Anda di halaman 1dari 50

BAB III

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah berdirinya PT Holcom Indonesia Tbk.

PT Holcim Indonesia adalah sebuah perushaan pembuat semen di

Indonesia yang sebelumnya bernama PT Semen Cibinong Tbk,

bergantinya nama seiring dengan dikuasainya mayoritas saham perseroan

oleh Holcim Ltd, pergantian nama perushaan dilakukan pada 1 Januari

2006. Pergantian nama ini juga diikuti oleh anak perusahaan perseroan PT

Semen Cibinong Tbk yang berganti nama menjadi PT Holcim Indonesia

Tbk. mulai tanggal 1 Januari 2005 dan juga PT Trumix Beton menjadi PT

Holcim Beton. Tujuan dari perubahan nama itu karena perseroan

berkeinginan untuk memberitahukan bahwa perseroan adalah bagian dari

grup internasional, yaitu Holcim Ltd. Selain nama, PT Semen Cibinong

Tbk juga mengganti logo perusahaannya.

PT Holcim Indonesia Tbk adalah pelopor dan inovator di Indonesia

yang bergerak dalam pembuatan semen dan PT Holcim Indonesia Tbk

adalah satu-satunya penyedia yang terintegrasi dengan berbagai jenis

semen, beton, dan agregat. Produk-produk yang diproduksi oleh PT

Holcim Indonesia Tbk merupakan produk yang masih berhubungan

dengan bahan bangunan, dengan fokus kepada penciptaan semen

berkualitas, berupa semen maupun mortar instan, dan perangkat

pendukungnya yang umumnya berupa modul-modul blok pengisian semen

24
25

yang dapat digunakan sebagai pengganti batu bata. PT Holcim Indonesia

Tbk sedang membangun sebuah waralaba yang unik dalam memberikan

solusi lengkap untuk membangun perumahan atau rumah dengan harga

terjangkau. Untuk itu Holcim melatih lebih dari 3.000 tukang batu, lebih

dari 43 pewaralaba dan lebih dari 9.000 outlet ritel di seluruh pulau Jawa.

A. Visi dan Misi

Visi : Membangun solusiyang berkelanjutan untuk masa depan

masyarakat kita

Misi : Holcim Indonesia berkembang dengan memberi nilai tambah

bagi para pemangku kepentingannya melalui :

1) Solusi bengunan yang berkelanjutan bagi segmen

pelanggannya,

2) Keselamatan kerja dan kepedullian lingkungan,

3) Pengembangan sumber daya manusia. Kepemimpinan yang

inovatif, dan jaringan yang terintegrasi.


26

B. Struktur Organisasi

 President Direktur : Eamon J. Ginley

Eamon Ginley ditunjuk menjadi Presiden Direktur pada

tanggal 19 Juli 2009. Sebelumnya ia menjabat sebagai

Manufacturing Director Holcim Indonesia sejak November 2004

yang menangani pabrik semen di Narogong dan Cilacap, direktorat

Corporate Engineering dan unit usaha Geocycle. Karirnya di

Holcim dimulai saat ia masuk ke Holcim South East Asia pada

tahun 2001 sebagai penasehat perusahaan, dan diangkat menjadi

Production Director di Pabrik Narogong saat Holcim menjadi

pemegang saham mayoritas pada bulan Desember 2001.


27

 Direktur Sumber Daya Manusia : Rully Safari

Jabatan Director of Human Resources dipegangnya sejak

bulan Mei 2008 berkat pengalamannya selama 13 tahun lebih

bekerja di bidang ketenagakerjaan. Rully sebelumnya bekerja

untuk Nokia Siemens Networks sebagai Head of Human

Resources. Sejak 2004 hingga 2006 ia bekerja di American

President Lines sebagai Head of Human Resources, dan selama

periode 2000-2004 bekerja di Lafarge Indonesia sebagai Wakil

Direktur Utama Senior.

 Direktur Keuangan : Olaf Nahe

Olaf ditunjuk menjadi Direktur Keuangan atau Chief

Financial Officer pada bulan April 2007 untuk menangani urusan

Keuangan & Pengawasan, Pengadaan dan Teknologi Informasi.

Sebelum masuk Holcim Indonesia, ia bekerja di Holcim

Deutschland sebagai CFO. Karirnya diawali di

PricewaterhouseCoopers, dan pernah pula menduduki berbagai

jabatan di Colgate - Palmolive di Jerman dan AS.

 Legal & Corporate Affairs Director : Jannus O. Hutapea

Jannus diangkat menjadi Legal & Corporate Affairs

Director merangkap Corporate Secretary sejak Januari 2002 setelah

sebelumnya menjabat sebagai General Manager (1997-2001) dan

sebagai Public Relations and External Affairs di PT Coca Cola

Indonesia sebelum bergabung dengan Holcim.


28

 Manufacturing Director : Lilik Unggul Raharjo

Lilik ditunjuk sebagai Manufacturing Director perusahaan

pada bulan Juli 2009 setelah sebelumnya bekerja sebagai Plant

Manager Cilacap mulai tahun 2006 sampai dengan 2009. Lilik

memegang beberapa jabatan manajemen produksi dan teknis sejak

bergabung dengan Holcim pada tahun 1991.

 RMX & Aggregates Director : Derek Williamson

Derek menjabat sebagai Director of Readymixed and

Aggregatessejak bulan Mei 2008, dan bertanggung jawab atas PT

Holcim Beton, anak perusahaan Holcim Indonesia. Ia

berpengalaman lebih dari 17 tahun di industri bahan bangunan,

khususnya beton jadi dan tambang agregat. Sebelum masuk ke

Holcim Indonesia pada tahun 2006 sebagai Technical and

Development General Manager, ia memegang sejumlah posisi

penting di berbagai perusahaan besar di sektor bahan bangunan,

dengan jabatan terakhir sebagai National Sales and Marketing

Director di Thailand.

 Logistics and Exports Director : Fazri Yulianto

Fazri menduduki jabatan Director of Logistics and Exports

sejak bulan Juni 2006, dan menangani seluruh unit dan kegiatan

operasional terkait rantai pasokan. Ia mulai bekerja di Holcim

Indonesia pada tahun 2004, dan sebelum diangkat sebagai direktur

dia adalah Corporate Procurement Manager. Sebelum bergabung


29

dengan Holcim, ia bekerja untuk PT Kimberley Lever Indonesia

sebagai Assistant Procurement Manager (2002-2003), dan untuk

PT Mattel Indonesia Dua sebagai Contract and Services Manager

(2001-2002).

 Marketing and Innovation Director : Patrick Walser

Patrick menjadi Director of Marketing and Innovation sejak

tahun 2005. Ia bergabung dengan Holcim Apasco pada tahun 1991

dan tanggung jawab menangani urusan konstruksi, pengoperasian

dan perawatan. Pada tahun 1999 ia bergabung dengan Holcim

Group Support Ltd. sebagai konsultan senior untuk menjalankan

program MAC di seluruh dunia. Pada tahun 2002 ia diangkat Wakil

Direktur Utama urusan Pemasaran dan Penjualan Holcim (Lanka)

Ltd.

C. Jenis Produk

Holcim memproduksi sembilan jenis tipe semen begitu pula

spesialisasi pada campuran beton serta waralaba Solusi Rumah dan

juga memproduksi bahan bangunan jadi. Berikut adalah beberapa

produksi semen Holcim :

1) Semen :

 Holcim Serba Guna

 Holcim Smooth Fibre

 Holcim Ready Flow

 Holcim Ready Flow Plus


30

 Holcim Durable

 Holcim Extra Durable

 Holcim Drillwell Plus

2) Beton :

 Beton Jadi

3) Agregate :

 Agregat kasar : untuk beton, aspal, perekat, dan material drainasi

 Agregat halus : bahan untuk pasir, penghancur abu dan pasir

silika

 Agregat lainnya : bongkahan batu, batu gabion, bantalan rel

kereta api dan landasan jalan.

