Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah: Bisnis Internasional (EKU 414 BP2)

oleh:

I Wayan Angga Wiradarma (1506205013)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2017
1.1 Pendahuluan
Budaya organisasi berpengaruh terhadap keefektifan dan efisiensi organisasi
merupakan sesuatu yang nyata karena adanya perilaku yang diperlihatkan para
anggota organisasi yang dapat berupa kinerja yang dihasilkan berdasarkan nilai
budaya organisasi yang dianut. Budaya organisasi adalah pemrograman bersifat
kolektif yang akan membedakan antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.
Nilai-nilai budaya organisasi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan Values
Survey Module (VSM). Values Survey Module (VSM) merupakan instrumen
pengukur dimensi-dimensi budaya nasional yang pertama kali diperkenalkan oleh
Geert Hofstede, seorang peneliti dari Belanda. Adapun dimensi budaya yang diukur
didalam VSM 2013 antara lain : Power Distance Index (large vs. small),
Individualism vs. Collectivism, Masculinity vs. Femininity, Uncertainty Avoidance
Index (strong vs. weak), Long-Term Orientation vs. Short-Term Orientation, dan
Indulgence vs. Restraint.
Berdasarkan hal tersebut, saya melakukan sebuah survey untuk mengetahui
budaya kerja dari mahasiswa Universitas Udayana. Survey ini menggunakan
kuisioner dari VSM 2013 yang akan diisi oleh 10 orang responden dari Universitas
Udayana. Kemudian hasil dari kuisioner tersebut akan disajikan dan dijelaskan
sehingga mampu memberikan gambaran tentang bagaimana budaya kerja dari
mahasiswa Universitas Udayana.

1.2 Hasil Kuisioner VSM 2013

Berikut adalah Tabel skala dimensi budaya hofstede beserta Tabel hasil kuisioner
dari 10 responden yang merupakan mahasiswa Universitas Udayana;

Tabel 1. Skala Dimensi Budaya Hofstede Pada VSM 2013


Tabel 2. Perhitungan Budaya Kerja Dikalangan Mahasiswa Universitas Udayana

Total Rata-rata
Skala Penilaian Jawaban Penilaian Penilaian
Jawaban Jawaban
Daftar Pertanyaan 1 2 3 4 5 Pertanyaan Pertanyaan
Pertanyaan No.1 6 2 1 1 17 3,4
pertanyaan No.2 2 5 2 1 22 4,4
Pertanyaan No.3 4 4 1 1 19 3,8
Pertanyaan No.4 5 4 1 26 5,2
Pertanyaan No.5 4 4 1 1 20 4
Pertanyaan No.6 4 1 3 2 23 4,6
Pertanyaan No.7 2 6 2 20 4
Pertanyaan No.8 2 3 3 1 1 26 5,2
Pertanyaan No.9 3 4 2 1 31 6,2
Pertanyaan No.10 3 3 3 1 22 4,4
Pertanyaan No.11 3 4 2 1 21 4,2
Pertanyaan No.12 5 4 1 26 5,2
Pertanyaan No.13 1 3 3 2 1 29 5,8
Pertanyaan No.14 2 2 5 1 25 5
Pertanyaan No.15 2 5 3 21 4,2
Pertanyaan No.16 2 3 5 23 4,6
Pertanyaan No.17 4 4 2 18 3,6
Pertanyaan No.18 1 2 7 26 5,2
Pertanyaan No.19 3 4 3 30 6
Pertanyaan No.20 3 5 2 39 7,8
Pertanyaan No.21 3 3 4 31 6,2
Pertanyaan No.22 2 5 1 2 23 4,6
Pertanyaan No.23 1 2 3 1 19 3,8
Pertanyaan No.24 1 4 2 2 1 28 5,6

Tabel 3. Hasil Perhitungan Indeks Dimensi VSM 2013 Hofstede

Dimension Rumus Perhitungan Perhitungan Indeks Hasil Perhitungan


Indeks Skala VSM Skala VSM 2013 Indeks Skala VSM 2013
2013 Hofstede Hofstede Hofstede
Power Distance (PDI) PDI = 35(m07-m02) + PDI = 35(4 – 4,4) + 104 -Large
25(m20-m23) + C(pd) 25(7,8 – 3,8) + 10
Individualism Index IDV = 35(m04-m01) + IDV = 35(5,2 – 3,4) + 74 -Individual
(IDV) 35(m09-m06) + C(ic) 35(4 – 4,6) + 10
Masculinity Index MAS = 35(m05-m03) + MAS = 35(4 -3.8) + 24 -Feminism
(MAS) 35(m08-m10) + C(mf) 35(4,6 – 4,4) + 10
Uncertainty Avoidance UAI = 40(m18-m15) + UAI = 40(5,2 – 4,2) + 65 -Strong
(UAI) 25(m21-m24) + C(ua) 25(6,2 – 5,6) + 10
Long-Term Orientation LTO = 40(m13-m14) + LTO = 40(5,8 - 5) + 37 –Short-Term
(LTO) 25(m19-m22) + C(ls) 25(6 – 6,2) + 10 Orientation

Indulgence Index (IVR) IVR = 40(m13-m14) + IVR = 35(5,2 – 4,2) + 5 -Restraint


25(m19-m22) + C(ls) 40(3,6 – 4,6) + 10

1.3 Kesimpulan
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa;

1. Power Distance Index mengukur sejauh mana anggota sebuah


organisasi/institusi yang tidak memiliki kekuasaan menerima bahwa terdapat
ketidakadilan distribusi kekuasaan pada organisasi/institusi tersebut. Dimensi
ini merefleksikan nilai dari anggota masyarakat yang kurang memiliki
kekuasaan. Dari data diatas, didapat bahwa nilai Power Distance dari
mahasiswa UNUD adalah 104( Large) yang artinya bahwa jarak kekuasaan
budaya kerja mahasiswa UNUD cenderung tinggi yang menyebabkan kekuatan
serta kesenjangan antara atasan dan bawahan tetap terbuka, sehingga
bawahan enggan untuk mempertanyakan atau tidak setuju dengan atasan.

2. Individualism Vs Collectivism, sesuai dengan data diatas dimana nilai index dari
Mahasiswa Unud 74 ( individualism) merupakan kecenderungan dari
masyarakat untuk memperhatikan diri sendiri dan orang-orang dekat
(pasangan, anak, orang tua). Budaya individualistis menunjukkan
kecenderungan lebih egois dan menekankan pada tujuan individu. Budaya
individualistis menekankan kesuksesan pekerjaan dan prestasi atau kekayaan
dan kemajuan karir. Individualis menegaskan sangat pentingnya aspek waktu
pribadi dan tantangan yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. Masculinity versus Feminity, mahasiswa UNUD dengan poin indek 24 (


feminism ) merefleksikan masyarakat yang memiliki nilai-nilai dominan peduli
terhadap sesama, harmoni dan ketenangan dalam hidup. Budaya ini
menganggap kualitas hidup dan hal membantu orang lain menjadi penting.
Kerja dipandang sebagai metode untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan
untuk hidup.

4. Uncertainty Avoidence mengukur sejauh mana masyarakat merasa terancam


terhadap situasi yang tidak pasti, tidak diketahui, ambigu dan tidak terstruktur.
Sesuai data diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa budaya kerja mahasiswa
UNUD cenderung menjunjung tinggi konformitas dan keamanan, menghindari
risiko dan mengandalkan peraturan formal karena memiliki nilai indek 65 (
Strong).

5. Long-Term Orientation versus Short-Term Orientation, dengan poin indek 37


(short-term) menjelaskan bahwa mahasiswa UNUD lebih menumbuhkan nilai-
nilai yang terkait dengan masa lalu dan masa kini, seperti penghormatan
terhadap tradisi, menyelamatkan harga diri seseorang, dan memenuhi
kewajiban sosial.

6. Indulgence versus Restraint, berdasarkan hasil kuisioner diatas didapatkan nilai


indulgence index dari mahasiswa unud adalah 5 (restraint) yang merefleksikan
masyarakat yang menahan kesenangan-kesenangan berkaitan dengan
pemanfaatan waktu luang, mencari hiburan bersama teman, pembelian
barang, konsumsi, dan hal-hal lain. Masyarakat yang masuk dalam kondisi ini
cenderung kurang dapat menikmati hidup.

Jadi, hasil dari VSM 2013 yang menjabarkan tentang 6 dimensi budaya kerja
disuatu wilayah/lingkungan memiliki peran yang penting dalam memahami suatu
budaya yang dianut oleh masyarakat di lingkungan tersebut. hal ini, akan sangat
berpengaruh terutama ketika kita membahas tentang bisnis internasional yang
mencangkup negara yang berbeda dengan budaya yang berbeda. Tentunya dengan
memahami budaya kerja yang dianut masyarakat dari negara tersebut akan
mempermudah dari proses bisnis yang dijalankan sehingga hasil yang diperoleh bisa
maksimal. Misalkan melakukan bisnis baru dan cenderung beresiko di negara dengan
indeks uncertainty avoidence yang tinggi akan mempersulit bisnis tersebut, karena
budaya kerja masyarakat disana cenderung menghidari resiko dan memilih sesuatu
yang aman untuk dikerjakan. Berbeda halnya dengan negara indeks uncertainty
avoidence yang rendah dimana masyarakatnya cenderung berani mengambil resiko
dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian, dan juga mempermudah
orang luar dalam melakukan interaksi baik itu secara sosial maupun bisnis.

Anda mungkin juga menyukai