PENGHANTAR LISTRK
Disusun Oleh:
Rifanni Julianti
NIM. 161724024
2019
1. Saluran Transmisi Tenaga Lisrik
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga substation distribution sehingga dapat
disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor.
Gambar Diagram Blok Umum Sistem Tenaga Listrik Gambar diatas menunjukkan blok
diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik. Yang terdiri dari dua
stasiun pembangkit (generating station) G1 dan G2, beberapa substation yaitu hubungan
antar substation (interconnecting substation) dan untuk bagian komersial perumahan
(commercial residential), dan industrial loads.
Transmisi berada pada bagian yang diberi arsir tebal. Fungsi dari bagian transmission
substation menyediakan servis untuk merubah dalam menaikan dan menurunkan tegangan
pada saluran tegangan yang ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan.
Standarisasi range tegangan internasional yaitu 345 kV hingga 765 kV untuk Saluran
tegangan Ekstra Tinggi dan 115 kV hingga 230 kV untuk saluran tegangan Tinggi.
Standarisasi tegangan Transmisi listrik di Indonesia adalah 500 kV untuk Saluran ekstra
Tinggi dan 150 kV untuk saluran Tegangan tinggi.
Pada sistem tenaga listrik, jarak antara pembangkit dengan beban yang cukup jauh,
akan menimbulkan adanya penurunan kualitas tegangan yang diakibatkan oleh rugirugi
pada jaringan. Sehingga dibutuhkan suatu peralatan untuk memperbaiki kualitas tegangan
dan diletakkan pada saluran yang mengalami drop tegangan. SVC (Static Var
Compensator) berfungsi sebagai pemelihara kestabilan kondisi steady state dan dinamika
voltase dalam batasan yang sudah ditentukan pada jaringan transmisi berjarak jauh dan
berbeban tinggi (heavily loaded).
Saluran Transmisi dengan menggunakan sistem arus bolak-balik tiga fasa merupakan
sistem yang banyak digunakan, mengingat kelebihan sebagai berikut :
a. Mudah pembangkitannya
b. Mudah pengubahan tegangannya
c. Dapat menghasilkan medan magnet putar
d. Dengan sistem tiga fasa, daya yang disalurkan lebih besar dan nilai sesaatnya konstan
1. Kategori Sistem Saluran Transmisi Listrik
2.1 Saluran Penghantar Listrik Berdasarkan Tipe Pemasangan
a. Keuntungannya
1. Lebih fleksibel dan leluasa dalam upaya untuk perluasan beban.
2. Dapat digunakan untuk penyaluran tenaga listrik pada tegangan diatas 66
kV.
3. Lebih mudah dalam pemasangannya.
4. Bila terjadi gangguan hubung singkat, mudah diatasi dan dideteksi.
5. Mudah dilakukan perluasan pelayanan dengan penarikan cabang yang
diperlukan.
6. Mudah memeriksa jika terjadi gangguan pada jaringan.
7. Mudah untuk melakukan pemeliharaan.
8. Tiang-tiang jaringan distribusi primer dapat pula digunakan untuk jaringan
distribusi sekunder dan keperluan pemasangan trafo atau gardu distribusi
tiang, sehingga secara keseluruhan harga instalasi menjadi lebih murah.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari suatu jaringan bawah tanah adalah
bebasnya kabel dari gangguan pohon, sambaran petir maupun dari gangguan manusia.
Kabel-kabel bawah tanah yang digunakan pun banyak sekali jenisnya selain disebabkan
bahan-bahan isolasi plastik yang terus berkembang maka selalu saja ada tambahan
jenis-jenis kabel baru.
a. Keuntungan pemakaian kabel bawah tanah adalah :
1. Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon,
dsb.
2. Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi,
3. Dari segi keindahan, saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah
dipandang,
4. Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara,
5. Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.
6. Tegangan drop lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.
7. Tidak ada gangguan akibat sambaran petir, angin topan dan badai.
8. Keandalan lebih baik.
9. Tidak ada korona.
10. Rugi-rugi daya lebih kecil.
11. Menciptakan keindahan tata kota.
b. Adapun kerugian atau kelemahan dari penggunaan jaringan kabel bawah tanah
ialah sebagai berikut :
1. Harga kabel yang relatif mahal
2. Gangguan yang terjadi bersifat permanen
3. Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan
4. Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama dan
lebih mahal.
5. Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibanding-kan dengan saluran
udara,
6. Saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha pencarian titik gangguan tidak
mudah (susah),
7. Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam
perencanaan, khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.
8. Hanya tidak dapat menghindari bila terjadi bencana banjir, desakan akar
pohon, dan ketidakstabilan tanah.