2. Sejarah berdirinya PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT Semen

Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh

Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per

tahun. Pada tanggal 8 Juli 1991 saham Semen Gresik tercatat di Bursa

Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini menjadi Bursa Efek

Indonesia) serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan

menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang

saham pada saat itu: Negara RI 73% dan masyarakat 27%. Pada bulan

September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I


31

(Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi

Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT

Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen

Tonasa. Total kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton

semen per tahun. Pada tanggal 17 September 1998, Negara RI melepas

kepemilikan sahamnya di Perseroan sebesar 14% melalui penawaran

terbuka yang dimenangkan oleh Cemex S. A. de C. V., perusahaan semen

global yang berpusat di Meksiko. Komposisi kepemilikan saham berubah

menjadi Negara RI 51%, masyarakat 35%, dan Cemex 14%. Kemudian

tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham berubah

menjadi: Pemerintah Republik Indonesia 51,01%, masyarakat 23,46% dan

Cemex 25,53%. Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan

saham Cemex Asia Holdings Ltd. kepada Blue Valley Holdings PTE Ltd.

sehingga komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Negara RI

51,01% Blue Valley Holdings PTE Ltd. 24,90%, dan masyarakat 24,09%.

Pada akhir Maret 2010, Blue Valley Holdings PTE Ltd, menjual seluruh

sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang

saham Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,01% dan publik 48,99%.

Pada April tahun 2012, Perseroan berhasil menyelesaikan pembangunan

pabrik Tuban IV berkapasitas 3 juta ton. Setelah menjalani masa

commissioning, pada bulan Juli 2012 pabrik baru tersebut

diserahterimakan, diikuti peresmian operasional komersial pada bulan

Oktober 2012. Selanjutnya, pada kuartal ketiga 2012, Perseroan juga


32

berhasil menyelesaikan pembangunan pabrik semen Tonasa V di Sulawesi.

Pabrik baru berkapasitas 3 juta ton tersebut menjalani masa

commissioning sejak September 2012, dan ditargetkan mulai beroperasi

komersial pada kuartal pertama 2013. Pada tanggal 18 Desember 2012

Perseroan resmi mengambil alih 70% kepemilikan saham thang long

cement joint stock company (TLCC) dari Hanoi General Export-Import

Joint Stock Company (Geleximco) di Vietnam, berkapasitas 2,3 juta ton.

Aksi korporasi ini menjadikan Perseroan tercatat sebagai BUMN

Multinasional yang pertama di Indonesia. Pada tanggal 20 Desember 2012

Perseroan resmi berperan sebagai strategic holding company sekaligus

mengubah nama, dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk menjadi PT Semen

Indonesia (Persero) Tbk. Dengan akuisisi Hingga akhir 2012, kapasitas

desain Perseroan menjadi sebesar 28,5 juta ton (26,2 juta ton di Indonesia

dan 2,3 juta ton di Vietnam) semen per tahun, dan menguasai 40,9%

pangsa pasar semen domestik. Pada tahun 2013, Perseroan melakukan

Transformasi Korporasi dengan melaksanakan fungsi Strategic Holding

dan membentuk anak perusahaan baru PT Semen Gresik. Pada tangggal 20

Desember 2013 Perseroan menandatangani akta pendirian Perusahaan

patungan PT Krakatau Semen Indonesia (KSE) yang akan membangun

pabrik limbah berupa slag powder sebagai bahan baku pembuatan semen.

A. Visi dan Misi Perusahaan

Visi : Menjadi Perusahaan Persemenan Terkemuka di Indonesia dan

Asia Tenggara
33

Misi :

a) Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait

lainnya yang berorientasikan kepuasan konsumen dengan

menggunakan teknologi ramah lingkungan.

b) Mewujudkan manajemen berstandar internasional dengan

menjunjung tinggi etika bisnis dan semangat kebersamaan dan

inovatif.

c) Meningkatkan keunggulan bersaing di pasar domestik dan

internasional.

d) Memberdayakan dan mensinergikan sumber daya yang dimiliki

untuk meningkatkan nilai tambah secara berkesinambungan.

e) Memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan para

pemangku kepentingan (stakeholders)

B. Struktur Organisasi

Sumber: Annual Report PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.


34

Deskripsi Jabatan :

1. Direktur Utama

a) Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-

kebijakan perusahaan

b) Memilih penetapan, mengawasi tugas dair karyawan dan

kepala bagian (manager)

c) Menyetujui anggaran tahunan perusahaan

d) Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja

perusahaan

e) Mewakili PT atas nama perseroan untuk melakukan bisnis

dengan perusahaan lain

f) Mengurus dan mengelola PT untuk kepentingan PT yang sesuai

dengan maksud dan tujuan PT

g) Menjalankan kepengurusan PT sesuai dengan kebijakan yang

tepat (keahlian, peluang, dan kelaziman usaha) yang ditentukan

dalam UU Perseroan Terbatas dan anggaran dasar PT.

2. Direktur Pemasaran

a) Merencanakan, mengarahkan dan mengawasi seluruh kegiatan

bagian Pemasaran utuk merencanakan strategi Pemasaran

sesuai RKAP

b) Meninjau usulan RKAP dari seluruh Divisi di Direktorat

Pemasaran dan mengajukan di dalam rapat Direksi dan rapat

Komisaris
35

c) Merencanakan dan merumuskan kebijakan strategis yang

menyangkut Pemasaran

d) Memonitoring dan mengarahkan proses-proses di seluruh

Divisi bagian Pemasaran

e) Melakukan koordinasi strategis antar bagian

f) Melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga/instansi

terkait baik dalam maupun luar negeri untuk menjalankan

strategi Pemasaran

g) Memberikan masukan kepada Direktur Utama dalam

memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan Pemasaran.

3. Direktur Produksi

a) Merencakan dan merumuskan kabijakan strategis yang

menyangkut produksi

b) Memonitoring dan mengarahkan proses-proses di seluruh

Divisi Direktorat Produksi

c) Memberikan masukan kepada Direktur Utama dalam

memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan Produksi

d) Melakukan penilaian kinerja Kepala Divisi

e) Mengantisipasi permasalahan strategis

f) Menyetujui proses-proses strategis

4. Direktur SDM

a) Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan perberdayaan

pegawai, sesuai dengan kebutuhan perusahaan


36

b) Mengkoordinakan perumusan sistem pengadaan, penempatan

dan pengembangan pegawai

c) Mnyiapkan program-program penelusuran bakat, pembinaan

kepribadian dan pelatihan keterampilan bagi pegawai dengan

tujuan termanfaatkannya potensi pegawai secara maksimal

demi kepentingan kedua belah pihak.

5. Direktur Pengembangan Usaha

a) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan bidang

perencanaan dan pengembangan

b) Menyusun rencana dan program kerja Direktorat Perencanaan

dan Pengembangan

c) Mengkoordinasikan pengumpulan, pengelolaan, dan analisis

data di bidang perencanaan

d) Mengkoordinasikan pengadministrasikan yang berhubungan

dengan kegiatan perencanaan dan pengembangan

e) Menyusun laporan kegiatan Direktorat Perencanaan dan

Pengembangan dan menyampaikannya kepada pembantu

Rektor Bidang Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan.

6. Direktur Litbang dan Operasional

a) Memimpin serta memonitor jalannya perusahaan

b) Membuat kebijakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan

c) Pengambilan keputusan sesuai dengan kebutuhan perusahaan


37

d) Pengambilan keputusan sesuai jika terjadi hal yang bersifat

strategis

e) Membuat rencana baik untuk jangka pendek maupun panjang.

