Oleh:
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada saat ini, industri mie instan adalah salah satu sektor industri pangan
yang sudah cukup pesat perkembangannya dan memiliki prospek yang baik.
Perkembangan industri mie instan dapat ilihat dari beberapa faktor. Faktor
pertama adalah dilihat dari jumlah konsumsi mie instan per kapita di
Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000
konsumsi mie instan per kapita hanya mencapai 3,7 kilogram (sama dengan
53,1 bungkus), pada tahun 2005 meningkat 46% menjadi 5 kilogram.
Meningkatnya jumlah konsumsi mie instan memberikan kesan bahwa
industri mie instan merupakan industri yang tahan krisis dan memiliki
peluang yang lebih besar pada masa yang datang. Faktor kedua adalah
meningkatnya jumlah perusahaan yang menjadi produsen mie instan di
Indonesia. Jika pada tahun 2001 terdapat 57 perusahaan yang terjun ke dalam
industri ini, setahun kemudian terjadi peningkatan menjadi 59 perusahaan dan
pada tahun 2005 terdapat 84 perusahaan. Faktor ketiga adalah meningkatnya
volume produksi mie instan setiap tahunnya. Jika pada tahun 2004 volume
produksi mencapai 975.000 ton, pada tahun 2005 meningkat 30% menjadi
1.272.000 ton.
PT Indofood Sukses Makmur (PT ISM), Tbk merupakan produsen
mieinstan di Indonesia yang memproduksi mie instan dengan 40 citarasa dan
beberapa merek. PT ISM, Tbk pada awalnya menguasai pangsa pasar mie
instan di Indonesia 80%, namun seiring dengan semakin banyaknya
perusahaan yang menjadi produsen mie instan, pangsa pasar PT ISM, Tbk
menurun menjadi 70%. Banyaknya produk mie instan yang beredar di
pasaran dan persaingan tingkat produsen yang semakin tinggi, menyebabkan
PT ISM, Tbk harus dapat bertahan dengan baik dan meningkatkan daya saing.
Salah satu cara meningkatkan daya saing adalah perusahaan harus
mengoptimalkan kinerja dari fungsi-fungsi yang ada di perusahaan.
Fungsi produksi dan operasi memegang peranan yang cukup penting
dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena 50-60% kegiatan perusahaan
merupakan aktifitas produksi dan operasi (Render dan Heizer, 2005). Oleh
3
2. Permasalahan
a. Bagaimana sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk ?
4
b. Apa saja biaya dalam persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk ?
3. Tujuan
a. Mengetahui sistem persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk
b. Mengetahui biaya dalam persediaan bahan baku pada Divisi Noodle, PT
Indofood Sukses Makmurm Tbk
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Persediaan
Baroto (2002) mendefinisikan sistem persediaan sebagai suatu
mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang
sehubungan dengan persediaan menjadi output, dimana untuk itu diperlukan
umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Mekanisme sistem ini
adalah pembuatan serangkaian kebijakan yang memonitor tingkat persediaan,
menentukan persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi dan
berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem persediaan bertujuan
menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam
kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem
dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui
penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal
(Handoko, 2000).
2. Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau dijual
pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang disimpan untuk
diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses
manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Kusuma, 2004).
Pengertian persediaan menurut Pardede (2003) adalah sejumlah bahan
atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada masa yang
akan datang. Persediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang
diadakan melalui proses produksi atau pembelian lebih besar daripada
jumlah yang digunakan (dijual atau diolah sendiri).
5
berat) dan jumlah barang yang diterima dengan yang tercantum di dalam PO.
Kemudian barang diuji oleh Departemen QC dengan mengambil contoh
secara acak. Jika hasil dari pemeriksaan dan pengujian tidak sesuai dengan
yang tercantum dalam PO dan standar dalam kontrak ataupun dokumennya
tidak lengkap, maka bagian Departemen Purchasing akan mengembalikan
barang tersebut kepada pihak pemasok dan meminta penggantian barang.
Sedangkan apabila barang yang diterima telah memenuhi syarat, maka bagian
penerimaan di gudang akan mengeluarkan bukti penerimaan dan mencatat
barang-barang yang diterima ke dalam kartu persediaan.
6. Penyimpanan Bahan Baku PT ISM, Tbk
Bahan baku yang menjadi bagian penting dalam proses produksi
ditempatkan di gudang bahan baku. Hal yang berkenaan dengan penyimpanan
bahan baku berada pada wewenang Departemen Warehouse (Gudang).
Departemen Gudang bertanggungjawab atas keluar masuknya bahan baku
serta penyimpanannya. Dalam manajemen gudang bahan baku Divisi Noodle,
PT ISM, Tbk terdapat prosedur penanganan bahan baku, yaitu :
a. Penerimaan
Penerimaan bahan baku ke Departemen Warehouse (Gudang)
merupakan hasil pemesanan yang dilakukan oleh Departemen Purchasing.
