2016tfe PDF
2016tfe PDF
TRY FEBRIANTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kombinasi Data Akustik
dan Satelit untuk Pemetaan Batimetri di Perairan Dangkal Pulau Tunda adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Try Febrianto
NRP C552130131
RINGKASAN
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KOMBINASI DATA AKUSTIK DAN SATELIT
UNTUK PEMETAAN BATIMETRI DI PERAIRAN DANGKAL
PULAU TUNDA
TRY FEBRIANTO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA
PRAKATA
Segala puji bagi Allah swt penulis panjatkan sebagai bentuk rasa syukur atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai tugas akhir dan salah satu syarat
mendapatkan gelar Magister di program studi Teknologi Kelautan Institut Pertanian
Bogor.
Penghargaan yang terdalam penulis tujukan kepada ayahanda dan ibunda
tercinta yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh rasa kasih sayang
serta memberi dukungan selama ini hingga menyelesaikan pendidikan program
Magister ini.
Ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh dosen program
studi Teknologi Kelautan IPB yang telah memberikan ilmu selama masa studi
berlangsung, khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc dan Bapak
Dr. Syamsul Bahri Agus, S.Pi, M.Si yang dengan sabar telah membimbing dan
memberikan saran selama penelitian hingga selesainya penulisan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Vincentius P Siregar, DEA yang
telah menjadi penguji dan bapak Dr. Ir. Hendry M Manik, MT sebagai perwakilan
dari program studi Teknologi Kelautan yang telah mendukung hingga
terlaksananya ujian akhir penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan
kepada seluruh masyarakat Pulau Tunda yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian di daerah tersebut dan kepada seluruh tim survey batimetri
(Ari Wahyudi dan Tarlan) serta teman Teknologi Kelautan 2013 yang selama ini
telah memberikan dukungan dan saran. Terima kasih kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan dukungan materilnya berupa
beasiswa pada program Bantuan Pendidikan Dalam Negeri (BPPDN) 2013-2015.
Penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat baik secara langsung maupun
tidak langsung bagi pembaca maupun masyarakat sekitar daerah penelitian.
Try Febrianto
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
2 METODE 4
Tempat dan Waktu 4
Alat dan Bahan 4
Prosedur Analisis Data 5
Pengukuran Kedalaman Akustik 6
Pengolahan Citra Worldview-2 8
Penggabungan Data Satelit dan Akustik 10
Koreksi Pasang surut 10
Analisis Nilai Kemiringan (slope) 12
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Data Batimetri Singlebeam Echosounder 13
Data Batimetri Citra Worldview-2 14
Pengelompokan Data 16
Data Batimetri Akustik dan Citra Worlview-2 17
4 SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR TABEL
1 Alat dan Bahan 5
2 Spesifikasi sonar echosounder GPSmap 585 7
3 Panjang gelombang sensor band citra Worldview-2 8
4 Nilai R2 hasil regresi antara setiap band dengan sample kedalaman 14
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi Penelitian dan jalur titik pemeruman akustik. 4
2 Diagram alur pengolahan data 6
3 Kondisi pasang surut ketika pemeruman tanggal 21-25 Agustus 2014 11
4 Kondisi Pasang surut ketika perekaman citra tanggal 25 Agustus
2013 11
5 Peta batimetri 2D hasil pemeruman akustik 13
6 Nilai koefisien determinasi rasio B1/B3 15
7 Selisih kedalaman citra dan kedalaman pemeruman akustik 15
8 Sebaran nilai kedalaman akustik 16
9 Sebaran nilai kedalaman rasio B1 : B3 17
10 Tampilan 3D batimetri perairan Pulau Tunda 18
11 (a) Nilai slope dasar laut dan posisi garis profil melintang (b) Profil
melintang lokasi peletakan perangkap ikan (c) Profil melintang lokasi
kegiatan wisata 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Spesifikasi Worldview-2 25
2 Instalasi instrumen singlebeam echosounder GPSmap 585 26
3 Tabel Pasang surut ketika perekaman citra tanggal 13 Agustus 2013 26
4 Tabel Pasang surut ketika pemeruman tanggal 21-25 Agustus 2014 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
(LiDAR) yang mendeteksi jarak antara sensor dan permukaan air atau dasar laut
menggunakan gelombang tunggal (single wave) atau gelombang ganda (double
waves) (Gao 2009). Kategori imaging adalah pendugaan kedalaman berdasarkan
nilai-nilai piksel dari citra yang mempunyai informasi multispektral (Arief 2012).