7. Direktur Keuangan

a) Merencanakan, mengembangkan, dan mengontrol fungsi

keuagan dan akuntansi di perusahaan dalam memberikan

informasi keuangan secara komprehensif dan tepat waktu untuk

membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan

yang mendukung pencapaian target financial perusahaan.

b) Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan

informasi keuangan untuk menghasilkan laporan yang

dibutuhkan perusahaan secara akurat dan tepat waktu

c) Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan

dan pembayaran kewajiban pajak perusahaan agar efisien,

akurat, tepat waktu, dan sesuai dengan peraturan pemerintah

yang berlaku.

d) Merencanakan dan mengkoordinasikan dan mengontrol arus

kas perusahaan (cash flow), terutama pengelolaan piutang dan

hutang, sehingga memastikan ketersediaan dana untuk

operasional perusahaan dan kesehatan kondisi keuangan.

e) Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran

perusahaan, dan mengontrol penggunaan anggaran tersebut


38

untuk memastikan penggunaan dana secara efektif dan efesien

dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan.

C. Bidang Usaha

Berdasarkan anggaran dasar terakhir, Perseroan menjalankan usaha

dalam bidang industri persemenan. Melalui anak perusahaan, Perseroan

memproduksi semen berkualitas tinggi dengan lingkup distribusi

mencakup seluruh wilayah Indonesia dan Vietnam. Semen utama yang

Perseroan produksi adalah semen Portland Tipe II-V (Non-OPC). Di

samping itu, Perseroan juga memproduksi berbagai tipe khusus dan semen

campur (mixed cement), untuk penggunaan yang terbatas.

D. Jenis Produk

a. Semen Portland Tipe I

Dikenal pula sebagai Ordinary Portland Cement (OPC),

merupakan semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk

konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak

memerlukan persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan,

gedung-gedung bertingkat, landasan pacu, dan jalan raya.

b. Semen Portland Tipe II

Semen Portland Tipe II adalah semen yang mempunyai ketahanan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan

di pinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton massa

dan bendungan.
39

c. Semen Portland Tipe III

Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk

memenuhi kebutuhan bangunan yang memerlukan kekuatan tekan

awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan

memerlukan penyelesaian secepat mungkin, seperti pembuatan

jalan raya dan jalan bebas hambatan, bangunan tingkat tinggi dan

bandar udara.

d. Semen Portland Tipe V

Semen Portland Tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-

bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat

cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam

air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga

nuklir.

e. Special Blended Cement (SBC)

Adalah semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega

proyek jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dan sesuai

digunakan untuk bangunan di lingkungan air laut, dikemas dalam

bentuk curah.

f. Portland Pozzolan Cement (PPC)

Adalah semen Hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak,

gypsum dan bahan pozzolan. Digunakan untuk bangunan umum

dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi


40

sedang, seperti: jembatan, jalan raya, perumahan, dermaga, beton

massa, bendungan, bangunan irigasi dan fondasi pelat penuh.

g. Portland Composite Cement (PCC)

Adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama

terak, gypsum, dan satu atau lebih bahan anorganic. Kegunaan

semen jenis ini sesuai untuk konstruksi beton umum, pasangan

batu bata, plesteran, selokan, pembuatan elemen bangunan khusus

seperti beton pra-cetak, beton pra-tekan dan paving block.

h. Super Masonry Cement (SMC)

Adalah semen yang dapat digunakan untuk konstruksi perumahan

dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K225, dapat juga

digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton hollow

brick, paving block dan tegel.

i. Oil Well Cement (OWC) Class G HRC

Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur

minyak bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak di

bawah permukaan laut dan bumi. OWC yang telah diproduksi

adalah Class G, High Sulfat Resistant (HSR) disebut juga sebagai

“Basic OWC”. Aditif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada

berbagai kedalaman dan temperatur tertentu.


41

B. Analisis dan Pembahasan

1. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

agar segera memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

a. Rasio Lancar

Rasio lancar merupakan rasio yang dihitung untuk

membandingkan antara jumlah utang lancar dengan aktiva lancar

yang dimiliki perusahaan. Rasio lancar ini pada umumnya

digunakan untuk mengetahui ukuran suatu perusahaan untuk

memnuhi kebutuhan akan hutang ketika jatuh tempo. Setiap

perusahaan pasti memiliki hutang jangka pendek, begitu juga

dengan PT Holcim Indonesia Tbk. dan PT Semen Indonesia Tbk.

Berikut adalah perhitungan rasio lancar perusahaan:

Tabel 1.1 Perhitungan Rasio Lancar PT Holcim Indonesia Tbk.


Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio Pertumbuhan
2010 2.253.237.000 1.355.830.000 1.66

2011 2.468.172.000 1.683.799.000 1,47 -0.19

2012 2.186.797.000 1.556.875.000 1,40 -0,06

2013 2.085.055.000 3.262.054.000 0,6 -0,77


Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk.
42

Tabel 1.2 Perhitungan Rasio Lancar PT Semen Indonesia Tbk.


Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio Pertumbuhan
2010 7345.867.929 2.517.518.619 2,92

2011 7.646.144.851 2.889.137.195 2,65 -0,27

2012 8.231.297.105 4.825.204.637 1,71 -0,94

2013 9.972.110.370 5.297.630.537 1,88 0,17


Sumber : Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 1.3 Perbandingan Rasio Lancar PT Holcim Indonesia Tbk.


dan PT Semen Indonesia Tbk.
Rasio Lancar
Tahun
PT Holcim Indonesia PT Semen Indonesia
2010 1,66 2,92
2011 1,47 2,65
2012 1,40 1,71
2013 0,6 1,88

3.5

2.5

1.5

0.5

0
2010 2011 2012 2013

PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Indonesia Tbk

Grafik 1.1 Rasio lancar.


43

Berdasarkan tabel perhitungan rasio lancar PT Holcim

Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 1,66 yang

berarti setiap 1,00 hutang lancar dijamin dengan 1,66 aset lancar

perusahaan. Hal ini cukup bagus karena perusahaan mampu

mengelola aset lancarnya untuk menutup hutang lancarnya

melebihi angka 1,00. Pada tahun 2011 rasio menunjukkan angka

sebesar 1,47, rasio ini mengalami penurunan sebesar 0,20.

Penurunan ini disebabkan karena terjadinya peningkatan yang

cukup signifikan pada hutang lain-lain dan hutang pajak yang

dimiliki perusahaan. Peningkatan hutang lancar ini tidak diimbangi

dengan besaran peningkatan aktiva lancarnya. Pada tahun 2012

rasio menunjukkan angka sebesar 1,40, rasio ini mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 0,07. Hal ini disebabkan

karena terjadinya penurunan pada kas dan setara kas yang hampir

mencapai 51% tidak sebanding dengan penurunan hutang usaha

yang hanya sebesar 36%. Meskipun demikian, perusahaan masih

dalm kategori baik dalam mengelola aset lancarnya karena

perusahaan masih mampu melebihi angka 1,00. Pada tahun 2013

rasio menunjukkan angka sebesar 0,60. Rasio ini mengalami

penurunan yang sangat besar dari tahun sebelumnya sebesar 0,77.

Hal ini disebabkan karena menurunnya jumlah kas dan setara kas

sebesar 32% yang sebagian besar digunakan untuk menambah aset

tetap perusahaan, sedangkan pinjaman jangka panjang yang jatuh


44

tempo meningkat 59 kali lipat dari tahun sebelumnya. Hal ini perlu

diperhatikan karena pada rasio tersebut, PT Holcim Indonesia

hanya mampu menjamin setiap 1,00 hutang lancar dengan 0,60

aset lancarnya.

Perhitungan rasio lancar PT Semen Indonesia pada tahun

2010 menunjukkan rasio sebesar 2,92 yang berarti setiap 1,00

hutang lancar dijamin dengan 2,65 aktiva lancar. Hal ini

mengindikasikan bahwa pihak PT Semen Indonesia dalam

mengelola aset lancar yang digunakan untuk menutup hutang

lancarnya kepada pihak ketiga sudah sangat baik, karena sudah

mampu melebihi angka 1,00. Kemudian pada tahun 2011

menunjukkan angka 2,65, hal ini menunjukkan adanya penurunan

yang disebabkan meningkatnya komposisi hutang lancar yang

tidak diimbangi dengan meningkatnya aktiva lancar. Kemudian

pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,94 menjadi 1,71.

