Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU

KONSUMTIF TERHADAP SMARTPHONE PADA MAHASISWA

Masroyani Siregar

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara harga diri
dengan perilaku konsumtif terhadap smartphone pada mahasiswa.Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan kuantitatif.Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan
skala harga diri dan skala perilaku konsumtif. Subjek penelitian ini berjumlah 100 orang
mahasiswa dengan ciri-ciri subjek, yaitu mahasiswa berusia 18 sampai 24 tahun yang
mempunyai smartphone. Metode analisis data menggunakan korelasi Product Moment
dari Karl Pearson, diketahui bahwa korelasi harga diri dengan perilaku konsumtif sebesar
0,075 dengan taraf signifikansi 0,229 (p>0,05). Dari hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa hipotesis ditolak.Artinya tidak ada hubungan antara harga diri
dengan perilaku konsumtif terhadap smartphone pada mahasiswa.

Kata Kunci: Harga Diri, Mahasiswa, Perilaku Konsumtif, Smartphone

RELATIONSHIP BETWEEN SELF-ESTEEM AND CONSUMPTIVE


BEHAVIOR OF SMARTPHONE IN STUDENTS
Abstract

This study aims to examine whether there is a relationship between self-esteem and
consumtive behavior towards smartphones in the students. This research is conducted by
quantitative approach. Data collection tools in this study use self-esteem scale and
consumptive behavior scale. Subjects of this study are amounted to 100 students with subject
characteristics are students aged 18 to 24 years who have a smartphone. Data analysis
method uses Product Moment correlation from Karl Pearson. The result obtained is that the
correlation of self-esteem and consumptive behavior is 0.075 with significance level of 0.229
(p> 0.05). It means that the hypothesis is rejected. That is, there is no relationship between
self-esteem and consumer behavior towards smartphones in students.

Keywords: Self-Esteem, Student, Consumtive Behavior, Smartphone

PENDAHULUAN
Di zaman yang semakin berkem- Wicaksono (2010). Gadget ialah alat
bang seperti saat ini, teknologi menjadi yang memiliki tujuan dan fungsi praktis
suatu kebutuhan bagi masyarakat. Ham- yang spesifik. Manusia sekarang ini tidak
pir semua kegiatan dalam kehidupan ma- akan lepas oleh sarana komunikasi yaitu
nusia saat ini, berhubungan dengan tek- gadget.Gadget sekarang ini mengalami
nologi. Salah satu teknologi yang diguna- perkembangan yang sangat pesat ter-
kan oleh sebagian besar masyarakat utama pada operasi sistem yang diguna-
adalah gadget. Menurut Sulianta dan kan dalam setiap gadget yang dapat me-

174 Siregar, Hubungan antara…


ningkatkan kemudahan operasi tiap dari satu smartphone dengan alasan
gadget. Gadget dirancang agar mem- prestise atau gaya hidup, karena ada juga
punyai fungsi yang berbeda yang lebih mahasiswa yang memiliki lebih dari satu
canggih dibanding teknologi normal pada smartphone untuk menunjang bisnis atau
saat diciptakan. Dunia teknologi meng- usaha mereka. Keadaan tersebut disebut
alami perkembangan yang sangat pesat. dengan perilaku konsumtif.
Setiap tahun, bahkan setiap bulan muncul Perilaku konsumtif adalah kecende-
gadget-gadget baru dengan mengadopsi rungan manusia untuk melakukan kon-
teknologi terbaru pula. Gadget-gadget sumsi tiada batas, tidak jarang manusia
dengan teknologi terbaru sangatlah bera- lebih mementingkan faktor emosi dari
gam jenisnya salah satunya adalah smart- pada faktor rasionalnya atau lebih me-
phone. Smartphone adalah sebuah tele- mentingkan keinginan dari pada kebu-
pon seluler dengan fungsi menyerupai tuhan (Ancok, 1995). Menurut Wiguna
komputer. Di dalamnya terdapat fasilitas (2008) mengatakan bahwa mengatur arus
kamera, email, dan organizer. Penggu- uang sebenarnya merupakan hal yang
naan smartphone menjadi trend yang kini paling penting. Seseorang sulit dalam
telah merambah sekolah dan kampus. melakukan pengaturan keuangan dengan
Salah satu yang menggunakan smart- baik dan benar pada kehidupannya. Hal
phone adalah mahasiswa. Mahasiswa ini terjadi pada manusia, mahasiswa
adalah sebutan yang diberikan kepada merupakan masa peralihan antara remaja
individu yang sedang menuntut ilmu di menjadi dewasa. Mahasiswa biasanya
perguruan tinggi. Perkembangan tekno- ingin diakui keberadaannya, tidak jarang
logi smartphone yang sedemikian pesat mahasiswa membeli barang dilihat dari
dengan berbagai fitur baru yang di- mereknya bukan dari manfaat yang
tawarkan memunculkan perilaku dika- nantinya akan nikmati. Mahasiswa lebih
langan mahasiswa. Kehadiran smart- rela mengeluarkan banyak uang untuk
phone dalam kehidupan manusia dengan mendapatkan barang yang mampu me-
berbagai inovasi memunculkan konse- naikkan kedudukannya dan keberadaan-
kuensi-konsekuensi baik positif maupun nya yang ingin diakui.
negatif, diantaranya perubahan perilaku Mahasiswa yang ingin dianggap
sosial dan pola konsumsi. keberadaannya dan diakui eksistensinya
Konsekuensi positif menurut hasil oleh lingkungan dengan berusaha men-
penelitian mengungkapkan bahwa 45% jadi lingkungan tersebut. Kebutuhan un-
mahasiswa menggunakan smartphone tuk diterima dan menjadi sama dengan
untuk belajar demi membantu tugas orang lain menyebabkan mahasiswa
kampus; sejumlah 67% mahasiswa juga untuk mengikuti berbagai atribut yang
menggunakan smartphone untuk mencari sedang trend. Salah satu caranya dengan
informasi secara lebih khusus; 41% ma- berperilaku konsumtif, seperti : memakai
hasiswa membaca berita di smartphone; brang-barang yang baru dan bermerek,
dan bahkan yang lebih menarik 72% memakai kendaraan ke kampus, dan
mahasiswa membaca e-book di gadget pergi ke tempat-tempat mewah untuk
tersebut (Anonim dalam www.eduqo. bersenang-senang (restoran, kafe, mall,
com, 2012). Adapun konsekuensi ne- dan tempat-tempat lainnya), termasuk
gatif adanya smartphone adalah perilaku pula memiliki smartphone yang sedang
konsumtif karena mengikuti trend dan trend di pasaran. Faktor-faktor yang
gaya hidup yang menimbulkan sikap menyebabkan mahasiswa cenderung
hidup boros antara lain memiliki smart- konsumtif membeli smartphone adalah
phone lebih dari satu. Meskipun tidak persaingan gaya hidup, rasa ingin tahu
semua mahasiswa yang memiliki lebih apa yang ada di smartphone terbaru,

