalis sekuler,
yang kemudian di kenal dengan nama piagam Jakarta ( Jakarta charter ) di mana di dalam sila
pertamanya berbunyi “ketuhanan dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.” Kesepakatan ini di capai melalui sidang pada tanggal 22 Juni 1945. A.A.Maramis
sebagai wakil dari Kristen, kepada Abikusno dan Kahar Muzakkir menyatakan persetujuannya.
“Saya setuju 200 %,” kata Maramis.
Namun, kesepakatan ini mentah kembali karena ada keberatan dari pihak kristen di
bagian timur Indonesia. Mereka akan mengundurkan diri dari negara kesatuan republik
indonesia yang akan diproklamasikan, apabila tujuh kata dalam piagam Jakarta tetap
dipertahankan. Hal ini mencuat dalam sidang panitia Undang-undang dasar pada 11 Juli 1945.
Kelompok kristen dari indonesia timur yang di wakili oleh Latuharhary menyatakan
keberatannya dengan ungkapan “dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya.” Ia menyatakan bahwa hal demikian dapat menimbulkan akibat besar bagi
penganut agama minoritas dan menimbulkan masalah-masalah dengan hukum adat. Keberatan
itu kemudian di jawab oleh Agus Salim. Ia menyatakan bahwa penganut agama selain Islam
akan dapat menjalankan agamanya sesuai dengan kepercayaan mereka dan tidak perlu
khawatir dengan mayoritas Islam, dan masalah hukum adat dan hukum Islam adalah masalah
lama yang pada umumnya sudah dapat di selesaikan. Melihat perdebatan itu, kemudian
Soekarno sebagai pimpinan menyatakan bahwa kesepakatan ini sudah merupakan jalan tengah
yang sudah di capai dengan susah payah, dan jangan lagi di utak-atik.
Namun, kesepakatan tersebut di hapus. Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara
proklamasi kemerdekaan, datang beberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur.
Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut: Sam Ratulangi wakil dari Sulawesi, Tadjoedin
Noor dan Ir. Pangeran Noor wakil dari Kalimantan, I Gusti Ketut Pudja wakil dari Nusa Tenggara
Latu Harhary wakil dari Maluku. Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat
tentang bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama
Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”. Pada tanggal 18 Agustus 1945. Pagi hari sebelum rapat PPKI di
mulai, Hatta mengundang 4 orang panitia yang di anggap mewakili umat Islam. Mereka adalah
Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Mohammad Hasan.
Kepada mereka Hatta mengatakan bahwa rakyat Kristen di Indonesia timur akan menolak
masuk ke dalam pangkuan NKRI jika rumusan piagam Jakarta masuk dalam konstitusi. Hatta
menyarankan agar kata-kata yang ada dalam sila pertama di ganti dengan ketuhanan Yang
Maha Esa. Dari dialog dengan Hatta ini kemudian, tokoh-tokoh islam tersebut menerima saran
Hatta.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan mereka setuju dengan saran hatta, yaitu :
1. Hatta adalah tokoh yang memiliki moralitas dan kejujuran yang tidak terbantahkan. Bagi
mereka tidak mungkin Hatta membohongi mereka.
2. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia dalam kondisi yang kritis, dalam artian kemerdekaan
Indonesia harus dipertahankan mati-matian. Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan
seluruh komponen bangsa adalah syarat mutlak untuk mempertahankan kemerdekaan.
Wakil Islam menyadari bahwa kalau mereka bersikukuh mempertahankan pendirian
mereka, tidak mustahil persatuan akan hancur dan penjajakah akan datang kembali ke
Indonesia.
3. Setelah proklamasi kemerdekaan, wakil-wakil Islam berharap akan memperjuangkan
kembali cita-cita mereka di lembaga konstitusional.
Tetapi, sebelum ada kesepakatan, Ki Bagus Hadikusumo, merupakan wakil Islam yang
gigih mempertahankan piagam Jakarta. Kasman Singodimedjo yang sesama Muhammadiyah
melakukan pendekatan secara personal kepada Ki Bagus. Dalam memoirnya yang berjudul
Hidup Adalah Perjuangan, Kasman menceritakan aksinya melobi Ki Bagus. Dengan bahasa Jawa
yang sangat halus, ia mengatakan kepada Ki Bagus:
“Kiai, kemarin proklamasi kemerdekaan Indonesia telah terjadi. Hari ini harus cepat-cepat
ditetapkan Undang-Undang Dasar sebagai dasar kita bernegara, dan masih harus
ditetapkan siapa presiden dan lain sebagainya untuk melancarkan perputaran roda
pemerintahan. Kalau bangsa Indonesia, terutama pemimpin-pemimpinnya cekcok, lantas
bagaimana?! Kiai, sekarang ini bangsa Indonesia kejepit di antara yang tongol-tongol dan
yang tingil-tingil. Yang tongol-tongol ialah balatentara Dai Nippon yang masih berada di
bumi Indonesia dengan persenjataan modern. Adapun yang tingil-tingil (yang mau masuk
kembali ke Indonesia, pen) adalah sekutu termasuk di dalamnya Belanda, yaitu dengan
persenjataan yang modern juga. Jika kita cekcok, kita pasti akan konyol. Kiai, di dalam
rancangan Undang-undang Dasar yang sedang kita musyawarahkan hari ini tercantum satu
pasal yang menyatakan bahwa 6 bulan lagi nanti kita dapat adakan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, justru untuk membuat Undang-Undang Dasar yang sempurna.