Penurunan ini terjadi karena hutang lancar yang meningkat sebesar

2 kali lipat dari tahun 2011. Komposisi kenaikan hutang lancar

didominasi oleh kenaikan utang usaha, hutang jatuh tempo dan

beban yang masih harus dibayar. Meskipun mengalami penurunan

yang cukup besar, PT Semen Indonesia masih cukup baik dalam

mengelola aset lancarnya karena masih mampu melebihi angka

1,00. Pada tahun 2013 menunjukkan rasio sebesar 1,88 naik

sebesar 0,17 dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini disebabkan


45

karena kenaikan aktiva lancar yang didominasi oleh kas dan setara

kas.

Berdasarkan perhitungan rasio kedua perusahaan diatas, PT

Semen Indonesia (Persero) Tbk. memiliki rasio yang lebih baik

dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia Tbk. PT Semen

Indonesia (Persero) Tbk. memiliki rata-rata rasio sebesar 2,08 dan

PT Holcim Indonesia Tbk. memiliki rata-rata rasio sebesar 1,17.

Semakin besar rasio yang didapatkan, semakin baik pula kinerja

perusahaan tersebut. Karena PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

mampu menjamin setiap 1,00 hutang lancarnya dengan 2,08 aktiva

lancar yang dimilikinya. Sedangkan PT Holcim Indonesia Tbk

hanya mampu menjamin setiap 1,00 hutang lancarnya dengan 1,17

aktiva lancar yang dimilikinya, jauh dibawah PT Semen Indonesia

(Persero) Tbk. PT Holcim Indonesia Tbk. masih terbilang muda

dibandingkan dengan PT Semen Indonesia, sehingga penggunaan

kas nya lebih banyak untuk pengadaan aset tetap nya. Hal ini yang

menyebabkan rendahnya rasio lancar perusahaan.

b. Rasio Cepat

Rasio cepat menunjukkan nilai relatif antara selisih aktiva

lancar dengan persediaan dibandingkan dengan hutang lancar dan

jika dilihat dari rumusnya yag telah dijelaskan pada bab

sebelumya, diketahui bahwa rasio cepat tidak memperhitungkan


46

nilai persediaan. Walaupun persediaan termasuk kedalam ativa

lancar, namun persediaan tidak dengan cepat dan mudah untuk

segera diuangkan menjadi kas, sehingga membutuhkan waktu yang

relatif lebih lama jika dibandingkan dengan aktiva lainnya. Berikut

ini adalah perhitungan rasio cepat perusahaan :

Tabel 1.4 Perhitungan Rasio Cepat PT Holcim Indonesia Tbk.


Aktiva Lancar
Tahun Hutang Lancar Rasio Pertumbuhan
– Persediaan
2010 1.682.778.000 1.355.830.000 1.24

2011 1.897.713.000 1.683.799.000 1,13 -0.11

2012 1.499.710.000 1.556.875.000 0,96 -0,16

2013 1.493.998.000 3.262.054.000 0,46 -0,51

Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk.

Tabel 1.5 Perhitungan Rasio Cepat PT Semen Indonesia (Persero)


Tbk.
Aktiva Lancar
Tahun Hutang Lancar Rasio Pertumbuhan
- Persediaan
2010 5.721.648.804 2.517.518.619 2,27 -

2011 5.639.484.570 2.889.137.195 1,95 -0,32

2012 5.946.391.813 4.825.204.637 1,23 -0,72

2013 7.326.217.853 5.297.630.537 1,38 0,15

Sumber : Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.


47

Tabel 1.6 Perbandingan Rasio Cepat PT Holcim Indonesia Tbk.


dan PT Semen Indonesia Tbk.
Rasio Cepat
Tahun
PT Holcim Indonesia PT Semen Indonesia
2010 1,24 2,27
2011 1,13 1,95
2012 0,96 1,23
2013 0,46 1,38

2.5

1.5

0.5

0
2010 2011 2012 2013
PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Indonesia Tbk

Grafik 1.2 Rasio Cepat.

Berdasarkan tabel perhitungan rasio cepat PT Holcim

Indonesia tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 1,24 yang

berarti setiap 1,00 hutang lancar dijamin dengan 1,24 aktiva lancar

setelah dikurangi persediaan. Hal ini cukup baik karena perusahaan

masih mampu mempertahankan rasio diatas 1,00. Pada tahun 2011

terjadi penurunan rasio sebesar 0,11 dari tahun sebelumnya yang

menjadi 1,13. Penurunan ini dikarenakan besarnya jumlah

persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, hal ini berdampak pada


48

nilai rasio cepat perusahaan, karena jumlah aktiva lancar setelah

dikurangi persediaan akan semakin kecil. Pada tahun 2012 terjadi

penurunan rasio cepat sebesar 0,16 dari tahun sebelumnya yang

menjadi 0,96. Hal ini berarti setiap 1,00 hutang lancar dijamin

dengan 0,96 aktiva lancar setelah dikurangi persediaan. Hal ini

disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah persediaan yang

dimiliki PT Holcim Indonesia Tbk. sehingga mempengaruhi rasio

cepat perusahaan. Hal ini perlu lebih diperhatikan oleh perusahaan

karena perusahaan hanya mampu mendapatkan angka 0,96 yang

berarti ada dibawah 1,00.

Pada tahun 2013 rasio cepat PT Holcim Indonesia Tbk.

menunjukkan angka sebesar 0,46 dimana perusahaan kembali

mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 0,51. Yang

berarti setiap 1,00 hutang lancar perusahaan dijamin dengan 0,46

aktiva lancar setelah dikurangi persediaan. Penurunan ini terjadi

karena menurunnya jumlah kas dan setara kas yang dimiliki PT

Holcim Indonesia Tbk. sebesar 32% dari tahun sebelumnya.

Sedangkan jumlah hutang lancar perusahaan mengalami

peningkatan sebesar 110% dari tahun sebelumnya yang didominasi

oleh hutang lain-lain meningkat 65% dan pinjaman jangka panjang

jatuh tempo yang meningkat sebesar 59 kali lipat dari tahun

sebelumnya. Di tahun 2013 ini perusahaan harus benar-benar fokus

untuk memperhatikan rasio cepat ini. Karena perusahaan hanya


49

mampu mendapatkan angka sebesar 0,46, dimana hal ini sangat

jauh dari angka 1,00. Hal ini berarti perusahaan hanya mampu

menjamin setengah hutang lancarnya dari total aktiva lancar yang

dimiliki setelah dikurangi dengan persediaan.

Berdasarkan perhitungan rasio cepat PT Semen Indonesia

Tbk. tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 2,27 yang berarti

setiap 1,00 hutang lancar perusahaan dijamin dengan 2,27 aktiva

lancar setelah dikurangi dengan persediaan. Hal ini cukup baik

karena perusahaan masih berada cukup jauh diatas angka 1,00.

Kemudian pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 1,95, hal

ini menunjukkan adanya penurunan sebesar 0,32. Penurunan ini

disebabkan karena adanya peningkatan komposisi hutang lancar

yang tidak diimbangi oleh aktiva lancar setelah dikurangi

persediaan. Komposisi hutang lancar yang mengalami peningkatan

yaitu pada utang usaha dan utang lain-lain. Dan pada tahun 2012

mengalami penurunan sebesar 0,72 menjadi 1,23 yang berarti

setiap 1,00 hutang lancar perusahaan dijamin dengan 1,23 aktiva

lancar setelah dikurangi dengan persedian. Penurunan rasio ini

disebabkan karena akun kas dan setara kas yang dibatasi

penggunaannya untuk menyelesaikan pembangunan proyek

strategis dan pengakuisisan 70% saham Thang Long Cement joint

stock company. Di tahun 2012 ini perusahaan masih cukup baik


50

dalam mengelola aktiva lancarnya karena perusahaan masih berada

diatas angka 1,00.