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 175


kebutuhan, bahkan hingga gengsi dan mahasiswa tinggi, maka ia akan dapat
harga diri. Mahasiswa membeli smart- melakukan dan mengambil keputusan
phone mahal lebih kepada gengsi dan untuk dirinya sendiri tanpa dipengaruhi
harga diri ketimbang kebutuhan. oleh lingkungan sekitarnya.Konsumen
Menurut Brandon (dalam Rahman, yang tidak yakin pada dirinya sendiri dan
2013) menyebutkan harga dirisebagai mempunyai harga diri yang rendah akan
kunci yang sangat penting untuk menge- membeli setiap produk yang mempunyai
nal perilaku seseorang. Harga diri arti simbolik yang dianggap bisa me-
berpengaruh pada proses berpikir, emosi, naikkan harga dirinya. Kecenderungan
keinginan, nilai-nilai, dan tujuan indivi- mahasiswa untuk menjadi konsumtif ter-
du. Harga diri merupakan kecenderungan sebut bisa merupakan indikasi bahwa
seseorang untuk merasa mampu di dalam mereka kurang percaya diri dan rendah
mengatasi suatu masalah dan merasa diri.Berdasarkan latar belakang masalah
berharga. Dengan kata lain, harga diri di atas, penulis ingin mengetahui apakah
merupakan integrasi dari kepercayaan pa- ada hubungan antara harga diri dengan
da diri sendiri (self confidence) dan perilaku konsumtif terhadap smartphone
penghargaan pada diri sendiri (self re- pada mahasiswa?
spect).
Harga diri yang tinggi akan mem- METODE PENELITIAN
bangkitkan rasa percaya diri, penghar-
gaan diri, rasa yakin akan kemampuan Dalam penelitian ini kecende-
diri, rasa berguna serta rasa bahwa rungan perilaku konsumtif akan diung-
kehadirannya diperlukan. Sebaliknya, kapkan melalui skala perilaku konsumtif
seseorang yang memiliki harga diri yang dikemukakan oleh Sumartono
rendah akan cenderung merasa bahwa (2002) berdasarkan delapan aspek-aspek
dirinya tidak mampu, tidak berharga, perilaku konsumtif yaitu membeli produk
disamping itu cenderung tidak berani karena iming-iming hadiah, karena kema-
menerima tantangan baru dalam hidup- sannya menarik, demi menjaga penam-
nya, lebih senang mengahadapi hal-hal pilan diri dan gengsi, pertimbangan harga
sudah dikenal serta menyayangi hal-hal (bukan atas dasar manfaat atau k-
yang tidak penuh dengan tuntutan, gunaanya), membeli produk hanya seke-
cenderung merasa tidak yakin akan pe- dar menjaga simbol status, memakai pro-
mikiran-pemikiran serta perasaan yang duk karena unsur konformitas terhadap
dimilikinya, cenderung takut menghadapi model yang mengiklankan, munculnya
respon dari orang lain, tidak mampu penilaian bahwa membeli produk dengan
membina komunikasi yang baik dan harga mahal akan menimbulkan rasa
cenderung merasa hidupnya tidak baha- percaya diri yang tinggi, mencoba lebih
gia (Tambunan, 2001). dari dua produk sejenis (merek berbeda).
Menurut Sears, Freedman, dan Semakin tinggi skor yang diperoleh akan
Peplau (1991) harga diri berpengaruh menunjukkan semakin tinggi kecende-
pada perilaku membeli. Mahasiswa deng- rungan perilaku konsumtif subjek, se-
an harga diri yang rendah akan cenderung baliknya semakin rendah skor yang
lebih mudah dipengaruhi dari pada diperoleh maka semakin rendah pula
orang-orang yang harga dirinya tinggi. tingkat kecenderungan perilaku konsum-
Jika harga diri mahasiswa rendah, maka tifnya. Harga diri akan diukur dengan
ia akan cenderung mengikuti tekanan dan skala harga diri berdasarkan komponen
kemauan sekitarnya serta teman sebaya- harga diri menurut Kostelnik (2002)
nya dalam hal ini melakukan perilaku yaitu Competence, Worth, Belonging, dan
konsumtif. Sebaliknya, jika harga diri Control. Semakin tinggi skor yang di-

