Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BAKTERIOLOGI III

PEMERIKSAAN TOTAL PLATE COUNT (TPC)

Dosen pengampu :
Hj. Maria Tuntun Siregar, S.Pd., M.Biomed

Disusun oleh :

1. Asri Widya Ariani 1713453035


2. Fenie Rezkawati 1713453036
3. Indri Dwi Ramadani 1713453037
4. Mila Damayanti 1713453038
5. Sindi Neta Nia 1713453039
6. Risky Adji Pangestu 1713453040
7. Dewi Lestari 1713453041
8. Oktavia Puspa Dewi 1713453042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI D3 ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini dengan tepat waktu. Selama pengerjaan makalah ini, penulis
mencurahkan pikiran, kemampuan, dan pengalaman sebaik mungkin guna
terwujudnya makalah yang baik. Makalah ini membahas mengenai “Pemeriksaan
Total Plate Count (TPC)”.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak luput dari
kesalahan, kelalaian dan kekurangan, sehingga dapat diterima bila ada kritik dan
saran dari para pembaca agar penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam pembuatan makalah yang berikutnya.

Bandar Lampung, 2 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................


KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna
ataupun daya simpannya. Perubahan yang menguntungkan salah satu
contohnya yaitu pada proses pembuatan yoghurt oleh Lactobacillus
bulgaricus. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan
juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan,
sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini
biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan.

Salah satu indikator kerusakan produk pangan atau makanan adalah bila
jumlah mikroorganisme tumbuh melebihi batas yang telah ditetapkan.
Apabila terjadi kontaminasi makanan yang berlebihan di tengah-tengah
masyarakat secara otomatis gangguan kesehatan masarakat akan pula
menigkat. Banyaknya penjual makanan yang instan serta pedagang makanan
yang memerlukan bahan makanan yang tidak berstandar taraf kesehatan, ini
juga memicu angka kontaminasi makanan akan tinggi. Dengan demikian
makalah ini membahas mengenai “Pemeriksaan Total Plate Count (TPC)”.

Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan


(makanan, minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai
seberapa jauh bahan tersebut tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui
jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan
tersebut. Bahan yang dapat dikatakan baik jika jumlah mikroba yang
terkandung dalam bahan tersebut masih di bawah jumlah standar yang
ditentukan oleh suatu lambaga. Kandungan mikroba pada suatu bahan juga
sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta dapat ditentukan oleh tingkat
kelayakan untuk dikonsumsi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana prosedur pemeriksaan Total Plate Count (TPC)?
2. Bagaimana perhitungan angka kuman kualitas makanan dan minuman
metode Total Plate Count (TPC)?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan masalahb adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan Total Plate Count (TPC).
2. Untuk mengetahui perhitungan angka kuman kualitas makanan dan
minuman metode Total Plate Count (TPC)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya
berbeda. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil
kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber-sumber pencemar
mikroba, seperti tanah, air, debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia
atau hewan. Dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada bahan
pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut.
Akan tetapi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba untuk
tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka bahan pangan akan rusak
karenanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah zat makanan,


pH, air, oksigen, dan senyawa penghambat pertumbuhan, waktu, potensial
reduksi oksidiasi (redoks), struktur biologi, dan faktor pengolahan.
1. Zat Makanan
Komponen kimiawi dan bahan makanan dapat ikut menentukan jenis
mikroorganisme yang dominan di dalam bahan makanan tersebut.

2. Suhu Pertumbuhan
Suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dengan dua cara
yang berlawanan yaitu (1) apabila suhu mengalami kenaikan sekitar suhu
optimalnya, kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat
sedangkan bila suhu turun sekitar suhu optimalnya, kecepatan
metabolisme akan menurun dan pertumbuhan juga diperlambat. Setiap
penurunan suhu 8°C akan membuat kecepatan reaksi berkurang menjadi
setengahnya. (2) bila suhu naik hingga diatas suhu maksimal atau turun
dibawah suhu minimal, maka pertumbuhan mungkin akan terhenti,
komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel mengalami kematian.
3. Nilai pH
Setiap organisme memiliki kisaran pH tertentu yang masih memungkinkan
bagi pertumbuhannya dan juga mempunyai pH optimum. Pada umumnya,
mikroorganime memiliki kisaran pH pertumbuhan yang sempit, yaitu
sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral.

