Anda di halaman 1dari 83

PELAKSANAAN TINDAKAN MOBILISASI DINI UNTUK

MEMBANTU PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST


OPERASI PADA Tn. “A” DENGAN POST OP
APPENDIKTOMI HARI KE 3 DI RUANG
SEROJA RSUD dr. MURJANI SAMPIT

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur

Oleh :
RENI ROSITA
NIM : 1414401D078

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


AKADEMI KEPERAWATAN
SAMPIT
2017

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan tim penguji Ujian Akhir
Program Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur

Sampit, 6 Juli 2017

Pembimbing, I

Ns.KUSNADI JAYA, M.Kep


NIP. 19791112 200012 1 002

Pembimbing, II

M. AZHARUL HADI, S.Kep, Ns


NRTKK : 19890506 20170101016

ii
TIM PENGUJI SIDANG LAPORAN KASUS
UJIAN AKHIR PROGRAM TAHAP III
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB KOTAWARINGIN TIMUR

Sampit, 6 Juli 2017

Ketua

Ns.KUSNADI JAYA, M.Kep


NIP. 19791112 200012 1 002

Anggota

M. AZHARUL HADI, S.Kep, Ns


NRTKK : 19890506 20170101016

Anggota

HERLINAWATI, M.Pd
NIP. 19640118 198603 2 018

iii
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Karya Tulis


Ilmiah yang berjudul :

“Pelaksanaan Tindakan Mobilisasi Dini Untuk Membantu Proses Penyembuhan


Luka Post Operasi Pada Tn. “A” Dengan Post Op Appendiktomi Hari Ke 3 Di
Ruang Seroja RSUD dr. Murjani Sampit”

Disusun oleh :
Nama : RENI ROSITA
Nim : 1414401D078
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Juli 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima,

Penguji Ketua Ns.KUSNADI JAYA, M.Kep


……………………
NIP. 19791112 200012 1 002
Penguji Anggota IM. AZHARUL HADI,. S.Kep. Ns

…………………....
NRTKK.19890506 20160101 015
Penguji Anggota II HERLINAWATI, M.Pd

……………………
NIP. 19640118 198603 2 018

Sampit, 6 Juli 2017


Direktur

Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur

iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : RENI ROSITA


Nim : 1414401D078
Jenis : KARYA TULIS ILMIAH
Judul : PELAKSANAAN TINDAKAN MOBILISASI

DINI UNTUK MEMBANTU PROSES


PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI
PADA Tn. “A” DENGAN POST OP
APPENDIKTOMI HARI KE 3 DI RUANG
SEROJA RSUD dr. MURJANI SAMPIT

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Akademi Keperawatan


Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur atas penulisan karya ilmiah saya.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan, mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya, serta
menampilkannya dalam bentuk soft copy maupun hard copy untuk kepentingan
akademik kepada Perpustakaan Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Kotawaringin Timur, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencamtumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
pihak Perpustakaan Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Kotawaringin Timur dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam karya tulis ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Sampit, 6 Juli 2017

Yang menyatakan,

RENI ROSITA
NIM : 1414401D078

v
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : RENI ROSITA


Nim : 1414401D078
Tempat/Tanggal Lahir : MALANG, 11 NOVEMBER 1996
Alamat B
: Jln. WALTER CONDRAD GG. SRONO NO. 68
Nomor Telepon/HP : 081331266661
Alamat Email : rositareni1996@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah


yang saya susun adalah hasil karya sendiri. Tidak ada Karya Tulis Ilmiah atau
sejenisnya yang diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di
Perguruan Tinggi manapun seperti Karya Tulis Ilmiah yang saya susun.

Setahu saya juga, tidak ada karya ilmiah atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
Karya Tulis Ilmiah yang saya susun ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa pernyataan saya ini tidak benar,
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan akademi yang berlaku di
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur
paksaan dari pihak manapun.

Sampit, 6 Juli 2017

Yang Membuat Pernyataan

RENI ROSITA
NIM : 1414401D078

vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : RENI ROSITA
NIM : 1414401D078
Tempat/Tanggal Lahir : MALANG, 11 NOVEMBER 1996
Alamat B
: Jln. WALTER CONDRAD GG. SRONO NO. 68
Nomor Telepon/HP : 081331266661
Alamat Email : rositareni1996@gmail.com

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah saya
yang berjudul “Pelaksanaan Tindakan Mobilisasi Dini Untuk Membantu Proses
Penyembuhan Luka Post Operasi Pada Tn. “A” Dengan Post Op Appendiktomi
Hari Ke 3 Di Ruang Seroja RSUD dr. Murjani Sampit” Bebas dari plagiarisme
dan bukan hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari ditemukan bahwa seluruh atau sebagian dari Karya
Tulis Ilmiah tersebut terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur
paksaan dari pihak manapun.

Sampit, 6 Juli 2017

Yang Membuat Pernyataan

RENI ROSITA
NIM :1414401D078

vii
ABSTRAK

Mobilisasi dini adalah proses aktivitas yang dilakukan pasca operasi/


pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan,
latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun
dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim,
2013). Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan
mobilisasi dini untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka pada
klien dengan appendiktomi. Penerapan mobilisasi dini ini dilakukan selama 2 hari
dengan modifikasi tindakan langsung kepada pasien. Setelah diberikan penerapan
mobilisasi dini menunjukan perbedaan yang bermakna bagi pasien dari yang
sebelumnya takut untuk bergerak dan sekarang pasien sudah bisa berjalan
ditempat tidur bahkan ke kamar mandi secara mandiri.
Kata Kunci : Penerapan Mobilisasi Dini, Appendiktomi
Daftar Pustaka : 18 (2001-2017)

ABSTRACT

Early mobilization is postoperative / surgical process of activity starting from


light exercise on the bed (breathing exercise, effective cough exercises and
moving the legs) until the patient can get out of bed, walk to the bathroom and
walk out of the bathroom ( Ibrahim, 2013). Scientific writing is aimed to describe
the implementation of early mobilization to help speed up the process of wound
healing on clients with appendectomy. Implementation of early mobilization is
done for 2 days with the modification of direct action to the patient. Having been
given the application of early mobilization showed a meaningful difference from
previously feared to move and now the patient is able to walk in bed even to the
bathroom independently.
Keywords : Implementation of Early Mobilization, Appendictomy,
References : 18 (2001-2017)

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Sujud syukur ku panjatkan kepada-Mu Ya Allah SWT yang maha

pengasih lagi maha penyayang, atas berkah dan rahmat yang telah Kau

berikan menjadikan hamba sebagai manusia yang senantiasa berpikir,

berilmu, bersabar dan beramal sholeh dalam menjalani satu langkah awal

bagiku untuk meraih cita-cita besar ku.

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada Ibunda tercinta Alm.

Rosida yang telah menjadi motivasi untuk berjuang, Ayah dan Nenek yang

telah memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan cinta kasih yang tiada

terhingga yang tiada mungkin dapat terbalas dengan selembar kertas ini.

Semoga ini langkah awal untuk membuat kalian bangga dan bahagia.

Tanpa motivasi, nasehat dan doa kalian tugas akhir ini tidak akan dapat

terselesaikan dengan baik.

Kakak dan Adek ku tersayang, Reda Indarmala, adekku yang gendut

Rena Novianti, dan calon imamku (PuTih) Terima kasih telah menjadi

penyemangat, telah menjadi alasanku untuk berjuang sejauh ini, Sayang

kalian selalu. Serta almamater kebanggaan ku Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Terima kasih kalian sangat

berharga dan berarti dalam hidup ku.

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah.SWT karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“PELAKSANAAN TINDAKAN MOBILISASI DINI UNTUK MEMBANTU

PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI PADA Tn. “A”

DENGAN POST OP APPENDIKTOMI HARI KE 3 DI RUANG SEROJA

RSUD dr. MURJANI SAMPIT” dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulisan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan

pendidikan Diploma III Keperawatan Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Kotawaringin Timur. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis

banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Umar Kaderi, SH., MSc, selaku Direktur Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur

2. dr. Denny Muda Perdana, SpRad, selaku Direktur Rumah Sakit RSUD dr.

Murjani Sampit yang telah berkenan memberikan fasilitas lahan praktek bagi

mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin

Timur.

3. Bapak Ns. Kusnadi Jaya, M.Kep, sebagai Ketua Dewan Penguji sekaligus

Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, saran dan koreksi dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

x
4. Bapak M.Azharul Hadi, S.Kep,Ns, sebagai Dewan Penguji sekaligus

Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, saran dan koreksi dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Herlinawati, M.pd sebagai penguji tamu dalam pelaksanaan Ujian Akhir

Program

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur serta Pembimbing Klinik RSUD dr. Murjani Sampit.

7. Keluarga saya yang telah memberikan dorongan dan motivasi yang tak

terhingga.

8. Untuk sahabat-sahabatku Ely Nursolikhah, Meri Yanti, Agnes Tamara yang

telah menjadi sahabat kuliah hingga sekarang, semoga selalu terjalin

komunikasi yang baik di antara kita. serta teman-teman 3B yang tidak bisa

saya sebutkan satu per satu. Kalian adalah yang terbaik.