Rancangan yang sekarang ini adalah rancangan Undang-undang Dasar darurat. Belum ada
waktu untuk membikin yang sempurna atau memuaskan semua pihak, apalagi di dalam
kondisi kejepit! Kiai, tidakkah bijaksanaan jikalau kita sekarang sebagai umat Islam yang
mayoritas ini sementara mengalah, yakni menghapus tujuh kata termaksud demi
kemenangan cita-cita kita bersama, yakni tercapainya Indonesia Merdeka sebagai negara
yang berdaulat, adil, makmur, tenang tenteram, diridhai Allah SWT.”(Hidup Adalah
Perjuangan, 75 Tahun Kasman Singodimejo, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1982 )
Akhirnya, dalam hitungan kurang dari 15 menit, seperti diceritakan Hatta dalam
bukunya, Sekitar Proklamasi, tujuh kata dalam Piagam Jakarta dihapuskan. Menyikapi
penghapusan ini, Ketua Umum Masyumi, Prawoto Mangkusasmito dengan sedih mengatakan,
“Piagam Jakarta yang didapat dengan susah payah, memeras otak dan tenaga berhari-hari oleh
tokoh-tokoh terkemuka, pada rapat PPKI 18 Agustus 1945 dalam beberapa menit saja dapat
diubah. Kekuatan apakah yang mendorong dari belakang hingga perubahan itu terjadi?” Selain
Prawoto, tokoh Masyumi lainnya seperti Mohammad Natsir mengatakan, peristiwa 18 Agustus
1945 adalah peristiwa sejarah yang tak dapat dilupakan. “Menyambut Proklamasi 17 Agustus
kita bertahmid. Menyambut hari besoknya, tanggal 18 Agustus, kita beristighfar. Insya Allah
umat Islam tidak akan lupa.” kata Natsir. Dengan di hapusnya tujuh kata dalam piagam Jakarta,
maka dapat dikatakan bahwa umat islam mengalami kegagalan dalam perjuangan mereka
menjadikan Islam integral dalam kehidupan berbangsa. Meskipun pada awalnya, syariat Islam
sempat menjadi acuan dalam kehidupan bernegara, umat Islam harus rela mengorbankan
keinginan mereka dan menerima rumusan yang lain, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan
akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia.
TUGAS AKHIR MODUL PPKn
Soal No. 3
Pancasila sebagai suatu dasar negara adalah terdiri dari lima sila-sila, tetapi sila-sila tersebut
saling ada hubungannya satu dengan lainnya secara keseluruhan, tidak ada satupun sila yang
terpisah satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dapat diistilahkan “Eka Pancasila”, lima sila
dalam satu kesatuan yang utuh. Ditinjau dari susunan Pancasila yaitu :
Berikut dibawah ini inti dari sila pertama sampai sila kelima.
• Sila Pertama Yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini ditempatkan paling pertama karena bangsa indonesia meyakini segala sesuatu
asalnya dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tuhan nama lain dalam filsafat disebut
dengan causa prima artinya sebab yang disebabkan oleh segala sesuatu.
• Sila Kedua Yaitu Kemanusiaan Yang Adil Dan beradab
Sila ini ditempatkan kedua setelah sila pertama karena yang akan mencapai tujuan dan
nilai-nilai yang didambakan oleh negara adalah manusianya. Apabila manusianya hidup
rukun, kreatif dan bertanggung jawab maka negara Indonesia akan mencapai tujuan dan
keinginan yang didambakan.
• Sila Ketiga Yaitu Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini kaitanya eratnya dengan nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak
mempergunakan awalan (ke) dan akhiran (an), tetapi awalan (per) dan akhiran (an),
dimaksudkan ada dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau nasionalisme
Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, agama, bahasa, tetapi
dilatar belakangi oleh sejarah (historis) dan etika (etis). Oleh karena itu persatuan Indonesia,
bukan sesuatu yang terbentuk sekali dan berlaku untuk selama-lamanya. Persatuan
Indonesia merupakan sesuatu yang selalu harus diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan,
dan diupayakan secara terus-menerus. Semangat persatuan atau nasionalisme Indonesia
harus selalu dipompa, sehingga semakin hari semakin kuat.