Sebelum masuk gudang, bagian penerimaan barang digudang akan
mengontrol jumlah yang diterima berdasarkan pesanan (PO) dan
selanjutnya Departemen QC akan mengambil contoh untuk memeriksa
mutu yang telah ditetapkan. Apabila sudah sesuai standar kemudian
Departemen Gudang akan membuat nota bukti penerimaan bahan dan
mencatatnya ke dalam kartu persediaan.
Perhitungan jumlah bahan baku tepung terigu dan tepung tapioka akan
disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Divisi Noodle, PT
ISM, Tbk. Tepung tapioka mempunyai berat 50 kg per zak, dan perusahaan
telah memperhitungkan rendemen, sehingga berat per zak 49,85 kg.
Sedangkan untuk tepung terigu, berat per zaknya 25 kg dan perusahaan
juga telah memperhitungkan rendemennya sehingga berat per zak 24,55-
24,85 kg.
b. Penyusunan
17
Harga pembelian tepung terigu Cakra Kembar Rp 88.800 per zak, tepung
terigu Segitiga Biru sebesar Rp 79.200 per zak, tepung terigu Segitiga Hijau
sebesar Rp 66.300 per zak dan tepung tapioca sebesar Rp 222.000 per zak.
Pemasok tidak membatasi jumlah pembelian karena selama ini pemasok
mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. Biaya penyimpanan adalah biaya
yang timbul akibat dari bahan baku yang disimpan. Biaya penyimpanan
terdiri dari biaya utilitas, biaya upah, equipment dan maintenance, serta biaya
opportunity cost of capital (biaya modal).
Biaya utilitas merupakan biaya fasilitas penyimpanan seperti air dan
listrik untuk pencahayaan, pemanas atau pendingin. Biaya upah merupakan
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperkerjakan karyawan dalam
pengangkutan, pemeliharaan dan penjagaan bahan baku. Equipment dan
maintenance adalah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan dan
pemeliharaan bahan baku tersebut di gudang, seperti pemeliharaan forklift,
20
Tabel 3. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per tahun (Rp/zak/tahun)
21
Tabel 4. Biaya penyimpanan bahan baku per zak per hari (Rupiah /zak/hari)
22
Total biaya persediaan bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk pada
tahun 2006 adalah Rp 5.278.980 per hari atau Rp 1.647.041.622 per tahun.
Biaya persediaan bahan baku terbesar selama tahun 2006 adalah biaya
persediaan bahan baku jenis tepung terigu Cakra Kembar, yaitu Rp 3.745.432
24
per hari atau Rp. 1.168.574.784 per tahun. Sementara itu yang terendah
adalah jenis bahan baku tepung tapioka Rp 132.789 per hari atau Rp
41.430.230 per tahun.
Besarnya biaya persediaan bahan baku tepung terigu Cakra Kembar
dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku tepung terigu Cakra
Kembar cukup besar, yaitu 14.126 zak dan rataan kekurangan bahan yang
juga besar, yaitu 92 per hari. Sedangkan rendahnya biaya persediaan bahan
baku tepung tapioca dikarenakan jumlah persediaan rataan bahan baku tepung
tapioca rendah yaitu 589 zak dan rataan kekurangan bahan yang rendah, yaitu
0,6 zak per hari. Total biaya persediaan bahan baku per hari untuk masing-
masing bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Total biaya persediaan bahan baku per hari (Rupiah / hari)
Berdasarkan total biaya persediaan bahan baku per hari, maka total biaya
persediaan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan per tahun
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Total biaya persediaan bahan baku pada tahun 2006 (Rupiah / tahun)
25
D. KESIMPULAN
1. Bahan baku utama yang digunakan oleh Divisi Noodle, PT ISM, Tbk adalah
tepung terigu dan tepung tapioka. Tepung terigu yang digunakan oleh Divisi
Noodle, PT ISM, Tbk terdiri dari tiga jenis, yaitu strong flour (tepung keras
cap Cakra Kembar), medium flour (tepung setengah keras cap Segitiga Biru)
dan soft flour (tepung lunak cap Segitiga Hijau). Penentuan jumlah bahan
baku yang dipesan didasarkan oleh perkiraan perusahaan terhadap jumlah
penjualan produk mie instan pada masa mendatang dan rataan pemakaian
bahan baku pada tiga periode sebelumnya. Sistem manajemen persediaan
bahan baku di Divisi Noodle, PT ISM, Tbk menghasilkan total biaya
persediaan untuk semua bahan baku Rp 1.647.041.822 per tahun
2. Biaya yang terdapat dalam manejemen persediaan Divisi Noodle, PT ISM,
Tbk adalah biaya pemesanan , biaya administrasi, Biaya utilitas, Biaya upah,
Biaya Maintenance dan Equipment, Biaya Modal, biaya penyimpanan, biaya
pemesanan khusus, biaya kehilangan keuntungan
DAFTAR PUSTAKA