Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS PADA Nn .

DENGAN GANGGUAN PERADANGAN APENDIKS

DI RUANGAN MARJAN BAWAH RUANG KELAS III

RSU dr. SLAMET GARUT

Di susun oleh :

Selly Adriani

KHGB18036

1A KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT ,atas segala rahmat dan karunia-Nya sehinga saya
sebagai penulis dapat menyelesaikan Laporan “ Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Peradangan di Apendiks “tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah praktek klinik kebidanan .

Dalam penyususunan makalah ini,penulis banyak mendapatkan tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari beberapa pihak tantangan itu bisa teratasi.Oleh
karena itu ,penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini , semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari bentuk
penyusuann maupun materinya. Kritik dan Saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan laporan kasus ini lebih lanjut.

Akhir kata dari kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja
yang membacanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 3

A. Definisi ...................................................................................................... 3
B. Etiologi ....................................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 4
D. Patosiologi .................................................................................................. 4
E. Gejala Apendisitis ...................................................................................... 6
F. Pemerikasaan Fisik .................................................................................... 6
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 6
H. Diagnosis Banding ...................................................................................... 7
I. Penatalaksanaan ........................................................................................ 8

BAB III TIJAUAN KASUS .................................................................................. 9

A. Pengkajian ................................................................................................... 9
B. Riwayat Kesehatan ...................................................................................... 9
C. Pemriksaan Fisik ....................................................................................... 10
D. Head to Toe ............................................................................................... 10
E. Pola Kebutuhan ......................................................................................... 12
F. Data psikologis , sosial dan spritual .......................................................... 13
G. Analisa Data .............................................................................................. 14

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 16

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 17

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis merupakan penyebab paling umum sakit perut akut yang


memerlukan intervensi bedah, Penyebab apendisitis tidak jelas dan mekanisme
patogenesis terus diperdebatkan, dikarenakan apendisitis merupakan salah satu
masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat secara umum, yang tatalaksananya
dengan cara apendiktomi, sehingga penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien
bedah apendisitis memerlukan perhatian khusus, karena masih tingginya
kemungkinan timbul infeksi paska bedah, yaitu 5-15% (Departemen/SMF ilmu bedah,
2009).

Setiap pasien apendiktomi paska bedah diberikan antibiotik sebagai


Profilaksis, penanganan yang tidak tepat dan lingkungan yang tidak bersih bagi pasien
paska bedah akan beresiko besar untuk terkena infeksi, pemberian antibiotik
profilaksis yang kurang tepat pada pasien paska bedah dapat memperlama
penyembuhan luka dan memperlama hari rawatan sehingga biaya perawatan juga
semakin besar, pemberian antibiotik profilaksis yang tepat dapat mengurangi jumlah
bakteri, mencegah infeksi serta dapat mempersingkat lamanya rawatan sehingga dapat
mengefektivitaskan biaya.

Apendisitis masih menempati prevalensi tertinggi dari akut abdomen lain


dibidang bedah yang memerlukan operasi segera baik di negara berkembang maupun
di negara maju untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan salah satu
upaya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan medis yaitu
dengan membuat diagnosa yang tepat (Chidmat, 2005).

Apendisitis akut timbul dalam sekitar 7% individu di negara barat, dan


merupakan sebab terlazim akut abdomen yang memerlukan intervensi bedah. Sekitar
200.000 apendiktomi dilakukan tiap tahun di Amerika Serikat. Angka mortalitas
bervariasi dari kurang dari 0,1 % dalam kasus tak berkomplikasi sampai sekitar 5%
dalam kasus dengan perforasi (Lally et al., 2001).

1
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadina tahun 2009 di RSUP
Padang, hasil menunjukkan pasien apendisitis mencapai jumlah 297 pasien,
penggunaan antibiotik profilaksis terbukti dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi
luka operasi dengan didukungnya oleh perawatan dan lingkungan rawatan yang
bersih. Penelitian lain berdasarkan register pusat cochraine controlled trials (cochraine
library edisi 1 tahun 2005), dari 45 kasus apendiktomi, sekitar 9576 pasien yang
dilibatkan dalam penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik profilaksis
terbukti dapat mencegah infeksi dan abses intraabdominal luka operasi pada pasien
apendiktomi (Andersen et al., 2005).