176 Siregar, Hubungan antara…


peroleh dari subjek berarti semakin tinggi dan perilaku konsumtif sebagai variabel
harga diri subjek tersebut, sebaliknya dependent.
semakin rendah skor yang diperoleh ma-
ka semakin rendah tingkat harga dirinya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Subjek pada penelitian ini yaitu 100
mahasiswa Universitas Gunadarma, Penelitian ini bertujuan untuk
dengan kriteria mahasiswa berusia 18-24 menguji hubungan antara harga diri
tahun yang mempunyai smartphone. denganperilaku konsumtif terhadap
Subjek penelitian ini adalah ma- smartphone pada mahasiswa. Hasil
hasiswa karena menurut Flanagin (2005) analisis menunjukkan bahwa hipotesis
mahasiswa (dengan rentang usia 18-24 yang telah dirumuskan ditolak, yang
tahun) marupakan salah satu kelompok artinya tidak ada hubungan antara harga
pengguna fitur komunikasi terbesar di diri dengan perilaku konsumtif terhadap
internet. Pengumpulan data dalam ke- smartphone pada mahasiswa. Hal ini
giatan penelitian yang mencakup dua menunjukkan bahwa tinggi rendahnya
variabel yaitu: Perilaku konsumtif dan harga diri tidak dapat menjelaskan tinggi
Harga diri adalah dengan menggunakan rendahnya perilaku konsumtif terhadap
skala. Pengumpulan data terdiri dari daf- smartphone pada mahasiswa. Hal ini
tar isian identitas subjek yang berisi bio- berarti bahwa mahasiswa yang memiliki
data responden, yaitu inisial, usia, jenis harga diri tinggi atau rendah tidak
kelamin serta pernyataan skala. Untuk memiliki perilaku konsumtif yang rendah
skala harga diri dan skala perilaku kon- atau tinggi juga. Hasil penelitian ini
sumtif, pilihan jawaban yang disediakan memperlihatkan bahwa harga diri tidak
adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), berhubungan dengan perilaku konsumtif.
Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Harga diri berpengaruh sangat kecil
Sesuai (STS). Pada alternatif jawaban dalam menentukan tinggi rendahnya
netral dihilangkan, karena netral mengin- tingkat perilaku konsumtif seseorang, ada
dikasikan subjek tidak yakin dengan faktor lain yang mempengaruhi perilaku
jawaban yang diberikan (Azwar, 2012). konsumtif, yaitu status sosial dan eko-
Validitas yang digunakan dalam nomi dari orangtua juga dapat berpenga-
penelitian ini adalah validitas isi (content ruh pada perilaku konsumtif, kemung-
validity), yaitu validitas yang diestimasi kinan sebagian subjek dalam penelitian
lewat pengujian terhadap isi tes dengan ini berasal dari keluarga dengan tingkat
analisis rasional atau professional judge- finansial ekonomi menengah ke atas,
ment (Azwar, 2013). Reliabilitas skala maka kemungkinan besar mahasiswa ya-
perilaku konsumtif dan harga diri meng- ng mempunyai orang tua dengan peng-
gunakan program computer SPSS 20.0 hasilan dan pendidikan tinggi perilaku
for Windows dengan teknik koefisien konsumtifnya juga tinggi. Tidak hanya
Alpha Cronbach. pada penghasilan dan pendidikan yang
Pengujian ini dilakukan untuk tinggi, status sosial ekonomi orangtua
menguji hipotesis yaitu untuk menyata- yang dilihat dari penilaian orang yang
kan ada atau tidaknya hubungan negatif menganggap seseorang tersebut terpan-
antara harga diri dengan perilaku kon- dang, terkenal serta kedudukannya di
sumtif. Teknis analisis data yang di- dalam suatu lingkungan juga menentukan
gunakan pada penelitian ini adalah ana- prestise dalam pergaulannya.
lisis korelasi prodact moment dari Penampilan merupakan sesuatu
Pearson (dalam Azwar, 2013) yaitu yang sangat penting bagi setiap maha-
dengan menganalisis hubungan antara siswa. Mahasiswa cenderung memiliki
harga diri sebagai variabel independent keinginan untuk tampil menarik karena