9. Mahasiswa mahasiswi Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten

Kotawaringin Timur yang banyak membantu dalam penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

Sampit, 6 Juli 2017

RENI ROSITA
NIM :1414401D078

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................................ii
TIM PENGUJI SIDANG................................................................................................iii
PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH..............................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA TULIS...................................v
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...............................................................vii
ABSTRAK.........................................................................................................................viii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................................ix
KATA PENGANTAR.......................................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................4
C. Manfaat Penulisan.................................................................................4

BAB II TINJAUAN KASUS


A. Konsep Dasar Apendisitis Akut
1. Pengertian.................................................................................................6
2. Etiologi......................................................................................................6
3. Anatomi Fisiologi...................................................................................6
4. Patofisiologi............................................................................................13
5. Manifestasi Klinis................................................................................14
6. Komplikasi.............................................................................................15
7. Pemeriksaan Penunjang......................................................................15

xii
8. Penatalaksanaan....................................................................................16
B. KonsepDasar Mobilisasi Dini
1. Definisi.....................................................................................................18
2. Jenis Mobilisasi Dini............................................................................19
3. Tujuan Mobilisasi Dini........................................................................19
4. Tahapan Tahapan Mobilisasi Dini....................................................19
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Appendiktomi
1. Pengkajian...............................................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................22
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................23

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian..............................................................................................25
B. Diagnosa Kperawatan.........................................................................26
C. Intervensi Keperawatan......................................................................26
D. Implementasi Keperawatan...............................................................27
E. Evaluasi..................................................................................................31

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................33
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan..............................................................................................41
B. Saran.........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................44
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1: Otot perut.......................................................................................................8
Gambar 2 : Anatomi apendiks.......................................................................................10
Gambar 3: Operasi appendiktomi...............................................................................11
Gambar 4: Luka klien.....................................................................................................24
Gambar 5: Klien tampak miring kanan.....................................................................26
Gambar 6: Klien tampak duduk setengah duduk...................................................27
Gambar 7: Klien tampak duduk dengan kaki terjungkai kebawah...................28
Gambar 8: Klien tampak berjalan...............................................................................29
Gambar 9: Tampak luka hari ketiga...........................................................................31
Gambar 10: Tampak luka hari keempat.....................................................................31
Gambar 11: Tampak luka hari kelima.........................................................................31

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data rekam medik apendisitis RSUD dr. Murjani Sampit...............1
Tabel 2.1 : Hasil evaluasi................................................................................................38
Tabel 3.1 : Pemerikaan Laboratorium..........................................................................6
Tabel 4.1 : Analisa data....................................................................................................7

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.”A” dengan Post Op

Appendiktomi di Ruang Seroja RSUD dr, Murjani Sampit

Lampiran 2 : Satuan Acara Penyuluhan

Lembar 3 : Lembar Konsultasi

Lembar 4 : Informed Consent

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan insiden apendisitis di

dunia mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk. Apendisitis dapat

ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari setahun jarang terjadi,

insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidens

pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak dari pada wanita. Insiden

apendisitis di negara maju lebih tinggi dari pada negara berkembang. Amerika

menagani 11 kasus / 10.000 kasus apendisitis setiap tahun.

Berdasarkan data rekam medik RSUD dr. Murjani Sampit pada tahun 2016

ditemukan data sebagai berikut :

Table 1.1

Jumlah pasien dengan Apendisitis di RSUD dr. Murjani Sampit

Periode tahun 2016 dan 2017

Tahun 2016 Tahun 2017


No Usia Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(orang) (orang)
1. 1-4 tahun 1 7.14% 0 0%
2. 5-14 tahun 2 14.28% 1 4.76%
3. 15-24 tahun 7 50% 11 52.38%
4. 25-44 tahun 2 14.28% 7 33.33%
5. 45-64 tahun 2 14.28% 2 9.52%
Total 14 100% 21 100%
Sumber : Rekam Medik RSUD dr. Murjani Sampit

1
2

Dari tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa jumlah penderita apendisitis

sebanyak 14 orang pada tahun 2016 dimana penderita yang terbanyak berkisar

diusia 15-24 tahun sebanyak 7 orang (50%), sedangkan pada tahun 2017

menunjukkan jumlah penderita apendisitis sebanyak 21 orang dimana penderita

terbanyak berkisar diusia 15-24 tahun sebanyak 11 orang (52.38%) .

Kasus apendisitis cenderung meningkat setiap tahun, dan tidak menutup

kemungkinan pada pasien apendisitis akan dilakukan tindakan appendiktomi.

Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C.,

2001). Pasien dengan operasi appendiktomi hari pertama biasanya lebih sering

berbaring ditempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut untuk

bergerak. Pada pasien pasca operasi, sangat penting untuk melakukan mobilisasi

secara bertahap. Banyak masalah yang akan timbul jika pasien pasca operasi tidak

melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti pasien tidak BAK (retensi urin),

perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi kekakuan otot, dan sirkulasi darah

tidak lancar.

Nainggolan (2013) menemukan bahwa mobilisasi dini merupakan faktor yang

utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca

bedah, mobilisasi dini sangat penting dalam mempercepat hari rawat dan

mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah,

gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun berkemih. Mobilisasi dini

juga meningkatkan fungsi paru-paru, memperkecil risiko pembentukan gumpalan

darah, meningkatkan fungsi pencernaan, dan menolong saluran pencernaan agar


3

mulai bekerja lagi. Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat

penyembuhan sehingga terhindar dari komplikasi akibat operasi terutama proses

penyembuhan luka operasi.

Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan pasca operasi dimulai

dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif

dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur,

berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim, 2013). Mobilisasi

dini bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah, memperlancar sirkulasi

untuk mencegah terjadinya stasis vena, menunjang fungsi pernafasan yang

optimal, mencegah kontraktur dan mempercepat penyembuhan luka (Kiik, 2013).

Pergerakan yang dilakukan dapat membuat otot-otot perut dan panggul kembali

normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa

sakit dan mempercepat proses penyembuhan.

Keberhasilan mobilisasi dini tidak hanya mempercepat proses pemulihan luka

pasca pembedahan namun juga mempercepat pemulihan peristaltic usus pada

pasien pasca pembedahan apendisitis (Israfi dalam Akhrita, 2011). Berdasarkan

latar belakang yang sudah tertulis diatas, maka penulis tertarik menulis Karya

Tulis Ilmiah dengan judul penerapan mobilisasi dini untuk mengatasi luka pasca

operasi appendiktomi.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendiskripsikan pelaksanaan tindakan mobilisasi dini untuk membantu

mempercepat proses penyembuhan luka post operasi pada kasus appendiktomi.


4

2. Tujuan Khusus

a) Penulis mampu melakukan pengkajian dan mampu melaksanakan

mobilisasi dini pada Tn. A dengan appendiktomi di RSUD Dr. Murdjani

Sampit

b) Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. A dengan

Appendiktomi

c) Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. A

dengan Appendiktomi

d) Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. A dengan apendiktomi

e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. A dengan apendiktomi

f) Penulis mampu menganalisa hasil pemberian hasil mobilisasi dini degan

lamanya penyembuhan lika pasca operasi appendiktomi

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan dengan pengalaman tentang

konsep penyakit serta penatalaksanaannya dalam aplikasi melalui proses

keperawatan dengan basis ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan appendiktomi.

2 . Bagi Akper Pemkab Kotim

Karya Tulis Ilmiah ini daapat dijadikan salah satu bahan rujukan bagi

institusi dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kasus

apendiktomi.
5

3. Bagi Profesi Perawat

Karya Tulis Ilmiah ini dapat di jadikan rujukan dalam membuat asuhan

keperawatan sehingga dapat terpenuhnya asuhan keperawatan yang

Komprehensif.

4. Bagi Rumah Sakit

Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan pelayanan dalam memberikan

asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada klien apendiktomi dan

tindakan mobilisasi dini


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Apendisitis Akut

1. Pengertian

Apendisitis merupakan inflamasi vermiformisis ( umbai cacing) yang

dapat dialami oleh siapa saja tidak bergantung usia, namun mayoritas kasus

terjadi antara usia 11 dan 12 tahun, sering menyerang kedua jenis kelamin

namun antara masa puber dan usia 25 tahun lebih sering pada pria.

(Lippincot Williams & Wilkins, 2008)

2. Etiologi

Apendisitis akut merupakan inflamasi yang penyebab umumnya antara

lain : Benda asing, Neoplasma, Ulserasi mukosa, Massa feses, Striktur,

Ingesti barium, Infeksi virus (Lippincot Williams & Wilkins, 2008)

3. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi otot perut

Bagian-bagian Otot perut dan Fungsinya

Otot-otot perut yang terletak antara tulang rusuk dan panggul di bagian

depan tubuh. Otot-otot perut mendukung trunk, memungkinkan gerakan dan

menahan organ di tempat dengan mengatur tekanan perut internal. Ada

empat kelompok utama otot perut yang digabungkan untuk benar-benar

menutupi organ internal:

1. Transversus abdominus – lapisan otot terdalam. Peran utamanya adalah

untuk menstabilkan trunk dan menjaga tekanan perut internal.

6
7

2. Rektus abdominus – tersampir antara tulang rusuk dan tulang kemaluan

di bagian depan panggul. Otot ini memiliki karakteristik benjolan atau

tonjolan, ketika melakukan kontraksi, yang umumnya disebut ‘six pack’.

Fungsi utama dari abdominus rektus adalah untuk bergerak tubuh antara

tulang rusuk dan panggul.

3. otot oblik eksternal – ini adalah di setiap sisi abdominus rektus. Otot-otot

oblik eksternal memungkinkan trunk untuk memutar, tapi ke sisi

berlawanan dari mana oblik eksternal adalah kontraktor. Misalnya,

kontrak miring eksternal yang tepat untuk mengubah tubuh ke kiri.