• Sila Keempat Yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Sila Keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh oleh rakyat indonesia dalam
membebaskan dari penjajahan dan memerdekakan agar diakui suatu negara yang berdaulat
dan memiliki undang-undang. Dalam sila keempat ini dijelaskan juga bahwa bangsa
indonesia sejak jaman penjajahan selalu melakukan permusyawaratan bila akan melawan
atau mempertahankan daerah bangsa indoensia dari para penjajah dan dari dulu segala
sesuatu peraturan yang menyangkut soal rakyat indonesia pasti di tangani oleh pemerintah.
• Sila kelima Yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Bangsa Indonesia.
Sila Kelima merupakan sila terakhir karena sila ini merupakan untuk selalu menggambarkan
dalam bertindak supaya bersikap adil kepada setiap warga negara indonesia, tanpa
membedakan status sosial, suku, ras, dan bahasa sehingga tujuan dari bangsa Indonesia
akan tercapai dengan keikiutan serta semua rakya bangsa indonesia dalam mewujudkan
suatu negara yang adil dalam segi hal.
Oleh karena itu dari setiap masing-masing sila-sila mempunyai makna dan peran sendiri-
sendiri. Semua sila berada dalam keseimbangan dan berperan dengan bobot yang sama.
Pancasila yang terdiri dari 5 sila itu saling berkaitan yang tak dapat dipisahkan:
➢ Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah menjiwai isi sila 2, 3, 4, dan 5, artinya dalam
segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai
nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.
➢ Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang dijiwai sila ke-1 dan isinya meliputi sila
3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal yang berkaitan
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara ini
mempunyai peraturan yang menjunung tinggi harkat dan martabat manusia.
➢ Sila ketiga Persatuan Indonesia yang dijiwai sila 1, 2 dan menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila
ini mempunyai makna manusia sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan
negara Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan
maupun beragama yang berbeda.
➢ Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan dijiwai sila 1, 2, 3 dan menjiwai isi dari sila ke-5. Sila ini
menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada karena rakyat maka dari itu rakyat berhak
mengatur kemana jalannya negara ini.
➢ Sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu dijiwai oleh isi dari sila 1, 2, 3,
dan 4. Sila ini mengandung makna yang harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi
rakyat Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada.
Sebagai input adalah Sila 1, karena Sila 1 bersifat asasi dan menjadi jiwa bagi seluruh
sila lainnya. Bagi Pancasila, Sila 1 hanya menjadi input, dan bukan menjadi proses.
Karena proses berketuhanan adalah wilayah dari agama. Ruang lingkup agama adalah
mencakup seluruh kehidupan manusia lahir batin dunia akhirat, sedangkan Pancasila
adalah khusus dimaksudkan untuk membentuk kehidupan bernegara.
Sedangkan output adalah Sila 5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Negara
akan dianggap gagal apabila output ini tidak tercapai. Pilihan Keadilan sebagai output
adalah sangat tepat, sesuai dengan urutannya: adil, makmur, sentosa (sejahtera).
Ketidakadilan jauh lebih berat ditanggung dibandingkan ketidak makmuran. Apabila
keadilan sudah ditegakkan, maka kemakmuran dan kesejahteraan akan menyusul.
Tetapi jika kemakmuran yang didahulukan, maka keadilan belum tentu akan tercapai.
2. Proses
Sila 2, 3, dan 4 adalah proses di sistem Pancasila. Sebagaimana sistem di ISO, maka
parameter-parameter proses harus didefinisikan dengan jelas dan terukur, agar proses
dapat dikendalikan dengan baik sehingga dapat menghasilkan output sesuai dengan
yang diinginkan.
Proses adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan
kondisi yangdiinginkan sesuai dengan masing-masing sila. Proses dilakukan
berkelanjutan agar dapat mengikuti perubahan dan perkembangan jaman. Secara
umum proses ini dapat berupa pengkajian, pengujian, pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, penataran, sertifikasi, dan seterusnya.
o Input dari Sila 2 adalah Sila 1, norma kemanusiaan universal, budaya bangsa, dan adat
istiadat. Output proses ini adalah Negara Indonesia yang benar-benar menjunjung tinggi
Kemanusiaan yangAdil dan Beradab, beserta para manusianya yang sangat berperi
kemanusiaan.
o Input dari Sila 3 adalah output dari Sila 2 dan semua ajaran yang membangkitkan jiwa
persatuan. Output proses ini adalah Negara Indonesia yang bersatu, beserta para
manusianya yang relamengorbankan kepentingan partai, golongan, suku, bahkan jiwa
raga dan hartanya demi negara.
o Input dari Sila 4 adalah output dari Sila 3 dan Hikmat Kebijaksanaan dalam demokrasi
kerakyatan. Output proses ini adalah Negara Indonesia yang benar-benar mewujudkan
Sila 5 Keadilan Sosial, beserta para manusianya yang rela dan tulus berjuang dan bekerja
untuk rakyat dan negara.