4. Aktifitas Air
Jumlah air yang terkandung didalam bahan makanan atau larutan disebut
sebagai aktivitas air (water activity). Jenis mikroorganisme yang berbeda
membutuhnkan jumlah air yang berbeda pula untuk pertumbuhannya.
Bakteri umumnya memerlukan media yang memiliki nilai aw tinggi
(0,91), khamir membutuhkan nilai aw 0,87-0,91 sedangkan kapang
membutuhkan nilai aw yang lebih rendah lagi, yaitu 0,80-0,87 (Buckle
1987).

5. Ketersediaan Oksigen
Masing-masing organisme membutuhkan jumlah oksigen yang berbeda
untuk metabolismenya. Ada organisme yang tidak membutuhkan oksigen
sama sekali untuk pertumbuhannya (anaerob), ada yang membutuhkan
sedikit oksigen (mikroaerofil) dan ada yang dapat tumbuh dan berkembang
biak pada kondisi lingkungan yang cukup oksigen maupun tidak ada
oksigen sama sekali (anaerob fakultatif).

6. Senyawa Penghambat
Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh senyawa-senyawa dalam
bahan makanan yang bersifat antimikroba yang secara ilmiah ada didalam
bahan makanan tersebut maupun yang sengaja ditambahkan seperti asam
benzoat dan asam sorbat.

7. Waktu
Semakin komplek dalam sifat-sifat sel suatu organisme, maka waktu yang
dibutuhkan oleh sel untuk membelah semakin lama.Bakteri membelah
lebih cepat dari pada khamir, sedangkan khamir lebih cepat dari pada
kapang. Bakteri membelah secara cepat dan tumbuh maksiimal dalam
waktu 45 menit, khamir baru membelah dengan cepat dalam waktu 90
menit, kemudian kapang membelah dalam waktu 180 menit.

8. Struktur Biologi
Struktur biologi seperti kulit pada telur, kulit kacang-kacangan dan kulit
buah berperan mencegah masuknya mikroba ke dalam bahan pangan
tersebut.

9. Faktor Pengolahan
Mikroba spesifik yang terdapat di dalam bahan pangan dapat dikurangi
jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan atau pengawetan
pangan. Jenis-jenis pengolahan atau pengawetan pangan yang berpengaruh
terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu tinggi, suhu rendah,
penambahan bahan pengawet dan irradiasi.

Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung


jumlah colony bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Secara
mendasar ada dua cara penghitungan bakteri, yaitu secara langsung dan
secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara
lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana
diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting
chamber). Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui
jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable
count). Dalam pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu perhitungan pada
cawan, perhitungan melalui pegenceran, perhitungan jumlah terkecil atau
terdekat (MPN methode), cara kekeruhan atau turbidimetri.

Cawan petri yang berisi dengan colony bakteri diletakan pada rak cawan yang
telah disediakan untuk siap dihitung, di bawah rak cawan tersebut di
tempatkan LED sebagai sumber cahaya untuk lebih terlihat jelas sekaligus
mempermudah user mengamati objek yang akan dihitung.

Teknik preparasi sampel padat dengan cara pengenceran (Dilution)

Salah satu jenis preparasi sampel adalah dengan caramaseration


(pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan mortar
dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat
terlepas kemudian dilarutkan ke dalam air. Tujuan dari teknik ini pada
prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke
dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Perbandingan antar berat
sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v).

Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir


semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan
teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count).

Pada proses dilusi dapat dilakukan teknik pengenceran bertingkat. Tujuan


dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya
tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam
sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10
sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.
` Gambar teknik pengenceran bertingkat

Teknik Pour Plate (agar tuang)


Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat.
Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi
biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa
tabung pengenceran terakhir, sedangkan pada perhitungan angka kuman suatu
bahan makanan, suspensi diambil dari setiap sampel pada tabung
pengenceran.

Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang
bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan
dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya
pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar)
sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada
yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung
oksigen.

Gambar teknik isolasi bakteri dengan metode pour plate


Dalam pour plate, cawan petri yang telah berisi campuran media dan sampel
tersebut kemudian diputar dengan lembut untuk memastikan bahwa media
dan sampel bercampur secara merata.

Gambar perbedaan teknik spread plate dengan teknik pour plate

Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di


permukaan agar yang telah memadat, sedangkan pada metode pour plate
suspensi bakteri dicampurkan terlebih dahulu pada media yang belum
memadat sebelum dituangkan ke cawan petri.

Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 mL untuk spread plate dan 1 mL


untuk pour plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan bakteri
hanya pada permukaan media saja, sedangkan pour plate digunakan untuk
menumbuhkan bakteri pada permukaan dan bagian tengah media sehingga
membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya maka diberikan
lebih banyak suspensi sampel daripada spread plate.

