Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

OLEH :

ANIS RACHMADANI
NIM. 918312914910.018

CI. Institusi CI. Lahan

(....................................................) (.....................................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
KENDARI
2019
A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak.
(Sudoyo Aru, dkk, 2009)
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan
bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin, 2008)
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
(Nurarif & Kusuma, 2013)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009)
Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
(Nurarif & kusuma,2013)

2. Etiologi
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intra cranial
dengan gejala peningkatan tekanan darah systole > 200 mmHg pada hipertonik dan
180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernafasan
mengorok.
Penyebab stroke hemoragik, yaitu:
a. Kekurangan suplay oksigen yang menuju otak.
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak.
c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak. (Batticaca, 2008)
3. Manifestasi Klinik
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi perdarahan dan
jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
1) Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2) Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3) Kesulitan menelan.
4) Kesulitan menulis atau membaca.
5) Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk
atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6) Kehilangan koordinasi.
7) Kehilangan keseimbangan.
8) Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan
salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan motorik.
9) Mual atau muntah.
10) Kejang.
11) Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
12) Kelemahan pada satu sisi tubuh. (Batticaca, 2008)

4. Patofisiologi
a. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa atau hematoma yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema disekitar otak. Peningkatan
TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah
putamen, thalamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
b. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisme paling
sering didapat pada percabangann pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan piameter dan ventrikel
otak, ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang sub arachnoid. Pecahnya arteri
dan keluarnya darah ke ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan inta kranial yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan tekanan intra kranial
yang mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan
kesadaran. Perdarahan sub arachnoid dapat mengakibatkan vaso spasme
pembuluh darah serebral. Vaso spasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah
timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vaso spasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam
cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso
spasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-
lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan, kekurangan
aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak
boleh kekurangan dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila
kadar glukosa plasma turun sampai 70 % maka akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui
proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah
otak. (Price & Wilson, 2006)
5. Komplikasi
a. Infark serebri.
b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif.
c. Fistula caroticocavernosum.
d. Epistaksis.
e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal.
f. Gangguan otak berat.
g. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau kardiovaskuler.
(Batticaca, 2008)

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis
1) Menurunkan kerusakan iskemik serebral.
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan darah.
2) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3) Pengobatan
a) Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan
pada fase akut.
b) Obat anti trombotik : pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik atau embolik.
c) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
4) Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
3) Tanda-tanda vital usahakan stabil.
4) Bedrest.
5) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih.
(Muttaqin, 2008)
7. Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 askep yakni: death (kematian) , disease
(kesakitan) , disability (kerusakan), discomfort ( ketidaknyamanan) , dissatisfaction
(ketidakpuasan), dan destitution (kemiskinan). Keenam aspek prognosis tersebut
terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut
tidak menjadi lebih buruk maka semua penderita stroke akut harus dimonitor dengan
hati-hati terhadap keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah
dan suhu tubuh secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke (Gofir,
2009).
2. Konsep Dasar Keperawatan
1) Riwayat Keperawatan
a. Identitas
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan
identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan
dengan klien, pekerjaan, alamat).
b. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi
dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu
2) Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag mengalami gangguan
yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia, TTV meningkat, nadi
bervariasi.
a. B1 (Breathing)
Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak naps,
penggunaan alat bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Pada klien
dengan kesadaran CM, pada infeksi peningkatan pernapasannya tidak ada
kelainan, palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang, auskultasi
tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terdapat peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah
>200 mmHg)
c. B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
likasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran arean perfusinya
tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak
yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya
d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sememntara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan
ketidakmampuan mengendalian kandung kemih karena kerusakan kontrol
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
berkurang selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan
teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunujukkan kerusakan
neurologis luas.
e. B5 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonojol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi
serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat
 Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
latergi, stupor dan koma
 Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal dan hemisfer
 Pangkajian Saraf Kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central
 Pengkajian Sistem Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh
 Pengkajian Reflek
Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang setelah beberapa
hari reflek fisiologian muncul kembali didahului refleks patologis
 Pengkajian Sistem Sensori
Dapat terjadi hemihipertensi. (Adib, M. 2009)

3) Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD,
biokimia darah, elektrolit.
b. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
e. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
f. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisme pada perdarahan
sub arachhnoid. (Batticaca, 2008)
3. Penyimpangan KDM

Stroke Non Hemoragik


Stroke Hemoragik
Thrombus/Emboli
Peningkatan
di serebral
tekanan sistemik

Suplai darah ke
Aneurisma./APM jaringan serebral
tidak adekuat
Perdarahan
arachnoid/ventrikel
Perfusi jaringan
serebral tidak
Vasospasme arteri adekuat
Hematoma serebral serebral/saraf
serebral
PTIK/Herniosis serebral
Iskemik/infork

Penurunan Penekanan sal


kesadaran pernafasan Defisit neurologi

Pola nafas Hemifer kanan Hemifer kiri


tidak efektif
Hemiparase/plegi kiri Hemiparase/plegi kanan
Area brocca

Kerusakan fungsi Defisit perawatan diri gg. mobilitas fisik


nervous VII dan
nervous XII
Kerusakan
integritas kulit
Kerusakan
kemunikasi verbal

Resiko Resiko Resiko Resti nutrisi Kurang pengetahuan


aspirasi trauma jatuh < dari
Kebutuhan
4. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah sekunder akibat
peningkatan tekanan intra cranial.
2) Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau oral.
3) Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.
4) Defisit perawatan diri b.d hemiparese/ hemiplegic.
5) Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas b.d menurunnya reflek batuk dan
menelan, immobilisasi.
6) Resiko tinggi gangguan intergritas kulit b.d tirah baring lama.
7) Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
menelan.
8) Defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat.

5. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/kriteria Rasional
Tindakan (NIC)
hasil (NOC)
1 Gangguan perfusi jaringan Tujuan : setelah - Berikan - keluarga dapat
serebral b.d gangguan aliran berpartisipasi
diberikan asuhan penjelasan pada
darah sekunder akibat dalam proses
peningkatan tekanan intra keperawatan keluarga penyembuhan.
cranial. - untuk mencegah
selama 3x24 jam tentang sebab-
perdarahan
diharapkan perfusi sebab ulang.
- mengetahui
jaringan otak dapat peningkatan
setiap
tercapai secara TIK dan perubahan yang
terjadi pada
optimal. akibatnya.
klien secara dini
Kriteria Hasil : - Berikan klien untuk penetapan
bed rest total. tindakan yang
1) Klien tidak
- Observasi dan tepat.
gelisah. catat TTV dan - mengurangi
kelainan tekanan arteri
2) Tidak ada
intrakranial dengan
keluhan nyeri tiap 2 jam. meningkatkan
- Berikan posisi drainase vena
kepala, mual,
kepala lebih dan