4. Otot oblik internal – ini mengapit abdominus rektus dan terletak di dalam

tulang pinggulnya. Mereka beroperasi dengan cara yang berlawanan

dengan otot oblik eksternal. Misalnya, memutar trunk ke kiri

membutuhkan oblik internal sisi kiri dan oblik eksternal sisi kanan

berkontraksi bersama-sama.

Gambar 1 : Otot Perut


8

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai

anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

makanan menjadi zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut

dalam tubuh.

Saluran pencernaan terdiri atas :

a. Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan dan

berisi organ pencernaan. Terdiri atas dua bagian. Bagian luar yang sempit,

atau vestibula, yaitu ruang di antara gusi serta gigi dengan bibir dan pipi,

dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisinya oleh

tulang maksilaris dan semua gigi , dan di sebelah belakang bersambung

dengan awal faring.

b. Tenggorokan (faring)

Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut, dan laring

(tenggorokan). Faring berupa slauran berbentuk kerucut dari bahan

membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian terlebar di

sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian

vertebrata servikal keenam, yaitu ketinggian tulang rawan krikoid,

tempat faring bersambung dengan esofagus.

c. Kerongkongan

Kerongkongan atau juga bisa disebut dengan esofagus adalah

penghubung antara faring (tenggorokan) dengan lambung. Letak


9

kerongkongan berada di antara pipa udara atau trakea serta tulang

belakang. Panjang kerongkongan pada orang dewasa adalah sekitar 25

cm. Salah satu organ pencernaan ini bekerja ketika seseorang menelan

dimana otot dindingnya mulai berkontraksi untuk melakukan dorongan

terhadap makanan ke lambung.

d. Lambung

Lambung adalah bagian saluran cerna yang paling lebar dan terletak

diantara ujung esofagus dan pangkal usus halus. Terletak dikuadran kiri

atas abdomen, dibawah diafragma agak ke kiri dari garis tengah, dengan

panjang 25 cm dan Lebar 10 cm. Bentuk dan posisi lambung dipengaruhi

oleh perubahan didalam rongga abdomen dan oleh isi lambung

e. Usus halus

Usus halus adalah saluran konvolusi yang membentang dari sfingter

pilorus ke sambungannya dengan usus besar pada katup elleoselkum.

Panjangn usus kecil adalah 6 meter, berada ditengah dan bagian bawah

rongga abdomen, biasanya dalam kurva usus besar.

f. Usus besar

Usus besar membentang dari ujung illeum sampai ke anus, dengan

panjang 1,5 meter. Usus besar terdiri dari appendiks vermiformis, sekum,

kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid,

rektum dan kanal anal yang dilengkapi sfingter anus interna yang

melingkari bagian atas anus dan sfingter anus eksterna yang mengelilingi

kanal anus untuk menutup kanal anus lebih kuat secara


10

volunter. Pertemuan antara sekum dan illeum terdapat katup

“illeosekum”, berfungsi mencegah isi sekum masuk kembali ke illeum.

g. Rektum dan Anus

Anus adalah bukaan pada bagian akhir sistem pencernaan. Sisa makanan

setelah semua sari-sari makanan diserap, seperti selulosa dan lignin, akan

dikeluarkan dari tubuh. Jika tidak dikeluarkan maka zat tersebut akan

menjadi racun di saluran pencernaan. Fungsi utama anus adalah untuk

melakukan proses defekasi feses.

3. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

1) Anatomi Apendiks

Appendix adalah suatu pipa tertutup yang sempit yang melekat pada

secum (bagian awal dari colon). Bentuknya seperti cacing putih. Secara

anatomi appendix sering disebut juga dengan appendix vermiformis atau

umbai cacing. Appendix terletak di bagian kanan bawah dari abdomen.

Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli. Muara

appendix berada di sebelah postero-medial secum.

Penentuan letak pangkal dan ujung appendix yang normal adalah sebagai

berikut :

– Menurut garis Monroe Pichter

Garis yang menghubungkan SIAS dan umbilicus. Pangkal appendix terletak

pada 1/3 lateral dari garis ini (titik Mc Burney).

– Menurut garis Lanz

Diukur dari SIAS dextra sampai SIAS sinistra. Ujung appendix adalah pada

titik 1/6 lateral dextra.


11

2) Fisiologi Apendiks

Fungsi appendix pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga

berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix

menghasilkan lendir. Lendir ini secara normal dialirkan ke appendix dan

secum. Hambatan aliran lendir di muara appendix berperan pada

patogenesis appendicitis. Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari

yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu

secara normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke

caecum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada

patofisiologi appendiks.

(https://muflihahisnawati.wordpress.com/2011/12/21/anatomi-fisiologi-

appendix/)

Gambar 2 : Anatomi Apendiks


12

3. Operasi Apendiktomi

Dalam istilah medis operasi usus buntu dikenal dengan Appendectomy,

yaitu suatu prosedur operasi untuk memotong dan membuang appendix

(usus buntu). Sebagian besar prosedur ini dilakukan dalam kondisi darurat

untuk mengatasi radang usus buntu (apendisitis). Namun pada sebagian

kasus, pemotongan dan pembuangan usus buntu ini dapat dilakukan

sekalian ketika operasi perut karena penyakit yang lain, hal ini bertujuan

untuk mencegah apendisitis di kemudian hari. Apendisitis merupakan suatu

kondisi di mana usus buntu menjadi meradang. Usus buntu dalam bahasa

indonesia disebut umbai cacing atau usus yang berbentuk kantong (tabung)

sebesar kelingking yang buntu atau tertutup pada bagian ujungnya. Pada

kebanyakan orang, usus buntu menjadi meradang karena jaringan yang

terinfeksi oleh bakteri; nanah bisa terjadi dalam lumen usus buntu.

Penyumbatan mekanis dari apendiks oleh tinja keras, benda asing, atau

lendir tebal juga dapat menyebabkan infeksi bakteri. (Bersumber dari:

Operasi Usus Buntu (Appendectomy) - Mediskus)

Gambar 3 : Operasi Apendiktomi


13

4. Patofisologi

Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum.

Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa

atau obstruksi lumen (biasanya oleh fecalit / feses yang keras).

Penyumbatan pengeluaran secret mucus mengakibatkan perlengketan,

infeksi dan terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan

gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini

berlangsung terus-menerus organ disekitar dinding apendik terjadi

perlengketan dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi sangat

cepat (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan

komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi pada apendik,

tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri didaerah abdomen.

Penyebab utama apendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat

disebabkan oleh hyperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab

terbanyak, adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing

seperti cacing, striktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,

sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).

Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan

menekan dinding apendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan

peritoneum visceral. Oleh karena itu persyarafan appendiks sama dengan

usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit

disekitar umbilikus.
14

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,

kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,

peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal

setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini

disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergan dan ini

disebut dengan appendisitis gangrenos. Bila dinding apendiks yang telah

akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang

berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan

timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.

Pada anak-anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang

relatif lebih panjang, demikian juga pada orang tua karena telah ada

gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila

appendisitis infiltrate ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul

dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.(Dermawan &

Rahayuningsih, 2010 dalam Difatur 2016)

5. Manifestasi Klinis

A. Nyeri pada kuadran kanan bawah ( lokal : pada titik mc

burney). Sifat : nyeri tekan lepas

B. Anoreksia

C. Mual

D. Muntah

(Lippincott Williams & Wilkins, 2008)


15

6. Komplikasi

A. Infeksi luka

B. Infeksi intraabdomen

C. Fistula fekal

D. Obstruksi usus

E. Hernia insisional

F. Peritonitis (paling sering terjadi)

G. Kematian

(Lippincott Williams & Wilkins, 2008)

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan fisik

Ada 2 cara pemeriksaan fisik :

1). Psoas sign

Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh pemeriksa.

Pasien disuruh aktif memfleksikan articulatio coxae kanan, akan

terasa nyeri di perut kanan bawah (cara aktif), pasien miring ke kiri,

paha kanan dihiperekstensi oleh pemeriksa, akan terasa nyeri di

perut kanan bawah (cara pasif).

2). Obturator sign

Dengan gerakan fleksi dan endorotasi articulatio coxae pada posisi

supine akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri berarti kontak dengan

m. obturator internus, artinya appendix terletak di pelvis.


16

b. Pemeriksaan laboratorium

Terjadi leukositosis ringan (10.000 – 20.000 / ml) dengan peningkatan

jumlah netrofil.

c. Pemeriksaan radiologi : tampak distensi sekum pada appendisitis akut.

d. USG : menunjukan densitas kuadran kanan bawah / kadar aliran udara

terlokalisasi. (Dermawan & Rahayuningsih, 2010 dalam Difatur 2016)

8. Penatalaksanaan

a. Apendiktomi

Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne,

C., 2001). Pembedahan diindikasikan bila diagnose apendisitis telah

ditegakkan. Antibiotik dan Cairan IV diberikan sampai pembedahan

dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnose ditegakkan.

Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan segera

mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal

dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan

metode terbaru yang sangat efektif.