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 177


ingin mendapatkan perhatian dari ling- faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kungan sekitarnya. Hal tersebut di- perilaku konsumtif. Menurut Sumartono
lakukan mahasiswa dengan mengguna- (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi
kan smartphone dapat menunjang pe- perilaku konsumtif yaitu faktor internal
nampilan mereka. Pada zaman sekarang, dan eksternal, yang termasuk dalam
dimana mahasiswa dikelilingi oleh tek- faktor internal adalah motivasi, obser-
nologi, ada kemungkinan mahasiswa vasi, proses belajar, kepribadian dan kon-
menjadi menempatkan dirinya pada hal- sep diri dan yang termasuk dalam faktor
hal yang terkait dengan teknologi, baik eksternal adalah kebudayaan, kelas so-
benda-benda terkait maupun penguasaan sial, kelompok-kelompok sosial dan refe-
teknologi. Mahasiswa merasa diri ber- rensi serta keluarga.
harga ketika mempunyai benda-benda Berdasarkan mean empirik dan
berteknologi tinggi termasuk pada mean hipotetik, diperoleh mean empirik
smartphone. Alasan lainnya semakin yang sudah dihitung menunjukkan bahwa
banyak teman yang menggunakan smart- harga diri masuk dalam kategori sangat
phone karena berbagai fasilitas yang tinggi. Orang yang memiliki tingkat
disediakan mempermudah komunikasi. penghargaan diri yang sangat tinggi
Selain itu, mahasiswa yang mempunyai biasanya memiliki pemahaman yang jelas
smartphone kemungkinan akan lebih tentang kualitas personalnya. Mereka
mudah menjadi bagian dari kelompok menganggap diri meraka baik, punya
sehingga akan lebih membuat mahasiswa tujuan yang tepat, menggunakan umpan
menjadi bagian dari kelompoknya. balik dengan cara memperkaya wawasan,
Sebagai mahasiswa, sehari-harinya dan menikmati pengalaman-pengalaman
menggunakan smartphone sebagai pen- positif serta bisa mengatasi situasi sulit.
dukung kegiatan belajar seperti, mem- Perilaku konsumtif masuk dalam kategori
baca meteri perkuliahan, mempelajari sli- sedang. Perilaku konsumtif terjadi ketika
de presentasi dosen, mendengar rekaman seseorang tidak mendasari pembelian
dosen saat mengajar,hingga menonton dengan kebutuhan, namun semata-mata
video tutorial dan mampu mengakses hanya demi kepuasan maupun ke-
informasi di manapun dan kapanpu. senangan, sehingga menyebabkan penge-
Mahasiswa dengan smartphone adalah luaran dana yang berlebih.
satu kesatuan yang tak bisa di pisahkan Pada analisa deskriptif berdasarkan
dan merupakan suatu tuntutan kebutuhan. usia dalam harga diri diketahui bahwa
Berdasarkan hasil penelitian ini, kelompok mahasiswa usia 18 tahun
menunjukkan bahwa harga diri bukan berada dalam kategori sangat tinggi
merupakan satu-satunya faktor yang dengan mean empirik 76,27, kelompok
dapat menyebabkan individu memiliki usia 19 tahun berada dalam kategori
perilaku konsumtif, harga diri pada in- sangat tinggi dengan mean empirik
dividu khususnya pada mahasiswa tentu- 79,88, kelompok usia 20 tahun berada
nya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain- dalam kategori sangat tinggi dengan
nya. Menurut Mruk (2006) faktor- faktor mean empirik 77,3, kelompok usia 21
yang mempengaruhi harga diri ada enam tahun berada dalam kategori sangat tinggi
yaitu dukungan orang tua, kehangatan dengan mean empirik 78,46, kelompok
keluarga, harapan dan konsistensi orang usia 22 tahun beradadalam kategori
tua, modelling, social values, dan self tinggi dengan mean empirik 74,71, ke-
values. Berkaitan dengan pembahasan lompok usia 23 tahun berada dalam ka-
tentang faktor-faktor lain yang mem- tegori tinggi dengan mean empirik 75,25,
pengaruhi perilaku konsumtif pada kelompok usia 24 tahun berada dalam
individu, maka peneliti akan membahas kategori tinggi dengan mean empirik 73.