D. Saling Mengisi Dan Saling Mengklasifikasi
Hubungan yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi merupakan cerminan dari satu sila
yang mengandung dan mengisi sila yang lain. Dengan kata lain bahwa sebuah sila pasti
mengandung intisari dari sila-sila yang lain.
Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang Berketuhannan
Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam prmusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah persatuan yang berKetuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab , yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Sila kelima : keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia adalah yang Berketuhanan Yang
Maha Esa, ber kemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
TUGAS AKHIR MODUL PPKn
Soal No.4
BAB I
PENDAHULUAN
ranah tersebut, diperlukan pendidikan yang berkualitas dan mampu memberikan dampak
pendidikan yang dapat mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang tertera dalam
pasal 3 Undang- undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa
undang No. 20 Tahun 2003 akan tercapai apabila proses pembelajaran yang dilakukan
pembelajaran, diantaranya yaitu tujuan, bahan, metode dan alat penilaian”. Komponen-
komponen tersebut sangat terkait satu sama lain, saling berhubungan dan
dilakukan oleh guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas tidak lepas dari 4
kompetensi yang harus dikuasai, yaitu: (i) kompetensi kepribadian, (ii) kompetensi
2013:55). Dari ke empat kompetensi tersebut, salah satu kompetensi yang harus
pembelajaran yang mendidik. Oleh karena itu guru harus menguasai kompetensi
yang berkualitas. Salah satu kompetensi paedegogis yang menunjang tercapainya proses
pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada seperti media belajar dan
metode belajar. Dengan begitu, pencapaian proses belajar yang berkualitas oleh guru
adalah model pembelajaran cooperative tipe Take and Give. Take and Give secara
bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi (Huda, 2013:41). Model pembelajaran
tipe Take and Give merupakan tipe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk
membangun proses pembelajaran yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme yang
penuh dari siswa, serta dapat memberikan keleluasaan siswa untuk mengekpresikan
dirinya dan berinteraksi secara baik terhadap teman-temannya, siswa juga di tantang
untuk lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dan juga melatih siswa untuk
bekerja sama sehinggga pada akhirnya siswa dapat menghargai kemampuan orang lain.
Model pembelajaran Take and Give akan lebih memberikan dampak yang sangat
bagus terhadap hasil belajar kognitif siswa apabila didukung dengan penggunaan media
grafis. Media grafis merupakan salah satu media yang dapat membantu siswa dalam
belajar kognitif. Dengan berbantuan media grafis akan memudahkan siswa untuk
mengingat, menghafal dan memudahkan siswa dalam membuat catatan singkat dari isi
materi yang disampaikan karena di dalamnya terdapat isi pokok materi saja.
kuat terrhadap penggunaan model pembelajaran Take and Give berbantuan media grafis
antara lain : hasil kajian Mega, dkk (2014) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Take and Give berbantuan media grafis dapat
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN 12 Padangsambian. Dari hasil
penelitian tersebut dapat difahami bahwa model pembelajaran Take and Give
berbantuan media grafis cenderung dapat mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa.
Hal ini disebabkan karena melalui model pembelajaran Take and Give berbantuan media
grafis menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan
teman sebayanya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada pengaruh model
pembelajaran kooperative tipe Take and Give berbantuan media grafis terhadap hasil
A. Kajian Materi
Berdasarkan pada kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun 2013. Kompetesi Inti
dan Kompetensi Dasar “Menelaah persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara beserta dampaknya” sebagai berikut:
Tabel 1.1
KI dan KD Mata Pelajaran PKn
No Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
3 Memahami pengetahuan faktual 3.4 Menelaah persatuan dan
dengan cara mengamati (mendengar, kesatuan terhadap kehidupan
melihat, membaca) dan menanya berbangsa dan bernegara
berdasarkan rasa ingin tahu tenang beserta dampaknya.
dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya dirumah dan di sekolah.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu pasti membutuhkan
orang lain. Seperti kita tahu, manusia jelas tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya
sendiri, untuk itu sesama manusia hendaknya saling rukun agar bisa melengkapi satu sama lain.
Kerukunan tersebut bisa tercermin dari kekompakan sesama manusia dalam menjaga
persatuan dan kesatuan dalam berbagai aspek.
Supaya lebih jelas kita bisa mulai mempelajarinya dari pengertian persatuan dan
kesatuan itu sendiri.
1. Pengertian Persatuan dan Kesatuan
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih
luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan
adat istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu
persatuan dan kesatuan sangat erat hubungannya.
2. Makna Persatuan dan Kesatuan
Tahukah kalian?
Setiap sesuatu yang berharga pasti punya makna. Persatuan dan kesatuan adalah hal
penting yang harus dimiliki setiap bangsa. Makna pokok tersebut antara lain, yaitu :
a. Menjaga rasa persatuan dan kesatuan dengan menjalin rasa kebersamaan dan saling
melengkapi.
b. Menjalin toleransi dan rasa kemanusiaan dengan hidup berdampingan secara
harmonis
c. Menjalin rasa kekeluargaan,persahabatan,saling tolong-menolong, dan rasa
nasionalisme.