Konsep asuhan keperawatan sebelum operasi dilakukan klien perlu

dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu

diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah operasi

dan diberikan latihan latihan fisik (pernafasan dalam,gerakan kaki dan


17

duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh

karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan

juga terhadap penerimaan anastesi.

b. Laparotomi

1. Pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Ada 4 cara yaitu :

a) Midline Incision

b) Paramedian yaitu : sedikit ketepi dari garis tengah (kurang lebih

2,5 cm), panjang (12,5)

c) Transverse upper abdomen incision, Yaitu : insisi dibagian atas,

misalnya pembedahan kolesistotomi dan splenektomi

d) Transverse lower abdomen incision, yaitu : insisi dibagian

bawah kurang lebih 4 cm diatas anterior spinal iliaka,

misalnya : pada operasi apendiktomi. Perawatan post

operasi laparotomi adalah bentuk pelayanan perawatan

yang diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi

pembedahan perut.

2. Proses penyembuhan luka

a. Fase pertama

Berlangsung sampai hari ke tiga. Batang leukosit banyak yang rusak /

rapuh. Sel sel darah baru berkembang menjadi penyembuhan dimana

serabut serabut bening digunakan sebagai kerangka.


18

b. Fase kedua

dari hari 3 sampai hari ke 14 pengisian oleh kolagen. Seluruh pinggiran

epitel timbul sempurna dalam 1 minggu.jaringan baru tumbuh dengan kuat

dan kemerahan.

c. Fase ketiga

sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus menerus ditimbun, timbul

jaringan jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali. d. Fase keempat

Fase terakhir penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

(https://finoarsanta.wordpress.com/2014/10/06/perawatan-luka-

post-appendiktomie/)

B. Konsep Dasar Mobilisasi Dini

1. Definisi

Mobilisasi dini adalah proses aktivitas yang dilakukan pasca operasi/

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

keluar kamar (Ibrahim, 2013). Mobilisasi dini bermanfaat untuk

memperlancar peredaran darah, memperlancar sirkulasi untuk mencegah

terjadinya stasis vena, menunjang fungsi pernafasan yang optimal,

mencegah kontraktur dan mempercepat penyembuhan luka (Kiik, 2013).


19

2. Jenis Mobilisasi Dini

Jenis mobilisasi dibedakan berdasarkan kemampuan gerakan yang

dilakukan oleh seseorang yaitu :

a) Mobilisasi Penuh

merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas

sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-

hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan

sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b) Mobilisasi Sebagian

merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jalan

dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan

saraf motorik dan sensorik pada tubuh.

3. Tujuan mobilisasi dini

mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah,

membantu pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot,

memperlancar eliminasi alvi dan urin, mengembalikan aktivitas tertentu

sehingga pasien dapat kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan

gerak harian.

4. Tahapan-tahapan mobilisasi dini

Langkah-langkah melakukan mobilisasi pasca apendiktomi antara lain :

1) Perubahan posisi miring kiri dan miring kanan setiap 2 jam sekali,

dilanjutkan dengan mengatur posisi semi fowler dan diakhiri latihan nafas

dalam.
20

2) Lakukan latihan kaki sebanyak 3-5 kali sedikitnya setiap 1 atau 2 jam

sekali. Latihan kaki dapat mendorong kestabilan sirkulasi dengan mencegah

terjadinya komplikasi pasca bedah.

3) membantu klien untuk melakukan latihan duduk dengan kaki menjuntai

ditempat tidur (dangling)

4) Melakukan ambulasi awal dengan latihan berjalan singkat. Dalam

melakukan ambulasi awal perawat harus waspada terhadap tanda-tanda

kelelahan atau pusing pada Klien dan bantu untuk merubah posisi dengan

peralahan-lahan.

C. Konsep dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan

Appendiktomi

1. Pengkajian

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan

pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu status

kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan

kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan. Melalui

pengkajian ini semua data pasien dapat dikumpulkan untuk menentukan

masalah keperawatan yang mungkin timbul pada setiap kasus

Appendisitis.

a. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku atau bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.


21

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri pada daerah kuadran kanan bawah, nyeri bersekitar umbilicus

2) Riayat kesehatan dahulu

Riwayat operasi sebelumnya pada kolon

3) Riwayat kesehatan sekarang

Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,

bagaimana sifat dari hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan

apa yang memperberat dan memperingan.

c. Pemeriksaan fisik

e. perubahan pola fungsi

Aktivitas/Istirahat

Gejala : Malaise

b. Sirkulasi

Gejala : Takikardi

c. Eliminasi

Gejala : Konstipasi pada awitan, diare (kadang-kadang)

Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri kekakuan, penurunan

atau tak ada bising usus.

d. Makanan/Cairan

Gejala : Anoreksia, mual/muntah

e. Nyeri/Kenyamanan
22

Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat

berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setanggah jarak antara

umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan bersin,

batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau

infark pada apendiks).

Tanda : Keluhan berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas (sehubungan

lokalisasi apendiks, contoh retrosekal atau sebelum ureter), perilaku

berhati-hati, berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk,

meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi

kaki kanan / posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri diduga

inflamasi peritoneal.

f. Pernapasan

Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal

g. Keamanan

Tanda : Demam (biasanya rendah)

h. Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri

abdomen.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut

NANDA Nic-Noc 2015 yaitu hambatan mobilitas fisik adalah

keterbatasan pada pergerakan fisik atau satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri dan terarah.

2. Faktor yang berhubungan antara lain :


23

1. Ansietas

2. Intoleransi aktivitas

3. Fisik tidak bugar

4. Penurunan ketahanan tubuh

5. Gangguan musculoskeletal

6. Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik

7. Keadaan mood depresif

8. Ketidaknyamanan

9. Keenganan memulai pergerakan

3. Batasan kerakteristik :

1. Penurunan waktu reaksi

2. Kesulitan membolak-balik posisi

3. Gerakan bergetar

4. Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan

motorik halus dan besar

5. Ketidakstabilan postur

6. Pergerakan lambat

7. Pergerakan tidak terkoordinasi

8. Keterbatasan rentang gerak sendi

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa : Hambatan Mobiltas Fisik berhubungan dengan Kecemasan

Pasca Operasi Apendiktomi

Hasil NOC :
24

a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik

b. Meningkatkan tujuan dari peningkatan mobilitas

c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan

kemampuan berpindah

Intervensi NIC :

a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat

respon pasien saat latihan

b. Ajarkan pasien tentang tehnik ambulasi

c. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dini dan bantu

penuhi ADLs

d. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan

jika diperlukan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Kamis, 11 Mei 2017 pada

pukul 07.30 wib. Sedangkan data-data yang didapatkan yaitu :

nama klien Tn. “A” jenis kelamin laki-laki, umur 43 tahun, suku

Jawa, beragama islam, sudah menikah, bekerja sebagai

wiraswasta, alamat di jalan Pramuka, klien masuk RS pada hari

Rabu, 10 Mei 2017 dengan apendisitis. Pengkajian dilakukan

melalui wawancara dan pemeriksaan fisik dengan data yang

diperoleh sebagai berikut :

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 10 Mei 2017 dengan

keluhan nyeri diperut bagian kanan bawah, tidak nafsu makan,

mual, muntah 5 kali sejak pagi. Lalu klien dirawat inap di ruang

Seroja kemudian klien dianjurkan untuk operasi cyto setelah itu

klien kembali keruang seroja untuk bedrest dan sampai pada hari

kamis saat pengkajian klien mengatakan tidak mau bergerak

karena takut lukanya rusak dan melebar jika klien bergerak.

Gambar 4 : Luka Klien

25
26

Hasil pemeriksaan didapatkan data sebagai berikut : keadaan

umum compos mentis, klien tampak selalu tidur terlentang, klien

tampak cemas dan sesekali melihat kearah perut bekas operasi

apendiktomi, luka kurang lebih 10 cm dengan 11 jahitan dan klien

tampak protektif terhadap luka jahitan yang ada diperutnya.

Tekanan darah (TD) : 110/70 mmHg, nadi (N) : 98 kali per menit,

o
respirasi rate (RR) : 20 kali per menit, suhu (S) : 36.9 C, terdapat

luka laparatomi diperut bagian kanan bawah.

B. Diagnosa keperawatan

Dari pengkajian diatas dapat diangkat diagnosa keperawatan

utama yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

kecemasan pasca operasi apendiktomi , ditandai dengan klien

selalu tidur terlentang, cemas dan takut untuk bergerak karena

takut luka diperutnya semakin melebar jika klien bergerak,

sesekali klien melihat kearah perutnya dan klien tampak protektif

terhadap luka jahitan yang ada diperutnya.

C. Intervensi Keperawatan

Untuk mengatasi hambatan mobilitas fisik karena cemas yang

dirasakan klien maka direncanakan mobilisasi dini yang bertujuan

agar klien bisa bergerak bebas tanpa rasa cemas yang

dihadapinya. Adapun kriteria keberhasilan intervensi adalah klien

bisa miring kanan dan miring kiri, duduk dengan setengah duduk,

duduk dengan kaki terjungkai ke bawah dan berjalan disekitar

tempat tidur hingga ke kamar mandi.


27

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada tanggal 12 Mei 2017

yaitu membina hubungan saling percaya dengan hasil istri dan

kakak klien menerima perawat dengan baik dan ramah ( jam

07.30 wib). Memberi penjelasan bahwa mobilisasi dini tidak

membahayakan klien justru akan membantu mempercepat proses

penyembuhan luka bagi klien dengan hasil klien, istri dan kakak

klien sangat kooperatif ( jam 07.45). Jadwal program mobilisasi

dini dilakukan selama 2 hari yaitu pada hari Jum’at tanggal 12

Mei 2017 pukul 14.20 wib dan pukul 14.40 Wib sedangkan pada

tanggal 13 Mei 2017 dilakukan pada pukul 11.30 wib dan 13.00

wib. Selanjutnya perawat melakukan tindakan yaitu persiapan

klien dengan menganjurkan dan membantu klien untuk miring

kanan dan miring kiri dengan hasil klien melakukan tindakan

yang dianjurkan perawat dibantu dengan istrinya (jam 14.20 wib).