178 Siregar, Hubungan antara…


Meurut Monks dkk (1998) masa remaja yakni pribadi yang sedang berkembang
secara global berlangsung antara 12-21 dan tengah mencari jati diri.
tahun. Menurut Kartono (2001) maha- Hal ini menunjukkan bahwa peri-
siswa adalah mereka yang berusia 18-24 laku konsumtif paling besar ke-
tahun, yakni pribadi yang sedang mungkinan terjadi karena kepribadian
berkem-bang dan tengah mencari jati yang relatif stabil namun belom matang
diri. Pada masa ini kebutuhan akan artinya individu masih muda untuk
adanya kemantapan harga diri sangat dipengaruhi oleh propaganda orang lain,
dirasakan oleh mahasiswa. pandangan yang lebih realistis tentang
Hal ini disebabkan karena problem diri sendiri dan lingkungannya, kemam-
yang dihadapi oleh mahasiswa sangat puan untuk menghadapi segala macam
kompleks sehingga mahasiswa menam- permasalahan secara lebih matang dan
bah dunia pengalamannya melalui per- mulai berkurang gejolak-gejolak perasan-
gaulan. Pada masa ini mahasiswa sedang nya.
menjajaki rasa harga diri, pencarian Pada analisa deskriptif berdasarkan
identitas diri dan memantapkan rasa jenis kelamin dalam harga diri diketahui
harga dirinya. Menurut Brandon (dalam bahwa laki-laki berada dalam kategori
Rahman, 2013) harga dirisebagai kunci sangat tinggi dengan mean empirik 78,
yang penting untuk mengenal perilaku dan perempuan berada dalam kategori
seseorang. Harga diriberpengaruh pada tinggi dengan mean empirik 71,44.
proses berpikir, emosi, keinginan, nilai- Berdasarkan mean empirik wanita lebih
nilai, dan tujuan individu. Harga diri rendah dari pada laki-laki artinya harga
merupakan kecenderungan seseorang un- diri perempuan lebih rendah dibanding
tuk merasa mampu di dalam mengatasi pria. Menurut Ancok dkk (dalam
suatu masalah dan merasa berharga. Ghufron, 2010) wanita selalu merasa
Dengan kata lain, harga dirimerupakan harga dirinya lebih rendah dari pada pria,
integrasi dari kepercayaan pada diri seperti perasaan kurang mampu, keper-
sendiri (self confidence) dan penghargaan cayaan diri yang kurang mampu, atau
pada diri sendiri (self respect). merasa harus dilindungi. Hal ini mungkin
Pada analisa deskriptif berdasarkan terjadi karena harapan orang tua dan
usia dalam perilaku konsumtif diketahui harapan masyarakat yang berbeda-beda
bahwa kelompok mahasiswa usia 18 baik pada laki-laki maupun perempuan.
tahun berada dalam kategori sedang Pendapat tersebut sama dengan penelitian
dengan mean empirik 91,96, kelompok Coopersmith (1967) yang membuktikan
usia 19 tahun berada dalam kategori bahwa harga diri perem-puan lebih
sedang dengan mean empirik 89,58, rendah dari pada harga diri laki-laki.
kelompok usia 20 tahun berada dalam Pada analisa deskriptif berdasarkan
kategori sedang dengan mean empirik jenis kelamin dalam perilaku konsumtif
87,13, kelompok usia 21 tahun berada diketahui bahwa laki-laki berada dalam
dalam kategori sedang dengan mean kategori sedang dengan mean empirik
empirik 89,06, kelompok usia 22 tahun 91,83 dan perempuan berada dalam
beradadalam kategori sedang dengan kategori sedang dengan mean empirik
mean empirik 89,71, kelompok usia 23 89,11.Perbedaan jenis kelamin ini meng-
tahun berada dalam kategori sedang akibatkan terjadinya perbedaan dalam
dengan mean empirik 90,75, kelompok pola berpikir dan bertindak antara laki-
usia 24 tahun berada dalam kategori laki dan perempuan. Perempuan cen-
tinggi dengan mean empirik 103,6. derung melihat suatu barang hanya
Menurut Kartono (2001) mahasiswa berdasarkan model terlebih dahulu tanpa
adalah mereka yang berusia 18-24 tahun, melihat fungsinya dan kebutuhannya agar

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 179


bisa mendapatkan pengakuan sosial di Azwar, S. (2013). Metode penelitian.
lingkungannya, sedangkan laki-laki cen- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
derung lebih mempertimbangkan fungsi Coopersmith, S. (1967). The antecedents
dari suatu barang yang sesuai dengan of self esteem.San Fransisco: W. H.
kebutuhannya. Freemand and Company.
Flanagin, A. J. (2005). IM online instant
SIMPULAN DAN SARAN massaging use among college
student.Communication Research
Berdasarkan hasil analisis data dan Report. 22, 175-187.
pembahasan yang telah diuraikan pene- Ghufron. (2010). Teori-teori perkem-
litian di atas, dapat disimpulkan tidak ada bangan. Bandung: Refika Aditama.
hubungan antara harga diri dengan Kartono, K. (2001). Pemimpin dan
perilaku konsumtif terhadap smartphone pemimpin: Apakah pemimpin
pada mahasiswa dengan koefisien ko- abnormal itu?.Jakarta: Raja
relasi sebesar 0,075 dan signifikansi Grafindo Persada.
sebesar 0,229 (p>0,05). Hal ini menun- Kostelnik, M. (2002). Guilding
jukkan bahwa tinggi rendahnya harga diri children’s social development (4
tidak dapat menjelaskan tinggi rendahnya ed.). New York: Delmar Thomson
perilaku konsumtif terhadap smartphone Learning.
pada mahasiswa. Hasil penelitian Monks, dkk. (1994). Psikologi
menunjukkan mahasiswa yang menjadi perkembangan. Yogyakarta:
responden penelitian ini memiliki harga Gadjah Mada University Press.
diri yang berada pada kategori sangat Mruk, J. C. 2006. Self esteem research
tinggi dan perilaku konsumtif yang theory and practice toward a
berada pada kategori sedang. positive psychology of self esteem
Bagi peneliti selanjutnya, disaran- (3 ed.). New York: Springer
kan menggali lebih jauh tentang faktor- Publishing Company.
faktor yang menyebabkan munculnya Rahman, A. A. (2013). Psikologi sosial
perilaku konsumtif terhadap smartphone integrasi pengetahuan wahyu dan
selain harga diri. Misalnya konsep diri, pengetahuan empirik. Jakarta: Raja
kebudayaan, kelas sosial, kelompok- Grafindo Persada.
kelompoksosial, dan keluarga. Sears, D. O., Freedman J. L., and Peplau,
L. A. (1991). Psikologi sosial.
DAFTAR PUSTAKA Edisi kelima. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Ancok, D. (1995). Nuansa psikologi Sulianta & Wicaksono. (2010). Cara
pembangunan.Yogyakarta: Pustaka salah membersihkan computer &
Pelajar. gadget. Jakarta: PT. Elex Media
Anonim. (2012). 45 % mahaiswa Komputindo.
menggunakan ponsel untuk belajar. Sumartono. (2002). Terperangkap dalam
Diakses dari Eduqo: iklan: Meneropong imbas
http://www.eduqo.com/2012/07/45- pesan iklan televisi. Bandung:
mahasiswa-menggunakan-ponsel- Alfabeta.
untuk.html. Pada tanggal 18 Mei Tambunan. (2001). Remaja dan perilaku
2014. konsumtif. Diakses dari
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala http://www.e-
psikologis. Yogyakarta: Pustaka psikologi.com/epsi/search.asp.
Pelajar. Padatanggal 15 Mei 2014.

180 Siregar, Hubungan antara…


Wiguna, R. and Mendari, A. S. (2008). terdaftar di LQ 45 bursa efek
Pengaruh earning per share (EPS) Indonesia. Jurnal keuangan dan
dan tingkat bunga SBI terhadap bisnis. 6(2), 130-142.
harga saham pada perusahaan yang

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 181

Anda mungkin juga menyukai