3. Nilai Persatuan dan Kesatuan
Ketika sudah dapat memaknai apa itu persatuan dan kesatuan, kita juga harus bisa
memahami nilai- nilai yang terdapat dalam sebuah persatuan dan kesatuan.
Nilai-nilai itu adalah :
a. Mempertahankan persatuan dan kesatuan wilayah NKRI
b. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika
c. Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan positif
d. Toleransi
e. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
f. Menerapkan rasa kekeluargaan
g. Musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan
h. Bersikap adil
4. Prinsip Persatuan dan Kesatuan
Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa terdapat beberapa prinsip yang
menjadi pondasinya. Ada 5 prinsip penting, agar lebih jelas kita akan bahas satu persatu
dari :
a. Prinsip Bhinneka Tunggal
Menjiwai arti Bhinneka Tunggal Ika itu sendiri, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap
satu jua”. Dengan beragam kebudayaan,ras, dan agama di Indonesia kita diwajibkan
bersatu dalam satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
b. Prinsip Nasionalisme Indonesia
Merupakan rasa cinta dan kesetiaan terhadap bangsa Indonesia. Nasionalisme
merupakan sikap politik dari masyarakat yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama.
Namun hal tersebut tidak membuat bangsa Indonesia merasa unggul dan menganggap
rendah bangsa lain, karena itu dapat menodai sila yang terkandung dalam Pancasila.
c. Prinsip Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Maksudnya adalah setiap orang diberi hak untuk memenuhi kemauannya asal tidak
menyalahi Hak Asasi Manusia. Jika sampai melanggar dan merugikan orang lain, akan
diberikan sanksi berdasarkan perbuatannya.
d. Prinsip Wawasan Nusantara
Pengertian Wawasan Nusantara sendiri berupa cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia tentang diri dan bentuk geografis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wawasan Nusantara dilaksanakan guna memenuhi tujuan nasional. Memiliki fungsi
sebagai pedoman, motivasi, dan rambu-rambu dalam menentukan keputusan untuk
menyelenggarakan negara.
e. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Sebagai warga negara kita harus bisa mengisi kemerdekaan dengan baik. Caranya
dengan melakukan pembangunan dengan dilandasi rasa persatuan.
5. Contoh Persatuan dan Kesatuan
Setelah mengetahui berbagai prinsip yang memperkuat persatuan dan kesatuan, kita
harus bisa menerapkannya dalam bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan rasa
persatuan dan kesatuan.
Beberapa contoh sikap persatuan dan kesatuan, antara lain :
a. Saling menghargai dan menyayangi antar sesama anggota keluarga
b. Selalu bertutur kata sopan
c. Menjaga kerukunan dengan semua anggota keluarga
d. Tidak memaksakan kehendak orang lain
e. Membantu anggota keluarga apabila mengalami kesulitan
6. Faktor Penghambat
Selain menerapkan sikap persatuan dan kesatuan, sebagai warga negara yang baik kita
perlu mengetahui bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia begitu luas.
Kebudayaan yang ada di dalamnya juga majemuk.
Untuk itu kita sebagai warga negara wajib mewaspadai faktor penghambat dalam
mempererat persatuan dan kesatuan. Beberapa faktor tersebut antara lain, yaitu :
a. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam (heterogen)
Penduduk Indonesia yang beraneka ragam dapat menjadi hambatan dalam membangun
persatuan dan kesatuan.
Namun untuk mengatasi hal tersebut sebagai warga Indonesia yang baik kita sepatutnya
dapat mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati antar agama, suku, ras,
maupun antar golongan.
Perbedaan yang ada harus kita jadikan alasan untuk bersatu, bukan menjadikannya
peluang untuk munculnya perpecahan.
b. Kurangnya kesadaran akan gangguan dari luar
Gangguan dari luar ini bisa berbagai bentuk, salah satu contohnya ialah suatu daerah
yang berbatasan langsung dengan negara lain dan lebih memilih menggunakan mata
uang yang nilainya lebih besar sebagai alat transaksinya daripada rupiah.
Adapun daerah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan memilih utnuk
menyebrang ke negara tetangga dalam melakukan aktivitas kehidupan.
c. Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan yang merongrong NKRI
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tentu mendapatkan ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan yang menginginkan perpecahan NKRI.
Oleh karena itu, kita harus selalu mewaspadai berbagai faktor yang kemungkinan
muncul guna menjaga keutuhan NKRI.
d. Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan
Ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan akan menimbulkan berbagai rasa
ketidakpuasan yang menyebabkan timbulnya masalah SARA, gerakan separatis, serta
demonstrasi.
e. Paham Etnosentrisme
Merupakan paham dimana berbagai suku bangsa menonjolkan kelebihan budayanya
dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
7. Kesimpulan
Kesimpulan dari berbagai uraian yang telah dijelaskan diatas adalah berbagai aspek
dalam mempererat persatuan dan kesatuan harus terus tersambung seperti rantai agar
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia bisa terus terjaga dengan baik.