9. Biaya pemakaian lebih besar atau lebih mahal.
10. Sulit mencari titik kerusakan bila ada gangguan.
Transmisi tenaga listrik sebenarnya tidak hanya penyaluran energi listrik dengan
menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (overhead line), namun transmisi
adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran
tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV),
Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar
netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang
disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau
empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle
Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari Transmission of Electrical Energy 11
saluran transmisi ini ialah 100km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan
jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa
pertimbangan :
a. Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat,
karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
3. Komponen Saluran Transmisi Tenaga Listrik
Saluran transmisi tenaga listrik terdiri atas konduktor (kawat penghantar), isolator, dan
infrastruktur tiang penyangga.
Kawat dengan bahan konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi selalu tanpa
pelindung/isolasi kawat. Ini hanya kawat berbahan tembaga atau alumunium dengan inti
baja (steel-reinforced alumunium cable/ACSR) telanjang besar yang terbentang untuk
mengalirkan arus listrik.
Pemilihan kawat penghantar yang digunakan untuk saluran udara didasarkan pada
besarnya beban yang dilayani, makin luas beban yang dilayani makin besar ukuran
penampang kawat penghantar yang digunakan. Dengan penampang kawat yang besar akan
membuat tahanan kawat menjadi kecil. Agar tak terjadi kehilangan daya pada jaringan dan
daya guna (efisiensi) penyaluran tetap tinggi, diperlukan tegangan yang tinggi. Dengan
demikian besarnya penampang kawat penghantar tidak mempengaruhi atau mengurangi
penyaluran tenaga listrik.
Tetapi dengan penampang kawat yang besar akan membuat kenaikan harga peralatan.
Oleh sebab itu pemilihan kawat penghantar diperhitungkan seekonomis mungkin dengan
konduktivitas dan kekuatan tarik yang tinggi, serta dengan beban yang rendah tentunya.
Oleh karena itu untuk jaringan distribusi tegangan tinggi maupun distribusi tegangan
rendah lebih banyak menggunakan kawat penghantar aluminium yang mempunyai faktor-
faktor yang memenuhi syarat sebagai kawat penghantar.
3.1.1 Bahan Kawat Penghantar Jaringan
Bahan-bahan kawat penghantar untuk jaringan tenaga listrik biasanya dipilih
dari logam-logam yang mempunyai konduktivitas yang besar, keras dan mempunyai
kekuatan tarik (tensile strenght) yang besar, serta memiliki berat jenis yang rendah.
Juga logam yang tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan suhu serta
mempunyai titik cair yang lebih tinggi.
Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut, kawat penghantar hendaknya dipilih suatu
logam campuran (alloy), yang merupakan percampuran dari beberapa logam yang
dipadukan menjadi satu logam. Dari hasil campuran ini didapatkan suatu kawat
penghantar dengan kekuatan tarik dan konduktivitas yang tinggi. Logam campuran
yang banyak digunakan untuk jaringan distribusi adalah kawat tembaga campuran
(copper alloy) atau kawat aluminium campuran (aluminium alloy).
Karena faktor ekonomis, saat ini lebih banyak digunakan kawat aluminium
campuran untuk jaringan distribusi. Sedangkan kawat lain seperti kawat tembaga,
kawat tembaga campuran, atau kawat aluminium berinti baja tidak banyak digunakan.
1. Kawat Tembaga
Pada mulanya kawat tembaga ini banyak dipakai untuk penghantar jaringan,
tetapi bila dibandingkan dengan kawat aluminium untuk tahanan (resistansi) yang
sama, kawat tembaga lebih berat sehingga harganya akan lebih mahal. Dengan berat
yang sama, kawat alauminium mempunyai diameter yang lebih besar dan lebih
panjang dibandingkan kawat tembaga. Dewasa ini cenderung kawat penghantar
jaringan digunakan dari logam aluminium.
2. Kawat Aluminium
Aluminium merupakan suatu logam yang sangat ringan, beratnya kira-kira
sepertiga dari tembaga, dan mempunyai tahanan jenis tiga kali dari tembaga. Sifat
logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena lunaknya. Oleh karena
itu kekuatan tarik dari kawat aluminium lebih rendah dari kawat tembaga, yaitu
setengah dari kekuatan tarik kawat tembaga.
Untuk itu kawat aluminium hanya dapat dipakai pada gawang (span) yang
pendek, sedangkan untuk gawang yang panjang dapat digunakan kawat aluminium
yang dipilin menjadi satu dengan logam yang sejenis maupun yang tidak sejenis,
agar mempunyai kekutan tarik yang lebih tinggi. Oleh karena itu kawat aluminium
baik sekali digunakan sebagai kawat penghantar jaringan.
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh suhu, sehingga pada
saat cuaca dingin regangan (stress) kawat akan menjadi kendor. Agar kekendoran
regangan kawat lebih besar, biasanya dipakai kawat aluminium campuran (alloy
aluminium wire) pada gawang-gawang yang panjang. Selain itu kawat aluminium
tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan tidak tahan akan air yang
bergaram, untuk itu diperlukan suatu lapisan dari logam lain sebagai pelindung.
Juga kawat aluminium ini mudah terbakar, sehingga apabila terjadi hubung singkat
(short circuit) akan cepat putus. Karena itu kawat aluminium ini banyak digunakan
untuk jaringan distribusi sekunder maupun primer yang sedikit sekali mengalami
gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat yang digunakan
adalah kawat aluminium capuran dengan diperkuat oleh baja (aluminium conductor
steel reinforsed) atau (aluminium clad steel).
Kawat tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
alumunium, karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Akan tetapi juga
mempunyai kelemahan yaitu untuk besaran tahanan yang sama, tembaga lebih berat
dan lebih mahal dari alumunium. Oleh karena itu kawat penghantar alumunium
telah mulai menggantikan kedudukan kawat tembaga. Untuk memperbesar kuat
tarik dari kawat alumunium, digunakan campuran alumunium (alumunium alloy).
Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang
berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan
kawat penghantar ACSR.
Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang
sebagai berikut :
a. AAC (All-Alumunium Conductor)
2. Kawat Berlilit
Kawat berlilit merupakan sejumlah kawat padat yang dipilin secara berlapis-
lapis terkonsentris membentuk lingkaran dalam suatu lilitan dengan penampang
yang sama. Salah satu kawat yang terdapat ditengah sebagai pusat kawat tidak ikut
dipilin. Oleh karena itu kawat berlilit akan memiliki ukuran yang besar, lebih kaku
dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi serta mudah lentur. Jenis kawat yang
dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri dari satu jenis kawat. Untuk meningkatkan
sifat-sifat kawat berlilit ini digunakan kawat yang terdiri dari beberapa macam
kawat.
Kombinasi dari beberapa kawat penghantar ini disesuaikan dengan penggunaan
untuk jaringan tenaga listrik pada tegangan yang dipakai. Makin tinggi tegangan
suatu sistem makin disesuaikan kombinasi kawat logam tersebut tanpa
meninggalkan sifat logam itu sebagai kawat penghantar. Kawat berlilit yang
dikombinasikan ini umumnya digunakan hanya untuksaluran transmisi tegangan
tinggi maupun untuk saluran tegangan ekstra tinggi (extra high voltage) dan saluran
tegangan ultra tinggi (ultra high voltage) untuk gawang-gawang yang lebar. Jumlah
serat (berkas) kawat dalam kawat penghantar tersebut ditentukan oleh banyaknya
lapisan, dan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
N = 3 n2 - 3 n + 1
Dimana :
n = jumlah lapisan
N = banyak serat/berkas kawat pada penghantar
Jumlah berkas kawat biasanya terdiri dari 7, 19, 37, 61, 71, dan 127 berkas/serat.
Untuk jaringan distribusi pada umumnya dipakai 7 berkas/serat kawat penghantar,
dimana satu kawat sebagai kawat pusat yang berada ditengah sedangkan 6
berkas/serat kawar melilitinya.
Kawat berlilit ini selain menguntungkan dari segi penggunaannya juga sangat
baik dari segi keamanan dan pemeliharaannya dibandingkan dengan kawat padat.
Jenis kawat berlilit ini adalah kawat tembaga berlilit (standed copper conductor),
kawat aluminium berlilit (stranded aluminium conductor), kawat aluminium
campuran berlilit, dan kawat tembaga capuran berlilit, dan sebagainya. Sedangkan
kawat berlilit yang menggunakan dua kawat sebagai kombinasi adalah kawat
aluminium conductor steel reinforced (ACSR) dan kawat aluminium conductor
alloy reinforced (ACAR) yang merupakan kombinasi kawat aluminium dengan
kawat baja atau kawat campuran (alloy).
Pada jaringan distribusi yang banyak digunakan adalah kawat aluminium
berlilit atau kawat aluminium campuran berlilit. Perbaikan mutu kawat aluminium
ini akan menghasilkan kawat tarikan keras (hard drawn), kekuatan mekanis tinggi
dan beratnya lebih ringan, walaupun konduktivitasnya agak rendah dari kawat
tembaga.