Gambar 5 : Klien tampak miring Kanan


28

kemudian dilanjutkan untuk duduk dengan setengah duduk dengan

hasil klien melakukan apa yang dianjurkan perawat dengan bantuan

bed pasien yang bisa dinaik turun kan (jam 14.40 wib).

Gambar 6 : Klien tampak duduk setengah duduk


29

Kemudian untuk tindakan selanjutnya klien meminta perawat untuk

esok hari dilanjutkan karena klien merasa lelah dan mengantuk. Pada

tanggal 13 Mei 2017 implementasi kembali dilanjutkan, untuk

duduk dengan kaki terjungkai ke bawah dengan hasil klien sangat

kooperatif melakukannya ( jam 11.30 wib),

Gambar 7 : klien tampak duduk dengan kaki terjungkai kebawah


30

Dan yang terakhir adalah meminta dan membantu klien turun dari

tempat tidurnya untuk berjalan dengan hasil klien melakukannya

secara maksimal ( jam 13.00 wib).

Gambar 8 : klien tampak berjalan


31

E. Evaluasi

Setelah dirawat selama 5 hari sejak 11 s/d 14 Mei 2017, diperoleh

data hilangnya hambatan mobilitas fisik karena rasa cemas dan takut

bergerak, klien direncanakan pulang pada hari senin tanggal 15 Mei

2017, sebelum pulang klien tampak bahagia dan berjalan kesana

kemari untuk menunjukan bahwa rasa cemasnya sudah hilang. Klien

dan istri juga mengucapkan terima kasih kembali kepada perawat

karena sudah mau melatih klien dengan baik. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tindakan yang telah dikerjakan berdampak

positif terhadap kondisi klien dengan keberhasilan untuk memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.


32

Gambar kiri : tampak luka hari ketiga

Gambar kanan : tampak luka hari keempat

Gambar tengah bawah : tampak luka hari kelima sebelum pasien pulang
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal penerapan

mobilisasi dini untuk mengatasi luka pasca operasi pada Tn. “A” dengan post op

appendiktomi.

Data yang penulis dapatkan adalah klien mengatakan tidak mau bergerak

karena takut lukanya rusak dan melebar jika bergerak, klien mengatakan seperti

itu dikarenakan cemas karena sebelumnya belum pernah dirawat inap dirumah

sakit sedangkan penulis berupaya agar klien dapat bergerak bebas tanpa rasa takut

sehingga penulis menerapkan mobilisasi dini agar hambatan mobilitas fisik yang

klien alami dapat berkurang ataupun hilang.

Sebenarnya Persepsi klien lah yang menimbulkan diagnosa hambatan

mobilitas fisik yang mempengaruhi rentang gerak dengan mengatakan bahwa

lukanya semakin melebar disinilah penulis berupaya agar klien tidak berfikir dan

bahkan tidak berpersepsi seperti itu lagi dengan diterapkannya mobilisasi dini

pada klien secara langsung, menurut data yang diperoleh penulis keluarga klien

sangat kooperatif dalam penerapan mobilisasi dini ini. Persepsi menurut Epstein

& Rogers (dalam Stenberg, 2008:105) adalah seperangkat proses yang dengannya

kita mengenali dan memahami terapan terapan inderawi yang kita terima dari

stimuli lingkungan.

penulis menerapkan mobilisasi dini karena ada kaitannya dengan

penemuan hasil riset yang mengatakan bahwa Mobilisasi dini merupakan aktivitas

yang dilakukan pasca operasi dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur

33
34

(latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai

dengan klien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

keluar kamar (Ibrahim, 2013).

Mobilisasi dini bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah,

memperlancar sirkulasi untuk mencegah terjadinya stasis vena, menunjang fungsi

pernafasan yang optimal, mencegah kontraktur dan mempercepat penyembuhan

luka (Kiik, 2013). Pergerakan yang dilakukan dapat membuat otot-otot perut dan

panggul kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat

mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan. Dan juga dengan

dilakukan mobilisasi dini dapat bersifat positif terhadap penyembuhan klien

karena dengan bergerak klien akan terhindar dari hambatan mobilitas fisik yang

dialaminya serta dinding otot pada perut menjadi elastic dan tidak kaku lagi.

A. Pengkajian

Menurut Carpenito dan Moyet ( 2007 ) dalam buku Konsep dasar

keperawatan dengan pemetaan konsep halaman 19 mengemukakan bahwa

pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang

individu, keluarga, dan kelompok. Pada tahap ini penulis menggunakan metode

wawancara kepada keluarga dan klien, metode dokumentasi yang mana penulis

mengambil data dari catatan medis klien. Dimana catatan medis tersebut berisi

tentang riwayat kesehatan klien, program terapi, dan data penunjang lainnya yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien. Klien masuk rumah sakit

pada tanggal 10 Mei 2017 pukul 09.50 Wib klien pada saat itu dibawa oleh

keluarganya dengan keluhan nyeri diperut bagian kanan bawah, tidak nafsu

makan, mual, muntah 5 kali sejak hari selasa pagi, pada saat di IGD dilakukan
35

pemeriksaan TTV dengan TD :130/100 mmHg, nadi : 96 kali permenit, Respirasi

o
rate: 20 kali per menit, Suhu : 37 C, dilakukan pemasangan infuse RL 20 tetes

permenit,, terapi injeksi Ranitidin 50mg/12 jam, Ondansentron 4 mg / 4 jam,

Ceftriaxon 1 g/12jam. Kemudian klien dipindahkan ke ruang Seroja pada jam

10.45 Wib dan kemudian klien dibawa ke ruang operasi pada jam 12.00 Wib.

Pada tanggal 11 Mei 2017 penulis melakukan pengkajian pada klien yang saat

itu mengatakan takut bergerak karena luka yang ada di perutnya melebar, dan

tampak protektif, sesekali melihat kearah luka di perutnya dan pada saat itu juga

penulis melakukan pemeriksaan TTV pada Tn. A dengan hasil Tekanan darah

(TD) : 110/70 mmHg, nadi (N) : 98 kali per menit, respirasi rate (RR) : 20
o
kali per menit, suhu (S) : 36.9 C.

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan tidak ada

penyakit keturunan maupun menular seperti : tekanan darah tinggi ( hipertensi),

penyakit gula (diabetes mellitus), sesak nafas (asma), penyakit jantung dan TBC.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang didapatkan pada Tn. A ditemukan masalah

utama yaitu perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan kecemasan pasca

operasi apendiktomi karena hambatan mobilitas fisik dikarenakan adanya luka

jahit menimbulkan kecemasan pada klien. Menurut NANDA Nic Noc 2015

perubahan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik satu atau

lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Cemas menurut teori Nanda Nic-Noc

2015 adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon

autonom, perasaan takut yang disebabkn oleh antisapi terhadap bahaya.

Sedangkan menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa


36

kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingati individu tentang kemungkinan

datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

C. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan ditujukan agar hambatan mobilitas fisik yang dialami

klien dapat berkurang ataupun hilang. Klien dengan hambatan mobilitas fisik dan

perasaan cemas dapat direncanakan beberapa tindakan yaitu bina hubungan saling

percaya, gunakan pendekatan yang menyenangkan, monitoring vital sign sebelum/

sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan, Ajarkan klien tentang tehnik

ambulasi, damping dan bantu klien saat mobilisasi dini dan bantu penuhi ADLs

dan ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

Sebagai tindakan mandiri keperawatan intervensi yang dilakukan penulis

adalah mobilisasi dini, karena menurut hasil riset Mobilisasi dini dimaksudkan

sebagai upaya untuk mempercepat penyembuhan dari suatu cedera atau penyakit

tertentu yang telah merubah cara hidup yang normal menurut Kasdu seperti yang

dikutip oleh Rustianawati et al (2013). Tujuan mobilisasi dini mempertahankan

fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih

baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi alvi dan urin,

mengembalikan aktivitas tertentu sehingga klien dapat kembali normal atau dapat

memenuhi kebutuhan gerak harian.

D. Implementasi keperawatan

Pada pembahasan ini didapatkan data bahwa tindakan awal yaitu membina

hubungan saling percaya, gunakan pendekatan yang menenangkan, memberi

penjelasan bahwa mobilisasi dini tidak membahayakan klien justru akan

membantu mempercepat proses penyembuhan.


37

Sebelum dilakukannya tindakan mobilisasi dini pertama-tama penulis mencari

hasil riset yang berkaitan sesuai dengan diagnosa yang ditentukan kemudian

penulis meminta izin kepada kakak perawat senior yang ada diruangan untuk

melakukan tindakan mobilisasi dini dan setelah disetujui penulis langsung

meminta izin dan persetujuan klien dengan menggunakan informed consent dan

setelah semuanya disetujui, penulis melakukan tindakan mobilisasi dini langsung

kepada klien.