Pada tahun 2004 di rumah sakit di Thailand, diperoleh data 2139 pasien
mengalami apendiktomi, 26 pasien diidentifikasikan mengalami infeksi luka operasi,
karena tidak mendapatkan antibiotika profilaksis, sekitar 92% dari keseluruhan kasus
pasien menerima antibiotik profilaksis yaitu: Metronidazole dan gentamisin dua agen
antibiotik yang biasa digunakan untuk profilaksis, terbukti cukup untuk mengurangi
resiko infeksi luka operasi apendisitis, meskipun diatur pre operatively atau intra
operatively (Kasatpiba et al., 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran penggunaan antibiotik profilaktis pada pasien bedah
apendisitis
2. Apakah penggunaan antibiotik prifilaktis pada pasien bedah apendisitis yang
ditinjau dari aspek tepat obat , tepat pasien dan tepat dosis yang disesuaikan
dengan standar terapi yang digunakan di bidang bedah.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran penggunaan antibiotik profilaktis pada pasien bedah
apendisitis
2. Mengevaluasi penggunaan antibiotik profilaktis pada pasien bedah apendisitis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing ( apendiks). Ususu buntu sebenarnya adalah sekum ( cecum ). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.

klasifikasi apendisitis terbagi 3 yakni :

1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda


setempat , disertai maupun tidak disertai rangsangan perineum local
2. Apendisitis rekurens
3. Apendisitis kronis
B. Etiologi
Apendisitis merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi
menghasilkan lender 1-2 ml/ hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan
selanjutnya mengalir kesekum.Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya
berperan dalam pathogenesis apendiks.
Menurut Klasifikasi
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.Dan faktor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.Selain itu hyperplasia
jaringan limfe, fikalit, tumor apendisk, dan cacing askaris mukosa apendiks
karena parasit
2. Apendisiti rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah
yang mendorong dilakukanya apemdiktomi.Kelainan ini terjadi bila serangan
apendisitis akut pertama kali sembuh spontan.Namun apendisitis tidak pernah
kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut
3. Apendiditis Kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih
dari 2 minggu ,radang kronik apendiks secara makroskopik ( fibrosis menyeluruh
didinding apendiks , sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik ), dan keluhan
menghilang

3
C. Manifestasi klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri
samar ( nyeri tumpul ) didaerah epigastrium di ekitar umbilikus atau periumbilikus.
Keluhuan ini biasanya disertai rasa mual , bahkan terkadang muntah , dan pada
umunya nafsu makan menurun.Kemudian dalam beberapa jam , nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah , ke titik Mc Burney.Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan
jelas letaknya. sehingga merupakan nyeri somatik setempat namun terkadang , tidak
dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium , tetapi terdapat konstipasi sehingga
penderita merasa memerlukan obat pencahan.Tindakan ini dianggap berbahaya karena
bisa mempermudah terjadinya perforasi.Terkadang apendiditis juga disertai dengan
deman derajat rendah sekitar 37.5 – 38,5 derajat celcius.
D. Patosiologi
Dimulai dengan terjadinya obstruksi total atau infeksi dalam lumen apendiks
yang menyebabkan peningkatan tekanan sehingga akan terjadi sekresi cairan dan
mukus yang terus menurus dari mukosa apendik dan stagnasi material yang
menyebabkan obstrusk tersebut.Bersamaan dengan itu bakteri intestinal dalam
apendiks akan berkembangbiak menjadi banyak , dan mengundang leukosit, sehingga
terbentuklah pus , mengakibatkan tekanan intraluminal apendiks menjadi semakin
tinggi.
Obstruksi yang berkelanjutan terus akan meningkatkan tekanan intraluminal
diatas kapasitas yang dapat ditahan oleh vena – vena apendiks , sehingga aliran darah
dalam pembuluh darah ini ikut terobtruksi.Sebagai konsekuensinya , terjadi iskemial
pada dinding apendiks , lalu kekuatan epitelial akan menurun , dan mengundang
invasi bakteri kedalam dinding apendiks.
Dalam beberapa jam , situasi terlokalisir ini dapat memburuk , karena bisa
terjadi trombosit arteri vena , memungkinkan terjadinya perforasi dan
gangren.Apabila proses ini berlanjut , dapat terjadi abses, atau peritonitis
periapendikular.Apendicitis dapat menjadi kronis , apabila obstruksi hanya parsial ,
transien , atau intermiten.Karenanya penderita akan mengalami apendisitis abdomen
kuadran kanan bawah yang hilang timbul.