kejang. tinggi 15-30o memperbaiki
dengan letak sirkulasi
3) GCS E : 4, M:
jantung (beri serebral
6, V: 5. bantal tipis). - batuk dan
- Anjurkan klien mengejan dapat
TTV normal (N:
60-100 x/menit, S: untuk meningkatkan
36-36.7 OC, RR: menghindari TIK dan
16-20 x/menit). batuk dan potensial terjadi
mngejan perdarahan
berlebihan. ulang
- Ciptakan - rangsangan
lingkungan aktivitas yang
yang tenang meningkat dapat
dan batasi meningkatkan
pengunjung. TIK..
- Kolaborasi - memperbaiki sel
dengan tim yang masih
dokter dalam viable.
pemberian
obat
neuroprotektor
2 Gangguan komunikasi verbal Tujuan : setelah - Kaji - membantu
b.d kehilangan kontrol otot tipe/derajat menentukan
diberikan tindakan
facial atau oral. disfungsi, daerah dan
selama 3x24 jam seperti spontan derajat
tidak tampak kerusakan
diharapkan
memahami serebral yang
kerusakan kata/mengalam terjadi.
i kesulitan - intervensi yang
komunikasi verbal
berbicara atau dipilih
klien dapat teratasi membuat tergantung pada
pengertian tipe
Kriteria Hasil :
sendiri. kerusakannya.
1) Memperlihatka - Bedakan - melakukan
antara afasia penilaian
n suatu
dan disatria. terhadap adanya
peningkatan - Minta pasien kerusakan
untuk sensorik (afasia
kemampuan
mengikuti sensorik).
berkomunikasi perintah - mengidentifikasi
sederhana. adanya disatria
2) Mampu
- Minta pasien sesuai
berbicara yang untuk komponen
mengucapkan motorik dari
koheren
suara bicara (seperti
3) Mampu sederhana. lidah, gerakan
- Berikan bibir, kontrol
menyusun
metode napas) yang
kata-kata alternatif dapat
seperti menulis mempengaruhi
di papan tulis. artikulasi dan
mungkin juga
tidak disertai
afasia motorik.
- memberikan
komunikasi
tentang
kebutuhan
berdasarakan
keadaan defisit
yang
mendasarnya.
3 Gangguan mobilitas fisik b.d Tujuan : setelah - Kaji - mengidentifikasi
kerusakan neuromuscular kemampuan kekuatan/kelem
diberikan tindakan
secara ahan dan dapat
keperawatan 3x24 fungsional/luas memberikan
nya kerusakan informasi
jam diharapkan
awal. mengenai
mobilisasi klien - Ubah posisi pemulihan.
minimal setiap - menurunkan
mengalami
2 jam. ressiko
peningkatan atau - Latih rentang terjadinya
gerak/ROM trauma/iskemia
perbaikan.
- Tempatkan jaringan.
Kriteria Hasil : bantal dibawah - meminimalkan
aksila untuk atrofi otot,
1) Mempertahank
melakukan meningkatkan
an posisi abduksi pada sirkulasi,
tangan. membantu
optimal.
- Posisikan lutut mencegah
2) Mempertahank dan panggul kontroktur.
dalam posisi - mencegah
an kekuatan
ekstensi adduksi bahu
dan fungsi dan fleksi siku.
- mempertahanka
bagian tubuh
n posisi
yang fungsional.
mengalami
hemiparese.