Saat ini banyak citra satelit yang telah digunakan untuk pemetaan batimetri, seperti
Quickbird, SPOT, Landsat, Ikonos dan Worldview. Citra satelit Worldview-2
merupakan citra terbaru yang digunakan untuk menduga kedalaman perairan
dangkal (Setyawan 2014). Satelit Worldview-2 diluncurkan pada tanggal 8 Oktober
2009 yang dilengkapi sensor band 8 multispektral, yaitu coastal, blue, green,
yellow, red, red edge, NIR 1 dan NIR 2. Band 1 (coastal) pada Worldview-2
merupakan band baru yang bermanfaat untuk pendugaan batimetri dengan panjang
gelombang 400 - 450 nm (Digitalglobea 2010).
Aplikasi algoritma batimetri dilakukan dalam proses pengolahan citra satelit
untuk menduga nilai kedalaman. Perkembangan algoritma batimetri hingga saat ini
adalah algoritma Lyzenga (1978), Benny dan Dawson (1983), Jupp (1988) dan
Stumpf (2003) (Green et al. 2000; Madden 2011). Algoritma stumpf merupakan
algoritma terakhir setelah algoritma Jupp. Prinsip algoritma stumpf ini adalah faktor
atenuasi kolom air akan melemahkan energi cahaya yang masuk ke kolom air
tersebut. Panjang gelombang mempengaruhi dalam menembus kolom air, yaitu
panjang gelombang pendek akan menembus kolom air lebih dalam dibandingkan
dengan panjang gelombang yang lebih panjang (Rina dan Khakim 2014; Madden
2011).
Penelitian ini menggabungkan teknologi penginderaan jauh Satelit dan
teknologi hidroakustik untuk memantau kondisi perairan dangkal dengan
kedalaman yang cukup bervariasi. Kedua teknologi tersebut akan saling
melengkapi data kedalaman di perairan dangkal Pulau Tunda. Kombinasi data
akustik dan citra satelit akan memberikan informasi yang lebih baik dalam hal ini
data kedalaman mulai dari tengah laut hingga ke daerah pantai yang sangat dangkal
(Agus et al. 2012).
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni 2014 hingga Juni 2015. Lokasi
penelitian berada di perairan dangkal Pulau Tunda, Provinsi Banten (Gambar 1).
Pulau Tunda yang mempunyai luas 289,79 Ha ini merupakan salah satu gugusan
pulau dari 17 pulau di Kabupaten Serang. Secara gegografis Pulau Tunda terletak
pada 5° 48’ 43” LS dan 106° 16’ 47” BT. Perairan dangkal Pulau Tunda memiliki
ekosistem yang lengkap dan cukup baik yaitu ekosistem terumbu karang (karang hidup
42,42%), ekosistem mangrove (7 jenis) dan ekosistem lamun (5 jenis) (KKP 2016).
Pengamatan lapang dilakukan pada tanggal 21 hingga 25 Agustus 2014, yaitu
pengukuran kedalaman menggunakan singlebeam echosounder.
Bahan :
Citra Worldview-2 Data citra satelit
Envi 5.1 Pengolahan data citra Worldview-2
Surfer 11 Pengolahan data akustik
ArcGis 10.1 Integrasi data satelit dan akustik
Data Pasang surut Koreksi data akustik dan data citra
satelit
Penelitian ini secara garis besar menggunakan 2 jenis data yaitu data akustik
dan data citra satelit. Setiap data memiliki proses analisis dengan cara yang berbeda
hingga mendapatkan nilai kedalaman.
Data akustik diperoleh dari hasil perekaman selama pemeruman
menggunakan singlebeam echosounder. Nilai kedalaman berdasarkan hasil
pemeruman dikoreksi dengan nilai kedalaman tranduser dan nilai pasang surut
selama pemeruman. Koreksi dilakukan untuk mendapatkan nilai kedalaman yang
benar dan kemudian diolah menggunakan metode interpolasi pada perangkat lunak.
Hasil interpolasi ditampilkan dalam bentuk peta 2D yang memperlihatkan garis
kontur kedalaman. Sebagian nilai kedalaman akustik digunakan sebagai nilai
kedalaman referensi atau acuan untuk menduga nilai kedalaman berdasarkan citra
satelit.
Data citra satelit didapat dengan melakukan beberapa tahapan pada perangkat
lunak. Proses pertama adalah koreksi citra untuk mengurangi kesalahan pada citra
tersebut, dalam hal ini menggunakan koreksi radiometrik dan geometrik. Penelitian
ini menduga nilai kedalaman berdasarkan citra satelit hanya pada daerah perairan
yang dekat pantai. Proses masking dilakukan hanya untuk mendapatkan cakupan
wilayah yang dikaji. Wilayah kajian yang telah diperoleh, kemudian dilakukan
proses konversi digital number ke radiansi dan konversi nilai radiansi ke
reflektansi. Setelah proses konversi dilakukan hingga mendapatkan nilai
reflektansi, kemudian dilanjutkan proses berikutnya, yaitu penerapan algoritma
batimetri.
Penelitian ini menggunakan algoritma Stumpf untuk mendapatkan nilai
kedalaman relatif, yaitu nilai kedalaman yang dihasilkan dari rasio band dan
digunakan untuk proses regresi linier terhadap nilai kedalaman akustik. Tahapan
proses regresi linier dilakukan menggunakan sampling nilai kedalaman dari data
akustik dan data citra satelit. Tujuan proses ini adalah untuk mendapatkan nilai
kedalaman absolut berdasarkan citra satelit. Nilai kedalaman absolut adalah nilai
kedalaman aktual yang dihasilkan menggunakan persamaan dari hasil nilai
koefisien determinasi (R2) tertinggi.
6
Integrasi data nilai kedalaman yang diperoleh dari data akustik dan data citra
satelit dilakukan untuk penyempurnaan nilai kedalaman di wilayah kajian. Integrasi
data dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi dan Benthic Terrain
Modeler (BTM). Metode interpolasi menghasilkan peta batimetri 3D dan tampilan
melintang, sedangkan BTM menghasilkan nilai slope. Tahapan proses analisis data
dalam bentuk diagram alur dapat dilihat pada Gambar 2.
Masking
Masking yang paling efektif untuk memisahkan antara badan air dengan
daratan adalah dengan melibatkan kanal dengan panjang gelombang terbesar. Pada
Worldview-2 kanal dengan panjang gelombang paling besar adalah NIR 2 (860 –
1040 nm), dikarenakan kanal ini memiliki nilai radiansi yang lebih besar pada
daratan daripada nilai radiansi pada air (DigitalGlobe a 2010).
Nilai Kedalaman
Pengolahan citra Worldview-2 untuk memperoleh nilai kedalaman
menggunakan pendekatan (Stumpf et al. 2003) yang telah dimodifikasi oleh
Madden (2011). Menghitung kedalaman relatif (Relative Bahtymetry) yaitu
menggunakan panjang gelombang yang lebih pendek dari water leaving reflectance
Rw(λi) sebagai pembilang dan panjang gelombang yang lebih panjang Rw(λj)
sebagai penyebut dengan persaman di bawah ini:
ln(Rw (λi ))
Zrelatif =m1 − 𝑚𝑜 (5)
ln(Rw(λj ))
𝑛∑𝑥𝑦−(∑𝑥)(∑𝑦)
𝑅 = (𝑛∑𝑥2 −(∑𝑥)2 (𝑛∑𝑦2 −(∑𝑦)2 ) (7)
D = dT – rt (8)
Gambar 3 Kondisi pasang surut ketika pemeruman tanggal 21-25 Agustus 2014
Koreksi pasang surut juga dilakukan terhadap nilai kedalaman yang telah
didapatkan dari citra satelit. Akuisisi citra Worldview-2 pada tanggal 25 Agustus
2013 waktu 10.38 wib dikoreksi dengan nilai pasang surut pada tanggal dan waktu
citra tersebut. Kondisi pasang surut ketika perekaman citra dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Kondisi Pasang surut ketika perekaman citra tanggal 25 Agustus 2013
Berdasarkan gambar 3 dan 4, bahwa kisaran tinggi pasang surut di perairan
Pulau Tunda pada bulan agustus (2013 dan 2014) adalah 0,3 hingga 0,9 m. Menurut
Purba dan Pranowo (2015) wilayah perairan Indonesia sebagai negara yang berada
di ekuator mempunyai kisaran pasang surut 0,2 – 4 m dan mempunyai 4 tipe pasang
surut yaitu semidiurnal, campuran senderung ke semidiurnal, diurnal dan campuran
cenderung ke diurnal. Kondisi pasang surut perairan Pulau Tunda termasuk pada
tipe semidiurnal karena pada grafik (gambar 3 dan 4) terlihat dua tinggi pasang dan
dua surut yang mempunyai pola sama.
12
PULAU TUNDA
Nilai R2 yang tertinggi adalah pada rasio kanal Coasatal dan kanal hijau
(B1/B3) yaitu dengan nilai R2 0,73. Band 1 merupakan sensor baru pada satelit
Worldview-2 dengan panjang gelombang pendek, sehingga sesuai untuk membantu
menganalisis studi batimetri dan kolom air (Tarantino et al. 2012). Doxani et al.
(2012) menggunakan kanal hijau pada citra Worldview-2 untuk mendapatkan nilai
batimetri. Setyawan (2014) menghasilkan rasio kanal band 1 dan band 3 untuk
menduga kedalaman di perairan Pulau Panggang menggunakan citra Worldview-2.
Nilai tertinggi berikutnya dihasilkan pada rasio kanal blue dan kanal yellow (B2/B4)
yaitu 0,64. Nilai koefisien determinasi (R2) akan lebih baik apabila mendekati nilai
1 (Walpole, 1997) sedangkan hasil nilai rasio pada kanal lainnya tidak memberikan
nilai yang tinggi atau jauh dari nilai 1 sehingga tidak akan memberikan nilai
kedalaman yang lebih akurat.
Persamaan yang dihasilkan oleh R2 tertinggi (B1/B3), yaitu Z =
0,50621+1,36941*B1:B3 digunakan untuk mendapatkan kedalaman aktual.
Kedalaman aktual berdasarkan persamaaan tersebut diolah menggunakan
perangkat lunak pengolahan citra. Hasil nilai R 2 kedalaman aktual terhadap
kedalaman referensi dapat dilihat pada Gambar 6.
3
y = 0,50621+1,36941*B1:B3
R2 = 0,73
Kedalaman Pemeruman (m)
2.5
1.5
0.5
0
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
Kedalaman Citra (m)
1.5
0.5
0
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56
Titik sample
Gambar 7 Selisih kedalaman citra dan kedalaman pemeruman akustik
16
Pengelompokan Data
Data Akustik
Pengukuran kedalaman menggunakan metode akustik pada penelitian ini
mencapai nilai maksimal 52 m. Kisaran nilai kedalaman 2 m hingga 2,5 m
merupakan nilai yang mempunyai frekuensi atau jumlah data tertinggi yaitu 90,
sedangkan pada kisaran nilai kedalaman 26 m hingga 28 m mempunyai nilai
frekuensi 60 hingga 70 (Gambar 8).
100
90
80
70
60
Frekuensi
50
40
30
20
10
0
2 6 10 14 18 22 26 30 34 38 42.7 52.1
Nilai Kedalaman Akustik (m)
Gambar 8 Sebaran nilai kedalaman akustik
Data Satelit
Nilai kedalaman berdasarkan data satelit, yaitu menggunakan citra
Worldview-2 yang menggunakan rasio band coastal dan band green (B1 : B3).
Nilai kedalaman yang didapat berkisar 0,9 m hingga 3,8 m karena wilayah hanya
17
di sekitar pantai yang mendekati daratan. Frekuensi tertinggi terdapat pada kisaran
nilai kedalaman 1,2 m hingga 1,4 m, dengan frekuensi 325 hingga 350 (Gambar 9).
350
325
300
275
250
Frekuensi
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0
0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3.8
Nilai Kedalaman Rasio B1 : B3
Gambar 9 Sebaran nilai kedalaman rasio B1 : B3
PULAU TUNDA
PULAU TUNDA
PULAU TUNDA
Selain mengetahui nilai kedalaman, analisis data akustik dan citra satelit juga
dapat menghasilkan nilai slope. Slope adalah ukuran kemiringan dasar laut setiap
terjadinya perubahan atau ukuran kemiringan tebing dasar laut dengan satuan
derajat. Kondisi batimetri di perairan Pulau Tunda mempunyai kemiringan mulai
dari 0o hingga 57o (Gambar 11 (a)). Berdasarkan klasifikasi menurut BTM bahwa
topografi dasar laut di perairan dangkal Pulau Tunda secara keseluruhan terbagi
menjadi tiga kategori, yaitu kategori flat (0o-1o), kategori slope atau miring (1o-30o)
dan kategori steeply sloping atau tebing (30o-60o) (Young 2007). Kategori flat atau
datar dapat terlihat pada tampilan 3D nilai slope dari rasio B1: B3. Nilai slope yang
diperoleh dari rasio tersebut berkisar 0o hingga 12o, dengan kondisi topografi yang
dekat dengan daratan atau sekitar pantai.
Kondisi dasar laut akan lebih memberikan informasi ketika ditampilkan
dalam bentuk profil melintang seperti pada Gambar 11 (b) berada di bagian utara,
terlihat kondisi slope yang dapat dijadikan salah satu informasi dasar untuk
dimanfaatkan sebagai tempat peletakan perangkap ikan (bubu) yang berada pada
kisaran kedalaman 5-10 m. Profil melintang pada Gambar 11 (c) berada di bagian
barat yang memperlihatkan kondisi pantai yang begitu landai, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai lokasi wisata karena mempunyai kedalaman yang relatif
19
dangkal yaitu kisaran kedalaman 0-5 m dengan kondisi slope yang tidak curam
(Affan 2011; Arief et al. 2013).
PULAU TUNDA
PULAU TUNDA
PULAU TUNDA
Kedalaman (m)
Jarak (m)
b
Kedalaman (m)
Jarak (m)
c
Gambar 11 (a) Nilai slope dasar laut dan posisi garis profil melintang (b) Profil
melintang lokasi peletakkan perangkap ikan (c) Profil melintang lokasi
kegiatan wisata
21
Simpulan
Hasil data di lapangan diperoleh dengan batasan-batasan yang ada maka, nilai
kedalaman perairan Tunda berdasarkan data akustik adalah maksimum 52 m
sedangkan kedalaman yang bisa diestimasi oleh citra Worldview-2 setelah
dilakukan koreksi dan tahapan-tahapan dengan menggunakan algoritma Stumpf
adalah hingga sekitar 2 m.
Rasio kanal yang baik untuk mendapatkan nilai kedalaman pada penelitian
ini adalah kombinasi B1/B3 (coastal/green). Nilai kedalaman berdasarkan citra
Worldview-2 mempunyai nilai R2 0,73 dengan nilai kedalaman akustik, artinya
nilai tersebut cukup baik karena mendekati nilai 1. Nilai slope dasar perairan Tunda
berkisar dari 0o hingga 57o. Berdasarkan analisis data batimetri menghasilkan
tampilan topografi dasar laut yang dapat dijadikan sebagai informasi dasar untuk
tujuan tertentu seperti posisi untuk meletakkan perangkap ikan dan lokasi wisata
bahari yang ditampilkan dalam bentuk profil melintang.
Saran
Perlunya penelitian lanjut dan menggunakan alat yang lebih baik seperti
instrumen multibeam echosounder, akan memberikan hasil sesuai tujuan yang
diinginkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Affan JM. 2011. Seleksi lokasi pengembangan budidaya dalam Keramba Jaring
Apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di Perairan
Timur Kabupaten Bangka Tengah. Jurnal Sains MIPA. 17 (3) : 99 – 106.
Agus SB, Siregar VP, Bengen DG dan Hanggoro A. 2012. Profil batimetri habitat
pemijahan ikan terumbu hasil integrasi data inderaja satelit dan akustik : studi
kasus perairan sekitar pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Jurnal Teknologi
Perikanan Dan Kelautan. 2 (2) : 45-61
Ardiansyah. 2015. Pengolahan citra penginderaan jauh menggunakan ENVI 5.1
dan ENVI Lidar (teori dan praktek). PT. Labsig Inderaja Islim Jakarta. p 78
Arief M. 2012. Pendekatan baru pemetaan bathimetric menggunakan data
penginderaan jauh SPOT studi kasus : Teluk Perigi dan Teluk Popoh. Jurnal
Teknologi Dirgantara. 10 (1) : 71 – 80.
Arief M, Hastuti M, Asriningrum W, Parwati E, Budiman S, Prayogo T dan
Hamzah R. 2013. Pengembangan metode pendugaan kedalaman perairan
dangkal menggunakan data satelit SPOT-4 studi kasus : Teluk Ratai,
Kabupaten Pesawaran. Jurnal Penginderaan Jauh. 10 (1) : 1-14.
Becker JJ dan Sandwell DT. 2008. Global estimates of seafloor slope from
singlebeam ship soundings. Journal of Geophysical Research. 113 : 1-14.
Brouwer PAI. 2008. Seafloor classification using a single beam echosounder [tesis].
Department of Earth Observation and Space System cahir of Acoustic
Remote Sensing. Delf, the Netherlands. p 1
Budiyanto E. 2005. Pemetaan kontur dan pemodelan spasial 3 dimensi
menggunakan surfer. Andi Yogyakarta. p 214
Deidda M and Sanna G. 2012. Bathymetric extraction using Worldview-2 high
resolution images. International Archives of the Photogrammetry, Remote
Sensing and Spatial Information Sciences. XXXIX (B8) : 153 – 157.
Dewi LS, Ismanto A dan Indrayanti E. 2015. Pemetaan batimetri menggunakan
singlebeam echosounder di perairan Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat. Jurnal Oseanografi. 4 (1): 10-17.
Dewitt NT, Flocks JG, Hansen M, Kulp M, and Reynolds BJ. 2007. Bathymetric
survey of the nearshore from Belle Pass to Caminada Pass, Louisiana:
Methods and data report. U S Geological Survey Data Series 312. Virginia.
Deng Z, Ji M and Zhang Z. 2008. Mapping bathymetry from multi-source remote
sensing images : a case study in the Beilun estuary, Guangxi, China. The
international archieves of the photogrammetry, remote sensing and spatial
information sciences. XXXVII (B8) : 1321 – 1326.
Digital globea. 2010. The Benefits of the eight spectral bands of Worldview-2.
[diacu 2014 Juli 1].Tersedia dari http:// www.digitalglobe.com /sites/default
/files /DG-8SPECTRAL-WP_0.pdf
Digital globeb. 2010. Radiometric use of Worldview-2 imagery. Dry Creek Suite
260. Longmont Colorado USA. p 15
Doxani G, Papadopoulou M, Lafazani P, Pikridas C, and Tsakiri-Strati. 2012.
Shallow-water bathimetry over variable bottom types using multispektral
WorldView-2 image. International Archieves of the Potogrammetry, Remote
Sensing and Spatial Information Sciences. 36 (B8) : 159 – 164.
23
Felde GW, Anderson GP, Cooley TW, Matthew MW, Adler-Golden SM, Berk A,
Lee J. 2003. Analysis of Hyperion Data with the Flaash Atmospheric
Correction Algorithm. Pages 90-92. Geoscience and Remote Sensing
Symposium, Proceedings. : IEEE International.
Gao J. 2009. Bathymetric mapping by means of remote sensing : methods, accuracy
and limitations. Progress in Physical Geography. 33 (1) : 103 – 116.
Green EP, Mumby PJ, Edwards AJ and Clark CD. 2000. Remote sensing handbook
for tropical coastal management. United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization. Paris. p 219 - 225
Hamid W, Kaparang FE dan Dien HV. 2014. Batimetri di perairan pantai depan
sungai Bahu, kecamatan Malalayang, Manado. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Tangkap. 2 (1) : 39 – 43.
Hell B. 2011. Mapping bathymetry from measurement to applications. Department
of Geological Sciences Stockholm University. Stockholm, Sweden. p 7
Hutabarat S dan Evan A M. 2008. Pengantar oseanografi. UI Press. Jakarta. p 26
Liu Y, Anisul IM and Jay Gao J. 2003. Quantification of shallow water quality
parameters. Progress in Physical Geography. 27 (1) : 24 – 43.
Loomis MJ. 2009. Depth derivation from the Worlview-2 satelilite using
hyperspectral imagery [tesis]. Naval Postgraduate School. Monterey,
California. p 2
Madden CK. 2011. Contributions to remote sensing of shallow water depth with
the Worldview-2 yellow band [tesis]. Naval Postgraduate School. Monterey,
California. p 83
Masrukhin M A A, Sugianto D N dan Satriadi A. 2014. Studi batimetri dan
morfologi dasar laut dalam penentuan jalur peletakan pipa bawah laut
(Perairan Larangan-Maribaya, Kabupaten Tegal). Jurnal Oseanografi. 3 (1) :
94-104.
Myrick II K B. 2011. Coastal bathymetry using satellite obsevation in support of
intelligence preparation of the environment [tesis]. Naval Postgraduate
School. Monterey,California.
Parnum I, Siwabessy J, Gavrilov A, and Parsons M. 2014. A comparison of single
beam and multi beam sonar system in seafloor habitat mapping. Underwater
Acoustic Measurement : Technologies and Results. P 155-166
Purba NP dan Pranowo WS. 2015. Dinamika oseanografi, deskripsi karakteristik
massa air dan sirkulasi air laut. Unpad Press. Bandung. p 164 - 174
Rina N dan Khakim N. 2014. Pemetaan batimetri perairan dangkal menggunakan
citra Quickbird di perairan Taman Nasional Karimun Jawa, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah. p 140-148
Sasmita D K. 2008. Aplikasi multibeam echosounder system (MBES) untuk
keperluan batimetrik. ITB. Bandung. p 7
Setyawan IE, Siregar VP, Pramono GH dan Yuwono DM. 2014. Pemetaan profil
habitat dasar perairan dangkal berdasarkan bentuk topografi : studi kasus
Pulau Panggang, Kepulauan Seribu Jakarta. Majalah Ilmiah Globe. 16 (2) :
125-132
Simmonds J, and MacLennan, D. 2005. Fisheries acoustics theory and practice
second edition. Blackwell Science, Victoria. p 71
Smith WHF and Sanwell DT. 2004. Conventional bathymetry, bathymetry from
space, and geodetic altimetry. Oceanography. 17 (1) : 8 – 23.
24
Stumpf RP, Holdried K, Siclair M. 2003. Determination of water depth with high
resolution satellite imagery over variable bottom types. Limnol Oceanogr. 48
(1) : 547-556.
[SNI] Standar Nasional Indonesia 7646. 2010. survei hidrografi menggunakan
singlebeam echosounder. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Tarantini C, Adamo M, Pasquariello G, Lovergine F, Blonda P and Tomaselli V.
2012. 8-Band image data processing of the Worldview-2 satellite in a wide
area of applications. Earth Observation. InTech : 137 - 158
Tarigan S, Setyono H dan Saputro S. 2014. Studi pemetaan batimetri menggunakan
multibeam echosounder di perairan pulau Komodo, Manggarai Barat, Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Oseanografi. 3 (2) : 257-266.
Walpole RE. 1997. Pengantar statistika. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta
Young M. 2007. Modeling Rockfish Abundance and Distribution on Cordell Bank
National Marine Sanctuary, California using Generalized Linear Models
(GLMs). Monterey Bay. p 22
[Garmin]. 2015. (diakses tanggal 13 Mei 2015). Tersedia di http://id.garmin.com
[KKP]. 2016. (diakses tanggal 05 Maret 2016). Tersedia di http://www.ppk-
kp3k.kkp.go.id
25
Lampiran 3 Tabel Pasang surut ketika perekaman citra tanggal 13 Agustus 2013
TELUK BANTEN SEKITARNYA KETINGGIAN DALAM METER
05° 52’ 12” S - 106° 02’ 00” T AGUSTUS 2013 Waktu : G.M .T. + 08.00
J 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 J
T T
1 0,7 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,8 * 0,7 0,7 1
2 0,7 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,8 * 0,8 0,7 0,7 2
3 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8 * 0,8 0,8 0,7 0,7 3
4 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,8 0,8 0,8 * 0,8 0,8 0,7 0,7 4
5 0,6 0,6 0,6 0,5 * 0,5 0,6 0,6 * 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,9 * 0,8 0,8 0,7 0,7 5
6 0,6 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 0,7 0,6 6
7 0,6 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,6 0,7 * 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 * 0,8 0,7 0,6 7
8 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 * 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,8 0,9 0,9 * 0,9 0,8 0,6 8
9 0,5 0,5 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 * 0,7 0,7 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 0,7 9
10 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 * 0,8 0,7 10
11 0,6 0,4 0,4 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 11
12 0,6 0,5 0,4 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 * 0,8 12
13 0,7 0,5 0,4 0,3 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,8 * 0,8 13
14 0,7 0,6 0,4 0,3 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,6 0,5 * 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,8 14
15 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,7 0,7 0,7 0,8 * 0,7 15
16 0,7 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 16
17 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 17
18 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,7 0,7 0,6 18
19 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 19
20 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,9 * 0,8 0,8 0,7 0,6 20
21 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,7 * 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 0,7 0,6 21
22 0,5 0,5 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,8 0,9 0,9 * 0,8 0,7 0,6 22
23 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 0,6 23
24 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 * 0,8 0,7 24
25 0,5 0,4 0,3 0,3 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,8 0,7 25
26 0,6 0,4 0,3 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 26
27 0,6 0,5 0,4 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 * 0,8 0,7 27
28 0,6 0,5 0,4 0,3 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 * 0,8 0,7 28
29 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 29
30 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,6 0,6 * 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 30
31 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 31
27
Lampiran 4 Tabel Pasang surut ketika pemeruman tanggal 21-25 Agustus 2014
TELUK BANTEN SEKITARNYA KETINGGIAN DALAM M ETER
05° 52’ 12” S - 106° 02’ 00” T AGUSTUS 2014 Waktu : G.M.T. + 07.00
J 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 J
T T
1 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 1
2 0,7 0,5 0,4 0,4 0,3 * 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,8 * 0,7 0,7 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,8 * 0,8 2
3 0,7 0,6 0,4 0,4 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,6 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,8 3
4 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,8 4
5 0,7 0,6 0,5 0,5 0,4 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,6 0,6 * 0,6 0,7 0,7 0,7 0,8 * 0,7 5
6 0,7 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 6
7 0,7 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 7
8 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,8 0,7 0,7 0,6 8
9 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 * 0,8 0,7 0,7 0,6 9
10 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,6 0,7 * 0,6 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,8 0,9 0,9 * 0,9 0,8 0,7 0,6 10
11 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,7 * 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 * 0,9 0,7 0,6 11
12 0,5 0,5 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,7 0,8 * 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,8 0,9 0,9 * 0,9 0,8 0,7 12
13 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0,9 * 0,8 0,7 13
14 0,6 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,8 0,9 0,9 * 0,9 0,7 14
15 0,6 0,5 0,4 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 15
16 0,6 0,5 0,4 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,8 * 0,8 16
17 0,7 0,5 0,4 0,3 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,7 0,7 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,8 17
18 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,6 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,8 * 0,7 18
19 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,6 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,6 0,6 * 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 19
20 0,7 0,6 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,4 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 20
21 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,7 0,7 21
22 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 0,6 0,7 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,7 0,7 22
23 0,6 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,6 0,6 * 0,5 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,7 0,6 23
24 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,6 * 0,6 0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,7 0,6 24
25 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,7 * 0,6 0,6 0,5 0,5 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,8 0,7 0,6 25
26 0,5 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,7 * 0,7 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,9 * 0,8 0,7 0,6 26
27 0,5 0,4 0,4 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,8 0,7 0,6 27
28 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,5 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 * 0,9 0,8 0,6 28
29 0,5 0,4 0,3 * 0,4 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 0,9 * 0,8 0,7 29
30 0,5 0,4 0,3 0,3 * 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,4 * 0,5 0,6 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 30
31 0,6 0,4 0,3 0,3 * 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 0,6 0,5 0,5 * 0,5 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 * 0,8 0,7 31
28
RIWAYAT HIDUP