2.2 Prosedur Pemeriksaan Kualitas Makanan atau Minuman Metode Total


Plate Count (TPC)
A. Persiapan Sebelum Praktikum
1. Sterilisasi Alat dengan Oven
a. Alat-alat gelas yang digunakan disiapkan dengan keadaan bersih dan
kering.
b. Untuk pipet volume dan cawan petri dibungkus dengan kertas kopi,
sedangkan tabung reaksi dan erlenmeyer bagian mulut ditutup
dengan alumunium foil dan dibungkus dengan kertas kopi.
c. Alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam oven.
d. Suhu pada oven diatur 160oC selama 1 jam.
e. Alat-alat tersebut dibiarkan hingga dingin dan siap digunakan.

2. Pembuatan Media PCA (Plate Count Agar)


a. Timbang dan larutkan media PCA bubuk 93,76 gram ke dalam 3990
mL aquadest, kemudian masukkan media ke dalam Erlenmeyer
steril.
b. Letakkan Erlenmeyer tersebut di atas hotplate, panaskan media
sampai larut sempurna dengan ciri larutan media jernih dan tidak ada
lagi butir-butir media pada dinding erlenmeyer.
c. Sterilkan media yang sudah larut tersebut di autoclave.

3. Pembuatan Larutan Pengencer Buffer Phospat


a. Timbang dan larutkan KH2PO4 sebanyak 0,51 gram dalam 7,5 mL
aquadest.
b. Tambahkan NaOH 1 N ke dalam larutan KH2PO4 hingga pH
menjadi 7,2. Kemudian tambahkan aquadest hingga 15 mL. (Buffer
Phospat stock)
c. Pipet larutan buffer phospat stock tersebut sebanyak 13,25 mL,
kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan NaCl
0,85% hingga volume 10.600 mL, lalu homogenkan. (larutan
pengencer buffer phospat)
d. Masukkan larutan tersebut ke dalam 6 tabung reaksi masing-masing
sebnayak 9 mL, kemudian tutup dengan kapan.
e. Pipet larutan pengencer buffer phospat sebanyak 225 mL masukkan
ke dalam erlenmeyer kemudin tutup dengan alumunium foil.
f. Kemudia tabung reaksi dan erlenmeyer yang berisi larutan
pengencer buffer phospat tersebut disterilisasi dengan autoclave.

4. Sterilisasi Media PCA dan Larutan Buffer Phospat dengan


Autoclave
a. Air dimasukkan sampai tanda batas pada autoclave.
b. Erlenmeyer yang berisi media PCA dan Erlenmeyer yang berisi yang
berisi larutan pengencer buffer phospat yang akan disterilkan
dimasukkan ke dalam autoclave.
c. Autoclave ditutup, tekan tombol power untuk menyalakan autoclave.
d. Dengan tekanan uap 1 atm dan suhu 121oC selama 15 menit.
e. Setelah 15 menit sterilisasi selesai, lalu katup dibuka hingga tekanan
menunjukkan angka 0.

B. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Metode : Total Plate Count (TPC)
b. Prinsip
Seri pengenceran tabung kemudia ditambahkan pada media Plate Count
Agar dan dihitung pertumbuhan bakteri pada media tersebut setelah
diinkubasi suhu 37oC selama 48 jam.

c. Alat
1. Cawan Petri
2. Tabung reaksi
3. Rak tabung reaksi
4. Labu Erlenmeyer 250 mL
5. Pipet volume 1 mL
6. Batang pengaduk
7. Lampu spirtus
8. Inkubator
9. Autoclave
10. Neraca elektrik
11. Oven
12. Gelas ukur
13. Hotplate
14. Colony counter
d. Bahan
1. Media PCA (Plate Count Agar)
2. NaCl 0,85%
3. KH2PO4
4. NaOH 1 N
5. Alkohol 70%
6. Aquadest

e. Sampel
Makanan tanpa merk dan makanan kemasan bermerk

f. Cara Kerja
Hari Pertama :
Kegiatan 1. Preparasi Sampel
1. Kocok sampel dalam kemasan sampai homogen kemudia timbang
sebanyak 25 gram untuk sampel padat, dan pipet sampel sebanyak
25 mL untuk sampel cair.
2. Jika wadah terbuat dari plastic, bersihkan pada bagian yang akan
dibuka dengan alcohol 70% lalu dibuka secara aseptis didekan nyala
api lampu spirtus dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang sudah
berisi 225 mL larutan pengencer buffer phospat. (pengenceran 10-1).