4 Defisit perawatan diri b.d Tujuan : setelah - Tentukan - membantu


kemampuan dalam
hemiparese/ hemiplegic dilakukan tindakan
dan tingkat mengantisipasi
keperawatan kekurangan merencanakan
dalam pemenuhan
selama 3x24 jam
melakukan kebutuhan
kebutuhan perawatan diri. secara
- Beri motivasi individual.
perawatan diri
kepada klien - meningkatkan
klien terpenuhi. untuk tetap harga diri dan
melakukan semangat untuk
Kriteria Hasil :
aktivitas sesuai berusaha terus-
1) Klien dapat kemampuan. menerus.
melakukan - Berikan - memenuhi
bantuan kebutuhan
aktivitas
perawatan diri perawatan diri
perawatan diri sesuai klien dan
kebutuhan. menghindari
sesuai
- Berikan sifat bergantung
kemampuan. umpan balik kepada perawat.
positif untuk - meningkatkan
2) Klien dapat
setiap usaha kemandirian dan
mengidentifika
yang mendorong
sikan
dilakukannya. klien berusaha
komunitas
- Kolaborasi secara kontinyu.
untuk
dengan ahli - memberikan
memberikan
fisioterapi. bantuan yang
bantuan sesuai
mantap untuk
kebutuhan.
mengembangan
rencana terapi.
5 Resiko tinggi ketidakefektifan Tujuan : setelah - Observasi pola - mengetahui ada
dan frekuensi tidaknya
pola napas b.d menurunnya dilakukan tindakan
nafas. ketidakefektifan
reflek batuk dan menelan, keperawatan - Auskultasi pola napas.
suara nafas. - mengetahui
immobilisasi. selama 3x24 jam
- Ubah posisi adanya kelainan
diharapkan pola tiap 2 jam suara nafas.
sekali. - perubahan
nafas efektif.
- Berikan posisi dapat
Kriteria hasil : penjelasan melancarkan
kepada klien saluran nafas.
1) Klien tidak
dan keluarga - klien dan
sesak nafas. sebab keluarga
ketidakefektifa berpartisipasi
2) Tidak terdapat
n pola nafas. dalam
suara nafas - Kolaborasi mencegah
dalam ketidakefektifan
tambahan.
pemberian pola nafas.
3) RR dalam terapi oksigen. - mempertahanka
rentang normal n kepatenan
(16-20 pola nafas.
x/menit)
6 Resiko tinggi gangguan nutrisi Tujuan : setelah - Anjurkan - meningkatkan
untuk aliran darah ke
kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan tindakan
melakukan semua daerah.
b.d ketidakmampuan menelan. keperawatan latihan ROM - menghindari
jika mungkin. tekanan dan
selama 3x24 jam
- Ubah posisi meningkatkan
diharapkan klien tiap 2 jam. aliran darah.
- Gunakan - menghindari
mampu
bantal air atau tekanan yang
mempertahankan pengganjal berlebih pada
yang lunak di daerah yang
keutuhan kulit. bawah daerah menonjol.
yang - hangat dan
Kriteria hasil :
menonjol. pelunakan
1) Tidak ada - Observasi adalah tanda
tanda-tanda terhadap kerusakan
kemerahan eritema dan jaringan.
atau luka. kepucatan dan - mempertahanka
palpasi area n keutuhan
sekitar kulit.
terhadap
kehangatan
dan pelunakan
jaringan tiap
merubah
posisi.
- Jaga
kebersihan
kulit dan
seminimal
mungkin
hindari trauma,
panas terhadap
kulit.
7 Resiko tinggi gangguan nutrisi Tujuan : setelah - Tentukan - untuk
kemampuan menentukan
kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan tindakan
klien dalam jenis makanan
b.d ketidakmampuan menelan. keperawatan mengunyah, yang akan
menelan, dan diberikan
selama 3x24 jam
reflex batuk. kepada klien.
diharapkan tidak - Berikan makan - klien dapat
dengan berkonsentrasi
terjadi gangguan
bertahan pada pada mekanisme
nutrisi. lingkungan makan tanpa ada
yang tenang. gangguan dari
Kriteria hasil :
- Berikan luar.
1) Turgor kulit makanan - menarik minat
dalam makan klien.
baik.
penyajian - mungkin
2) Tidak terjadi masih hangat. dibutuhkan bila
- Kolaborasi klien dalam
penurunan
dengan dokter penurunan
berat badan. untuk kesadaran.
memberikan - memenuhi
3) Tidak muntah.
makanan kebutuhan
melalui selang. nutrisi klien.
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi dalam
pemberian diit
yang tepat.
8 Defisiensi pengetahuan b.d Tujuan : setelah - Berikan - mengetahui
penilaian tingkat
informasi yang tidak adekuat. dilakukan tindakan
tentang tingkat pengetahuan
keperawatan pengetahuan klien.
pasien tentang - memenuhi
selama 3x24 jam
proses kebutuhan
diharapkan penyakit yang informasi
spesifik pasien.
kebutuhan
- Sediakan - memenuhi
pengetahuan klien informasi pada kebutuhan
pasien tentang informasi
dan keluarga
kondisi dengan keluarga.
terpenuhi. cara yang - melibatkan
tepat. pasien dan
Kriteria hasil :
- Sediakan bagi keluarga dalam
1) Pasien dan keluarga pengambilan
keluarga tentang keputusan
menyatakan informasi tindakan.
pemahaman kemajuan
tentang keadaan
penyakit, pasien.
kondisi, - Diskusikan
prognosis, dan dalam
program pemilihan
pengobatan. terapi atau
penanganan
terhadap
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Batticaca, F. B. 2008. Asuan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
Gofir, A. (2009). Manajemen stroke: Evidence based medicine. Yogyakarta: Pustaka
Cendikia Press
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta: Interna
Publishing.
Sylvia, A. Price &Lorraine, M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-
proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai