OLEH :
ANIS RACHMADANI
NIM. 918312914910.018
(....................................................) (.....................................................)
1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
(Sudoyo Aru, dkk, 2009)
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin, 2008)
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
(Nurarif & Kusuma, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009)
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
(Nurarif & kusuma,2013)
2. Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intra cranial
dengan gejala peningkatan tekanan darah systole > 200 mmHg pada hipertonik dan
180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernafasan
mengorok.
Penyebab stroke hemoragik, yaitu:
a. Kekurangan suplay oksigen yang menuju otak.
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.
c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak. (Batticaca, 2008)
3. Manifestasi Klinik
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi perdarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1) Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2) Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3) Kesulitan menelan.
4) Kesulitan menulis atau membaca.
5) Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk
atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6) Kehilangan koordinasi.
7) Kehilangan keseimbangan.
8) Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan
salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan motorik.
9) Mual atau muntah.
10) Kejang.
11) Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
12) Kelemahan pada satu sisi tubuh. (Batticaca, 2008)
4. Patofisiologi
a. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa atau hematoma yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema disekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah
putamen, thalamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisme paling
sering didapat pada percabangann pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan piameter dan ventrikel
otak, ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang sub arachnoid. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah ke ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan inta kranial yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan tekanan intra kranial
yang mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan sub arachnoid dapat mengakibatkan vaso spasme
pembuluh darah serebral. Vaso spasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah
timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vaso spasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam
cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso
spasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-
lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan, kekurangan
aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak
boleh kekurangan dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila
kadar glukosa plasma turun sampai 70 % maka akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui
proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah
otak. (Price & Wilson, 2006)
5. Komplikasi
a. Infark serebri.
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif.
c. Fistula caroticocavernosum.
d. Epistaksis.
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
f. Gangguan otak berat.
g. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau kardiovaskuler.
(Batticaca, 2008)
3) Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD,
biokimia darah, elektrolit.
b. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
e. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
f. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisme pada perdarahan
sub arachhnoid. (Batticaca, 2008)
3. Penyimpangan KDM
Suplai darah ke
Aneurisma./APM jaringan serebral
tidak adekuat
Perdarahan
arachnoid/ventrikel
Perfusi jaringan
serebral tidak
Vasospasme arteri adekuat
Hematoma serebral serebral/saraf
serebral
PTIK/Herniosis serebral
Iskemik/infork
5. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria Rasional
Tindakan (NIC)
hasil (NOC)
1 Gangguan perfusi jaringan Tujuan : setelah - Berikan - keluarga dapat
serebral b.d gangguan aliran berpartisipasi
diberikan asuhan penjelasan pada
darah sekunder akibat dalam proses
peningkatan tekanan intra keperawatan keluarga penyembuhan.
cranial. - untuk mencegah
selama 3x24 jam tentang sebab-
perdarahan
diharapkan perfusi sebab ulang.
- mengetahui
jaringan otak dapat peningkatan
setiap
tercapai secara TIK dan perubahan yang
terjadi pada
optimal. akibatnya.
klien secara dini
Kriteria Hasil : - Berikan klien untuk penetapan
bed rest total. tindakan yang
1) Klien tidak
- Observasi dan tepat.
gelisah. catat TTV dan - mengurangi
kelainan tekanan arteri
2) Tidak ada
intrakranial dengan
keluhan nyeri tiap 2 jam. meningkatkan
- Berikan posisi drainase vena
kepala, mual,
kepala lebih dan
kejang. tinggi 15-30o memperbaiki
dengan letak sirkulasi
3) GCS E : 4, M:
jantung (beri serebral
6, V: 5. bantal tipis). - batuk dan
- Anjurkan klien mengejan dapat
TTV normal (N:
60-100 x/menit, S: untuk meningkatkan
36-36.7 OC, RR: menghindari TIK dan
16-20 x/menit). batuk dan potensial terjadi
mngejan perdarahan
berlebihan. ulang
- Ciptakan - rangsangan
lingkungan aktivitas yang
yang tenang meningkat dapat
dan batasi meningkatkan
pengunjung. TIK..
- Kolaborasi - memperbaiki sel
dengan tim yang masih
dokter dalam viable.
pemberian
obat
neuroprotektor
2 Gangguan komunikasi verbal Tujuan : setelah - Kaji - membantu
b.d kehilangan kontrol otot tipe/derajat menentukan
diberikan tindakan
facial atau oral. disfungsi, daerah dan
selama 3x24 jam seperti spontan derajat
tidak tampak kerusakan
diharapkan
memahami serebral yang
kerusakan kata/mengalam terjadi.
i kesulitan - intervensi yang
komunikasi verbal
berbicara atau dipilih
klien dapat teratasi membuat tergantung pada
pengertian tipe
Kriteria Hasil :
sendiri. kerusakannya.
1) Memperlihatka - Bedakan - melakukan
antara afasia penilaian
n suatu
dan disatria. terhadap adanya
peningkatan - Minta pasien kerusakan
untuk sensorik (afasia
kemampuan
mengikuti sensorik).
berkomunikasi perintah - mengidentifikasi
sederhana. adanya disatria
2) Mampu
- Minta pasien sesuai
berbicara yang untuk komponen
mengucapkan motorik dari
koheren
suara bicara (seperti
3) Mampu sederhana. lidah, gerakan
- Berikan bibir, kontrol
menyusun
metode napas) yang
kata-kata alternatif dapat
seperti menulis mempengaruhi
di papan tulis. artikulasi dan
mungkin juga
tidak disertai
afasia motorik.
- memberikan
komunikasi
tentang
kebutuhan
berdasarakan
keadaan defisit
yang
mendasarnya.
3 Gangguan mobilitas fisik b.d Tujuan : setelah - Kaji - mengidentifikasi
kerusakan neuromuscular kemampuan kekuatan/kelem
diberikan tindakan
secara ahan dan dapat
keperawatan 3x24 fungsional/luas memberikan
nya kerusakan informasi
jam diharapkan
awal. mengenai
mobilisasi klien - Ubah posisi pemulihan.
minimal setiap - menurunkan
mengalami
2 jam. ressiko
peningkatan atau - Latih rentang terjadinya
gerak/ROM trauma/iskemia
perbaikan.
- Tempatkan jaringan.
Kriteria Hasil : bantal dibawah - meminimalkan
aksila untuk atrofi otot,
1) Mempertahank
melakukan meningkatkan
an posisi abduksi pada sirkulasi,
tangan. membantu
optimal.
- Posisikan lutut mencegah
2) Mempertahank dan panggul kontroktur.
dalam posisi - mencegah
an kekuatan
ekstensi adduksi bahu
dan fungsi dan fleksi siku.
- mempertahanka
bagian tubuh
n posisi
yang fungsional.
mengalami
hemiparese.
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Batticaca, F. B. 2008. Asuan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
Gofir, A. (2009). Manajemen stroke: Evidence based medicine. Yogyakarta: Pustaka
Cendikia Press
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta: Interna
Publishing.
Sylvia, A. Price &Lorraine, M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-
proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.