3. Kawat Berongga
Kawat berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk suatu lingkaran
dimana ditengah kawat ini tidak ditempatkan satu kawatpun, sehingga merupakan
rongga yang kemudian ditunjang oleh sebuah batang "I" (I beam) atau sebuah
segmen berbentuk cincin. Kawat berongga ini jarang sekali digunakan untuk
jaringan distribusi, selain mahal harganya juga sangat berat. Biasanya digunakan
pada gardu induk sebagai rel penghubung. Kerana kokoh dan ukurannya besar,
kawat ini mempunyai kekuatan mekanis yang sngat besar. Bentuk kawat berongga
ini direncanakan untuk menghindarkan terjadinya pangaruh kulit (skin effect) pada
kawat penghantar.
Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA
adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe
ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup.
Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang
terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang.
b. Kabel NYM
Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abuabu),
ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis,
sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal
dari NYA).
Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak
boleh ditanam.
c. Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga
serabut berisolasi PVC.
Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan fleksibelitas yang tinggi.
d. Kabel NYY
Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna hitam), ada yang
berinti 2, 3 atau 4.
Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan memiliki
lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal dari NYM).
Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai tikus.
e. Kabel NYFGbY
Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam ruangan
di dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka dimana
perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan, atau untuk tekanan
rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan.
Nomenklatur Kode-Kode Kabel di Indonesia
Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar harus
diperhatikan pada saat pemasangan. Hal tersebut di atas diperlukan untuk
mendapatkan kesatuan pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau warna
loreng yang digunakan untuk mengenal penghantare guna keseragaman dan
mempertingi keamanan.
a. Penggunaan warna loreng Hijau – kuning Warna hijau-kuning hanya
boleh digunakan untuk menandai penghantar pembumian, pengaman
dan penghantar yang menghubungkan ikatan penyama tegangan ke
bumi.
b. Pengunaan warna biru Warna biru digunakan untuk menandai
penghantar netral atau kawat tengah, pada instalasi listrik dengan
penghantar netral. Untuk menghindarkan kesalahan, warna biru tersebut
tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar lainnya. Warna biru
hanya dapat digunakan untuk maksud lain, jika pada instalasi tersebut
tidak terdapat penghantar netral atau kawat tengah. Warna biru tidak
untuk kabel pentanahan.
c. Penggunaan warna kabel berinti tunggal Untuk pengawatan di dalam
perlengkapan listrik disarankan hanya mengunakan kabel dengan satu
warna., khususnya warna hitam. Jika diperlukan warna lain untuk
penandaan disarankan mengunakan warna cokelat.
d. Pengenal untuk inti atau rel Untuk kabel dengan isolasi dari bahan
polyethylene disingkat dengan PE, polyvinyl chloride disingkat dengan
PVC, cross linked polyethylene disingkat dengan XLPE.
e. Warna untuk kabel berselubung berinti tunggal
Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral,
kawat tengah atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung
kabel yang terlihat ( bagian yang dikupas selubungnya ) dibalut isolasi
khusus yang berwarna Untuk instalasi listrik - Fasa R merah - Fasa S
kuning - Fasa T hitam - netral biru
Untuk pelengkapan listrik
1. U / X merah
2. V / Y kuning
3. W / Z hitam
4. Arde loreng hijau – kuning
f. Warna selubung kabel
Warna selubung kabel ditentukan sebagai berikut :
1. Kabel berisolasi tegangan pengenal (500 V) (putih).
2. Kabel udara berisolasi PE, PVC, XPLPE (600 – 1000 V)
(hitam).
3. Kabel tanah berselubung PE dan PVC (600 – 1000 V)
(hitam).
4. Kabel tanah berselubung PE, PVC > 1000 V
(merah).
3.2 Isolator
Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk penahan
bagian konduktor terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat dari bahan
porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi sintetik juga sering digunakan disini.
Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi untuk melindungi
kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk
mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan
fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan apapun dan
beban konduktor.
Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin
atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan
menjadi :
a. Isolator jenis pasak
b. Isolator jenis pos-saluran
c. Isolator jenis gantung
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran
transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33kV), sedangkan
isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang
jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. contoh penggunaanya yaitu jika
satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 kV, jika tegangan yang digunakan
adalah 150 kV, maka jumlah piring isolatornya adalah 10 pringan.
c. Concrete pole.
d. Wooden pole.
https://academia.edu/6702161/Saluran_Transmisi_Tegangan_Tinggi_Udara
https://academia.edu/8106413/MAKALAH_Teknik_Tenaga_Listrik_Transmission_of_Electrical_E
nergy_Departemen_Teknik_Elektro
https:// slideshare.net/MakmurSaini1/kabel-tegangan-tinggi-pada
https:// slideshare.net/novendro/transmisi-daya-listrik
https:// warriornux.com/transmisi-tenaga-listrik/