Pada tahun 2013 menunjukkan angka sebesar 1,38 yang

berarti setiap 1,00 hutang lancar perusahaan dijamin dengan 1,38

aktiva lancar setelah dikurangi dengan persediaan. Hal ini

menunjukkan peningkatan sebesar 0,15 dari tahun sebelumnya.

Peningkatan ini disebabkan karena berkurangnya jumlah hutang

lancar perusahaan. Komposisi hutang lancar yang mengalami

penurunan adalah pinjaman jangka pendek, hutang lain-lain, utang

pajak, dan uang muka penjualan. Pada tahun 2013 ini perusahaan

masih cukup bagus dalam mengelola aktiva lancarnya karena

penusahaan masih berada diatas angka 1,00.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. masih lebih baik dalam

memanajemen aktiva lancarnya untuk menjamin hutang lancarnya

dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia Tbk. Hal ini

dikarenakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mampu menjamin

setiap Rp 1,00 hutang lancarnya dengan aktiva lancar diluar

persediaan yang melebihi angka 1,00.


51

2. Rasio Solvabilitas

a. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset

Rasio total hutang terhadap total aset menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memnuhi seluruh hutang jangka

panjang yang dimiliki dengan menggunakan total aset. Dalam rasio

ini akan dapat terlihat seberapa jauh dana yang disediakan oleh

kreditur. Karena rasio semakin tinggi nilai rasio yang dihasilkan

perusahaan, maka semakin besar pula hutang perusahaan kepada

pihak lain yang harus dibayar dengan menggunakan aset. Berikut

adalah perhitungan rasio total hutang terhadap total aset :

Tabel 2.1 Perhitungan Rasio Total Hutang terhadap Total Aset PT


Holcim Indonesia Tbk.
Tahun Total Hutang Total Aset Rasio Pertumbuhan

2010 3.611.246.000 10.437.249.000 0,35

2011 3.423.241.000 10.950.501.000 0,31 -0.03

2012 3.750.461.000 12.168.517.000 0,31 0

2013 6.122.043.000 14.894.990.000 0,41 0,10

Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk.


52

Tabel 2.2 Perhitungan Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset PT


Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Tahun Total Hutang Total Aset Rasio Pertumbuhan

2010 3.423.246.058 15.562.998.946 0,22 -

2011 5.046.505.788 19.661.602.767 0,26 0,04

2012 8.414.229.138 26.579.083.786 0,32 0,06

2013 8.998.908.217 30.792.884.092 0,29 -0,03

Sumber : Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 2.3 Perbandingan Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset


PT Holcim Indonesia Tbk. dan PT Semen Indonesia Tbk.
Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset
Tahun
PT Holcim Indonesia PT Semen Indonesia
2010 0,35 0,22
2011 0,31 0,26
2012 0,31 0,32
2013 0,41 0,29

0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2010 2011 2012 2013
PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Indonesia Tbk

Grafik 2.1 Rasio Total Hutang Terhadap Total Aset.


53

Berdasarkan perhitungan rasio total hutang terhadap total

aset PT Holcim Indonesia Tbk pada tahun 2010 menunjukkan

angka 0,35 yang berarti setiap 0,35 hutang perusahaan dijamin

dengan 1,00 aset perusahaan. Pada tahun 2011 menunjukkan angka

sebesar 0,31 yang mengindikasikan adanya penurunan. Penurunan

ini terjadi karena peningkatan total aset yang tidak diimbangi

dengan peningkatan total hutangnya. Dan pada tahun 2012 angka

rasio total hutang terhadap total aset tetap seperti pada tahun

sebelumnya yaitu sebesar 0,31. Dan pada tahun 2013 angka rasio

total hutang terhadap total aset mengalami peningkatan sebesar

0,10 menjadi 0,41 yang berarti setiap 0,41 hutang perusahaan

dijamin dengan 1,00 aset perusahaan. Kenaikan rasio ini

disebabkan karena meningkatnya komposisi aktia lebih besar

dibandingkan dengan komposisi pertumbuhan hutang. Hal ini

dikarenakan perusahaan melakukan penambahan jumlah aset tetap

perusahaan sebesar Rp 2,778 miliar dari tahun sebelumnya selain

itu perusahaan juga memiliki piutang yang mengalami peningkatan

sebesar 20%.

Berdasarkan perhitungan rasio total hutang terhadap total

aset PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2010 menunjukkan

angka sebesar 0,22 yang berarti setiap 0,22 hutang perusahaan

dijamin dengan 1,00 aset perusahaan. Kemudian pada tahun 2011

menunjukkan angka sebesar 0,26 yang berarti setiap 0,26 hutang


54

perusahaan dijamin dengan 0,26 aset perusahaan. Peningkatan

rasio ini disebabkan karena meningkatnya komposisi total hutang

yang tidak diimbangi dengan peningkatan total asetnya.

Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada komposisi

pinjaman bank perusahaan yang meningkat sebesar 2 kali lipat.

Dan pada tahun 2012 menunjukkan angka sebesar 0,32 yang

berarti setiap 0,32 hutang perusahaan dijamin dengan 1,00 aset

perusahaan. Rasio ini naik sebesar 0,06 dari tahun sebelumnya. Hal

ini dikarenakan laba perusahaan yang mengalami peningkatan

sehingga kemampuan membayar hutang perusahaan relatif stabil

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dan pengakuisisian

Thang Long Cement mengakibatkan hutang-hutang yang dimiliki

oleh Thang Long Cement dimasukkan pada laporan keuangan

induk yaitu PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. sehingga terjadi

peningkatan hutang di tahun 2012. Pada tahun 2013 menunjukkan

angka sebesar 0,29 yang berarti setiap 0,29 hutang perusahaan

dijamin dengan 1,00 aset perusahaan. Rasio ini mengalami

penurunan sebesar 0,03 dari tahun sebelumnya. Penurunan ini

dikarenakan komposisi pertumbuhan aktiva lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan hutangnya. Hal ini dikarenakan

adanya pembangunan pabrik baru untuk menunjang kegiatan

operasional perusahaan. Selain itu perusahaan juga melakukan


55

pembelian mesin dan peralatan yang didatangkan guna mendukung

proses produksi sehingga aset mengalami peningkatan.

Berdasarkan rasio total hutang terhadap total aset diatas

dapat disimpulkan bahwa PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

memiliki rasio yang lebih baik dibandingkan dengan PT Holcim

Indonesia Tbk. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki rata-

rata rasio sebesar 0,29. Karena PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

mendapatkan rasio yang lebih kecil, hal ini menandakan bahwa

perusahaan dapat memanajemen asetnya guna menjamin

hutangnya kepada pihak ketiga.

b. Rasio TIE (Time Interest Earned)

Rasio TIE (Time Interest Earned) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam

menutup beban tetap yang dihasilkan atas hutang yang dimiliki

perusahaan, yakni beban bunga. Dimana rasio ini akan

membandingkan antara laba bersih sebelum bunga dan pajak

(Earned before interest tax) dengan beban bunga dan dari

perbandingan ini mencerminkan besarnya jaminan keuangan untuk

membayar hutang jangka panjang perusahaan. Berikut adalah

perhitungan rasio TIE kedua perusahaan :


56

Tabel 2.4 Perhitungan Rasio TIE PT Holcim Indonesia Tbk.


Laba Sebelum
Tahun Beban Bunga Rasio Pertumbuhan
Pajak
2010 1.147.957.000 232.820.000 4,9

2011 1.533.257.000 192.445.000 7,97 3,04

2012 1.872.712.000 181.992.000 10,3 2,32

2013 1.336.548.000 521.315.000 2,6 -7,7

Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk.

Tabel 2.5 Perhitungan Rasio TIE PT Semen Indonesia (Persero)


Tbk.
Laba Sebelum
Tahun Beban Bunga Rasio Pertumbuhan
Pajak
2010 4.722.623.381 26.101.520 181

2011 5.089.952.338 27.600.922 184 3

2012 6.287.454.009 104.793.091 60 -124

2013 6.920.399.734 340.168.567 20 -40

Sumber : Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 2.6 Perbandingan Rasio TIE PT Holcim Indonesia Tbk. dan


PT Semen Indonesia Tbk.
Rasio TIE
Tahun
PT Holcim Indonesia PT Semen Indonesia
2010 4,9 181
2011 7,97 184
2012 10,3 60
2013 2,6 20
57

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
2010 2011 2012 2013
PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Indonesia Tbk

Grafik 2.2 Rasio TIE.

Berdasarkan perhitungan rasio TIE (Time Interest Earned)

PT Holcim Indonesia Tbk. tahun 2010 menunjukkan angka sebesar

4,9 yang berarti perusahaan mempunyai laba sebelum bunga dan

pajak yang besarnya 4,9 kali beban bunganya. Pada tahun 2011

menunjukkan angka sebesar 7,6 yang berarti perusahaan

mempunyai laba sebelum bunga dan pajak yang besarnya 7,6 kali

beban bunganya. Peningkatan rasio ini disebabkan karena

meningkatnya laba sebelum pajak sebesar 34%, sedangkan beban

bunga perusahaan mengalami penurunan sebesar 17%. Pada tahun

2012 rasio menunjukkan angka sebesar 10,3 yang berarti

perusahaan mempunyai laba sebelum bunga dan pajak yang

besarnya 10,3 kali beban bunganya. Rasio ini meningkat

dikarenakan komposisi bunga menurun sebesar 10% dan laba

sebelum bunga dan pajak meningkat sebesar 22% dari tahun


58

sebelumnya. Pada tahun 2013 menunjukkan angka sebesar 2,6

yang berarti perusahaan mempunyai laba sebelum bunga dan pajak

yang besarnya 2,6 kali beban bunganya. Penurunan rasio TIE

ditahun 2013 ini dikarenakan komposisi pertumbuhan laba

sebelum bunga dan pajak tidak diimbangi dengan komposisi

bunga. Kenaikan BBM bersubsidi juga menjadi salah satu faktor

penyebab penururan rasio ini. Kenaikan BBM menyebabkan

meningkatnya beban usaha perusahaan terlebih dibidang

pendistribusian. Pada tahun 2013 beban usaha perusahaan dibidang

pendistribusian meningkat sebesar 20% dari tahun sebelumnya.

Hal ini mempengaruhi laba sebelum bunga dan pajak perusahaan,

karena beban usaha yang besar maka laba sebelum bunga dan

pajak yang didapatkan perusahaan akan menurun.

Berdasarkan perhitungan rasio TIE PT Semen Indonesia

(Persero) Tbk tahun 2010 menunjukkan sebesar 181 yang berarti

perusahaan mempunyai laba sebelum bunga dan pajak yang

besarnya 181 kali beban bunganya. Kemudian pada tahun 2011

menunjukkan angka 184 yang berarti perusahaan mempunyai laba

sebelum bungan dan pajak yang besarnya 184 kali beban

bunganya. Peningkatan rasio ini disebabkan karena meningkatnya

laba sebelum bunga dan pajak perusahaan sebesar 8% dari tahun

sebelumnya, sedangkan beban bunga mengalami peningkatan

sebesar 6%. Peningkatan laba sebelum bunga dan pajak juga


59

disebabkan karena meningkatnya pendapatan operasional

perusahaan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 menunjukkan

bahwa perusahaan mempunyai laba sebelum bunga dan pajak

sebesar 60 kali beban bunganya. Penurunan rasio ini dikarenakan

pertumbuhan komposisi bunga yang signifikan. Suku bunga pada

tahun 2012 mencatat pada kisaran 5,75%-7,5% dengan

kecenderungan stabil dikisaran 5,75%-6% selama 2 tahun terakhir.

Sehingga pada tahun 2012 terjadi peningkatan utang proyek terkait

aktivitas pembangunan pabrik semen dan pembangkit listrik baru.

Sehingga bunga pun ikut meningkat sesuai dengan hutang yang

dimiliki. Pada tahun 2013 menunjukkan bahwa perusahaan

mempunyai laba sebelum bunga dan pajak sebesar 20 kali beban

bunganya. Penurunan rasio ini disebabkan beban bunga meningkat

dikarenakan tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi

mendorong BI untuk mengetatkan kebijakan moneter. Bank

Indonesia menaikkan bunga acuan untuk meredam Rupiah dan

untuk mengatasi defisit neraca berjalan dan untuk mencegah

overheating perekonomian. Kenaikan BI rate mendorong

perbankan menaikkan suku bunga deposito.

Berdasarkan perhitungan rasio kedua perusahaan, PT

Semen Indonesia (Persero) Tbk. memiliki rasio yang lebih baik

dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia Tbk. Hal ini karena PT

Semen Indonesia Indonesia (Persero) Tbk mempunyai laba


60

sebelum bunga dan pajak yang jauh lebih besar perbandingannya

dari beban bunga yang dimilikinya.

3. Rasio Profitabilitas

a. Profit Margin

Rasio Profit Margin biasa disebut rasio yang

memandingkan antara laba bersih dengan penjualan dan bisa

diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menekan

biaya-biaya diperusahaaan pada periode waktu tertentu. Dan rasio

ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

tertentu. Berikut adalah perhitungan rasio Profit Margin :

Tabel 3.1 Perhitungan Rasio Profit Margin PT Holcim Indonesia


Tbk.
Tahun Laba Bersih Penjualan Rasio Pertumbuhan

2010 830.382.000 5.960.589.000 0,14

2011 1.063.560.000 7.523.964.000 0,14 0,00

2012 1.350.791.000 9.011.076.000 0,15 0,01

2013 952.305.000 9.686.262.000 0,10 -0,05

Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk.


61

Tabel 3.2 Perhitungan Rasio Profit Margin PT Semen Indonesia


(Persero) Tbk.
Tahun Laba Bersih Penjualan Rasio Pertumbuhan

2010 3.656.621.563 14.344.188.706 0,25

2011 3.960.604.545 16.378.793.758 0,24 -0,01

2012 4.924.791.472 19.598.247.884 0,25 0,01

2013 5.852.022.665 24.501.240.780 0,24 -0,01

Sumber : Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 3.3 Perbandingan Rasio Profit MarginPT Holcim Indonesia


Tbk. dan PT Semen Indonesia Tbk.
Rasio Profit Margin
Tahun
PT Holcim Indonesia PT Semen Indonesia
2010 0,14 0,25
2011 0,15 0,24
2012 0,15 0,25
2013 0,10 0,24

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
2010 2011 2012 2013
PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Indonesia Tbk
Grafik 3.1 Rasio Profit Margin.
62

Berdasarkan perhitungan rasio PT Holcim Indonesia Tbk.

tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,14 yang berarti setiap Rp

1,00 penjualan bersih mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp

0,14. Pada tahun 2011 rasio perusahaan tidak berubah dengan kata

lain tetap seperti tahun sebelumnya di angka 0,14. Pada tahun 2012

rasio perusahaan menunjukkan angka 0,15 yang berarti setiap Rp

1,00 penjualan bersih mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp

0,15. Perusahaan mengalami peningkatan pada rasio profit margin

tahun 2012 ini dikarenakan adanya peningkatan pada laba bersih

dan penjualan perusahaan. Pada tahun 2013 menunjukkan angaka

sebesar 0,10 yang berarti setiap Rp 1,00 penjualan bersih mampu

menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,10. Meskipun di tahun 2013

ini penjualan bersih perusahaan mengalami peningkatan tetapi

tidak dengan laba bersih perusahaan, laba bersih perusahaan

mengalami penurunan dikarenakan adanya pembengkakkan biaya

distribusi. Pembengkakkan biaya ini disebabkan karena pada tahun

2013 ini terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal tersebutlah

yang menjadi salah satu penyebab laba bersih perusahaan menurun.

Rasio profit margin PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,25 yang berarti setiap Rp

1,00 penjualan bersih mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp

0,25. Pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 0,24 yang

berarti setiap Rp 1,00 pernjualan bersih mampu menghasilkan laba


63

bersih sebesar Rp 0,24. Pada tahun 2011 ini terjadi penurunan rasio

yang sangat kecil yaitu sebesar 0,01, penurunan ini disebabkan

karena peningkatan komposisi penjualan yang tidak diimbangi oleh

peningkatan laba bersihnya. Meskipun terjadi peningkatan pada

penjualan sebesar 14%, tetapi peningkatan laba bersihnya hanya

sebesar 8%. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan beban seperti

beban penjualan, beban umum dan administrasi dan lain

sebagainya. Pada tahun 2012 perusahaan mampu menghasilkan Rp

0,25 laba bersih dari Rp 1,00 penjualan bersihnya. Peningkatan

rasio ini dikarenakan adanya peningkatan penjualan bersih

perusahaan yang menyebabkan laba bersih perusahaan juga ikut

meningkat. Pada tahun 2013 menunjukkan angak sebesar 0,24

yang berarti setiap Rp 1,00 penjualan bersih mampu menghasilkan

laba bersih sebesar Rp 0,24. Penurunan rasio ini terjadi meskipun

penjualan mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu

sebesar 20% dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya

peningkatan beban perniagaan perusahaan, sehingga dengan

adanya peningkatan beban perniagaan ini maka laba bersih yang

akan diterima perusahaan menjadi semakin berkurang.

Berdasarkan rasio kedua perusahaan diatas, PT Semen

Indonesia (Persero) Tbk. memiliki rasio yang lebih baik

dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia Tbk. Hal ini

dikarenakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mampu


64

menghasilkan laba bersih yang lebih besar dari setiap penjualan

yang didapatkan perusahaan.

b. Rasio ROA (Return On Asset)

Rasio Return On Asset merupakan jenis rasio yang dapat

memperlihatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

bersih jika dilihat dari jumlah tingkat aset yang dimiliki. Rasio ini

juga akan mengetahui seberapa jauh manajemen perusahaan dapat

menunjukkan efisiensi aset yang dimiliki. Berikut adalah

perhitungan rasio ROA (Return On Asset) kedua perusahaan :

Tabel 3.4 Perhitungan Rasio Return On Asset PT Holcim Indonesia


Tbk.
Tahun Laba Bersih Total Aset Rasio Pertumbuhan

2010 830.382.000 10.437.249.000 0,08

2011 1.063.560.000 10.950.501.000 0,10 0,02

2012 1.350.791.000 12.168.517.000 0,11 0,01

2013 952.305.000 14.894.990.000 0,06 -0,05

Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk.


65

Tabel 3.5 Perhitungan Rasio Return On Asset PT Semen Indonesia


(Persero) Tbk.
Tahun Lab Bersih Total Aset Rasio Pertumbuhan

2010 3.656.621.563 15.562.998.946 0,23

2011 3.960.604.545 19.661.602.767 0,20 -0,03

2012 4.924.791.472 26.579.083.786 0,19 -0,01

2013 5.852.022.665 30.792.884.092 0,19 0,00

Sumber : Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 3.6 Perbandingan Rasio ROA PT Holcim Indonesia Tbk. dan


PT Semen Indonesia Tbk.
Rasio ROA
Tahun
PT Holcim Indonesia PT Semen Indonesia
2010 0,08 0,23
2011 0,10 0,20
2012 0,11 0,19
2013 0,06 0,19

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
2010 2011 2012 2013

PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Indonesia Tbk

Grafik 3.2 Rasio ROA.


66

Berdasarkan rasio return on asset PT Holcim Indonesia

Tbk. tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,08 yang berarti

setiap Rp 1,00 total aset mampu menghasilkan laba bersih sebesar

Rp 0,08. Pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 0,10 yang

berarti setiap Rp 1,00 total aset mampu menghasilkan laba bersih

sebesar Rp 0,10. Peningkatan rasio ini disebabkan karena laba

bersih perusahaan yang meningkat sebesar 26% sedangkan

peningkatan total asetnya hanya berkisar 8%. Pada tahun 2012

menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 total aset mampu

menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,11. Peningkatan ini

dikarenakan pertumbuhan jumlah aset mampu diimbangi dengan

meningkatnya laba bersih perusahaan. Dimana jumlah aset

perusahaan meningkat sebesar 11% sedangkan laba bersih

meningkat 27% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013

menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 total aset menghasilkan laba

bersih sebesar Rp 0,06. Penurunan rasio ini disebabkan karena

peningkatan jumlah aset tidak mampu diimbangi oleh laba bersih

nya. Dimana pada tahun 2013 laba bersih perusahaan mengalami

penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 30% dari tahun

sebelumnya, sedangkan total aset meningkat sebesar 22%.

Berdasarkan perhitungan rasio PT Semen Indonesia

(Persero) Tbk. tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,23 yang

berarti setiap Rp 1,00 total aset mampu menghasilkan laba bersih


67

sebesar Rp 0,23. Pada tahun 2011 menunjukkan angka sebesar 0,20

yang berarti setiap Rp 1,00 total aset mampu menghasilkan laba

bersih sebesar Rp 0,20. Penurunan rasio ini terjadi karena

peningkatan total aset yang tidak diimbangi dengan peningkatan

laba bersihnya. Ditahun 2011 ini total aset perusahaan meningkat

sebesar 26% yang disebabkan aset tetap dan persediaan yang

meningkat drastis, sedangkan laba bersihnya meningkat sebesar

8%. Pada tahun 2012 menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 total aset

mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,19. Penurunan rasio

ini dikarenakan pertumbuhan jumlah aset yang tidak diimbangi

dengan kenaikan laba bersihnya. Dimana jumlah aset perusahaan

meningkat sebesar 35% sedangkan laba bersih perusahaan hanya

mampu meningkat sebesar 27%. Pada tahun 2013 menunjukkan

bahwa setiap Rp 1,00 total aset mampu menghasilkan laba bersih

sebesar Rp 0,19. Rasio tahun 2013 sama seperti pada tahun

sebelumnya. Hal ini dikarenakan perusahaan masih belum mampu

mengimbangi kenaikan jumlah asetnya dengan kenaikan laba

bersihnya.

Berdasarkan perhitungan rasio kedua perusahaan tersebut,

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. memiliki rasio yang lebih baik

dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia Tbk. Hal ini

dikarenakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mampu


68

menghasilkan laba bersih yang lebih besar dari setiap jumlah aset

yang dimiliki perusahaan.

c. Rasio ROE (Return On Equity)

Rasio Return On Equity (ROE) merupakan salah satu jenis

rasio profitabilitas yang memperlihatkan antara laba bersih dengan

jumlah modal yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini saham yang

dihitung adalah saham sendiri tanpa saham preferen, karna pada

dasarnya ROE digunakan untuk mengetahui jumlah hak saham

biasa yang dimiliki oleh pemegang saham. Rasio ini lebih

spesifikasi ke saham, karena pihak pemakai laporan keuangan juga

ingin mellihat seberapa jauh perusahaan menghasilkan laba jika

dilihat dari jumlah saham yang mereka miliki. Berikut adalah

perhitungan rasio ROE kedua perusahaan :

Tabel 3.7 Perhitungan Rasio Return On Equity PT Holcim


Indonesia Tbk.
Tahun Laba Bersih Total Ekuitas Rasio Pertumbuhan

2010 830.382.000 6.826.003.000 0,12

2011 1.063.560.000 7.527.260.000 0,14 0,02

2012 1.350.791.000 8.418.056.000 0,16 0,02

2013 952.305.000 8.772.947.000 0,11 -0,05

Sumber: Laporan Keuangan PT Holcim Indonesia Tbk.


69

Tabel 3.8 Perhitungan Rasio Return On Equity PT Semen


Indonesia (Persero) Tbk.
Tahun Laba Bersih Total Ekuitas Rasio Pertumbuhan

2010 3.656.621.563 12.139.752.888 0,30

2011 3.960.604.545 14.615.096.979 0,27 -0,03

2012 4.924.791.472 18.164.854.648 0,27 0,00

2013 5.852.022.665 21.803.975.875 0,27 0,00

Sumber : Laporan Keuangan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Tabel 3.9 Perbandingan Rasio ROE PT Holcim Indonesia Tbk. dan


PT Semen Indonesia Tbk.
Rasio ROE
Tahun
PT Holcim Indonesia PT Semen Indonesia
2010 0,12 0,30
2011 0,14 0,27
2012 0,16 0,27
2013 0,11 0,27

0.35

0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
2010 2011 2012 2013
PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Indonesia Tbk

Grafik 3.3 Rasio ROE.


70

Berdasarkan perhitungan rasio ROE PT Holcim Indonesia

Tbk. tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,12 yang berarti

setiap Tp 1,00 total equitas mampu menghasilkan laba bersih

sebesar Rp 0,12. Pada tahun 2011 menunjukkan angka 0,14 yang

berarti setiap Rp 1,00 total equitas mampu menghasilkan laba

bersih sebesar Rp 0,14. Peningkatan ini terjadi disebabkan karena

peningkatan laba bersih yang cukup besar yaitu sebesar 28%,

sedangkan total equitas perusahaan hanya bertumbuh sebesar 10%.

Pada tahun 2012 menunjukkan bahwa setiap Rp 1,00 total equitas

mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,16. Peningkatan ini

disebabkan karena peningkatan jumlah equitas mampu diimbangi

dengan peningkatan laba bersihnya. Pada tahun 2012 ini jumlah

equitas meningkat sebesar 12% sedangkan laba bersih meningkat

cukup signifikan yaitu sebesar 27 %, hal ini menyebab terjadinya

peningkatan rasio di tahun 2012. Pada tahun 2013 menunjukkan

bahwa setiap Rp 1,00 total equitas mampu menghasilkan laba

bersih sebesar Rp 0,11. Penurunan rasio ini disebabkan karena total

equitas tidak diimbangi dengan laba bersih yang dimiliki

perusahaan. Pada tahun 2013 ini total equitas mengalami

peningkatan sebesar 0,04%, sedangkan laba bersih perusahaan

harus turun sebesar 30%. Penurunan laba bersih ini karena adanya

pembengkakan biaya perniagaan perusahaan, sehingga semakin

kecilnya laba bersih yang didapat perusahaan.


71

Berdasarkan perhitungan rasio PT Semen Indonesia

(Persero) Tbk. pada tahun 2010 menunjukkan angka sebesar 0,30

yang berarti setiap Rp 1,00 total equitas yang dimiliki perusahaan

mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,30. Pada tahun

2011 menunjukkan angka 0,27 yang berarti setiap Rp 1,00 total

equitas perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp

0,27. Penurunan rasio ini disebabkan karena peningkatan toal

equitas yang tidak diimbangi dengan laba bersihnya. Pada tahun

tersebut total equitas meningkat sebesar 20 % yang didominasi

oleh peningkatan saldo laba yang belum dicadangkan sedangkan

laba bersih hanya meningkat sebesar 8%. Rasio ditahun 2011 ini

sampai dengan tahun 2013 menunjukkan angka yang stabil di

angka 0,27. Yang berarti setiap Rp 1,00 total equitas yang dimiliki

perusahaan mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,27.

Berdasarkan perhitungan ROE diatas perusahaan mengalami grafik

yang stabil dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Hal ini

dikarenakan perbandingan komposisi antara laba bersih dengan

total equitas perusahaan adalah sama. Kenaikan ekuitas pada tahun

2011 sampai dengan 2013 dipengaruhi oleh perseroan mengawasi

modal dengan menggunakan rasio pengungkit dengan membagi

total pinjaman berdampak bunga dengan total ekuitas yang dapat

diatibusikan kepada pemilik entitas induk.


72

Berdasarkan perhitungan rasio antara PT Holcim Indonesia

Tbk. dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, menunjukkan

bahwa PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. memiliki rasio yang

lebih baik dibandingkan dengan PT Holcim Indonesia Tbk. Hal ini

dikarenakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mampu

menghasilkan laba bersih lebih besar dari setiap total equitas yang

dimiliki perusahaan dibanding dengan PT Holcim Indonesia Tbk.

C. Temuan.

Dari hasil penelitian serta pembahasan rasio mengenai kinerja

keuangan dari tahun 2010 sampai dengan 2013, ditemukan beberapa kekuatan

dan kelemahan yang terdapat pada dua perusahaan yakni PT Holcim Indonesia

Tbk. dan PT Semen Indonesia Tbk. Adapun kekuatan dan kelemahan tersebut

adalah :

1. Kekuatan

a. Rasio likuiditas PT Semen Indonesia Tbk. sudah berada pada angka

aman yang menjadi batasan normal untuk perhitungan rasio likuiditas,

hal ini dikarenakan PT Semen Indonesia Tbk.menjaga dengan ketat

komposisi antara aktiva lancar serta hutang lancar, sehingga rasio

likuiditas yang dihasilkan oleh perusahaan menjadi terlihat bagus.

b. Rasio total hutang terhadap total aset yang dihasilkan oleh PT Semen

Indonesia Tbk. memiliki angka rasio yang cenderung kecil. Hal ini

mengindikasikan bahwa resiko tidak terbayarkannya hutang lebih

kecil. Selain itu rasio yang kecil juga berarti aset yang lebih banyak
73

dapat digunakan sebagai jaminan atas hutang yang diperoleh dari

kreditur juga lebih meyakinkan.

c. Rasio Time Interest Earned yang dimiliki PT Holcim Indonesia Tbk.

sudah berada pada batasan normal perhitungan rasio TIE, hal ini

mengindikasikan bahwa PT Holcim Indonesia Tbk. dalam

pemanfaatan hutang sangat baik serta tingkat kemampuan perusahaan

dalam melunasi biaya bunga yang telah menjadi tanggungan

perusahaan dapat terselesaikan dengan baik, sehingga para kreditur

tidak ragu jika meminjamkan dana kepada PT Holcim Indonesia Tbk.

d. Rasio Profit Margin, ROA, dan ROE yang dimiliki PT Semen

Indonesia Tbk. berada diatas rasio yang dimiliki PT Holcim Indonesia

Tbk. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Semen Indonesia Tbk.

mampu menghasilkan laba yang lebih besar dari setiap penjualan, aset

maupun ekuitas yang dimiliki oleh PT Semen Indonesia Tbk.

2. Kelemahan

a. Rasio likuiditas yang dihasilkan PT Holcim Indonesia berada dibawah

angka 1, hal ini mengindikasikan bahwa aset lancar yang dimiliki PT

Holcim Indonesia belum cukup untuk membayarkan hutang lancarnya.

b. Rasio Profit Margin yang dihasilkan PT Holcim Indonesia cenderung

kecil, hal ini disebabkan karena tingkat penjualan PT Holcim

Indonesia tidak begitu meningkat tajam. Pihak manajemen perlu

meningkatkan strategi pemasaran produk semennya sehingga

masyarakat lebih mengenal produk dan tertarik membelinya.

Anda mungkin juga menyukai