Anda di halaman 1dari 19

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROSES DAUR AIR MELALUI
MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI SISWA KELAS
V SDN MEKARWANGI SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015
Oleh:

Budi Iskandar

SEKOLAH GURU INDONESIA


ANGKATAN VII
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rachmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “ PENINGKATAN HASIL
BELAJAR PROSES DAUR AIR MELALUI MODEL CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING BAGI SISWA KELAS V SDN MEKARWANGI
SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015“ dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Semoga bantuan teman-teman yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan


balasan yang selayaknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Proposal yang berada di tangan
pembaca saat ini, masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis berharap kritik dan
saran dari pembaca, sehingga akan menghasilkan perbaikan di kemudian hari bagi
penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga apa yang disajikan dalam proposal Penelitian
Tindakan Kelas ini memberikan manfaat kepada berbagai pihak pada umumnya dan
penulis khususnya, dan juga dapat ditindak lanjuti di kemudian hari.

Bogor, 18 November 2014

` Budi Iskandar

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1,3 RUMUSAN MASALAH

1.4 TUJUAN PENELITIAN

1.5 MANFAAT PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

2.2 PEMIKIRAN TENTANG BELAJAR


2.3 HAKEKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

2.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 SETTING PENELITIAN

3.2 INDIKATOR KEBERHASILAN

3.3 GAMBARAN UMUM PENELITIAN

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa di SD kelas
V. Namun siswa merasa berat dengan pelajaran IPA. Metode mengajar guru yang
monoton, tidak tersedianya alat peraga, dan rendahnya minat siswa untuk belajar
semakin memperburuk hasil belajar siswa.

Belajar tidak hanya mengutamakan sisi Kognitif, tapi juga harus melibatkan sisi
psikomotorik, dan apektif. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi efektif atau
tidaknya suatu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang bisa memengaruhi hasil belajar sisiwa adalah
psikologi. Psikologi akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam
upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Sebaliknya,,tanpa kehadiran faktor-
faktor psikologi, bisa jadi memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah
kesulitan dalam mengajar.

Faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Kreatifitas guru
sebagai fasilitator berperan penting dalam menentukan ketercapaian tujuan
pembelajaran. Guru yang tidak kreatif, mengajar hanya dengan metode ceramah
kurang diminati lagi oleh siswa, sehingga berdampak pada, lalainya siswa ketika
mengikuti pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah pembelajaran IPA yang dirasa berat oleh siswa, maka
sebaiknya guru kreatif memunculkan pembelajaran yang menyenangkan dan memacu
keingintahuan siswa.

Menurut hasil observasi awal di SDN Mekarwangi, dari jumlah 25 siswa, 10


diantaranya masih belum tuntas dalam pembelajaran IPA “Proses Daur Air”, 15 siswa
dengan hasil yang belum memuaskan. Dengan keadaan ini, maka perlu dipikirkan
cara dan strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan
penggunaan alat peraga langsung. Mengaitkan pelajaran dengan kehidupan nyata,
sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang di dapatkan dari kehidupan di rumah,
maupun dimasyarakat. Setelah melihat kondisi tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tindakan kelas yang berjudul “PENINGKATAN
HASIL BELAJAR PROSES DAUR AIR MELALUI MODEL CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING BAGI SISWA KELAS V SDN MEKARWANGI
SEMESTER GANJIL TAHUN 2014/2015 “.
1.2 IDENTIFIKSI MASALAH

Ketidak tertarikan siswa terhadap pelajaran IPA tentang “Proses Daur Air”, karena
pembelajaran yang monoton. Hal ini terlihat pada hasil tes formatif siswa yang
sebagian besar belum mencapai target ketulantasan dari 25 siswa hanya 10 siswa yang
mencapai target ketuntasan belajar, sedangkan 15 siswa belum mencapai hasil yang
memuaskan.

Selama pelajaran berlangsung siswa terkesan tidak mendengarkan apa yang di


jelaskan oleh guru, bahkan diantaranya ada yang bermain-main sendiri, diskusi diluar
konteks pembelajaran bersama dengan teman sebangku, memperhatikan suasana lain
diluar kelas, melamun ataupun mengantuk. Pada saat guru melontarkan pertanyaan,
siswa tidak merespon dengan jawaban yang diharapkan guru.

Kejadian tersebut tidak lain disebabkan oleh beberapa hal berikut :

1. Penyampaian materi didominasi oleh guru yang menggunakan metode ceramah.

2. Pembelajaran tidak menggunakan alat peraga yang menarik dan professional.

3. Siswa tidak dilibatkan dan tidak diberi kesempatan untuk berlatih mencoba
menemukan sendiri.

4. Kurang adanya penekanan pada ketrampilan proses ( langkah-langkah proses daur


air ).
1.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Bagaimana
hasil belajar siswa kelas V SDN Mekarwangi pada pembelajaran IPA tentang Proses
Daur Air dengan menggunakan model contextual teaching and learning ?”
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah dikembangkan dari latar belakang masalah
yakni untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam konsep
daur air melalui model pembelajaran kontekstual di kelas V SDN Samudralaksana.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendeskripsikan:

1.Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model


pembelajaran contextual teaching and learning pada pelajaran IPA, konsep daur air di
kelas V SDN Mekarwangi.
2.Mengetahui aktivitas belajar peserta didik ketika pembelajaran berlangsung
denganmenggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning pada
pelajaran IPA konsep daur air di kelas V SDN Samudralaksana.
3.Mengetahuihasil belajar peserta didik setelah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran contextual teaching and learning konsep daur air di kelas V SDN
Samudralaksana.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik, bagi guru, bagi
peneliti, dan bagi lembaga (sekolah).

1. Bagi Peserta Didik


a. Agar berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran khususnya pada konsep daur
air.

b. Diharapkan akan tertarik dan berani dalam melakukan kegiatan sehari-hari


dengan dorongan teman-temannya.

c. Akan memiliki minat belajar yang besar karena proses pembelajaran tidak jenuh.

2. Bagi Guru
a. Dapat menambah wawasan yang lebih luas terhadap cara pelaksanaan pembelajaran
sehingga akan lebih bergairah untuk meningkatkan kemampuan peserta
didikkhususnya pada konsep daur air

b.Dapat meningkatkan motivasi dalam upaya mengembangkan profesinya.

c.Memberikan daya tarik bagi peserta didiknya sehingga guru meningkatkan kreasi
dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat mengetahui aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Dapat mengetahui kekurangan pada saat pembelajaran baik dari peneliti maupun
dari peserta didik

c. Dapat menambah wawasan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dapat


meningkatkan motivasi peserta didik

4. Bagi Lembaga (Sekolah)

a. Akan mengangkat prestasi unit kerja karena pelaksaanaan pembelajaran memiliki


makna bagi peserta didik

b. Dapat dijadikan sebagai lembaga obsevasi dalam meningkatkan mutu pendidikan


secara umum.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis
dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

2.2 PEMIKIRAN TENTANG BELAJAR


Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang
lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan
pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa
belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah
perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus
dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai
dengan perkembangan jaman.

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang


belajar sebagai berikut :

2.2.1 Proses Belajar

1. Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan


di benak mereka.

2. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

4. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang


terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

6. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna


bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

7. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan
terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan
sesorang.
2.2.2 Transfer Belajar

1. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

2. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit
demi sedikit)

3. Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu
2.2.3 Siswa sebagai Pembelajar

1. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan


seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.

2. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru.
Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.

3. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang
sudah diketahui.
4. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan
menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
2.2.4 Pentingnya Lingkungan Belajar

1. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari
guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya,
guru mengarahkan.

2. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan


baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

3. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang
benar.

4. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.


2.3 HAKEKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar
(Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment)
2.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa
untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.

2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat
hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota dan masyarakat.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 SETTING PENELITIAN

1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Mekarwangi, Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor, yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 13 perempuan dan 12
laki-laki.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu selama 6 (tiga) bulan, yaitu dari bulan November sampai April
tahun pelajaran 2014/2015.

3. Tempat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SDN Mekarwangi, Kecamatan Parung, Kabupaten
Bogor

4. Faktor yang diteliti


Faktor yang di teliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
metode Contextual Teaching and Learning(CTL).

5. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian tindakan kelas ini teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan
data. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini peneliti mengunakan dua teknik
pengumpulan data yakni:

1) Non Tes: adalah lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati aktivitas
setiap siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus. Teknik
pengumpulan data pada siklus 3 adalah lembar pengamatan yang diisi oleh guru
sebagai peneliti dan hasilnya dianalisis.

2)Tes: adalah lembar soal tertulis yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa
pada setiap siklus. Teknik pengumpulan data tes hasil belajar adalah lembar soal
berupa pilihan ganda dan essy yang dikerjakan oleh siswa setelah proses pembelajaran
dan hasilnya dikoreksi untuk diadakan pensekoran dan penialian. Tester pada tes
belajar ini adalah guru sebagai peneliti.

3.2 INDIKATOR KEBEHASILAN


Ada dua indikator keberhasilan atau dikatakan berhasild alam pembelajaran IPA “
Proses Daur Air” dengan menggunakan pendekatan CTL apabila.

a.Untuk aktivitas siswa : Apabila siswa yang aktif dalam pembelajaran telah mencapai
≥ 75%.

b.Sedangkan untuk ketuntasan belajar minimal 75% siswa yang tuntas belajar dari
nilai KKM

65. Maka pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching


And Learning (CTL)dinyatakan behasil.
3.3 GAMBARAN UMUM SIKLUS
Siklus penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berkut :

Siklus di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.Siklus I

1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1) Menetapkan kelas yang akan diteliti yakni kelas V SDN Mekarwangi

2) Menentukan pokok bahasan. Materi yang akan dibahas adalah Pelajaran IPA
“Proses Daur Air”

3) Membuat Pemetaan, silabus, RPP (Rencana pelaksanaan pelajaran)

4) Menyiapkan buku teks untuk di praktikan

5) Menyiapkan bahan untuk pengamatan ( Es batu, gelas plastik, Plastik putih, karet.
Masing-masing 5).
6) Menyiapkan teks formatif, berupa soal nontes dan postes.

7) Menyiapkan lembar kerja siswa

1. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini mengunakan beberapa tahapan dimana dalam penelitian ini
menggunakan metode CTL. Kegiatan pelaksanaan ini sebagai berikut:

1. a) Kegiatan Awal
1)guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.

2)guru melakukan abesnsi pada siswa.

3)guru melakukan apersefsi dan ice breaking untuk mencairkan suasana.

4)guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran.

b)Kegiatan inti

1) Membagi siswa menjadi lima kelompok (Learning Community).

2) Menjelaskan tentang materi untuk menambah pengetahuan siswa (Kontruktivisme).

3) Menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk memahami petunjuk tentang


proses daur air dengan mengamati pada percobaan sederhana “ perubahan wujud es
batu setelah dipanaskan selama 45 menit” dan mendiskusikan, kemudian membuat
kesimpulan tentang proses daur air di Bumi (Inquiri).

4) Setelah 45 menit semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan


kelompok yang lain dan kelompok yang lain menanggapi (Learning Community).
5) Setelah kelompok selesai mempresentasikan dan dilanjutkan dengan tanya jawab
(question).

6) Memberi komentar tentang hasil diskusi masing-masing kelompok dan membuat


kesimpulan.

7) Sebagai kegiatan terakhir, guru menjelaskan tentang proses daur air yang terjadi
dan memberikan contoh gambar daur air (modeling).

8) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang telah
diajarkan (reflection).

1. c) Kegiatan akhir
Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan refleksi tentang pembelajaran IPA dengan
menggunakan model CTL, lalu guru menutup pelajaran dengan salam.

1. Observasi atau pengamatan Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti


pada saat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan yaitu pada siklus 1. Dalam
kegiatan observasi ini guru mendapatkan data aktivitas dan hsil belajar dalam
pelaksanaan siklus 1 ini, yang mana data tersebut digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran di siklus selanjutnya
d.Refleksi

Tahapan ini peneliti melakukan refleksi yang bertujuan untuk meningkatkan


pembelajaran untuk siklus 2, agar pembelajaran dalam siklus 2 mendapatkan hasil
yang lebih bagus dan maksimal

2. Siklus 2

3. PerencanaanPada tahap perencanaan ini hal yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1) Menetapkan kelas yang akan diteliti yakni kelas V SDN Mekarwangi.
2) Menentukan pokok bahasan. Materi yang akan dibahas adalah Pelajaran IPA “
Proses Daur Air”

3) Membuat Pemetaan, silabus, RPP (Rencana pelaksanaan pelajaran)

4) Menyiapkan buku teks untuk di praktikan.

5) Menyiapkan bahan untuk pengamatan ( Es batu, gelas plastik, Plastik putih, karet.
Masing-masing 5).

6) Menyiapkan teks formatif, berupa soal postes.

7) Menyiapkan lembar kerja siswa.

1. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini mengunakan beberapa tahapan dimana dalam penelitian ini
menggunakan metode CTL. Kegiatan pelaksanaan ini sebagai berikut:

a)Kegiatan Awal

1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,

2) Guru melakukan absensi pada siswa.

3) Guru melakukan apersepsi dan ice breaking untuk mencairkan suasan.

3) Guru menjelaskan tentang tujuan pembelajaran

b)Kegiatan inti

1) Siswa di bagi ke dalam menjadi lima kelompok (Learning Community).


2) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi untuk menambah pengetahuan
siswa (Kontruktivisme).

3) Menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk memahami petunjuk tentang


proses daur air, mengamati “perubahan wujud es batu setelah dipanaskan selama 45
menit”, dan mendiskusikan, kemudian membuat kesimpulan tentang proses daur air di
Bumi (Inquiri).

4) Setelah 45 menit semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan


kelompok yang lain dan kelompok yang lain menanggapi (Learning Community).

5) Setelah kelompok selesai mempresentasikan dan dilanjutkan dengan tanya jawab


(question).

6) Memberi komentar tentang hasil diskusi masing-masing kelompok dan membuat


kesimpulan.

7)Sebagai kegiatan terakhir, guru menjelaskan tentang proses daur air memberikan
contoh gambar daur air (modeling).

8) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang telah
diajarkan (reflection).
1. c) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir ini guru memberikan refleksi tentang pembelajaran IPA dengan
menggunakan model CTL, lalu guru menutup pelajaran dengan salam

2. Observasi atau pengamatan Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti


pada saat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan yaitu pada siklus 2. Dalam
kegiatan observasi ini guru mendapatkan data dalam pelaksanaan siklus 2 ini, yang
mana data tersebut digunakan untuk meningkatkan pembelajaran di siklus
selanjutnya
d.Refleksi

Pada tahapan ini peneliti melakukan refleksi yang bertujuan untuk meningkatkan
pembelajaran untuk pembelajaran berikutnya, agar pembelajaran mendapatkan hasil
yang lebih bagus dan maksimal.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data dilakukan selama 6 bulan, dengan cara mengobservasi
siswa di kelas. Kegiatan observasi dimulai bulan November 2014, dan berakhir bulan
April 2015. Pelaksanaan penelitian dibagi kedalam dua siklus.
No Nama Siklus Bulan

1 Siklus I November, Desember, Januari

2 Siklus II Februari, Maret, April

DAFTAR RUJUKAN

http://repository.upi.edu/1461/4/S_PGSD_0908206_Chapter1.pdf
http://dionesaliaski.wordpress.com/pendidikan/islami/model-pembelajaran-
konstektual/
http://dediriosusanto.blogspot.com/2010/12/proposal-ptk.html
http://digilib.unila.ac.id

Anda mungkin juga menyukai