Kegiatan 2. Pemeriksaan Sampel Makanan


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan di atas meja kerja.
2. Ambil 6 tabung reaksi yang berisi 9 mL larutan pengencer buffer
phospat, diberi label 1,2,3,4,5, dan 6.
3. Sampel makanan pada pengenceran 10-1 dipipet sebanyak 1 mL,
dimasukkan ke dalam tabung 1 yang berisi 9 mL larutan pengencer
buffer phospat sehingga didapat pengenceran 10-2.
4. Larutan sampel makanan yang telah diencerkan pada tabung 1
dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung 2 sehingga
didapat pengenceran 10-3.
5. Larutan sampel makanan yang telah diencerkan pada tabung 2
dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung 3 sehingga
didapat pengenceran 10-4.
6. Larutan sampel makanan yang telah diencerkan pada tabung 3
dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung 4 sehingga
didapat pengenceran 10-5.
7. Larutan sampel makanan yang telah diencerkan pada tabung 4
dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung 5 sehingga
didapat pengenceran 10-6.
8. Larutan sampel makanan yang telah diencerkan pada tabung 5
dipipet sebanyak 1 mL, kemudian dibuang untuk menyamakan
volume..
9. Tabung 6 hanya berisi 9 mL larutan pengencer buffer phospat yang
berfungsi sebagai kontrol.
10. Pipet dari masing-masing pengenceran serta kontrol sebanyak 1 mL,
dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah diberi label 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, 10-5, 10-6, dan kontrol.
11. Tuang media PCA suhu 50oC sebanyak 15 mL ke dalam cawan
petri tersebut, kemudian homogenkan supaya sampel dan media
PCA tercampur rata (homogenkan membentuk angka 8 sebanyak 10
kali).
12. Biarkan media PCA yang sudah tercampur dengan sampel
membeku, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam.

Kegiatan 3. Perhitungan jumlah bakteri pada plate


Hari ketiga :
1. Jumlah koloni per-plate yang boleh dihitung yaitu antara 30-300
CFU (Colony Form Unit).
2. Jumlah koloni pada kontrol maksimal 5 koloni.
3. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu
kumpulan koloni yang besar dan dapat dihitung satu koloni.
4. Suatu deret (rantai) koloni terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung
sebagai satu koloni.
5. Perhitungan dapat dilakukan secara manual dengan memberi tanda
titik dengan spidol pada cawan petri untuk koloni yang sudah
dihitung.
6. Tiap-tiap plate dari pengenceran berbeda dihitung jumlah koloninya.

C. Perhitungan Angka Kuman


Dengan mengalikan pengencerannya akan diperoleh angka atau jumlah
kuman/bakteri per 1 gram atau 1 cc sampel yang diperiksa.
Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :
(∑𝐾𝑃 − 𝐾) × 𝑃1 + (∑𝐾𝑃 − 𝐾) × 𝑃2 + ⋯ + 𝑃 𝑘𝑒 𝑁
𝐴=
∑𝑃
Keterangan :
A : Jumlah koloni/ml sampel
∑KP : Jumlah koloni sesuai dengan pengenceran
K : Jumlah koloni kontrol
P1 : Pengenceran 10-1
P2 : Pengenceran 10-2
P ke N : Pengenceran 10-N
∑P : Jumlah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri 30-300
koloni/plate

Contoh perhitungan

Jumlah Koloni
Cawan Pengenceran Keterangan
yang Tumbuh
1 10-1 350 Yang memenuhi syarat
perhitungan adalah cawan
1

2 10-2 35 Yang memenuhi syarat


perhitungan adalah
cawan II
∑P = 2 Kontrol 4

Perhitungan Total Plate Count adalah :

(∑𝐾𝑃 − 𝐾) × 𝑃1 + (∑𝐾𝑃 − 𝐾) × 𝑃2 + ⋯ + 𝑃 𝑘𝑒 𝑁
𝐴=
∑𝑃

( ) × 𝑃1 + (∑𝐾𝑃 − 𝐾) × 𝑃2 + ⋯ + 𝑃 𝑘𝑒 𝑁
𝐴=
∑𝑃
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/KULIAH/BAKTERIOLOGI/materi%20TPC1.pdf. Diakses pada 1 April


2019

Tirtamara, A.A Ayu. 2013. Laporan Praktikum Bakteriologi Pemeriksaan Total


Plate Count (Tpc). Bali : Politeknik Kesehatan Denpasar
Website :

Anda mungkin juga menyukai