Model pembelajaran merupakan suatu pola yang berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran. Suprijono (2009, hlm. 45) berpendapat bahwa: Model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implementasinya pada tingkat operasional di kelas.
Merujuk kepada pendapat diatas model pembelajaran merupakan landasan praktik.
Landasan praktik disini mengartikan bahwa sebelum mengajar alangkah lebih baik untuk
memilih suatu model sebagai pedomannya supaya pembelajaran lebih terarah.
Kemudian Toeti Soekamto dan Winataputra (dalam Shadiq, 2009, hlm. 7) mendefinisikan
model pembelajaran sebagai:
Kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan desain atau
prosedur pelaksanaan pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam
mencapai tujun pembelajaran.Siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah yang terdapat pada suatu model tertentu.Model pembelajaran berfungsi
sebagai pedoman bagi guru untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran supaya
kegiatan pembelajaran lebih terarah.
Sedangkan Arends (dalam Shoimin, 2013, hlm 23) menyatakan, “istilah model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaks,
lingkungan, dan sistem pengolahannya.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan desain atau prosedur pembelajaran yang mengorganisasikan
kegiatan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Model pembelajaran ini sering diartikan saling memberi dan saling menerima.
Menurut Slavin (dalam Shoimin, 2013, hlm. 195) ‟Model Pembelajaran Take and Give pada
dasarnya mengacu pada kontruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu
sendiri aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya‟. Jadi, Model
Pembelajaran Takeand Givemerupakan proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Kemudian Suyatno (dalam Dewi, dkk. 2014, hlm. 4) menyatakan bahwa: Model
Pembelajaran Take and Give adalah model pembelajaran yang memiliki sintaks pembelajaran
dengan menggunakan media kartu yang berisi nama siswa, bahan belajar, dan nama yang
diberi, informasikan kompetensi, sajianmateri, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh
berdiri dan mencari teman dan saling menginformasikan tentang materi atau pendalaman
perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan
siswa lain secara bergantian. Diteruskan dengan evaluasi dan refleksi.
Merujuk kepada pendapat di atas, model pembelajaran ini diawali dengan pemberian
kartu yang berisi pengetahuan kepada siswa.Catatan dalam kartu tersebut harus dipelajari oleh
siswa. Kemudian siswa mencari pasangan untuk bertukar pengetahuan yang ia dapat dari kartu
dengan pengetahuan yang terdapat pada kartu lain yang dipegang oleh temannya. Kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan menanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dalam kartu
dan pengetahuan lain yang mereka dapat dari temannya.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suyatno, Huda (2013, hlm. 242)
mengemukakan bahwa: Take and Give atau memberi dan menerima merupakan intisari dari
Model Pembelajaran Take and Give. Model pembelajaran ini didukung oleh penyajian data
yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa.Di dalam, ada catatan yang harus dikuasai
atau dihafal masing-masing siswa. Siswa kemudian mencari pasangannya masing-masing
untuk bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang didapatnya di kartu, lalu kegiatan
pembelajaran diakhiri dengan mengevaluasi keberhasilan siswa.
Jadi, komponen penting dalam pembelajaran ini adalah penguasaan materi yang
terdapat pada kartu pengetahuan.Keterampilan bekerjasama secara berpasangan. Kemampuan
mengkomunikasikan materi yang terdapat pada kartu serta evaluasi untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan siswa terhadap materi dari kartu yang ia miliki dan materi dari kartu yang
berasal dari temannya.
3. Media Grafis
Media grafis yaitu media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan
pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepada siswa). Saluran yang dipakai
komunikasi visual (Sadiman, dkk, 2011:28). Media grafis yang dimaksud dalam penelitian
Dalam Model Pembelajaran Take and Give ada beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh pendidik, yaitu persiapan awal sebelum di kelas dan langkah pembelajaran di
kelas, sebagaimana yang disampaikan oleh Shoimin (2013, hlm, 196) yaitu sebagai berikut:
a. Siapkan media berupa kartu.
b. Jelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
c. Untuk memantapkan penguasaan siswa, mereka diberi masing-masing satu kartu
untuk dipelajari atau dihafal lebih kurang 5 menit. Sub materi pada tiap kartu berbeda.
d. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk bertukar informasi. Tiap
siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu yang dipegangnya.
e. Demikian seterusnya hingga siswa dapat saling memberi dan menerima materi
masing-masing (Take And Give)
f. Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan.
g. Untuk mengevaluasi keberhasilan siswa, berikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan
kartunya (kartu orang lain).
h. Guru bertanya jawab meluruskan kesalah pahaman dan memberikan penguatan.
i. Kesimpulan.