4
Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan menggunakan skor Alvarado

The Modified Alvarado Score Skor


Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut
Gejala kanan bawah 1
Mual muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 1
Pemeriksaan lab Leukositosis 2
Hitung jenis leukosit shif to the left 1
Total 10
Interpretasi dari Modified Alvarado Score
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut

Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.Selain gejala


klasik,ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari apendisitis.Timbulnya
gejala bergantung pada pada letak apendiks ketika meradang.Berikut gejala yang timbul
tersebut.

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal , yaitu dibelakang sekum ( terlindungi


oleh sekum ) , tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda
rangsangan peritoneal.Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat
melakukan gerakan seperti berjalan , bernapas dalam , batuk , dan mengedan.Nyeri
timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menengang dari dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

5
Bila apendiks terletak didekat atau penempel pada rektum akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rektum ,sehingga peristaltik meningkat , pengosongan
rektum akan menjadai lebih cepat dan berulang – ulang ( diare )
3. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih , dapat terjadi
peningkatan frekuensi kmih karena rasangannya dindingnya.
E. Gejala Apendisitis
 Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika
bergerak ke perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama.
 Kehilangan selera makan
 Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
 Pembengkakan perut
 Demam
 Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)
F. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi : akan tamppak adanya pembengkakan ( sweling ) rongga perut dimana
dinding perut tampak mengencang ( dintensi )
2. Palpasi : di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri ( Blumberg sign ) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut
3. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai diangkat tinggi –
tinggi , maka rasa nyeri dipeut semakin parah ( psoas sign )
4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemriksaan
dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga
5. Suhu dubur ( rectal ) yang lebih tinggi dari suhu ketiak ( axilla ), lebih menunjang
lagu adanya radang usus buntu
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labolatorium
a. Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis.
b. Pemeriksaan urin dengan hasil sedimen dapat normal atau terdapat leukosit
dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada
ureter atau vesika. Pemeriksaan leukosit meningkat sebagai respon fisiologis
untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada
apendisitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.

6
Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada
keadaan apendisitis infiltrat. Urin rutin penting untuk melihat apakah terdapat
infeksi pada ginjal.
2. Pemriksaan Radiologi
a. foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit ( jarang mebantu )
b. USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah. Abses subdiafragma
harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal, atau efusi pleura
c. Apendikogram Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras
BaS04 serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral
dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak
atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram dibaca oleh dokter spesialis
radiologi
H. Diagnosis Banding
Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis apendisitis karena
penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama dengan
apendisitis, diantaranya :
1 Gastroenteritis, ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare mendahului
rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, panas dan leukositosis kurang menonjol
dibandingkan, apendisitis akut.
2 Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau
gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan perasaan
mual dan nyeri tekan perut.
3 Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan diperoleh
hasil positif untuk Rumple Leede, trombositopeni, dan hematokrit yang
meningkat.
4 Infeksi Panggul dan salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan apendisitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi dari pada apendisitis dan nyeri perut bagian
bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan
dan infeksi urin.
5 Gangguan alat reproduksi wanita, folikel ovarium yang pecah dapat
memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklusmenstruasi.
Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.

7
I. Penatalaksanaan
Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi.Keterlambatan
dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi.Teknik laporoskopik ,
apendektomi laporoskopiksudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih
sedikit, pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadain infeksi luka yang lebih
rendah.Akan tetapi terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan
pemanjangan waktu operasi.Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi
pada pasien dengan akut abdomen , terutama pada wanita.

8
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Anamnesis
a. Identitas Klien
Nama : Nn I
Tanggal Lahir : 11 November 2001
Alamat : Samarang
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 25 juli 2019
Tangga pengkajian : 26 juli 2019
Ruang perawatan : Marjan bawah ruangan kelas III
Diagnosa : Appendikitis
No.Rekam Medis : 01186528
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Alamat : Samarang
Jenis kelamin : Laki – laki
Hubungan dengan keluarga : Ayah kandung
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari yang lalu
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian klien mengetakan nyeri perut kanan bawah
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan , sebelumya klien tidak pernah mengalami penyakit seperti
yang dialami seperti saat ini
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
keluarga klien mengatakan , keluarga yang tidak ada pernah menderita penyakit
seperti klien dan tidak ada penyakit keturunan atau penyakit menular.

