oleh:
Berikut adalah Tabel skala dimensi budaya hofstede beserta Tabel hasil kuisioner
dari 10 responden yang merupakan mahasiswa Universitas Udayana;
Total Rata-rata
Skala Penilaian Jawaban Penilaian Penilaian
Jawaban Jawaban
Daftar Pertanyaan 1 2 3 4 5 Pertanyaan Pertanyaan
Pertanyaan No.1 6 2 1 1 17 3,4
pertanyaan No.2 2 5 2 1 22 4,4
Pertanyaan No.3 4 4 1 1 19 3,8
Pertanyaan No.4 5 4 1 26 5,2
Pertanyaan No.5 4 4 1 1 20 4
Pertanyaan No.6 4 1 3 2 23 4,6
Pertanyaan No.7 2 6 2 20 4
Pertanyaan No.8 2 3 3 1 1 26 5,2
Pertanyaan No.9 3 4 2 1 31 6,2
Pertanyaan No.10 3 3 3 1 22 4,4
Pertanyaan No.11 3 4 2 1 21 4,2
Pertanyaan No.12 5 4 1 26 5,2
Pertanyaan No.13 1 3 3 2 1 29 5,8
Pertanyaan No.14 2 2 5 1 25 5
Pertanyaan No.15 2 5 3 21 4,2
Pertanyaan No.16 2 3 5 23 4,6
Pertanyaan No.17 4 4 2 18 3,6
Pertanyaan No.18 1 2 7 26 5,2
Pertanyaan No.19 3 4 3 30 6
Pertanyaan No.20 3 5 2 39 7,8
Pertanyaan No.21 3 3 4 31 6,2
Pertanyaan No.22 2 5 1 2 23 4,6
Pertanyaan No.23 1 2 3 1 19 3,8
Pertanyaan No.24 1 4 2 2 1 28 5,6
1.3 Kesimpulan
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa;
2. Individualism Vs Collectivism, sesuai dengan data diatas dimana nilai index dari
Mahasiswa Unud 74 ( individualism) merupakan kecenderungan dari
masyarakat untuk memperhatikan diri sendiri dan orang-orang dekat
(pasangan, anak, orang tua). Budaya individualistis menunjukkan
kecenderungan lebih egois dan menekankan pada tujuan individu. Budaya
individualistis menekankan kesuksesan pekerjaan dan prestasi atau kekayaan
dan kemajuan karir. Individualis menegaskan sangat pentingnya aspek waktu
pribadi dan tantangan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Jadi, hasil dari VSM 2013 yang menjabarkan tentang 6 dimensi budaya kerja
disuatu wilayah/lingkungan memiliki peran yang penting dalam memahami suatu
budaya yang dianut oleh masyarakat di lingkungan tersebut. hal ini, akan sangat
berpengaruh terutama ketika kita membahas tentang bisnis internasional yang
mencangkup negara yang berbeda dengan budaya yang berbeda. Tentunya dengan
memahami budaya kerja yang dianut masyarakat dari negara tersebut akan
mempermudah dari proses bisnis yang dijalankan sehingga hasil yang diperoleh bisa
maksimal. Misalkan melakukan bisnis baru dan cenderung beresiko di negara dengan
indeks uncertainty avoidence yang tinggi akan mempersulit bisnis tersebut, karena
budaya kerja masyarakat disana cenderung menghidari resiko dan memilih sesuatu
yang aman untuk dikerjakan. Berbeda halnya dengan negara indeks uncertainty
avoidence yang rendah dimana masyarakatnya cenderung berani mengambil resiko
dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian, dan juga mempermudah
orang luar dalam melakukan interaksi baik itu secara sosial maupun bisnis.