BAB III
KESMPULAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil belajar yang
dicapai siswa akan meningkat jika diterapkan Model Take and Give pada proses pembelajaran
PPKn khususnya pada Kompetensi Dasar 3.4 yakni Menelaah persatuan dan kesatuan
2. Saran
a. Bagi Siswa
Pengalaman yang siswa dapatkan ketika diajarkan menggunakan model Take and
Give berbantuan media grafis dapat menjadi acuan untuk belajar PPKn yang baik dan
b. Bagi Guru
kreatifitasnya.
c. Bagi Sekolah
BAB V
PESERTA DIDIK
Pasal 12
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta
didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab
seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan
keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, etika serta melaksanakanya.
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik.
Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus di tati dan dilaksanakan
oleh peserta didik dalam proses belajar.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik
harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat
didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak
mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang
dimilikinya.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
“Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua
bagian”. (HR. Thabrani)
Namun secara definitif yang lebih detail para ahli telah menuliskan beberapa
pengertian tentang peserta didik. Peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan
memilki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik, peserta didik adalah orang
yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi
dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat
manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau
individu.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun
psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat
membutuhkan pendidikan dari pendidik.
Samsul Nizar, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis mengklasifikasikan peserta didik
sebagai berikut:
a. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.
b. Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
c. Peserta didik adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan individu baik
disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
d. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki
daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu.
e. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar,
Palajar, Murid serta Santri.
a) Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b) Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan
tinggi.
c) Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM).
d) Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan
formal tingkat menengah maupun tingkat atas.
e) Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
f) Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, khususnya
pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama islam.
Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia
dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan
untuk menjadi baik atau buruk.
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqorub kepada Allah SWT, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak yang
rendah dan watak yang tercela. Allah SWT berfirman yang Artinya: “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Qs. Ad-
Dzariat: 56)
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrowi. Allah SWT
berfirman yang Artinya: “Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan) ”....(Qs. Adh-Dhuha: 4).
3. Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi
untukkepentingan pendidikannya.
4. Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu – ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi.
6. Belajar dengan bertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju pelajaran
yang sukar.
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian hari beralih pada ilmu yang lainnya,
sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
8. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan dinia akherat.
11. Anak didik harus tunduk pada nasehat pendidik.
Menurut Asma Hasan Fahmi, sebagai mana yang dikutip oleh samsul nizar, menuliskan
beberapa kewajiban peserta didik antara lain :
1. Peserta didik hendaknya membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu, hal ini
disebabkan karena menuntut ilmu adalah ibadah dan tidak sah ibadah kecuali dengan
hati yang bersih.
2. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat
keutamaan.
3. Memiliki kemampuan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai tempat.
4. Setiap peserta didik wajib mengormati pendidiknya.
5. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
C. Hak Peserta Didik
Hak peserta didik menurut UU RI No. 20 th 2003:
1. Mendapat pendidikan agama sesuai agamanya.
2. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat& kemampuan.
3. Mendapat beasiswa bagi yang berprestasi dan orang tuanya tidak mampu membiayai.
4. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan yang setara.
5. Menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak
menyimpang batas waktu yang ditetapkan.
Berkaitan dengan pelayanan sekolah kepada peserta didik, hal yang perlu diperhatikan
terlebih dahulu adalah hak yang diterima oleh peserta didik dan kewajiban dari peserta
didik itu sendiri.
a. Kebutuhan Fisik
Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Proses
pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tiga tahapan :
✓ Peserta didik pada usia 0-7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami
masa kanak-kanak.
✓ Peserta didik pada usia 7-14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah
mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan pendidikan formal.
✓ Peserta didik pada 14-21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami masa
pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.
Kebutuhan ini perlu dipenuhi agar pesert didik dapat memperoleh posisi dan
berprestasi dalam pendidikan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
sosial adalah digunakan untuk memberi pengakuan pada seorang peserta didik yang
pada hakekatnya adlah seorang individu yang ingin diterima eksistensinya dalam
lingkungan masyarakat sesuai dengan keberadaan dirinya itu sendiri.
c. Kebutuhan Mandiri
Ketika seorang peserta didik telah melewati masa anak dan memasuki masa
keremajaan, maka seorang peserta didik perlu mendapat sikap pendiidk yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian
berdasarkan pengalaman. Hal ini disebabkan karena ketika peserta didik telah menjadi
seorang remaja, dia akan memilki ambisi atau cita-cita yang mulai ditampakkan dan
terfikir oleh peserta didik, inilah yang akan menuntun peserta didik untuk dapat memilih
langkah yang dipilihnya. Kebutuhan mandiri ini pada dasarnya memiliki tujuan utama
yaitu untuk menhindarkan sifat pemberontak pada diri peserta didik serta
menghilangkan rasa tidak puas akan kepercayaan dari orang tua peserta didik, karena
ketika seorang peserta didik terlalu mendapat kekangan akan sangat menghambat
kreatifitas dan kepercayaan diri untuk berkembang.
d. Kebutuhan Untuk Berprestasi
Untuk mendapatkan kebutuhan ini maka peserta didik harus mampu mendapatkan
kebutuhan status dan kebutuhan mandiri terlebih dahulu. Karena kedua hal tersebut
sangat erat kaitannya dengan kebutuhan berprestasi. Ketika peserta didik telah
mendapatkan kedua kebutuhan tersebut, maka secara langsung peserta didik akan
mampu mendapatkan rasa kepercayaan diri dan kemandirian, kedua hal inilah yang
akan menuntun langkah peserta didik untuk berprestasi.
