(PARTUS SPONTAN)
Disusun Oleh :
AKADEMI KEPERAWATAN
2018/ 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PP SPONTAN
A. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2011).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui
jalan lahir. (Prawirohardjo, 2011).
Pesalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi
pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
melalui jalan lahir. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa
nifas ini yaitu 6 – 8 minggu.(Rustam Mochtar,2013).
Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika
alat – alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.(Barbara F. weller 2015).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.(Abdul Bari Saifuddin, 2012)
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2011).
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan
hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin
akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian
oksitosin menurut tetesan perinfus. (Hafifah, 2011)
D. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan - perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasidan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang
terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-
5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala. (Corwin, EJ. 2009 Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC)
E. Pathways
G. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama periode post
partum. Perdarahan post partum adalah kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah
kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda berikut
ini :
a. Kehilangan darah lebih dari 500 cc
b. Sistolik atau diastolic tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (Novak, 2014)
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan
baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post partum. Uterus
yang sangat teregang ( hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan janin
besar ), partus lama dan pemberian nerkosis merupakan predisposisi untuk
terjadinya atonia uteri.
b. Laserasi jalan lahir : Perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hamper sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta adalah
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit setelah bayi lahir.
d. Lain – lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka.
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjasastro, 2010)
2. Infeksi Puerperalis
Di definisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post partum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1% - 8% ditandai adanya kenaikan suhu >38 0c
dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebabkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis. (Novak, 2014)
4. Mastitis
Infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya putting susu
akibat kesalahan teknik menyusui, diawali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya diawali pada bulan pertama post partum. (Novak, 2014)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada
partu mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
2. Pemeriksaan Urine
Pengambilan sample urin dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin
atau kultur dan sensivitas terutama jika cateter indwedling dipakai selama pasca
inpartu.
(Retno,dkk 2011. Buku Panduan Praktek Lboratorium : Keperawatan Mternitas.
Program Studi Keperawatan Sekolah tinggi Jendral Achmad Yani. Yogyakarta)
4. Resiko infeksi
a. Berhubungan dengan :
1) Trauma jalan lahir
b. Tujuan : Infeksi tidak ada
c. Kriteria Hasil :
1) Tanda infeksi tidak ada
2) Luka episiotomi kering dan bersih
d. Intervensi dan Rasional
1) Pantau tanda infeksi
Rasional : Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan sesuai intervensi
yang dilakukan.
2) Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah
Rasional : Mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara dini.
3) Lakukan perawatan luka
Rasional : Menghindari luka dari kotor dan infeksi
4) Anjurkan pasien membasuh vulva sehabis berkemih dengan benar
Rasional : Mencegah infeksi secara dini
5) Pertahankan teknik septik aseptik dalam merawat pasien
Rasional : Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi