Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA IBU HAMIL

DosenPembimbing :

Ns.Desi Deswita, M. Kep, SP. Kep. Kom.

Kelompok IBU HAMIL , Lokal 3A :

RETNO PUJI YANTI


123210301

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI PADANG


PRODI D.III KEPERAWATAN SOLOK
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini. Penyusunan
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa yang berjudul tentang
“RENCANA STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATN KOMUNITAS TERKAIT IBU
HAMIL (ANEMIA PADA IBU HAMIL) ”.Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang Rencana Strategi yang akan dilaksanakan untuk
meningkatkan kemampuan diri.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.Desi Deswita, M. Kep,
Sp Kep. Kom. selaku dosen pembimbing mata kuliah Materi Keperawatan Komunitas.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini dan memperbaiki kesalahan dimasa yang akan
datang.

Solok, 22 Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Jurnal 1

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit)
yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi
untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Menurut WHO (2008),
secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %.
Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %,
Amerika 24,1 %, dan Eropa 25,1 %. (Salmariantity, 2012).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia sebesar 37, 1 %. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012
sebesar 85 %. Presentase ini mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang
sebesar 83,3 %. Meskipun pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia
pada ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilan dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih
tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi


kelompok wanita usia reproduksi (WUS). Anemia pada wanita usia subur (WUS) dapat
menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas/kemampuan atau produktifitas
kerja. Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi, asam
folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi antara keduanya (Noverstiti,
2012).

Asuhan pelayanan kebidanan dalam mencegah komplikasi pada masa kehamilan


maupun persalinan dilakukan dengan pemeriksaan darah yang dilakukan minimal dua kali
selama kehamilan, yaitu pada trimester 1 dan trimester 3. Dari pengamatan yang
dilakukan oleh Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia
menderita anemia kekurangan gizi dan kebanyakan anemia yang diderita oleh masyarakat salah
satunya karena kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan, ibu hamil dengan
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah (Nurjanah dkk, 2012).

Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang
terjadi selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat
hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat
sekitar 20 - 30 %, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk
membuat hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk
berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30 % lebih banyak dari pada
sebelum hamil (Noverstiti, 2012).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya


gravid, umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe
(Keisnawati, dkk, 2015).

Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu
berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan
anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama
kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian
didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian
anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).

Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat besi pada ibu
hamil. Menurut Manuaba (2010), wanita yang sering mengalami kehamilan dan melahirkan
makin anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal ini disebabkan selama kehamilan wanita
menggunakan cadangan besi yang ada di dalam tubuhnya (Salmariantyty, 2012).

Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child" (potensial


membahayakan ibu dan anak). Dampak dari anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus,
persalinan pre¬maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD), saat persalinan dapat mengakibatkan
gangguan His, kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, dan pada kala
nifas terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan pospartum, memudahkan infeksi
puerperium, dan pengeluarkan AS1 berkurang (Aryanti dkk, 2013).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU tahun 2016 jumlah ibu dengan anemia
dalam kehamilan sebanyak 11,9 %. Sedangkan data UPTD Puskesmas Tanjung Agung tahun
2016 jumlah ibu dengan hamil sebanyak 903 orang dimana 12,4 % dengan anemia dalam
kehamilan.

Berdasarkan data peningkatan kejadian anemia, dampak yang dapat timbul dari kejadian
anemia serta beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara paritas dan umur ibu dengan
anemia pada ibu hamil.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pogram Pemerintah dan Program Kerja Puskesmas Terkait Remaja (Bullying).


1. Program Pemerintah
STRATEGI DALAM PENANGGULANGAN PENCEGAHAN ANEMIA PADA
KEHAMILAN jurnal 255

Anemia merupakan salah satu sebab kematian ibu hamil. Anemia pada ibu hamil
disebabkan karena masih kurang dan rendahnya asupan gizi, dan j uga dapat disebabkan
karena ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Zat besi sangat dibutuhkan untuk
perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. Kekurangan zat besi sej ak sebelum hamil
bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Tuj uan dari penelitian
ini adalah untuk membahas tentang Anemua dan strategi dalam penanggulangan
pencegahan anemia. Metode yang digunakan adalah kaj ian kepustakaan dengan pendekatan
deskriptif eksploratif. Dapat disimpulkan bahwa: (1 ) Keluarga dan anggota keluarga
yang resiko menderita anemia harus mendapat makanan yang cukup bergizi dengan
biovallabilita yang cukup; (2) Pengobatan penyakit infeksi yang memperbesar resiko
anemia (3 ) Penyediaan pelayanan yang mudah dij angkau oleh keluarga yang memerlukan,
dan tersedianya tablet tambah darah dalam j umlah yang sesuai.
Penanggulangan anemia gizi hanya dapat dilakukan secara tuntas bila penyebab
mendasar terj adinya anemia j uga ditanggulangi. Untuk itu perlu dilakukan upaya sebagai
berikut:
1. Terhadap penyebab tidak langsung; agar meningkatkan perhatian dan kasih
sayang di dalam keluarga terhadap wanita, terutama terhadap ibu hamil misalnya:
(a) Penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya,
(b) Mendahulukan ibu hamil pada waktu makan,
(c) Perhatian agar pekerj aan fisik disesuaikan dengan kondisi wanita/ibu hamil.
2. Terhadap penyebab mendasar; dalam j angka panj ang, melalui:
(a) meningkatkan pendidikan, terutama pendidikan wanita,
(b) memperbaiki upah, terutama karyawan rendah,
(c) meningkatkan status wanita di masyarakat,
(d) memperbaiki lingkungan fisik dan biologis, sehingga mendukung status kesehatan gizi
masyarakat.
2. Program puskesmas jurnal 206

PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERIAN TABLET ZAT BESI (Fe)


PADA IBU HAMIL

Program suplementasi Fe di Indonesia telah berlangsung hampir 20 tahun


lamanya. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi anemia
sebesar 37,1%. Berdasarkan laporan PWS KIA Puskesmas Tambang pada Tahun 2015
didapatkan dari 1.755 ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tambang
didapatkan kunjungan Fe 1 berjumlah 105 dan Fe 3 berjumlah 113 dengan jumlah
cakupan 12,42%. Data Dinkes Kabupaten Kampar cakupan pemberian Fe di wilayah
kerja puskesmas Tambang yaitu 12,42% yang masih jauh dari target nasional yaitu
95%. Jenis penelitian adalah kualitatif, dengan analisa deskriptif. Informan dalam
penelitian ini diambil berdasarkan purposive sampling yang berjumlah 11 orang.
Hasil penelitian di dapatkan bahwa Petugas Kesehatan belum melakukan
penyuluhan dengan optimal karena sebagian petugas memberikan penyuluhan tanpa
menggunakan alat bantu atau lembar leaflet. Petugas kesehatan belum mendata
dengan baik dalam hal pencatatan dan pelaporan konsumsi Fe, kurangnya
pemantauan petugas kesehatan tentang berjalannya program pemberian Fe ini
sehingga masih sedikit ibu hamil yang menerima dan mengkonsumsi Fe, sarana dan
prasarana di puskesmas belum memadai dan belum optimal dari tempat penyimpanan
obat Fe nya di simpan bukan dalam lemari obat tetapi hanya dalam kotak kecil yang di
selipkan di bawah meja. Kesimpulan Petugas kesehatan di puskesmas Tambang belum
sepenuhnya berperan dalam berjalannya program Gizi tentang Fe, Sarana dan
prasarana dalam pelaksanaan program pemberian Fe seperti tempat penyimpanan obat
belum optimal. Saran diharapkan agar petugas kesehtan bisa merencanaan kebutuhan Fe
sesuai dengan jumlah sasaran dan distribusinya ke Puskesmas, sehingga Fe setiap saat
ada dan mencukupi hingga trimester 3.
B. Konsep Anemia pada ibu hamil

Buku 1 Salah satu kondisi berbahaya yang sering dialami ibu hamil adalah anemia.
Ketidakcukupan asupan makanan, misalkan karena mual dan muntah atau kurang asupan zat
besi, dapat menyebabkan anemia zat besi.

Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Hb adalah komponen
di dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika
Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar
proses metabolisme. Nah, zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Jika jumlah
sel darah banyak, jumlah Hb pun banyak. Begitu pula sebaliknya jika kekurangan.

Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme tinggi. Misalnya, untuk membuat jaringan
tubuh janin, membentuknya menjadi organ, dan juga untuk memproduksi energy agar ibu hamil
bisa tetap beraktivitas normal sehari-hari. Karena itu, ibu hamil lebih banyak memerlukan zat
besi disbanding ibu yang tidak hamil.

Anemia adalah masalah turun temurun dari nenek moyang kita. Namun, entah kenapa
masih sulit diberantas. Saat ini masih banyak ibu-ibu yang mengalami anemia. Pada tahun 2002,
anemia di Jawa Barat mencapai 43,6%. Bahkan di Garut, sampai Mei 2002 jumlahnya mencapai
88,10%. Padahal, kita tahu bahwa di Jawa Barat tingkat konsumsi sayuran hijau sangat tinggi.
Sayuran hijau sangat kaya akan besi. Tetapi mengapa penderita anemia masih banyak?

Total penderita anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%. Artinya dari 10 ibu
hamil, sebanyak 7 orang akan menderita anemia. Jadi, bila anda sedang hamil, anda beresioko
tinggi terkena anemia. 64

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya,
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi. Lambat laun hal tersebut mempengaruhi kadar
Hb dalam darah. Didalam tubuh sebagian zat besi dalam bentuk ferritin di hati. Saat konsumsi
zat besi dari makanan tidak cukup, ferritin inilah yang diambil. Sayangnya, daya serap zat besi
dari makanan sangat rendah. Zat besi pada pangan hewani lebih tinggi penyerapannya, yaitu 20-
30%, sedangkan daei sumber nabati hanya 1-6%.
Kadar Hb dalam darah merupakan cara mengetahui anemia atau tidaknya seseorang.
Caranya dengan mengambil sedikit darah di ujung jari. Hasil analisis kimia selanjutnya
menghitung kadar Hb. Dikatakan anemia bila kadar Hb kurang dari 12 mg%. Bila terjadi anemia,
kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke semua organ tubuh.
Akibatnya penderita sering berdebar-debar dan jantung lekas lelah. Gejala lainnya, lemas-lemas,
cepat lelah, cepat letih, mata sering berkunang-kunang dan sering mengantuk. Wajah, selaput
lendir kelopak mat, bibir, dan kuku tampak pucat. Anemia sangat berat, dapat berakibat
penderita sesak napas, bahkan lemah jantung.

Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga. Karena, pada masa ini
janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama
sesudah lahir.

Factor utama penyebab anemia gizi adalah kurang cukupnya zat besi didalam makanan
sehari-hari. Kehamilan berulang atau jarak antar kehamilan yang terlalu dekat juga menyebabkan
anemia. Karena kehamilan kembali dalam jarak yang dekat akan mengambil cadangan zat besi
dalam tubuh ibu yang jumlahnya belum kembali ke kadar normal.

Akibat anemia pada ibu hamil

 Perdarahan saat persalinan karena luka akibat persalinan sulit menutup


 Meninggal saat persalinan
 Meningkat risiko persalinan premature
 Berat bayi rendah
 Gangguan jantung, ginjal, dan otak

Klasifikasi anemia

o Anemia ringan,bila kadar Hb > 10 mg%


o Anemia sedang, bila kadar Hb 5-8 mg%
o Anemis berat, bila kadar Hb < dibawah 5 mg%
o Normal (tidak anemia) , bila kadar Hb 12-14 mg%
Buku 2

Anemia pada kehamilan

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang
pengobatan relative mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah
nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia ibu hamil disebut “potential
danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
terdepan.

Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar sekitar antara 20% sampai 89% dengan
menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan
nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tijong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada
trimester I, 13,6% trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan
sebesar 40,1% di Bogor. Bakta menemukan anemia hamil sebesar 50,7% di Puskesmas kota
Denpasar sedangkan Sindhu menemukan sebesar 33,4 % di Puskesmas Mengwi. Simanjuntak
mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi.
Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat
adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur
dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan
malnutirisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan
ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah.

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan
perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40
mgr. disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi
makin anemis. 31
Sebagai gambar berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan
bagan berikut :

Meningkatkan sel darah ibu 500 mgr Fe

Terdapat dalam plasenta 300 mgr Fe

Untuk darah janin 100 mgr Fe

jumlah 900 mgr Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan
Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan
relative terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin
ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatnya
anemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr%.

Setelah persalinan---dengan lahirnya plasenta dan perdarahan---ibu akan kehilangan zat


besi sekitar 900 mgr. saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimal
sehingga dapat menyiapkan ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan
anemia,laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.

Diagnosis anemia pada kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil muda.

Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil
pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

Hb 11 gr% tidak anemia

9-10 gr% anemia ringan


7-8 gr% anemia sedang

<7 gr% anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I
dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia,
maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di puskesmas.

Bentuk-bentuk anemia

Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut: 31

a. Komponen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari:


 Protein, glukosa, dan lemak
 Vitamin B12, B6, asam folat, dan vit.C
 Elemen dasar, Fe, ion Cu dan zink
b. Sumber pembentukan darah
 Sumber tulang
c. Kemampuan resorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan
d. Umur sel darah merah (eritrosit)terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah
tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru
e. Terjadinya perdarahan kronik (menahun):
 Gangguan menstruasi
 Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip
serviks, penyakit darah
 Parasit dalam usus, askariasis, ankilostomiasis, taenia

Berdasarkan factor-faktor tersebut diatas, anemia dapat digolongkan menjadi:

1. Anemia defisiensi besi (kekurangan zat besi)


2. Anemia megaloblastik (kekurangan vitamin B12)
3. Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan)
4. Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)

Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin


1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan:
a. Bahaya selama kehamilan:
 Dapat terjadi abortus
 Persalinan premature
 Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
 Mudah terjadi infeksi
 Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
 Mola hidatidosa
 Hiperemesis gravidarum
 Perdarahan antepartum
 Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan:
 Gangguan his-kekuatan mengejan
 Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlancar
 Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
 Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena
atonia uteri
 Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
c. Pada kala nipas
 Terjadi subinvolusia uteri menimbulkan perdarahan postpartum
 Memudahkan infeksi pierperium
 Pengeluaran ASI berkurang
 Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
 Anemia kala nifas
 Mudah terjadi infeksi mamae
2. Bahaya terhadap janin
Sekalian tampaknya janin mampu menyerah berbagai kebutuhan dari ibunya,
tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mnegganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat
terjadi gangguan dalam bentuk:
 Abortus
 Terjadi kematian intrauterine
 Persalinan prematuritas tinggi
 Berat badan lahir rendah
 Kelahiran dengan anemia
 Dapat terjadi cacat bawaan
 Bayi mudah mendapatkan infeksi sampai kematian perinatal
 Inteligensi rendah

Pengobatan anemia dalam kehamilan

Untuk menghindari terjadinya anemia sebaik ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum
hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan tinja sehingga
diketahui adanya infeksi parasit. Pengobatan infeksi untuk cacing relative mudah dan murah.

Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat sampai
ke posyandu. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosande, Iberet, Vitonal dan Hemaviton.
Semua preparat tersebut dapat dibeli dengan bebas.

Kehamilan dan janindengan risiko tinggi

Untuk menegakkan kehamilan dengan risiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan
cara:

1. Melakukan anamnesa yang intensif (baik)


2. Melakukan pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan penunjang seperti:
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan rontgen
 Pemeriksaan uktrasonografi
 Pemeriksaan lain yang dianggap perlu
Berdasarkan waktu, keadaan risiko tinggi ditetapkan pada:

 Menjelang kehamilan
 Saat hamil muda
 Saat hamil pertengahan
 Saat inpartu
 Setelah persalinan

Melakukan pengawasan antenatal bertujuan untuk dapat menegakkan secara dini dan
menjawab pertanyaan:

1. Apakah kehamilan berjalan dengan baik


2. Apakah terjadi kelainan bawaan pada janin
3. Bagaimana fungsi plasenta untuk tumbuh kembang janin
4. Apakah terjadi penyulit pada kehamilan
5. Apakah terdapat penyakit ibu yang membahayakan janin
6. Bila diperlukan terminasi kehamilan
 Apakah terminasi dilakukan untuk menyelamatkan ibu
 Apakah janin dapat hidup diluar kandungan
 Bagaimana teknik terminasi kehamilan sehingga tidak menambah penyulit ibu
atau janin
7. Bagaimana kesanggupan memberikan pertolongan persalinan dengan memperhitungkan:
 Tempat dimana pertolongan itu dilakukan
 Persiapan alat yang diperlukan untuk tindakan
 Kemampuan diri sendiri untuk melakukan tindakan
8. Menetapkan sikap yang akan diambil menghadapi kehamilan dengan:
 Kehamilan dengan risiko rendah dapat ditolong setempat
 Kehamilan dengan risiko meragukan perlu pengawasan yang intensif
 Kehamilan dengan risiko tinggi dilakukan rujukan

Keuntungan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini keadaan risiko tinggi
ibu dan janin, sehingga dapat:
1. Melakukan pengawasan yang lebih intensif
2. Memberikan pengobatan sehingga risikonya dapatdikendalikan
3. Melakukan rujukan untuk mendapatkan tindakan yang adekuat
4. Segera dilakukan terminasi kehamilan

C. Rencana Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


1. Proses Kelompok

Hasil literature review ini adalah bahwa pemberian supplement Fe, konsumsi makanan
yang mengandung zat besi seperti ubi jalar , dan konsumsi makanan yang mengandung
zat pembantu penyerapan Fe (enhancer Fe) seperti tinutuan, buah-buahan yang mengandung
vitamin C seperti jus jambu, bayam merah dan buah bit, serta makanan tinggi vitamin B9 dan
B12 seperti kacang hijau dan rumput laut dapat meningkatkan kadar Hemoglobin darah pada
ibu hamil. Selain itu pembatasan makanan yang mengandung zat yang dapat menghambat
penyerapan (inhibitor) Fe juga berpengaruh untuk mengoptimalkan absorbsi Fe dalam tubuh.
2. Promosi kesehatan
Penyuluhan di puskesmas dapat dilakukan dengan:
 Merancang dan membuat desain program pencegahan anemia pada ibu hamil
 Memberikan contoh dampak yang ditimbulkan bila kekurangan zat besi (Fe)

3. Pemberdayaan

4. Kemitraan
Melakukan pertemuan dengan suami ibu hamil guna memberikan pendidikan
kesehatan tentang tanda-tanda anemia pada ibu hamil agar ibu dan bayi terjaga
kesehatananny. Tujuannya adalah untuk mengurangi angka kejadian anemia pada ibu
hamil.

Anda mungkin juga menyukai