KESIMPULAN
Peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik
maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat
membutuhkan pendidikan dari pendidik.
Kewajiban peserta didik adalah belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqorub kepada
Allah SWT, sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya
dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela menjaga norma-norma pendidikan
untukmenjamin keberlangsungan proses dankeberhasilan pendidikan, Bersikap tawadhu’
(rendah hati) dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya
dan jangan pernah meremehkan suatu ilmu yang telah diberikan.
PENELITIAN TERKAIT SOAL NO.4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
Take and Give berbasis kebudayaan lokal dan kelompok siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan
model pembelajaran Take and Give berbasis kebudayaan lokal pada siswa kelas V semester genap
tahun pelajaran 2016/2017 di gugus IX Kecamatan Karangasem. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan desain penelitian post test only control grup design. Dalam penelitian ini sampel
diambil dari populasi yang terdiri dari dua kelompok kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
yang ditentukan dengan teknik prohability sampling yaitu sampling cluster. Jumlah siswa yang
menjadi sampel sebanyak 48 orang. Data yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah hasil
belajar PKn siswa kelas V. Data tersebut dikumpulkan dengan metode tes. Data yang diperoleh
dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t (polled varians). Berdasarkan
hasil analisis diketahui thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Take and Give berbasis
kebudayaan lokal memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan
pada siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di gugus IX Kecamatan Karangasem.
Kata kunci : Take and give, kebudayaan lokal, hasil belajar PKn
Abstract
This research intend to knowing a significant difference in learning outcomes of Citizenship Education
between groups of students who are taught using Take and Give models based on local culture and
groups of students who are taught not to use the Take and Give model based on local culture in fifth
grade students in the academic year 2016/2017 In cluster IX Karangasem. This research is an
experimental research with post test only control group design. In this research the sample was taken
from the population consisting of two class groups namely experimental class and control class
determined by prohability sampling technique that is cluster sampling. The number of students who
become sample as many as 48 people. The data used as research material is the result of learning
Civics students class V. The data was collected by test methods. The data were analyzed by
descriptive statistics and inferential statistics with the t-test (polled variance). Based on the analysis
result is known t count is greater than t table (t hitung> t table), so H0 is rejected and H1 accepted.
Thus, it can be concluded that the Take and Give learning model based on local culture has a
significant influence on the learning outcomes of Citizenship Education on fifth grade students the
academic year 2016/2017 in cluster IX districtsKarangasem.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
1 SD N 2 Subagan 72 77,07
2 SD N 3 Subagan 75 77,96
3 SD N 4 Subagan 75 77,45
4 SD N 8 Subagan 65 72,36
5 SD N 9 Subagan 75 77,14
Dari data diatas dapat dilihat rata- Pembelajaran masih terpusat pada
rata nilai ujian akhir semester mata penjelasan guru sehingga membuat siswa
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di menjadi pasif. Dalam penyampaian
kelas V SD Gugus IX Kecamatan materi guru hanya menjelaskan materi
Karangasem memenuhi KKM namun yang terdapat didalam buku tanpa
belum maksimal. Selain itu jika dilihat dari menyertakan contoh yang berkaitan atau
perolehan nilai perorangannya, masih dekat dengan dunia nyata. Siswa yang
banyak siswa yang memperoleh nilai hanya belajar melalui penjelasan guru
dibawah KKM. Hal ini dikarenakan cara cenderung hanya menyimak dan
guru menyampaikan materi masih dengan menghapal tanpa benar-benar mengerti
cara yang berpusat pada guru. materi yang disampakan dan tidak dapat
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Eksperimen X O1
Kontrol - O2
(Sugiyono,2009)
Tabel 3. Deskripsi hasil belajar PKn siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol
Kelas Mean Median Modus Standar Varians
deviasi
Eksperimen 25,12 25,17 25,30 2,10 4,43
Kontrol 18,18 17,20 16,58 2,91 8,44
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
taraf signifikansi 5% dan dk = 3 adalah 2 hit 2 tab ), sehingga data hasil belajar
7,815. Hal ini berarti, hit hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelompok
2
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan
kontrol
Ftab dengan Taraf
Sumber Data Fhit Status
Signifikansi 5%
Post-test Kelompok
1,91 2,01 Homogen
Eksperimen dan Kontrol
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Shoimin,Aris.2014.68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-
Ruzz Media.
Sutoyo.2011.Pendidikan
Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
10