Selanjutnya perawat melakukan tindakan yaitu persiapan klien dengan

menganjurkan dan membantu klien untuk miring kanan dan miring kiri kemudian

dilanjutkan untuk duduk dengan setengah badan kemudian duduk dengan kaki

terjungkai ke bawah dan yang terakhir meminta klien turun dari tempat tidurnya

untuk berjalan disekitar tempat tidurnya

(http://indonesiannursing.com/2008/05/25/mobilisasi-dini/)

Mobilisasi dini yang penulis terapkan sebenarnya tidak sama persis seperti

hasil riset yang ditemukan karena menurut hasil riset bahwa mobilisasi dini
pasca apendiktomi dapat dilakukan secara bertahap setelah operasi. Pada 6 jam

pertama klien harus tirah baring dahulu, namun klien dapat melakukan

mobilisasi dini dengan menggerakkan lengan atau tangan, memutar

pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis, serta menekuk

dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, klien diharuskan untuk dapat miring
ke kiri dan ke kanan untuk mencegah trombosis dan tromboemboli. Setelah 24

jam klien dianjurkan untuk dapat belajar duduk. Setelah klien dapat duduk,

dianjurkan untuk belajar berjalan, alasan penulis mengurangi pergerakan

mobilisasi dini karena efektifnya menggerakkan lengan atau tangan, memutar


38

pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis, serta menekuk

, menggeser kaki adalah 6-10 jam pertama pasca operasi. Sedangkan penulis

menerapkan mobilisasi dini langsung pada klien yaitu dua hari pasca operasi

apendiktomi dan yang diterapkan penulis adalah menganjurkan, membantu klien

untuk miring kanan dan miring kiri, selanjutnya membantu klien untuk duduk

setengah badan kemudian membantu klien duduk dengan kaki terjungkai kebawah

yang terakhir dan membantu klien untuk berjalan di sekitar tempat tidur.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan,

evaluasi keperawatan bertujuan untuk menilai perkembangan atas keberhasilan

klien mencapai intervensi yang telah dilakukan. Pada tahap ini penulis akan

mengevaluasi intervensi mobilisasi dini yang dilakukan dalam 2 hari.

Evaluasi pertama dilakukan pada tanggal 13 Mei 2017 klien mengatakan

“Mbak saya sudah bisa miring kiri dan kanan dan juga saya bisa duduk sekarang”

dan evaluasi hari berikutnya klien mengatakan “saya sudah bisa berjalan ke kamar

mandi sekarang mbak dan saya sangat senang karena kata dokter besok saya

sudah boleh pulang, terima kasih kembali atas semuanya mbak” TTV klien

sebelum klien pulang ialah TD : 120/70 mmHg, Nadi : 86 kali permenit, Respirasi
o
rate : 21 kali permenit, Suhu : 36.7 C.

Dari hasil evaluasi diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mobilisasi

dini untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi serta

mengatasi rasa cemas yang dirasakan klien.


39

Mobilisasi dini adalah proses aktivitas yang dilakukan pasca operasi/

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan,

latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan klien bisa turun

dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim,

2013). Mobilisasi dini bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah,

memperlancar sirkulasi untuk mencegah terjadinya stasis vena, menunjang fungsi

pernafasan yang optimal, mencegah kontraktur dan mempercepat penyembuhan

luka (Kiik, 2013).

Hasil Evaluasi
Tabel 2.1

No Data Evaluasi Pre Intervensi Evaluasi hari ke 1 dan


2
1. Data subjektif Klien mengatakan Evaluasi hari pertama
“saya takut Klien mengatakan
bergerak takut luka ” Mbak saya sudah
yang ada diperut bisa miring kiri dan
saya melebar jika kanan dan juga saya
saya bergerak” bisa duduk sekarang”
dan evaluasi hari
kedua klien
mengatakan “saya
sudah bisa berjalan ke
kamar mandi
sekarang mbak dan
saya sangat senang
karena kata dokter
besok saya sudah
boleh pulang, terima
kasih kembali atas
semuanya mbak”
40

Respon Selalu tidur Tampak senang dan


terbaring dan bahagia
tampak sesekali
melihat kearah luka
diperutnya,dan juga
tampak protektif
terhadap lukanya
TTV Tekanan darah Tekanan Darah :
(TD) : 110/70 120/70 mmHg, Nadi :
mmHg, nadi (N) : 86 kali permenit,
98 kali per menit, Respirasi rate : 21 kali
respirasi rate (RR) : permenit, Suhu :
o
20 kali per menit, 36.7 C.
o
suhu (S) : 36.9 C
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan insiden apendisitis di

dunia mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk didunia. Apendisitis

dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari setahun

jarang terjadi, insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu

menurun, insidens pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak dari pada

wanita.

2. Klien dengan operasi appendicitis biasanya lebih sering berbaring ditempat

tidur karena klien masih mempunyai rasa takut untuk bergerak. Pada klien

pasca operasi seperti operasi usus buntu (appendiktomi), sangat penting untuk

melakukan mobilisasi. Banyak masalah yang akan timbul jika klien pasca

operasi tidak melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti klien tidak

BAK (retensi urin), perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi kekakuan

otot, dan sirkulasi darah tidak lancar.

3. Mobilisasi dini adalah proses aktivitas yang dilakukan pasca operasi/

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

klien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

keluar kamar (Ibrahim, 2013). Mobilisasi dini bermanfaat untuk

memperlancar peredaran darah, memperlancar sirkulasi untuk mencegah

41
42

terjadinya stasis vena, menunjang fungsi pernafasan yang optimal, mencegah

kontraktur dan mempercepat penyembuhan luka (Kiik, 2013).

4. Keberhasilan mobilisasi dini tidak hanya mempercepat proses pemulihan luka

pasca pembedahan namun juga mempercepat pemulihan peristalticusus pada

klien pasca pembedahan apendisitis (Israfi dalam Akhrita, 2011)

B. Saran

1. Bagi Akademi Keperawatan Pemkab Kotim

Sebagai tambahan bahan referensi mahasiswa dan mahasiswi akademi

keperawatan pemerintah kabupaten kotawaringin timur dan diharapkan

mampu meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilkan perawat yang

professional dan inovatif, terutama dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien dengan post operasi appendiktomi.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik

serta menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai bagi

penyembuhan klien, khususnya klien dengan post operasi appendiktomi.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan keahlian khususnya terapi mobilisasi dini

dalam memberikan intervensi keperawatan pada klien dengan post operasi

appendiktomi
43

4. Bagi Teman-teman

Diharapkan untuk selalu meningkatkan dan mengupdate ilmu-ilmu

keperawatan terutama terapi modalitas keperawatan sehingga dapat

diaplikasikan pada lahan praktik untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016-2017. Catatan Rekam Medik Pasien Rawat Inap di Ruang


Perawatan Seroja RSUD dr. Murjani Sampit: Tidak dipublikasikan

Carpenito & Moyet, L.J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta: EGC

Depkes RI., 2009 Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Dermawan & Rahayuningsih (2010) dalam Difatur (2016), Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah : Edisi Pertama, Yogyakarta.

F. Paulsen & J. Waschke. (2013). Sobotta Anatomi Umum dan Sistem


Muskuloskeletal, Jakarta : EGC

Lippincott Williams & Wilkins (2008) Kapita Selekta Penyakit dengan


Implikasi Keperawatan, Jakarta.

Kiik, S. M dan Ibrahim (2013). Early Mobilization Influence to Peristaltic’s


Recovery Time Instentine on Pasca’s patient Hands out Abdomen at Icu
BPRSUD Labuang Baji Makasar, Jurnal Kesehatan Volume 1 No. 1 13-20.

Nainggolan, Elfrida, Lamria Simanjuntak. (2013). “Hubungan Mobilisasi Dini


dengan Lamanya Penyembuhan Luka Pasca Operasi Appendiktomi
diZAAL C Rumah Sakit HKBP Balige Tahun 2013. Dalam Jurnal
Keperawatan HKBP Balige, Vo. 1, No. 2.

Nanda Nic-Noc 2015 Jilid 1, Jogyakarta

44
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,
volume 2. Jakarta: EGC

Stenberg, J Robert. 2008. Psikologi Kognotif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(http://indonesiannursing.com/2008/05/25/mobilisasi-dini/) diakses pada

tanggal 23 Mei 2017

(https://muflihahisnawati.wordpress.com/2011/12/21/anatomi-fisiologi-

appendix/) diakses pada tanggal 30 Mei 2017

Operasi Usus Buntu (Appendectomy) - Mediskus) diakses pada tanggal 30


Mei 2017

(https://finoarsanta.wordpress.com/2014/10/06/perawatan-luka-post-

appendiktomie/) diakses pada tanggal 25 Mei 2017

http://lailybajangmasruri.blogspot.co.id/2014/05/pengkajian-

keperawatan.html diakses pada tanggal 8 Juni 2017

(http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/pengertian-persepsi.html?m=1)

diakses pada tanggal 17 Juni 2017

http://yustianaoktavia17.blogspot.co.id/2015/09/makalah-anatomi-

dan-fisiologi-sistem.html diakses pada tanggal 10 Juli 2017

45
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
AKADEMI KEPERAWATAN
Jalan Batu Berlian Nomor 11 Telp. (0531) 22960 / Fax. (0531)
22940 Sampit Kode Pos : 74322

Lampiran 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. “A” DENGAN POST OP
APPENDIKTOMI DI RUANG PERAWATAN SEROJA RSUD dr. MURJANI
SAMPIT