9
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
kesadaran : compos mentis
penampian : Nampak lemas
Tanda – tanda vital : T : 110 / 70
P : 88
R : 22
S : 36.5

GCS :G :4

V :5

M :6

D. Head To Toe
1. Kulit dan kuku
a. Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang
Lesi : Tidak ada lesi
Warna kuku : Merah mudah
Kebersihan kuku : Baik
Sianosis : Tidak ada sianosis
b. Palpasi
Suhu : Hangat
Turgor : Baik
Edema : Tidak ada edema
2. Kepala
a. Inspeksi
Kesimetrisan : Simetris
Rambut : Rambut warna hitam dan tidak bercabang
Kulit kepala : Bersih
b. Palpasi
Kulit kepala : Tidak ada nyeri tekan
3. Mata ;
a. Inspeksi

10
Bola Mata : Bulat
Kelopak mata : Baik
Konjungtiva : Pucat
Skelera mata : Putih
pupil : Mengecil saat di beri rangsangan cahaya
b. Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
4. Telinga
Bentuk : Simetris antara kiri dan kanan
Daun telinga : Normal , tidak ada benjolan
Kebersihan : Bersih
5. Hidung
Kartilago : Normal tidak ada benjolan
Kebersihan : Bersih
6. Mulut
Bibir : Kering
Lidah : Sedikit putih
Mukosa : Baik
7. Leher
a. Inspeksi
Bentuk leher : Simetris
Warna kulit : Merata
Bengkak : Tidak ada pembengkakan
Tumor : Tidak ada tumor
Kelenjar : Tidak ada kelenjar thyroid
b. Palpasi
Kelenjar Thyroid : Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan
8. Dada
a. Inspeksi
Bentuk : Simetris
Bengkak : Tidak ada pembengkakan
b. Palpasi : Tidak ada benjolan maupun nyeri tekan
c. Auskultasi
Paru – paru : Vesikuler

11
bunyi : Normal
Jantung : Normal pernapasan teratur

9. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk : Simetris
Benjolan : Tidak ada benjolan
b. Palpasi
Nyeri tekan : Nyeri tekan pada abdomen sebelah kanan
bawah
c. Perkusi : Normal tidak ada gangguan
d. Auskultasi : Tidak terdengar bunyi bising usus
10. Ekstrmitas
Atas : Simetris , tidak ada edema , bisa digerakan ke
segala arah
Bawah : Simetris , tidak ada edema , bisa digerakan ke
seagla arah
E. Pola kebutuhan
No Jenis kebutuhan Sebelum sakit Saat sakit
1 Pola nutrisi
a. Makan
Jenis Nasi dan makanan Bubur
Makanan berkuah 3x 1 / hari
Frekuensi 2x 1 / hari ½ porsi
Porsi 1 porsi Di bantu
Cara Mandiri
b. Minum
Jenis Air putih Air putih
Minuman
Frekuensi 1 liter / hari 1200 ml / hari
Cara Mandiri Dibantu

12
2 Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x / hari 6 hari sekali
Konsistensi Padat Keras
Warna Khas feses Khas feses
Cara Mandiri Mandiri

b. BAK
Frekusensi 6x / hari 8 x / hari
Warna Khas urine Khas urine
Cara Mandiri Mandiri

3 Pola isitirahat tidur


Tidur siang 2- 3 jam / hari 1-3 jam / hari
6 – 7 jam / hari
Tidur malam 4-6 jam / hari
Nyenyak
Kualitas Sering terbangun

4 Personal hygiene
Mandi 2x / hari 1x/ hari
Menggosok gigi 2x / hari 1x/hari
Ganti pakaian 2x / hari 1x / hari
Cara Mandiri Mandiri

F. Data psikologis , sosial dan spritual


a. Data psikologis
klien mengatakan yakin penyakitnya akan sembuh , klien tampak tenang
b. Data sosial
Klien dapat berinteraksi dengan baik , dengan perawat ,dokter maupun pasien lain
dsn dapat berinteraksi dengan keluarganya
c. Data spiritual
Klien adalag seorang muslim , klien selalu berdoa untuk kesembuhannya
d. Data Penunjang
Tabel pemeriksaan

13
Nama test Hasil Unit Nilai normal
1. HEMATOLOGI
Darag rutin
Hemoglobin 11,5 9/dl 12,0 – 16.0
Hematorik 37 9/dl 35 – 47
Leukosit 10.000 /mm3 3.800 – 10.600
Trombosit 29700 Juta / mm3 3,6 – 5,6

2. KIMIA KLINIK
AST ( SGOT ) 51 4/L 5/d
ALT ( SGPT ) 37 4/L 5/d
Ureum 20,5 Mg /dl 15 – 30
Kreatinin 0,55 Mg/dl 0,5 – 1,3

G. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : klien mengatakan Apendisistis Gangguan rasa
nyeri pada bagian nyaman nyeri
abdomen terutama
bagian kanan bawah Inflamansi
Do : Klien tampak
meringis menahan sakit
Edema

Infeksi

Nyeri

14
2 Ds : klien mengatakan Apendiks mengalami Kurang
perubahan pengetahuan
belum pernah operasi
apendik sebelumnya ,
Apendektomi
klien juga mengatakan
tidak mengetahui
Insisi pmbedahan
tentang proses penyakit
dan pengobatannya
Efek anastasi pada alat
Do : nyeri tekan pada
pencernaan
abdomen dan bisi usus
tidak terdengar
Kurang terpapar informasi dan
tidak mengenal sumber
informasi

Kurang pengetahuan

3 Ds : klien mengatak Efek anastasi pada alat Konstisipasi


susah BAB pencernaan
Do : klien tampak
terbaring lemas
Penurunan motilitas

Konstisipasi

Diagnosa keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri


Ds : klien mengatakan nyeri pada bagian abdomen terutama bagian kanan bawah
Do : Klien tampak meringis menahan sakit
2. Gangguan kurang pengetahaun
Ds : klien mengatakan belum pernah operasi apendik sebelumnya , klien juga
mengatakan tidak mengetahui tentang proses penyakit dan pengobatannya
Do : nyeri tekan pada abdomen dan bisi usus tidak terdengar
3. Gangguan konstisipasi
Ds : klien mengatak susah BAB
Do : klien tampak terbaring lemas

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahasa secara rinci mengenai kesenjangan antara teori
askep dengan kasus nyata yang dialami olen Nn . I saat di rawat oleh penulis melalui
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian , diagnosa keperawatan ,
perencanaan , dan pelaksanaan.

Pengkajian yang di lakukan penulis terhadap klien Nn. I dimulai dengan


pengumpulan data subjektif meliputi identitas lengkap klien dimana data yang diperoleh
yakni nama Nn I , Jenis kelamin perempuan , agama islam dan alamat samarang , data
objektif keadaan umum klien baik , terdapat luka operasi di bagian perut kanan bawah
dengan Tekanan darah 110 / 70 , Nadi 88x /menit , Respirasi 22x / menit dan Suhu 36,5 .

Kemudian penulis mulai mengkaji keluhan utama klien dimana klien mengeluh
nyeri perut kanan bawah , panas , mual muntah. Keluarga klien mampu menceritakan
kronologis yang terjadi atau yang dirasakan klien sehingga menyebabkan keadaannya saat ini
, keluarga klien pun dapat menjawab dengan baik yang ditanyakan oleh penulis baik secara
verbal maupun non verbal mengenai riwayat kesehatan , pola fungsi kesehatan.

Diagnosa keperawatan teoritis muncul pada klien dengan apendisitis adalah


gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan obstruksi dan peradangan
apendiks.Diagnosa keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah dengan
menentukan etiologi masalah , maka akan ada faktor yang menjadi kendala / penyebab.
Perencanaan pada Nn . I disesuaikan dengan diagnosa yang ditegakan berdasarkan
data yang telah diperoleh langsung dari klien.

Pemeriksaan penunjang yang di lakukan adalah labolatorium terdiri dari


pemeriksaan darah lengkap , pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit
antara 10.000 – 18.000 / mm3. Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ulrasonografi (
USG ) pada pemeriksaan USG ditemukan memanjang pada tempat yang terdiri dari inflamasi
pada appendiks.

16
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Apendisitis adalah penyakit inflamatif yang biasanya di awali dengan suatu
obstruksi dan kemudian diikuti oleh infeksi , yang dapat mengakibatkan perubahan
pada struktur jaringan.
Perubahan struktur jaringan apendiks inflamatif berdasarkan etiopatogenesis
yang terjadi memiliki hubungan dengan manifestasi klinis yang timbul.
B. Saran
Diharapkan dengan melalui laporan ini , pengenalan dini akan manifestasi
klinis yang timbul akibat perubahan histopatologis berdasarkan atas etipatogenesis
yang terjadi dapat lebih diperhatikan dalam menegakan diagnosis dini dari suatu
apendisitis , yang tidak hanya brdampak bagi penatalaksanaan tetapi juga pada
penurunan morbiditas maupun mortalitasnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & Suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC

18

Anda mungkin juga menyukai