Tanggal pengkajian : 11 Mei 2017 Jam : 07.50


Tgl MRS : 10 Mei 2017
Diagnosa : Post Op
Appendiktomi
I. IDENTITAS

Nama : Tn. “A”

Umur : 43 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pramuka
Di tanggung oleh : BPJS
No. RM : 2288xx

II. KELUHAN UTAMA


Takut bergerak
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Klien mengatakan pada bulan juni 2016 lalu merasakan sakit perut kanan

bagian bawah namun setelah itu klien langsung meminum obat promaag

karena klien mengira itu adalah penyakit maag, setelah meminum obat itu

sakit klien langsung hilang.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan sakitnya muncul pada hari selasa tanggal 9 mei 2017

namun setalah itu klien hanya berdiam diri dirumah sampai akhirnya perut

bagian kanannya semakin nyeri, kemudian pada rabu pagi tanggal 10 mei

2017 klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan nyeri diperut bagian

kanan bawah, tidak nafsu makan, mual, muntah 5 kali Lalu klien dirawat

inap di ruang Seroja kemudian klien dianjurkan untuk operasi cyto setelah

itu klien kembali keruang seroja untuk bedrest dan sampai pada hari kamis

tanggal 11 mei 2017 saat pengkajian klien mengatakan tidak mau bergerak

karena takut lukanya rusak dan melebar jika klien bergerak.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa tidak anggota keluarganya mengalami penyakit

yang sama, dan klien mengatakan didalam keluarganya tidak mempunyai

penyakit menurun maupun menular seperti hipertensi, diabetes mellitus,

TBC, hepatitis, pneumonia.


D. Genogram 3 Generasi

Keterangan :
: Garis Perkawinan
: Laki-laki
: Garis Keturunan
: Perempuan
: Pasien : Meninggal

IV. WAWANCARA, OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


A Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
B. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70mmHg
Respirasi rate : 20 kali permenit
Nadi : 98 kali permenit
Suhu : 36’9o C
C. Sistem tubuh
1. Sistem Pernafasan ( breathing/ B1)
Klien bernafas sponntan, respirasi rate 20 kali per menit, irama
nafas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, tidak
ada retraksi dada, tidak ada cuping hidung, dan tidak ada suara
nafas tambahan.
2. Sistem kardiovaskuler (Bleeding/B2)
Suara jantung lup dup, tidak ada perdarahan, tidak ada jejas, tidak
ada edema, capillary refill time kembali dalam 2 detik, tekanan
darah 100 /70 mmHg, nadi 98 kali permenit.
3. Sistem persyarafan (Brain/B3)
Kesadaran composmentis, GCS : E4 V5 M6, pupil isokor kanan
dan kiri, tidak terdapat kekakuan leher, pendengaran baik, reflex
patella (+), bisep (+), seklera putih, conjungtiva tidak anemis,
tonus otot 5.5.5.5.
4. Sistem eleminasi urin (Bladder/B4)
klien terpasang kateter, warna urine merah pekat, tidak ada
endapan pada urin, jumlah urine 500cc per 24 jam.
5. Sistem Pencernaan (Bowel/B5)
Pemeriksaan mulut dan tenggorokan membran mukosa tidak pucat
dan lembab, kebersihan mulut terjaga, keadaan gigi lengkap, tanda
radang tidak ada, tidak ada distensi abdomen.
6. Tulang-otot-integument(Bone/B6)
Pada pemeriksaan kulit warna tidak sianosis, turgor kulit kembali
kurang dari 2 detik, terdapat luka jahit bekas operasi appendiktomi
o
seluas ±9 cm dengan 11 jahitan, suhu 36’9 C, skala otot 5.5.5.5,
kelemahan -.-.-.-, , fraktur -.-.-.- .
V. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Aktivitas istirahat dan tidur
Klien mengatakan pada malam hari tidurnya nyenyak, setelah tidur
klien mengatakan kembali segar
2. Keadaan nutrisi dan pencernaan
Klien makan sedikit tapi sering (3x1), klien mkan dan minum
kadang dibantu istri dan kadang mandiri, makanan dari rumah sakit
tidak dimakan dan salalu makan makanan yang dibawa sang istri
dari rumah, minum ± 1000ml per hari jenis minuman air putih dan
sari buah siap saji, tidak ada pantangan maupun alergi, klien belum
BAB sejak dirawat
3. Cairan tubuh
Klien terpasang infuse RL 20 tetes permenit, minum 1000ml per
hari.
4. Psikososial-spiritual
Saat ditanya tentang penyakitnya klien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakitnya, hubungan klien dan keluarganya
sangat dekat dan keluarga klien sangat kooperatif.

Terapi yang diberikan


1) Ceftriaxone 1 g Intravena per 12 jam
2) Ranitidine 50 mg, Intravena per 8 jam
3) Ketorolac 30 mg, Intravena per 12 jam
4) Metrinodazole Intravena per 8 jam
VI. DATA PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Mei 2017


Tabel 3.1 pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Laki laki Perempuan


Hemoglobin 14.9 13,5-17,5 g/dl 12,0-15,6 g/dl
Hematokrit 45 35-45 % 35-45%
Leukosit 9,2 3 3
4,4-11,3 x 10 /ul 4,4-11,3 x 10 /ul
Eosinofil 1 0-4 % 0-4 %
Basofil 0 0-1% 0-1%
Neutrofil 87 55-80% 55-80%
Limfosit 8 22-44% 22-44%
Monosit 4 0-7% 0-7%
Trombosit 205 3 3
150-45- x 10 /ul 150-45- x 10 /ul

Eritrosit 5,4 6 6
4,5-5,9 x 10 /ul 4,1-5,9 x 10 /ul
MCV 84 80-96fl 80-96fl
MCH 28 28-33pg 28-33pg
MCHC 33 33-36g/dl 33-36g/dl
Golongan Darah O

Masa Perdarahan 2 menit 30 detik 1-3 menit 1-3 menit


Masa Pembekuan 4 menit 30 detik 2-6 menit 2-6 menit
VII. ANALISA DATA
Table 4.1
No Data Etiologi Problem
1 DS : “saya takut Kecemasan Hambatan
bergerak karena Pasca Operasi Mobilitas Fisik
takut luka yang Appendiktomi
ada diperut saya
melebar dan rusak
jika saya
bergerak”

DO : - klien tampak
tidur selalu
terlentang
- klien tampak
sesekali melihat
kearah perutnya
- klien
tampak cemas
- klien tampak
protektif terhadap
luka jahitan yang
ada diperutnya

Prioritas Masalah
1. Hambatan Mobilitas Fisik
VIII. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Dari pengkajian diatas dapat diangkat diagnosa keperawatan utama

yaitu Hambatan Mobilitas Fisik b/d Kecemasan Pasca Operasi

Apendiktomi, ditandai dengan klien selalu tidur terlentang, cemas dan takut

untuk bergerak karena takut luka diperutnya semakin melebar jika klien

bergerak, sesekali klien melihat kearah perutnya dan klien tampak protektif

terhadap luka jahitan yang ada diperutnya.

Intervensi yang dilakukan pada klien yaitu mengatasi hambatan

mobilitas fisik karena cemas yang dirasakan klien maka direncanakan

Mobilisasi Dini yang bertujuan agar klien bisa bergerak bebas tanpa rasa

cemas yang dihadapinya. Adapun kriteria keberhasilan intervensi adalah

klien bisa miring kanan dan miring kiri, duduk dengan setengah duduk,

duduk dengan kaki terjungkai ke bawah dan berjalan disekitar tempat tidur

hingga ke kamar mandi.

IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada tanggal 12 Mei 2017 yaitu

membina hubungan saling percaya dengan hasil istri dan kakak klien

menerima perawat dengan baik dan ramah ( jam 07.30 wib). Memberi

penjelasan bahwa mobilisasi dini tidak membahayakan klien justru akan

membantu mempercepat proses penyembuhan luka bagi klien dengan hasil

klien,istri dan kakak klien sangat kooperatif ( jam 07.45). Jadwal program

mobilisasi dini dilakukan selama 2 hari yaitu pada hari Jum’at tanggal 12

Mei 2017 pukul 14.20 wib dan pukul 14.40 Wib sedangkan pada tanggal 13

Mei 2017 dilakukan pada pukul 11.30 wib dan 13.00 wib. Selanjutnya

perawat melakukan tindakan yaitu persiapan klien dengan menganjurkan


dan membantu klien untuk miring kanan dan miring kiri dengan hasil klien

melakukan tindakan yang dianjurkan perawat dibantu dengan istrinya (jam

14.20 wib). kemudian dilanjutkan untuk duduk dengan setengah duduk

dengan hasil klien melakukan apa yang dianjurkan perawat dengan bantuan

bed pasien yang bisa dinaik turun kan (jam 14.40 wib).Kemudian untuk

tindakan selanjutnya klien meminta perawat untuk esok hari dilanjutkan

karena klien merasa lelah dan mengantuk. Pada tanggal 13 Mei 2017

intervensi kembali dilanjutkan, untuk duduk dengan kaki terjungkai ke

bawah dengan hasil klien sangat kooperatif melakukannya ( jam 11.30 wib),

Dan yang terakhir adalah meminta klien turun dari tempat tidurnya untuk

berjalan disekitar tempat tidurnya dengan hasil klien melakukannya dengan

maksimal ( jam 13.00 wib).

X. EVALUASI KEPERAWATAN

Setelah dirawat selama 5 hari sejak 11 s/d 14 Mei 2017, diperoleh data

hilangnya hambatan mobilitas fisik karena rasa cemas dan takut bergerak,

klien direncanakan pulang pada hari senin tanggal 15 Mei 2017, sebelum

pulang klien tampak bahagia dan berjalan kesana kemari untuk menunjukan

bahwa rasa cemasnya sudah hilang. Klien dan istri klien juga

mengucapakan terima kasih kembali kepada perawat karena sudah mau

melatih klien dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan

yang telah dikerjakan berdampak positif terhadap kondisi klien dengan

keberhasilan klien memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.


XI. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kecemasan pasca

operasi appendiktomi, pada tanggal 12 Mei 2017 dilakukan tindakan yaitu

membina hubungan saling percaya dengan hasil istri dan kakak klien

menerima perawat dengan baik dan ramah ( jam 07.30 wib). Memberi

penjelasan bahwa mobilisasi dini tidak membahayakan klien justru akan

membantu mempercepat proses penyembuhan luka bagi klien dengan hasil

klien,istri dan kakak klien sangat kooperatif ( jam 07.45). Jadwal program

mobilisasi dini dilakukan selama 2 hari yaitu pada hari Jum’at tanggal 12

Mei 2017 pukul 14.20 wib dan pukul 14.40 Wib sedangkan pada tanggal 13

Mei 2017 dilakukan pada pukul 11.30 wib dan 13.00 wib. Selanjutnya

perawat melakukan tindakan yaitu persiapan klien dengan menganjurkan

dan membantu klien untuk miring kanan dan miring kiri (jam 14.20 wib).

kemudian dilanjutkan untuk duduk dengan setengah duduk (jam 14.40

wib).Kemudian untuk tindakan selanjutnya klien meminta perawat untuk

esok hari dilanjutkan karena klien merasa lelah dan mengantuk. Pada

tanggal 13 Mei 2017 intervensi kembali dilanjutkan, untuk duduk dengan

kaki terjungkai ke bawah ( jam 11.30 wib), Dan yang terakhir adalah

meminta klien turun dari tempat tidurnya untuk berjalan disekitar tempat

tidurnya ( jam 13.00 wib).

Setelah dilakukan tindakan penerapan mobilisasi dini selama 2 hari

didapatkan hasil klien mengatakan saya sudah bisa berjalan ke kamar mandi

sekarang mbak dan saya sangat senang karena kata dokter besok saya sudah

boleh pulang, terima kasih kembali atas semuanya mbak.


Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENERAPAN MOBILISASI DINI PASIEN POST OP APPENDIKTOMI

Pokok Bahasan : Penerapan Mobilisasi Dini

Sasaran : Pasien dan Keluarga

A. Latar Belakang
Pasien dengan operasi appendiktomi hari pertama biasanya lebih sering

berbaring ditempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut untuk

bergerak. Pada pasien pasca operasi, sangat penting untuk melakukan mobilisasi

secara bertahap. Banyak masalah yang akan timbul jika pasien pasca operasi tidak

melakukan mobilisasi ssegera mungkin, seperti pasien tidak BAK (retensi urin),

perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi kekakuan otot, dan sirkulasi darah

tidak lancar.

Nainggolan (2013) menemukan bahwa mobilisasi dini merupakan faktor yang

utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca

bedah, mobilisasi dini sangat penting dalam mempercepat hari rawat dan

mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah,

gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun berkemih. Mobilisasi Dini

juga meningkatkan fungsi paru-paru, memperkecil risiko pembentukan gumpalan

darah, meningkatkan fungsi pencernaan, dan menolong saluran pencernaan agar

mulai bekerja lagi. Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat
penyembuhan sehingga terhindar dari komplikasi akibat operasi terutama proses

penyembuhan luka operasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, Pasien dan keluarga post op dapat

memahami dan bisa melakukan mobilisasi dini

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan dan penerapan mobilisasi dini

diharapkan Pasien dan keluarga post op dapat mengetahui tentang :

1. Menjelaskan kembali pengertian mobilisasi dini

2. Menyebutkan tujuan mobilisasi dini

3. Menyebutkan manfaat mobilisasi dini

4. Menerapkan cara mobilisasi dini

5. Menyebutkan dampak tidak mobilisasi dini

C. Materi (Terlampir)

D. Metode : Ceramah dan Menerapkan langsung pada pasien dan keluarga

E. Sasaran : Pasien dan Keluarga

F. Media : Gambar dan demostrasi langsung

G. Strategi Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta


1. 5 Menit Pembukaan
1. Mengucapkan salam Menjawab salam
2. memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan yang ingin Menyimak dengan
disampaikan baik

2. 30 menit Kegiatan Inti


1. Mejelaskan materi tentang Mengajukanpertanyaan
mobilisasi dini

2. mendemonstrasikanlangsung Pasien dan keluarga


mobilisasi kepada pasien mengikuti
3. memberikan kesempatan untuk
bertanya Menyimak dengan
4. Menjawab pertanyaan yang baik
diajukan

3. 5 menit Penutup
1. menyimpulkan materi Mendengarkan
Mengucapkan salam Menjawab salam

H. Kriteria Hasil

1. Evaluasi struktur

a. Pasien dan keluarga mau menerima petugas kesehatan

b. Pasien dan keluarga menegerti maksud dan tujuan pengajaran setelah

dilakukan kontrak

2. Evaluasi Proses

a.pasien dan keluarga mau menepati kontrak waktu 40 menit

b. saat demonstrasi pasien dan keluarga kooperatif dan aktof bertanya masalah

yang belum diketahui

3. Evaluasi Hasil

a. Pasien dan keluarga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

b. Pasien dan keluarga dapat memberikan pendapat tentang masalah dalam


penerapan mobilisasi dini

MATERI PENERAPAN MOBILISASI DINI

A. Pengertian

Apendisitis merupakan inflamasi vermiformisis ( umbai cacing) yang

dapat dialami oleh siapa saja tidak bergantung usia, namun mayoritas kasus

terjadi antara usia 11 dan 12 tahun, sering menyerang kedua jenis kelamin

namun antara masa puber dan usia 25 tahun lebih sering pada pria.

(Lippincot Williams & Wilkins, 2008).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan insiden apendisitis

di dunia mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk. Apendisitis dapat

ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari setahun jarang

terjadi, insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu

menurun. Insidens pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak dari

pada wanita. Insiden apendisitis di negara maju lebih tinggi dari pada negara

berkembang. Amerika menagani 11 kasus / 10.000 kasus apendisitis setiap

tahun.

Appendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks

dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer

Suzanne, C., 2001). Pasien dengan operasi appendiktomi hari pertama

biasanya lebih sering berbaring ditempat tidur karena pasien masih

mempunyai rasa takut untuk bergerak. Pada pasien pasca operasi, sangat

penting untuk melakukan mobilisasi secara bertahap. Banyak masalah yang


akan timbul jika pasien pasca operasi tidak melakukan mobilisasi ssegera

mungkin, seperti pasien tidak BAK (retensi urin), perut menjadi kaku

(distensi abdomen), terjadi kekakuan otot, dan sirkulasi darah tidak lancar.

Nainggolan (2013) menemukan bahwa mobilisasi dini merupakan

faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya

komplikasi pasca bedah, mobilisasi dini sangat penting dalam mempercepat

hari rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya

dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan

sirkulasi darah, gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun

berkemih. Mobilisasi Dini juga meningkatkan fungsi paru-paru,

memperkecil risiko pembentukan gumpalan darah, meningkatkan fungsi

pencernaan, dan menolong saluran pencernaan agar mulai bekerja lagi.

Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan

sehingga terhindar dari komplikasi akibat operasi terutama proses

penyembuhan luka operasi.

B. Penerapan Mobilisasi Dini

Proedur tindakan deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan post operasi

apendiktomi

1. mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. jelaskan prosedur dan tindakan pada pasien

3. ciptakan lingkungan yang nyaman

4. atur posisi yang nyaman

5. mengajarkan pasien untuk


a. miring kiri dan miring kanan

b. mengatur posisi duduk semifowler

c. mengatur posisi duduk dengan kaki terjungkai

kebawah d. membantu pasien berjalan

6. observasi yang dirasakan pasien

7. berpamitan dengan pasien

C. Kesimpulan

Apendisitis merupakan inflamasi vermiformisis ( umbai cacing) yang

dapat dialami oleh siapa saja tidak bergantung usia, namun mayoritas kasus

terjadi antara usia 11 dan 12 tahun, sering menyerang kedua jenis kelamin

namun antara masa puber dan usia 25 tahun lebih sering pada pria.

(Lippincot Williams & Wilkins, 2008). Appendektomi adalah pembedahan

untuk mengangkat apendiks dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan

resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C., 2001).

Nainggolan (2013) menemukan bahwa mobilisasi dini merupakan

faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya

komplikasi pasca bedah, mobilisasi dini sangat penting dalam mempercepat

hari rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya

dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan

sirkulasi darah, gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun

berkemih.
DAFTAR PUSTAKA

Lippincott Williams & Wilkins (2008) Kapita Selekta Penyakit dengan


Implikasi Keperawatan, Jakarta.

Nainggolan, Elfrida, Lamria Simanjuntak. (2013). “Hubungan Mobilisasi Dini


dengan Lamanya Penyembuhan Luka Pasca Operasi Appendiktomi
diZAAL C Rumah Sakit HKBP Balige Tahun 2013. Dalam Jurnal
Keperawatan HKBP Balige, Vo. 1, No. 2.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,


volume 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai