Anda di halaman 1dari 59

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 1dari 59 27 Februari 2017

BAHAN AJAR/DIKTAT

BIMBINGAN KONSELING
18U00015/15U00015
2 SKS

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2019

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 2dari 59 27 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Kamis tanggal 14 bulan Februari tahun 2019 Bahan Ajar Mata
Kuliah Bimbingan Konseling telah diverifikasi oleh Ketua Pusat Pengembangan
Kurikulum, Inovasi Pembelajaran, MKU dan MKDK.

Semarang, 14-02-2019
Kepala Pusat Pengembangan Tim Penulis
Kurikulum, Inovasi Pembelajaran
MKU dan MKDK

Dr. Eko Handoyo, M.Si. Tim Penyusun


NIP 196406081988031001

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 3dari 59 27 Februari 2017

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan buku ajar yang berjudul
“Bimbingan dan Konseling”. Buku ini dibuat dengan tujuan memenuhi
kebutuhan mahasiswa progam kependidikan di semua Fakultas di lingkungan
Universitas Negeri Semarang yang menempuh matakuliah bimbingan dan
konseling.
Pada edisi ini disajikan materi-materi dalam BAB, meliputi: (1) Latar
belakang, pengertian, persamaan, dan perbedaan bimbingan dan konseling di
sekolah; (2) Urgensi dan kedudukan bimbingan dan konseling dalam
penyelenggaraan pendidikan formal; (3) tujuan, fungsi, dan orientasi bimbingan
dan konseling; (4) Asas-asas dan prinsip bimbingan dan konseling, (5) Pola
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah; (6) Pemetaan tugas guru mata
pelajaran dalam pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidkan
formal dan non formal; (7) Jenis-jenis masalah siswa di berbagai tingkat sekolah
(TK, SD, SLTP/SLTA); (8) Manajemen bimbingan dan konseling dan (9) Pola
organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
Pada edisi ini terdapat perubahan-perubahan yang dilakukan oleh tim
penulis. Perubahan tersebut dilakukan untuk mengikuti perkembangan dan
mengikuti Visi dan Misi Universitas Negeri Semarang menjadi Universitas
Berwawasan Konservasi, Bereputasi Internasional, dan Pengembang Peradaban
Unggul.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang membantu dalam
penyelesaian buku ini. kami menerima kritik dan saran sebagai bahan
penyempurnaan terbitan berikutnya. Harapan kami, semoga buku ini bermanfaat
bagi para dosen dan mahasiswa progam pendidikan khususnya di lingkungan
Universitas Negeri Semarang.

Semarang, 19 Februari 2019


Tim Penulis

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 4dari 59 27 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH

Mahasiswa menguasai pengetahuan dan mengaplikasikan kemampuan untuk


memahami keberadaan BK dalam keseluruhan kerangka pendidikan pada
pembelajaran bercirikan bimbingan dan konseling, memahami tugas
perkembangan dan masalah siswa serta menjalin kemitraan dengan guru
BK/Koselor dalam mewujudkan sikap dan karakter yang bermanfaat untuk
pengembangan diri siswa dimasa yang akan datang.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 5dari 59 27 Februari 2017

DAFTAR ISI
Prakata
Daftar Isi
BAB I LATAR BELAKANG, PENGERTIAN, PERSAMAAN, DAN PERBEDAAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
Deskripsi Singkat
Capaian pembelajaran Pertemuan
A. Sejarah Singkat Lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
C. Pengertian Bimbingan dan Konseling
D. Persamaan dan Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling
E. Beberapa Kesalahpahaman tentang Bimbingan dan Konseling di Sekolah
F. Ringkasan
G. Pertanyaan dan Tugas
H. Daftar Pustaka
BAB II URGENSI DAN KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN FORMAL
Deskripsi Singkat
Capaian Pembelajaran Pertemuan
A. Urgensi Bimbingan dan Konseling
B. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Formal
C. Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor
D. Ringkasan
E. Pertanyaan dan Tugas
F. Daftar Pustaka

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 6dari 59 27 Februari 2017

BAB I
LATAR BELAKANG, PENGERTIAN,
PERSAMAAN, DAN PERBEDAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI
SEKOLAH

Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan dibahas serangkaian materi pembelajaran, yang
meliputi faktor-faktor yang melatar belakangi perlunya bimbingan dan konseling
di sekolah terdiri dari yang mencakup: (1) latar belakang psikologis, (2) latar
belakang sosiologis, (3) latar belakang kultural, (4) latar belakang pedagogis.
Selanjutnya akan dibahas tentang pengertian bimbingan dan konseling yang
mencakup: (1) pengertian bimbingan dan unsur-unsur pokok bimbingan, (2)
pengertian konseling dan unsur-unsur pokok konseling, dan (3) persamaan dan
perbedaan antara bimbingan dan konseling.

Capaian Pembelajaran Matakuliah


Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami konsep dasar, faktor-faktor yang melatar belakangi perlunya
bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Menjelaskan empat faktor penting yang melatar belakangi perlunya
bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Memberi contoh ilustrasi konkrit peristiwa atau kejadian yang dapat
menjadi latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah, bila
ditinjau dari factor psikologis, sosiologis, kultural, dan pedadgogis.
4. Menjelaskan pengertian bimbingan dan konseling
5. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara konsep bimbingan dan
konsep konseling

MATERI
A. Sejarah Singkat Lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia
Sebelum membahas secara mendalam dan terperinci tentang hal-
hal apa saja yang melatarbelakangi perlunya pelayanan Bimbingan dan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 7dari 59 27 Februari 2017

Konseling di sekolah, maka terlebih dahulu perlu mengetahui sejarah singkat


tentang lahirnya Bimbingan dan Konseling di di Indonesia.
Usaha bimbingan secara nyata muncul pada tahun 1909 yang
dipelopori oleh Frank Parsons, dengan mendirikan Boston Vocational
Bureau untuk membantu kaum muda menentukan keputusan karir
(Gladding, S.T., 2012: 32). Pada tahun itu pula Wiiliam Hearly mendirikan
klinik bimbingan khusus anak-anak (Child Guidance Movement) dan tidak
hanya ditujukan untuk menangani kesulitan perkembangan anak, tetapi juga
masalah perhatian dan perlakuan orang tua kepada anak-anak tersebut.
Pada tahun 2010 didirikan National Vocational Guidance Association
(NVGA) yang merupakan pendahulu dari American Counseling Association
(ACA).
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali
dari dimasukkannya Bimbingan dan Penyuluhan pada setting sekolah.
Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil
Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Malang 1960. Untuk
memenuhi kebutuhan petugas bimbingan dan penyuluhan di sekolah maka
pada perkembangan berikutnya tahun 1964 pada Fakultas Ilmu Pendidikan
di lingkungan IKIP didirikan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Di sekolah-
sekolah timbul berbagai sikap. Ada pro dan kontra, ada yang acuh tak acuh,
ada pula yang berusaha keras untuk melaksanakan. Bagi yang
melaksanakan, nampak mengalami berbagai hambatan yang cukup sulit
untuk diatasi.
Namun demikian peranan bimbingan ini semakin mendapat
perhatian dan posisi yang kuat sejak tahun 1971 beridiri Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) yang dilanjutkan dengan lahirnya Kurikulum
1975 untuk Sekolah Menengah Atas yang di dalamnya memuat Pedoman
Bimbingan dan Penyuluhan. Kurikulum 1975 berisi layanan Bimbingan dan
Konseling sebagai salah satu dari wilayah layanan dalam sistem
persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA, yaitu
pembelajaran yang didampingi layanan Manajemen dan Layanan Bimbingan
dan Konseling. Pada tahun 1976, ketentuan yang serupa juga diberlakukan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 8dari 59 27 Februari 2017

untuk SMK. Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga guru Bimbingan dan
Konseling maka pada tahun 1978 di lingkungan IKIP membuka “crash-
programme” Bimbingan dan Penyuluhan melalui Pendidikan PGSLP yang
disempurnakan. Usaha semacam ini kemudian berlanjut dengan dibukanya
program Deploma tiga (D3) jurusan Bimbingan dan Penyuluhan sejak tahun
1982/1983.
Meskipun ketentuan perundang-undangan belum memberikan
ruang gerak, akan tetapi karena didorong oleh keinginan kuat untuk
memperkokoh profesi guru bimbingan dan konseling (guru BK), maka
dengan dipelopori oleh guru BK yang bertugas sebagai tenaga akademik di
beberapa LPTK, pada tanggal 17 Desember 1975 di Malang didirikanlah
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), yang menghimpun lulusan
Program Sarjana Muda dan Sarjana yang bertugas di sekolah dan para
konselor yang bertugas di LPTK, di samping para konselor yang berlatar
belakang bermacam-macam yang secara de facto bertugas sebagai guru
pembimbing di lapangan.
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara,
Nomor 026 tahun 1989 menyebutkan secara eksplisit pekerjaan bimbingan
dan penyuluhan (konseling) dan pekerjaan mengajar yang satu sama lain
berkedudukasn seimbang atau sejajar.Keberadaan pelayanan bimbingan
dan penyuluhan di sekolah dipertegas oleh Peraturan Pemerintah No 28
tahun 1990 dan No 29 tahun 1990 yang menegaskan bahwa (1) bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya
menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
(2) bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
Dengan diberlakukannya Kurikulum 1994, mulailah ada ruang gerak
bagi layanan ahli bimbingan dan konseling dalam sistem persekolahan di
Indonesia, sebab salah satu ketentuannya adalah mewajibkan tiap sekolah
untuk menyediakan 1 (satu) orang konselor untuk setiap 150 (seratus lima
puluh) peserta didik, meskipun hanya terealisasi pada jenjang pendidikan
menengah. Sejumlah hal dilakukan sebagai konsolidasi profesi sehingga
Bimbingan dan Konseling menjadi profesi yang utuh dan berwibawa antara

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 9dari 59 27 Februari 2017

lain kata penyuluhan menjadi konseling dan pelayanan bmbingan dan


konseling di sekolah hanya dilakukan oleh guru Pembimbing. Pada tahun
2001 dalam kongres di Lampung Ikatan Pertugas Bimbingan Indonesia
(IPBI) berganti nama menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN). Sudah banyak peraturan pemerintah yang diterbitkan sebagai
regulasi atas pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Berbagai peraturan perundangan baik berbentuk undang-undnag,
peraturan pemerintah, maupun peraturan menteri Pendidikan telah
diterbitkan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah, yang semuanya itu semakin
menguatkan dan membuktikan bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling
semakin diperlukan dalam penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia. Di
antaranya adalah sebab berikut.
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang mengaskan bahwa menegaskan bahwa konselor adalah
pendidik.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
pendidikan, mengamanatkan bahwa Guru Bimbingan Konseling di
sekolah memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam
memfasilitasi “Pengembangan Diri” siswa sesuai minat, bakat serta
mempertimbangkan tahapan tugas perkembangannya.
3. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus dicapai
peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi
peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan
konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self
actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development)
yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan.
4. Permendiknas 27 tahun 2008 Tentang standar kulaifikasi akademik dan
kompetensi konselor. Setiap satuan pendidikan wajib mempekerjakan
konselor yang memiliki standar kualifikasi akademik dan kopetensi
konselor yang berlaku secara nasional.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 10dari 59 27 Februari 2017

5. Permendiknas no 20 tahun 2007 Tentang standar penilaian pendidikan.


Tentang standar pelaksanaan penilaian di dalam pendidikan dimana
konselor juga merupakan pendidik.
6. PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, yang mencantumkan beban kerja
guru bimbingan dan konseling/konselor.
7. Permendiknas No. 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya yang menyebutkan konselor juga sebagai guru,
menangani 150 siswa dan tugas guru BK.
8. Permendikbud No.18. A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Pada lampiran IV Permen ini menjelaskan secara detail tentang
implementasi penyelenggaraan BK di sekolah seperti jenis pelayanan,
format layanan, kewajiban masuk kelas 2 jam per/minggu/rombongan
belajar.
9. Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Secara resmi mulai
diterapkannya pola Bimbingan dan Konseling Komprehensif,
sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 6 ayat 1 yang menyebutkan
bahwa: “Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat)
program yang mencakup: (a) layanan dasar; (b) layanan peminatan dan
perencanaan individual; (c) layanan responsif; dan (d) layanan dukungan
sistem”.

Dari perkembangan tersebut, kiranya dapat dibuktikan bahwa pelaksanaan


pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah memang benar-benar dibutuhkan
dan semakin dirasakan dalam menunjang tercapainya tujuan Pendidikan
Nasional.

B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan yang
perlu dilaksanakan di dalam program pendidikan. Kebutuhan pelaksanaan
bimbingan dan konseling berlatar belakang beberapa aspek, yaitu aspek
psikologis, sosial budaya, Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan paedagogies.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 11dari 59 27 Februari 2017

1. Latar Belakang Psikologis


Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik,
merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa
sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,
memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya.
Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan individual antara siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya. Di samping itu, siswa sebagai pelajar,
senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil proses
belajar.
Hal tersebut di atas, merupakan beberapa aspek psikologis dalam
pendidikan yang bersumber dari siswa sebagai subyek didik, dan dapat
menimbulkan berbagai masalah. Timbulnya masalah-masalah psikologis
menuntut adanya upaya pemecahan melalui layanan bimbingan dan
konseling. Berikut ini akan diuraikan mengenai beberapa masalah psikologis
yang merupakan latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di
sekolah.
a. Masalah Perkembangan Individu
Sejak individu terbentuk sebagai suatu organisme, yaitu pada
masa konsepsi (masa dibuahinya sel telur oleh sperma) yang terjadi
dalam kandungan ibu, individu terus tumbuh dan berkembang. Proses
ini berlangsung terus hingga individu mengkhiri hayatnya. Proses
pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung sangat cepat
terutama nampak sejak lahir yaitu pada masa kanak-kanak, masa
sekolah, masa pemuda, dan masa permulaan dewasa. Tujuan proses
pertumbuhan dan perkembangan adalah mencapai kedewasaan yang
sempurna secara optimal.
Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari
dalam diri individu maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan kematangan, sedangkan dari luar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Perkembangan akan menjadi baik kalau faktor-faktor
tersebut saling mendukung dan saling melengkapai. Oleh karena itu

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 12dari 59 27 Februari 2017

harus ada asuhan yang terarah. Adapun asuhan dengan melalui belajar
sering disebut pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu bentuk
lingkungan, bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap
perkembangan individu. Dalam konsepsi tentang tugas-tugas
perkembangan (developmental task) dikatakan bahwa setiap periode
tertentu terdapat tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan.
Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut
akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya dalam penyesuaian
dirinya di dalam masyarakat.
Sebagai komponen yang terpadu dalam sistem pendidikan,
bimbingan dan konseling memfasilitasi perkembangan peserta
didik/konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan
memahami diri dan lingkungan, menerima diri, mengarahkan diri,
dan mengambil keputusan, serta merealisasikan diri secara
bertanggung jawab, sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan
dalam kehidupannya. Bimbingan dan konseling pada satuan
pendidikan diselenggarakan untuk membantu peserta didik/konseli
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Tugas perkembangan ini diantaranya meliputi: (1) Mencapai
perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa; (2) Mengenal sistem etika dan nilai-nilai
bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan minat
manusia; (3) Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap
tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi;
(4) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau
mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat; (5)
Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima
dalam kehidupan sosial yang lebih luas; (6) Mencapai pola
hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai
pria atau wanita; (7) Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap
positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 13dari 59 27 Februari 2017

terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat; (8) Memiliki
kemandirian perilaku ekonomis; (9) Mengenal kemampuan, bakat,
minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni; (10)
Mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya; dan (11)
Mencapai kematangan dalam kesiapan diri menikah dan hidup
berkeluarga.
Sejalan dengan hal tersebut, Havighurst (Hurlock: 1990)
mengemukakan sejumlah tugas perkembangan yang harus diselesaikan
oleh remaja, diantaranya adalah: (1) Mencapai hubungan baru yang
lebih matang dengan teman sebaya baik priya maupun wanita. (2)
Mencapai peran sosial pria dan wanita. (3) Menerima keadaan fisiknya
dan menggunakannya secara efektif; (4) Mencari kemandirian
emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya; (5)
Mencapai jaminan kebebasan ekonomis; (6) Memilih dan menyiapkan
lapangan pekerjaan; (7) Persiapan untuk memasuki kehidupan keluarga.
Mengingat pentingnya tugas-tugas perkembangan seperti tersebut di
atas, maka sekolah mempunyai peranan yang penting dalam membantu
siswa untuk mencapai taraf perkembangan melalui pemenuhan tugas-
tugas perkembangan secara optimal. Pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan komponen pendidikan yang secara khusus dapat
membantu siswa dalam proses perkembangannya.
b. Masalah Perbedaan Individu
Setiap siswa sebagai individu sebenarnya mempunyai ciri-ciri
yang khas dan unik, baik ciri-ciri fisik maupun dinamika psikisnya.
Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang
individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek
jasmaniah maupun rohaniah. Individu yang satu berbeda dari individu
yang lainnya yang sering disebut dengan istilah individual deffereces.
Timbulnya perbedaan individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor
bawaan dan lingkungan sebagai komponen utama yang mempengaruhi.
Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu
meskipun dengan lingkungan yang sama. Sebaliknya lingkungan yang

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 14dari 59 27 Februari 2017

berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan individu meskipun


pembawaannya sama. Dengan adanya ciri-ciri yang khas ini maka perlu
diperhatikan bahwa setiap individu pasti memiliki perbedaan-perbedaan
dimana perbedaan ini sering disebut sebagai perbedaan perorangan.
Mengingat bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah
perkembangan yang optimal dari setiap individu, maka masalah
perbedaan individu ini perlu mendapat perhatian dalam pelayanan
pendidikan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa
dalam menghadapi masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan
indidividu. Dengan kata lain sekolah hendaknya memberikan pelayanan
kepada para siswa secara individual sesuai dengan keunikan masing-
masing. Usaha melayani siswa secara individual ini dapat
diselenggarakan melalui program bimbingan dan konseling. Dengan
demikian keunikan dari masing-masing siswa itu tidak akan begitu
banyak menimbulkan masalah yang menghambat mereka dalam
seluruh proses pendidikannya.
Beberapa aspek perbedaan individual yang perlu mendapat
perhatian ialah perbedaan dalam hal-hal sebagai berikut: 1) kecerdasan,
2) kecakapan, 3) hasil belajar, 4) bakat, 5) sikap, 6) kebiasaan, 7)
pengetahuan, 8) kepribadian, 9) cita-cita, 10) kebutuhan, 11) minat, 12)
pola-pola dan tempo perkembangan, 13) cir-ciri jasmaniah, 14) latar
belakang keluarga (lingkungan). Dengan mengetahui data tentang
perbedaan-perbedaan ini mempunyai manfaat yang sangat besar bagi
usaha bantuan yang diberikan kepada siswa. Kenyataan adanya
perbedaan tersebut akan membawa konsekuensi bagi pelayanan
pendidikan khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode
belajar, alat-alat belajar, penilaian, dan pelayanan lainnya. Di samping
itu perbedaan-perbedaan ini sering kali banyak menimbulkan masalah-
masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Siswa
akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan
dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini disebabkan
karena pada umumnya layanan program pendidikan memberikan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 15dari 59 27 Februari 2017

pelayanan atas dasar ukuran-ukuran umum atau rata-rata. Untuk


mencapai perkembangan setiap individu secara optimal maka walaupun
proses pembelajaran dilakukan secara klasikal namun tetap berorientasi
pada pendekatan individual.
c. Masalah Kebutuhan Individu
Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu.
Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi
kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi
kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika individu berhasil dalam
memenuhi kebutuhannya, maka individu tersebut akan merasakan
kepuasan serta kebahagiaan dalam hidupnya. Sebaliknya bila dorongan
kebutuhan itu mengalami hambatan atau kegagalan dalam
pemenuhannya, maka individu akan mengalami kekecewaan,
bertingkah laku yang kurang sehat, serta mengalami masalah-masalah
bagi dirinya maupun lingkungannya. Ada kalanya masalah tersebut
dapat diatasi oleh individu itu sendiri. Namun tidak jarang bahwa
masalah-masalah tersebut tidaklah dapat diatasi oleh individu itu sendiri,
sehingga dalam keadaan semacam ini individu memerlukan bantuan
orang lain. Oleh karena itu dapat dipahami dan dimengerti bahwa
melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan masalah-
masalah tersebut dapat dibantu pemecahannya.
Pada dasarnya kebutuhan-kebutuhan individu banyak macam dan
jenisnya. Teori kebutuhan yang cukup terkenal adalah teori kebutuhan
menurut Maslow. Secara jelas Maslow mengemukakan lima tingkatan
kebutuhan sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan primer seperti lapar,
haus, seks, tidur, menghindar dari rasa sakit.
2) Kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
3) Kebutuhan akan rasa cinta dan kasih saying (love needs)
4) Kebutuhan akan harga diri (the needs for esteem)
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri (the self-actualization need)

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 16dari 59 27 Februari 2017

Disamping itu, secara praktis khususnya dalam pelayanan


bimbingan dan konseling dorongan kebutuhan yang perlu diperhatikan
di antaranya adalah:
1) Kebutuhan memperoleh kasih sayang.
2) Kebutuhan memperoleh rasa aman.
3) Kebutuhan untuk sukses.
4) Kebutuhan untuk memperoleh harga diri.
5) Kebutuhan untuk diakui.
6) Kebutuhan untuk memperoleh kebebasan
Dalam hubungannya dengan hal tersebut yang patut dicatat
adalah menganalisis kebutuhan mana yang secara spesifik
menimbulkan masalah. Dengan dasar pemikiran ini, maka dapatlah
direncanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka
membantu memecahkan masalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan
tersebut. Dapat pula dinyatakan bahwa dengan membantu individu
dalam memenuhi kebutuhan yang mengalami hambatan tersebut,
diharapkan individu dapat memecahkan masalahnya.
Selain Guru Bimbingan dan Konseling, dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, guru bidang studi hendaknya selalu sensitif
terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya
sebaik mungkin. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru
bidang studi adalah terlibat langsung dalam hal-hal sebagai berikut:

1) Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang


dewasa.
2) Secara kontinyu mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa yang menjadi bimbingannya. Misalnya dengan melakukan
observasi, wawancara, dan menyebar kuesioner/angket yang
ditujukan kepada para siswa.
3) Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba-tiba muncul dari
siswa yang berada di bawah bimbingannya.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 17dari 59 27 Februari 2017

c. Masalah Penyesuaian Diri


Dalam proses pemenuhan kebutuhan dirinya, individu dituntut mampu
menyesuaikan antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada
dalam lingkungannya. Adapun proses penyesuaian diri akan melibatkan
berbagai aspek, terutama tingkat perkembangan individu, dorongan
kebutuhan individu, serta berbagai kemungkinan yang ada di dalam
lingkungan sosial. Suatu upaya untuk memenuhi dorongan kebutuhan dengan
mempertimbangkan daya atau tingkat kemampuannya sesuai dengan
kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam lingkungan hidupnya disebut
sebagai proses penyesuaian diri. Pandangan ini menunjukkan bahwa pada
dasarnya proses penyesuaian diri merupakan interaksi keadaan diri dan
lingkungannya.
Pada dasarnya proses penyesuaian diri itu sebenarnya dapat terjadi di
dalam individu itu sendiri maupun dalam hubungannnya dengan lingungan
hidupnya. Proses penyesuaian diri di dalam individu itu sendiri terjadi apabila
individu mampu memahami dan menerima keadaan dirinya baik mengenai
kelebihan maupun kekuarngannnya, sehingga dapat mencapai keseimbangan
pribadi. Di pihak lain penyesuaian diri memang sering diartikan dalam
hubungannnya dengan lingkungan sosial. Dalam hubungan ini inidividu yang
melakukan penyesuaian diri dapat berbentuk penyesuaian diri dengan orang
lain maupun masyarakat. Proses penyesuaian diri dengan orang lain akan
efektif apabila individu dapat menerima penilaian-penilaian orang lain
terhadap dirinya secara wajar serta mampu menilai orang lain secara objektif.
Dalam kenyataannya menunjukkan bahwa proses penyesuaian diri
tidaklah selalu dapat berlangsung secara efektif, namun tidak jarang individu
sering mengalami hambatan, kecanggungan, atau bahkan salah dalam
melakukan penyesuaian. Berbagai akibat dari kekurangmampuan individu
dalam menyesuaian diri baik dengan diri sendiri maupun dengan
lingkungannya adalah timbulnya kelaian tingkah laku. Misal, individu yang
tidak mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dapat mengakibatkan
individu mengalami konflik batin, tidak tenang, tidak puas terhadap dirinya

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 18dari 59 27 Februari 2017

sendiri, dan akhirnya individu tersebut menjadi pasif, apatis, manarik diri dari
pergaulan, dan ragu-ragu. Bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan bisa berakibat tidak diakuinya individu tersebut oleh
lingkungannya, sehingga timbul rasa tidak aman, terisolasi, rendah diri,
agresif, merusak, memberontak, membolos, mencuri, dan sebagainya.
Guru bidang studi yang senantiasa memiliki kesempatan bertatap muka
dengan para siswa dalam proses belajar pembelajaran di kelas sudah
sewajarnya kalau para guru tersebut dapat memantau atau mengobseravasi
secara langsung bebagai perilaku para siswa yang dapat diidentifikasi
mengalami masalah dengan penyesuaian diri mereka. Untuk masalah yang
ringan guru bidang studi dapat menanganinya sendiri, namun untuk masalah
penyesuaian diri yang dianggap berat dan diluar kemampuan guru bidang
studi maka dapat direferal kepada guru Bimbingan dan Konseling. Karena
kalau masalah penyesuaian diri ini dibiarkan dan tidak segera dibantu untuk
mengatasinya akan mengganggu proses belajar siswa dan tidak menutup
kemungkinan berakibat buruk pada pencapain pembelajarannya. Oleh karena
itu diperlukan usaha nyata untuk menanggulangi gejala-gejala tersebut. Di
sinilah peranan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan.

d. Masalah belajar
Di sekolah, di samping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang
dalam belajar, tidak jarang dijumpai adanya siswa yang mengalami
kegagalan, seperti angka-angka rapot di bawah standard ketuntasan yang
telah ditentukan oleh sekolah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan
prestasi di bawah kemampuan dasar (underachiever), Secara umum siswa-
siswa seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami
masalah belajar. Secara lebih luas, masalah belajar tidak hanya terbatas pada
contoh-contoh tersebut. Gejala-gejala lain yang menandakan siswa
mengalami kesulitan belajar diantaranya adalah: menunujukkan prestasi
rendah yang dicapai oleh kelompok kelas, hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas
belajar, menunjukkan sikap yang kurang wajar, menunjukkan tingkah laku

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 19dari 59 27 Februari 2017

yang berlainan, anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara
potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi
kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah, anak didik
yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar
mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.
Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami
oleh siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau
rendahnya inteligensi. Beberapa penyebab masalah belajar siswa tersebut
misalnya pengaturan waktu belajar yang kurang baik, memilih cara belajar
yang kurang efektif, kurang dalam mempersiapkan ujian atau ulangan, tidak
memiliki cara memusatkan perhatian (konsentrasi) belajar, dan lain
sebagainya. Kegagalan itu terjadi dapat disebabkan karena mereka tidak
mendapat layanan bimbingan yang memadai.
Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa
agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah
memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang
timbul dalam kegiatan belajar. Di sinilah letak pentingnya program bimbingan
dan konseling untuk membantu mereka dalam keberhasilan belajar.

2. Latar Belakang Sosial Budaya


Telah lama diketahui kenyataan bahwa makin derasnya perubahan
sosial dan makin kompleksnya keadaan masyarakat akan meningkatkan
derajat rasa tidak aman bagi remaja dan pemuda. Perubahan-perubahan
bersejarah yang terjadi pada beberapa dasawarsa terakhir ini, yang telaah
mengubah kondisi kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan psikologis setiap
orang, membawa pengaruh besar terhadap perikehidupan dan
perkembangan anak-anak, remaja, dan pemuda. Dalam kaitan ini dirasakan
bahwa sekolah terlebih-lebih lagi menanggung akibat dari berbagai
perubahan besar. Bahkan dapat ditegaskan bahwa kehidupan anak-anak,
remaja dan pemuda dewasa ini adalah hasil dari perubahan-perubahan yang
terjadi itu (De Cecco & Richard dalam Soegiono: 1999).

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 20dari 59 27 Februari 2017

Dikaitkan dengan era globalisasi dan informasi akan membawa


perubahan-perubahan-perubahan yang dibawa oleh semangat glonalisasi
dan arus informasi akan lebih deras lagi menggoncang masyarakat dan
sekolah, kampus dan tatanan kehidupan dalam segenap seginya. Akibat
yang timbul ialah semakin banyaknya individu, anak-anak, dan siswa di
sekolah, pemuda dan masyarakat lainnya yang terhimpit oleh berbagai
tantangan dan ketidakpastian, dan terhempas dari berbagai harapan dan
keinginana yang tidak dapat dipenuhi. Kehendak akan pengembangan
secara optimal individualitas, sosialitas, dan relegiusitas dalam rangka
pembentukan manusia seutuhnya semakin mendapat tatangan.
Adapun arah perubahan sosial budaya, modernisasi dan
pembangunan yang akan dituju oleh semua masyarakat banngsa
dimanapun adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran yang
diinginkan. Hidup di dunia sekarang dan masa depan, menuntun
penguasaan ilmu dan teknologi. Beberapa arah perubahan sosial budaya
menurut Syamsidar (2015) antara lain:
a. Konsumerisme (pandangan hidup bahwa lebih baik membeli produk
barang dan jasa daripada membuatnya sendiri)
b. Konsumtivisme (mengkonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya bukan
merupakan keperluannya)
c. Hedonisme (cara hidup bermewah-mewah untuk mengejar prestise atau
gengsi tertentu)
d. Kesenjangan sosial dan ekonomi, yang terjadi karena ketidakadilan
dalam proses pembangunan. Munculnya berbagai perilaku
menyimpang, seperti kenakalan remaja, prostitusi, dan sebagainya yang
disebabkan oleh adanya keinginan untuk menyesuaikan dengan taraf
hidup, tetapi tidak didukung oleh kemampuan dan ketrampilan yang
memadai.
Lebih lanjut Syamsidar menjelaskan tentang dapak negatif dari
suatu perubahan sosial sosial budaya terhadap pendidikan adalah:
ketidaksiapan pendidikan menerima perubahan yang begitu cepat dan
drastis, banyak pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 21dari 59 27 Februari 2017

kehidupan dan cara hidup siswa melalui siaran televisi dan akses
internet yang sudah bisa dilakukan dimana saja, menjadi tantangan
terssendiri bagi dunia pendidikan untuk mengantisipasinya, jika kita tidak
siap terhadap perubahan tersebut maka siapa pun akan tergusur, tetapi
tidak jika para pegiat pendidikan senantiasa berinovasi dan berkreasi
dalam mengantisipasi perubahan tersebut, dengan menggunakan
fasilitas teknologi tersebut.
Atas dasar keadaan tersebut di atas, sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan formal harus bertanggung jawab untuk mendidik
dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat
dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang
diberikan di sekolah, namun sesungguhnnya kegiatan itu saja belum
cukup memadai dalam membantu siswa mengatasi berbagai
permasalahan yang dilaminya dan menyiapkan siswa terjun di
masyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan
adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang secara
khusus diberi tugas dan tanggung jawab untuk memberi bantuan
kepada siswa dalam mencegah terjadi permasalahan sebagai akibat
dari perubahan sosial budaya, memecahkan berbagai masalah, baik
masalah belajar, penyesuaian diri, maupun masalah-masalah pribadi,
yang apabila dibiarkan akan menghambat tercapainya tujuan belajar
siswa di sekolah.

3. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)


Dewasa ini penyatuan komputer dengan teknologi komunikasi
menghasilkan transformasi sosial utama yang membetuk ulang masyarakat
dan ekonomi kita. Dan yang paling menakjubkan dari semuanya, jaringan
komputer mempengaruhi dengan cepat penstrukturan semua organisasi
sehingga kinerjanya bisa dilakukan dan dievaluasi dengan segera, para
pekerja dapat menyelesaikan dan menejemen berfungsi lebih menyeluruh
dan cepat dalam satu tatapan kontrol. Keadaan ini membawa dampak

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 22dari 59 27 Februari 2017

bahwa profesi konseling sangat dipengaruhi oleh teknologi globalisasi


(Gibson, R.L. dan Mitchell M. H., 2010: 32) Banyak orang berpendapat
dan argumen mereka benar juga, kalau perkembangan teknologi
mempercepat proses komunikasi tanpa ia perlu terjatuh lagi dalam
kekeliruan dan bias. Namun yang dihilangkan di sini adalah proses
komunikasi antar-pribadi, padahal profesi sebagai konselor meyakini kalau
keuntungan besar bisa diperoleh justru dari komunikasi antar-pribadi, atau
minimal komunikasi tatap-muka. Faktanya banyak melihat konselor melihat
kecenderungan impersonalisasi ini sebagai ancaman bagi profesi dan
aktivitas mereka sebagai konselor.
Kendati banyak konselor yang terpaksa mengikuti tren konseling online
ini, namun mereka sangat ragu akan hasilnya, karena klien yang mereka
tangani tidak pernah berdiskusi berhadapan muka selain hanya lewat tulisan,
dan beberapa klien bahkan kemudian tidak pernah meninggalkan rumah.
Gibson, R.L. dan Mitchell M. H., ( 2010: 32 ) menjelaskan kelemahan
potensial dari penggunaan sistem teknologi baru ini meliputi: (a) tidak
diketahuinya efektivitas hasil konseling dengan biaya yang sudah
dikeluarkan, (b) efek konseling bagi motivasi klien tidak diketahui secara
pasti, dan (c) klien bisa keliru dalam menafsirkan diskusi apapun kalua
kehadiran konselor terus dihilangkan.
Tetapi apapun keraguan dan kerugian potensialnya, konseling online
sekarang menjadi tren baru yang semakin menggila. Mallen dan Vogel
(2005: 761) dalam Gibson, R.L. dan Mitchell M. H., (2010: 34) menjelaskan
bahwa konseling online bukan sesuatu yang perlu dibentuk di masa depan.
Saat ini, terbukti dua kemungkinan bagi siapapun untuk mengakses
informasi apapun di internet, menemukan seorang konselor professional dan
memiliki sebuah sesi konseling tanpa harus capek-capek bertemu.
Yang jelas, ancaman bagi profesi konselingsaat ini adalah kemungkinan
pengacauan oleh individu-inidividu tak terlatih yang kualifikasi satu-satunya
hanyalah komputer membuka situs online sendiri dan sekedar membuat
namnya dikenal dengan berbagai metode dan sekadar membuat namnya
dikenal dengan berbagai metode kuasi-psikologis seperti ramalan bintang,

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 23dari 59 27 Februari 2017

garis tangan, aura dan sebagainya. Ancaman juga bisa datang dari individu
yang dirinya sendiri terganggu namun seolah bersikap bijak karena dalam
prosedur ini klien tidak perlu bertatap muka dengan dirinya.
Kemajuan teknologi selain membawa kemajuan dan pembaharuan dalam
segala bidang, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi ini juga
berdampak negatif pada bangsa-bangsa di dunia, termasuk bagi bangsa
Indonesia. Banyak persoalan yang menimpa bangsa Indonesia sebagai
dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi ini.
Persoalan-persoalan itu meliputi peningkatan epidemi AIDS, ketergantungan
pada obat-obat terlarang dan alkohol, kekerasan pada anak-anak dan
remaja, semakin tingginya angka kehamilan, semakin tingginya kasus bunuh
diri, semakin tingginya kasus siswa putus sekolah (DO), semakain maraknya
perkelahian antar pelajar, dan lain-lain.
Lebih lanjut lagi, saat mebahas problem-problem di atas kita mencatat
kalau banyak dari isu tersebut bukan hanya penanganan segera tetapi juga
upaya preventif agar tidak membesar dan merembes kemana-mana.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar problem
tersebut berada di wilayah kerja konselor.

4. Latar Belakang Paedagogis


Kebijakan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar
untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di
luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan Pendidikan
Nasional Menurut UU. No 20 Tahun 2003 adalah untuk mengembangkan
manusia Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Manusia yang
mempunyai takwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai
budi pekerti yang luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, kesehatan
rohani, dan jasmani, keterampilan dan pengetahuan, dan terakhir
mempunyai rasa tanggung jawab untuk berbangsa dan bermasyarakat.
Dari pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti
dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari setiap
anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian, setiap kegiatan proses

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 24dari 59 27 Februari 2017

pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang


optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk menuju tercapainya
pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat
menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran),
akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara
pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara
optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah
kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik,
kurikulum beserta proses belajar pembelajaran yang memadai, dan layanan
pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat
penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar
berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan
sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang
baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di
Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa
pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian
anak didik secara optimal. Secara akademis masih nampak gejala bahwa
anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak
antara lain gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar,
berprestasi rendah, kurang kepercayaan masyarakat terhadap hasil
pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis masih banyak adanya gejala-
gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, gejala salah suai,
kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai,
kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan
sebagainya. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik
belum memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.
Sehubungan dengan hal itu, layanan bimbingan dirasakan amat berperan
dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan secara
paripurna.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 25dari 59 27 Februari 2017

a. Perkembangan Pendidikan
Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan senantiasa
berkembang dari saat ke saat sesuai dengan perkembangan yang terjadi di
lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari perkembangan pendidikan adalah
adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen sistem pendidikan
seperti kurikulum, strategi belajar pembelajaran, alat bantu belajar, sumber-
sumber, dan sebagainya. Setiap ada perubahan kurikulum senantiasa
menimbulkan banyak persoalan baik bagi sekolah sebagai lembaga
penyelengara pendidikan formal, bagi guru, maupun bagi siswa. Apalagi
kadang dan bahkan sering pelaksanaan kurikulum baru diberlakukan pada
saat kondisi di lapangan (sekolah) baik dari segi sarana dan prasara dan
segi ketrampilan guru-guru belum siap sehingga meresahkan masyarakat
dalam hal ini sekolah. Kedaan seperti tersebut akan berdampak negatif bagi
kegiatan belajar siswa. Pelaksanaan Ujian Nasional berbasis komputer yang
baru-baru ini dilaksanakan di Indonesia juga menimbulkan keresahan
masyarakat karena fasilitas belum merata bagi seluruh sekolah di Indonesia,
sehingga menimbulkan kekawatiran dan kecemasan bagi para siswa
khususnya mereka yang secara fasilitas belum memadai. Masih banyak
contoh lain permasalahan yang dialami oleh siswa sebagai akibat dari
perubahan kurikulum.
Perkembangan ini sudah tentu akan mempengaruhi kehidupan para
siswa baik dalam bidang akademik, sosial, maupun pribadi. Para siswa
diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan
pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam
keseluruhan proses belajarnya. Proses penyesuaian diri para siswa
memerlukan bantuan yang sistematis melalui pelayanan bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling bagi para siswa pada hakekatnya
merupakan salah satu konsekuensi dari perkembangan pendidikan.

b. Peranan Guru
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama
ialah mendidik yaitu membantu subjek didik untuk mencapai kedewasaan.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 26dari 59 27 Februari 2017

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka seorang guru


hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didik baik segi jasmani
maupun segi psikis. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat
perkembangan anak didik, sistem motivasi/kebutuhan, pribadi, kecakapan,
kesehatan mental, dan sebagainya. Tindakan yang bijaksana akan timbul
juga apabila guru benar-benar memahami seluruh pribadi anak didik.
Di samping memahami siswa, salah satu tugas guru yang tidak boleh
diabaikan adalah mengenal dan mamahami dirinya. Memahami dan
mengenal siswa tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik tanpa mengenal
dan memahami dirinya sendiri. Guru harus mempunyai informasi yang cukup
untuk dirinya sehubungan dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan
motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkatan kecakapan yang harus
dimilikinya.
Jenis-jenis informasi tentang dirinya sangatlah membantu para guru
itu sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam tugasnya,
seperti konflik, ilustrasi, maladjustment (ketidakmampuan menyesuaikan
diri), dan sebagainya. Agar guru dapat memahami dan membantu siswa
dengan sebaik-baiknya, maka guru itu sendiri harus menghindari masalah-
masalah tersebut di atas.Dengan kenyataan seperti di atas, jelaslah kiranya
bahwa gurupun berperan sebagai pembimbing, karena setiap peran guru
memerlukan unsur bimbingan di dalamnya. Dengan demikian pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah bukanlah merupakan usaha yang dicari-
cari, melainkan merupakan kegiatan yang harus ada, baik dilakukan secara
khusus oleh konselor sekolah maupun oleh guru-guru bidang studi. Untuk
melaksanakan tugas profesi, guru tdak dapat meninggalkan aspek
bimbingan, karena tugas guru pada hakekatnya tidak hanya mengajar,
namun juga mendidik.

C. Pengertian Bimbingan dan Konseling


Berdasar uraian mengenai sejarah dan latar belakang bimbingan dan
konseling, kiranya telah dapat diketahui gambaran mengenai kegiatan
bimbingan dan konseling. Nyatalah bahwa pelayanan bimbingan dan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 27dari 59 27 Februari 2017

konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia.


Dari manusia artinya pelayanan itu diselenggarakan berdasar hakekat
keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannnya. Untuk
manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut dilenggarakan demi
tujuan-tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan kemanusiaan
menuju manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun
kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian penyelenggara kegiatan
itu adalah manusia dengan segenap derajat, martabat, dan keunikan
masing-masing yang terlibat di dalamnya. Proses bimbingan dan konseling
seperti itu melibatkan manusia dan kemanusiaannya sebagai totalitas, yang
menyangkut segenap potensi-potensi dan kecenderungannya,
perkembangannnya, dinamika kehidupannya, permasalahan-
permasalahannya, dan interaksi dinamis antara berbagai unsur yang ada itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, seiring dengan penyelenggaraan
pendidikan pada umumnya, dan dalam hubungan saling pengaruh antara
orang yang satu dengan yang lainnya, peristiwa bimbingan setiap kali dapat
terjadi. Orang tua membimbing anak-anaknya, guru membimbing para
siswanya malului kegiatan pembelajran maupun non pembelajaran,
pemimpin perusahaan membimbing karyawan melalui kegiatan diskusi,
rapat, dan instruksi. Proses bimbingan dapat pula terjadi melalui media cetak
dan media elektronik.

1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “Guidance
and Counseling” dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya, maka
bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk
pengertian yang sebenarnya, tidak setiap bantuan adalah bimbingan.
Misalnya seorang guru membisikkan jawaban suatu soal ujian pada waktu
ujian, agar siswanya lulus, tentu saja “bantuan” itu bukan bentuk bantuan
yang dimaksud dengan “bimbingan”. Demikian juga bila seorang polisi
membantu menyebrang jalan siswa SD karena jalan sangat ramai, bantuan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 28dari 59 27 Februari 2017

semacam itu bukan bantuan dalam arti “bimbingan”. Bentuk bantuan dalam
bimbingan membutuhkan syarat tertentu, bentuk tertentu, prosedur tertentu,
dan pelaksanaan tertentu sesuai dengan dasar, prinsip, dan tujuannya.
Rumusan demi rumusam bimibngan bermunculan sesuai dengan
perkembangan pelayanan bimbingan itu sendiri sebagau suatu pekerjaan
yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Berbagai rumusan
tentang bimbingan tersebut di antaranya adalah sebabgai berikut:
a. Rumusan Jons (dalam Prayitno, 2015) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada invidu untuk
dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta
dapat memajukan jabatan yang dipilihnya itu Frank Parson, (dalam
Prayitno, 2015). Rumusan ini mengadung 3 hal pokok, yaitu bimbingan: 1)
diberikan kepada inidividu, 2) mempersiapkan individu memasuki suatu
jabatan. 3) menyiapkan individu agar menvapai kemajuan dalam jabatan.
b. Rumusan Chiskolm (dalam Prayitno 2015) mengemukakan bahwa
bimbingan adalah membantu setiap individu untuk lebih mengenali
berbagai informasi tentang dirinya.
c. Rumusan Lefever dalam Mc Danel (1959) menjelaskan bahwa bimbingan
adalah bagian dari proses Pendidikan yang teratur dan sistematik guna
membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannnya dalam
menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya dapat
memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi masyarkat.
d. Rumusan Mortensen & Schmuller (1976) bimbingan diartikan sebagai
bagian dari keseluruhan Pendidikan yang membantu menyediakan
kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan ahli dengan cara mana
setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
kesangggupan sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.
e. Crow & Crow (dalam Prayitno: 2015) mengemukakan bahwa bimbingan
adalah bantuan yang diberikan oeleh seseorang, laki-laki atau perempuan,
yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada
individu-individu setiap usia untuk membantu mengatur kegiatan hidupnya

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 29dari 59 27 Februari 2017

sendiri, mengembangkan padangan hidupnya sendiri, membuat keputusan


sendiri dan menanggung bebannya sendiri.
f. Jones, Staffire & Stewart (dalam Prayitno 2015) mengemukakan bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-
pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan ini
berdasarkan prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap
individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak
orang lain.
g. Bimbingan juga merupakan layanan yang bersifat profesi hal yang
diberikan oleh para konselor yang memiliki latar belakang pendidikan, dan
keahlian di bidang bimbingan dan konseling.
h. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor yang memiliki
kompetensi (profesional) kepada individu dari berbagai tahapan usia untuk
membantu mereka mengarahkan kehidupannya, mengembangkan
pandangan hidupnya, menentukan keputusan bagi dirinya, dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, (Laksmi, 2003: 3)
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli tersebut,
pada prinsipnya mengandung berbagai unsur pokok sebagai berikut:
a. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa
pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan
melaui liku-liku sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan
ini.
b. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Bantuan di sini
tidak diartikan sebagai bantuan materiel (seperti uang, hadiah, benda,
dan sumbangan, dan lain-lain) melainkan bantuan yang bersifat
menunjang bagi pengembangan pribadi bagi inidivu yang dibimbing.
c. Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas
kekuatan klien sendiri. Dalam kaitan ini, tujuan bimbingan adalah
memperkembangkan kemampuan klien (orang yang diberi bimbingan)
untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi dan
akhirnya dapat mecapai kemandirian.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 30dari 59 27 Februari 2017

d. Bantuan diberikan kepada individu, baik secara perorangan ataupun


kepada kelompok. Sasaran pelayanan bimbingan adalah orang yang
diberi bantuan, baik orang seseorang secara individul maupun secara
kelompok.
e. Bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagi bahan,
interaksi, nasehat, ataupun gagasan, serta alat-alat tertentu baik yang
berasal dari diri klien sendiri, konselor, maupun lingkungan.
f. Bimbingan tidak hanya diberikan kepada kelompok-kelompok umur
tertentu saja, tetapi meliputi semua usia, mulai dari anak-anak, remaja,
dan orang dewasa. Dengan demikian bimbingan dapat diberikan di
semua lingkungan kehidupan, di dalam keluarga, di sekolah, dan di
luar sekolah.
g. Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli, yaitu orang-orang
yang memiliki kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh
Pendidikan serta latihan yang memadai dalam bidanhg bimbingan dan
konseling.
h. Pembimbing tidak selayaknya memaksakan keinginan-keinginannya
kepada klien karena klien memiliki hak dan kewajiban untuk
menentukan arah dan jalan hidupnya sendiri.
i. Bimbingan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Hal ini berarti bahwa upaya bimbingan, baik bentuk, isi,
maupun tujuan serta aspek-aspek penyelenggaraannya tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Namun justru harus
menunjang kemampuan konseli untuk mengikuti norma-norma
tersebut. Norma tersebut dapat berupa: aturan, nilai dan ketentuan
yang bersumber dari agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang
berlaku di masyarakat.
Berdasar atas ciri-ciri pokok tersebut di atas, maka yang dimaksud
dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 31dari 59 27 Februari 2017

memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan


berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian Konseling
Secara etimologis. Istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu
“Consilium” yang berarti “dengan“ atau “bersama” yang dirangkai dengan kata
“menerima” atau “memahami”. Apakah yang dimaksud dengan konseling? Tidak
mudah menjawab pertanyaan ini, apalagi kalau jawaban itu harus bisa diterima
dan memuaskan semua pihak yang berkepentingan dengan istilah tersebut.
Sebagaimana dengan istilah bimbingan, istilah konselingpun mengalami
perubahan dan perkembangan. Kutipan di bawah ini akan menampilkan
perkembangan sejumlah rumusan konseling yang telah dikutip oleh Prayitno dan
Amti.E. (2015)
a. Pendapat Jones (1951) konseling adalah kegiatan dimana semua fakta
dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada maalah
tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, di mana ia diberi
bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Rumusan ini
mengandung arti bahwa: (1) konseling terdidiri atas kegiatan pengungkapan
fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa untuk dapat
mengatasi sendiri masalah-masalahnya, (2) bantuan itu diberikan secara
langsung kepada siswa, (3) tujuan konseling itu adalah agar siswa dapat
mencapai perkembangan yang semakin baik.
b. Pendapat Shertzer dan Stone (1974) konseling adalah interaksi yang terjadi
antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien, yang
terjadi dalam suasana yang profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat
memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien. Rumusan ini
mengandung makna bahwa: (1) konseling merupakan interaksi antara dua
orang individu masing-masing disebut konselor dan klien, (2) dilakukan
dalam suasan professional, (3) berfungsi dan bertujuan sebagai alat untuk
memudahkan perubahan perilaku.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 32dari 59 27 Februari 2017

c. Pendapat McCleland dalam Sertzer dan Stone (1974) konseling adalah


suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang
individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat
diatasi sendiri dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang
telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai
pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. Rumusan
ini mengandung makna bahwa (1) konseling merupakan suatu proses
pemberian bantuan, (2) dilakukan dalam suasan hubungan tatap muka,
(individu yang dikonseling adalah individu yang sedang mengalami
gangguan atau masalah, (4) dilakukan oleh seorang ahli (profesional), (5)
bertujuan untuk mengatasi masalah.
d. Devision of Counseling Psychology. Konseling adalah suatu proses
membantu individu untuk mengatasi hambatan-hambatan perkembangan
dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi
yang dimilikinya. Rumusan ini mengandung makna (1) konseling merupakan
suatu proses pemberian bantuan, (2) bantusan diberikan kepada individu
yang sedang mengalami gangguan atau hambatan dalam mencapai proses
perkembangnya, (3) konseling dapat dilakukan setiap waktu, (4) konseling
bertujuan agar individu dapat mencapai perkembangnnya secara optimal.
e. Tolbert mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang
dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui
hubungan itu menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu
untuk memahami diri sendiri, keadaannnya sekarang, dan kemungkinan
keadaan yang akan datang, lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapinya, dan akhirnya
mampu menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan dating. Rumusan ini
memiliki makna: (1) konseling dilakukan dalam suasana hubungan tatap
muka, (2) konseling dilakukan oleh orang yang ahli, (3) konseling merupakan
proses belajar bagi klien, yiatu belajar memahami diri sendiri, membuat
rencana masa depan, dan mengatasi masalah-masalahnya.
Dengan memperhatikan satu-persatu rumusan-rumusan tersebut walaupun
disajikan dengan gaya yang berbeda-beda, namun diantara rumusan-rumusan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 33dari 59 27 Februari 2017

tersebut terdapat beberapa keasamaan. Kesamaan tersebut menyangkut ciri-ciri


pokok konseling yaitu:
a. Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan
mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan
dengan saksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan isyarat, pandangan
mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud meningkatkan pemahaman
kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu.
b. Interaksi antara konseli dan konselor berlangsung dalam waktu yang relatif
lama dan terarah pada pencapaian tujuan. Berlainan dengan pembicaraan
biasa.
c. Tujuan dari hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah
laku klien. Konselor memusatkan perhatiannya kepada konseli dengan
mencurahkan segala daya dan upayanya demi perubahan pada diri klien,
yaitu perubahan ke arah yang lebih baik, teratasinya masalah yang sedang
dihadapi klien.
d. Model interaksi di dalam konseling itu terbatas pada dimensi verbal, yaitu
konselor dan konseli saling berbicara. Konseli berbicara tentang pikiran-
pikirannya, tentang perasaan-perasaannya, tentang perilaku-perilakunya,
dan banyak lagi tentang dirinya. Sedangkan di pihak konselor,
mendengarkan dan menanggapi hal-hal yang dikemukakan oleh konseli
dengan maksud agar konseli memberikan reaksinya dan berbicara lagi lebih
lanjut. Keduanya terlibat dalam memikirkan, berbicara dan mengemukakan
gagasan-gagasan yang akhirnya bermuara pada teratasinya masalah klien.
e. Konseling merupakan proses yang dinamis, artinya individu konseli dibantu
untuk dapat mengembangkan dirinya, mengembangkan kemampuan-
kemapuannya dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi klien.
f. Konseling didasari atas penerimaan-penerimaan konselor secara wajar
tentang diri klien, yaitu atas dasar penghargaan terhadap harkat dan
martabat klien.
Atas dasar ciri-ciri pokok tersebut di atas, dapat dirumuskan dengan singkat
bahwa yang dimaksud dengan konseling adalah “suatu proses memberi bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 34dari 59 27 Februari 2017

konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien”
Dalam wawancara konseling itu klien atau konseli mengemukakan masalah-
masalah yang sedang dialami kepada konselor, dan konselor menciptakan
suasana hubungan yang akrab dengan menerapkan prinsip-prinsip dan Teknik-
teknik wawancara konseling sedemikian rupa sehingga masalahnya terjelajahi
segenap seginya dan pribadi klien terangsang untuk mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya dengan menggunakan kekuatannya sendiri. Proses
konseling pada dasarnya adalah usaha menghidupkan dan mendayagunakan
secara penuh fungsi-fungsi yang minimal secara potensial. Jika fungsi ini
berjalan dengan baik dapat diharapkan dinamika klien akan kembali berjalan
dengan wajar mengarah kepada tujuan yang positif.

D. Persamaan dan Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling


Dengan memperhatikan pengertian bimbingan dan konseling di atas, ada
tiga pertanyaan pokok yang perlu dijawab.
1. Apakah bimbingan dan konseling itu merupakan istilah yang sama saja?
2. Apakah bimbingan dan konseling itu memiliki perbedaan yang nyata antara
yang satu dengan yang lain?
3. Apakah bimbingan dan konseling saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lain?
Berkenaan dengan pertanyaan ini, dapat dijelaskan bahwa ada tiga
pandangan tentang hubungan bimbingan dan konseling.
a. Pandangan pertama berpendapat bahwa kedua istilah itu adalah identik atau
sama saja, tidak ada perbedaan yang mendasar antara keduanya.
b. Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan merupakan dua istilah
yang berbeda, baik dasar-dasar maupun cara kerjanya. Menurut pandangan
ini bimbingan dianggap sama dengan pendidikan; sedangkan konseling
dianggap sama dengan psikoterapi, yaitu usaha untuk menolong individu
yang mengalami masalah yang serius.
c. Pandangan ketiga mengatakan bahwa bimbingan merupakan kegiatan yang
terpadu.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 35dari 59 27 Februari 2017

Kedua istilah itu tidak terpisah satu sama lain, sehingga istilah bimbingan
selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Berkenaan dengan pandangan
ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan Warner (1977) sebagaimana
yang dikemukakan oleh Prayitno (2015) menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu pelayanan khusus yang terorganisasikan dan teritegrasikan ke dalam
program sekolah untuk menunjang perkembangan siswa secara optimal.
Sedangkan konseling menyangkut usaha pemberian bantuan kepada siswa
secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri.
Lebih lanjut, Moser dan Moser (dalam Prayitno,2015) menyatakan bahwa di
dalam keseluruhan pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari
proses pemberian bantuan. Sejalan dengan ini Mortensen dan Schmuller (dalam
prayitno: 2015) lebih tegas menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya
program bimbingan.
Pertanyaan berikut yang timbul dari uraian di atas adalah manakah di antara
ketiga pandangan itu yang benar? Jawaban secara pasti tidak dapat
dikemukakan, karena masing-masing memiliki alasan dan latar belakang yang
berbeda. Tetapi sebagai pegangan bagi kita dengan memperhatikan literatur-
literatur yang ada dan praktek bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah,
kiranya pandangan ketiga lebih banyak diterapkan oleh para ahli di sekolah dan
masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, bimbingan dan konseling memiliki persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan sebagaimana diuraikan di bawah ini.

1. Persamaan antara Bimbinganan Konseling


Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki persamaan-
persamaan tertentu. Persamaan yang lebih jelas antara keduanya terletak pada
tujuan yang hendak dicapai, yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan
inidividu, sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, dan sama-sama
mengikuti norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua
kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu
kesatuan dengan konseling yang mana konseling berada dalam kesatuan
bimbingan tersebut.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 36dari 59 27 Februari 2017

2. Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling


Berdasarkan atas ulasan secara panjang lebar tentang pengertian
bimbingan dan konseling tersebut dia atas maka dapatlah dikemukakan
perbedaan antara kedua istilah tersebut. Seperti yang digambarkan dalam tabel
sebagai berikut:

Tabel 1.1 Perbedaan Antara Bimbingan Dan Konseling


SEGI BIMBINGAN KONSELING
Ruang Lebih luas karena mencakup usaha kuratif
lingkup preventif, kuratif, preseveratif.
Masalah Menangani hal-hal yang non emosional, Menitikbertakan pada
misalnya: masalah belajar, pemilihan masalah-masalah
jurusan, persiapan pekerjaan. emosional
Tujuan Mengutamakan pencegahan agar siswa Mengutamakan
terhindar dari permasalahan pemecahan permasalah
siswa agar siswa
mampu mengatasi
permasalahan yang
mereka hadapi.
Layanan Secara kelompok meskipun kadang bisa Lebih bersifat individual,
secara individual walaupun kadang
berkelompok
Fungsi Preventif dan pengembangan Selain memiliki fungsi-
fungsi bimbingan tetapai
lebih fokus pada kuratif,
Peranan Membantu pencapaian program dan Membantu
tujuan pendidikan berlangsungnya
perkembangan pribadi
siswa secara sehat
Petugas Guru bidang studi, wali kelas, kepala Konselor yang harus

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 37dari 59 27 Februari 2017

sekolah yang pernah mendapatkan berpendidikan khusus


pengetahuan mengenai dasar-dasar yaitu sarjana Bimbingan
praktis bimbingan di sekolah dan Konseling.

E. Beberapa Kesalahpahaman tentang Bimbingan dan Konseling di


Sekolah
Secara formal keberadaan Bimbingan dan Kosenling di sekolah sudah
dimulai sejak diberlakukannnya Kurikulum 1975, sehingga eksistensi Bimbingan
dan konseling di sekolah tidak diragukan lagi. Namun gaung pelaksanaan
bimbingan dan konseling hingga kini masih banyak ditemui beberapa.
Kesalahpahaman ini bila dianalisis akan diketahui bahwa salah satu
penyebabnya adalah di samping kurang professional konselor (guru
pembimbing), juga bisa disebabkan adanya (miskonsepsi) tentang bimbingan
dan konseling oleh guru bidang studi, kepala sekolah maupun staf sekolah yang
lain.
Prayitno (2015) mengemukakan beberapa kesalahpahaman bimbingan dan
konseling yang sering dijumpai di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Layanan bimbingan dan konseling hanya bagi para siswa yang bermasalah
Pendapat ini memberi kesan bahwa layanan bimbingan dan konseling
hanya ditujukan kepada siswa yang memiliki masalah saja, siswa yang
nakal, melanggar tata tertib, suka membolos, terlambat membayar SPP,
melanggar tata tertib. Padahal pada dasarnya pelayanan bimbingan dan
konseling diberikan kepada setiap siswa di sekolah, baik yang sudah
memiliki permasalahan maupun yang tidak sedang memiliki permasalahan
apapun. Bagi yang sudah memiliki permasalahan, tentulah dalam rangka
pengentasan akan permasalahnnya. Namun bagi yang sedang tidak
memiliki permasalahan, layanan bisa dalam rangka mencegah terjadinya
permasalahan siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut sebaiknya konselor
berusaha untuk membantu siswa baik yang bermaslah maupun yang tidak.
2. Bimbingan dan konseling semata-mata sebagai pemberian nasehat
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa nasehat.
Pemberian nasehat hanyalah merupakan salah satu atau sebagian kecil

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 38dari 59 27 Februari 2017

dari kegiatan bimbingan dan konseling. Karena pada dasarnya bimbingan


dan konseling tidak hanya berlangsung sepihak saja, tetapi kedua belah
pihak, klien dan konselor sama-sama aktif memecahkan masalah. Melalui
bimbingan dan konseling konselor mengajak klien menentukan pilihannya
sendiri dan memutuskan sendiri apa yang akan dikerjakannya.

3. Bimbingan dan konseling melayani orang yang sakit dan kurang normal
Kesan ini sering muncul di kalangan siswa bahwa bila ada siswa yang
datang kepada konselor dia akan diberi cap sebagai anak yang sakit atau
sebagai anak yang abnormal. Kesan ini muncul mungkin karena konselor
dalam membantu siswa kurang profesional. Untuk itu maka konselor harus
memberikan sosialisasi tentang tentang tugas dan tanggung jawab
konselor, tentang program kerja layanan bimbingan dan konseling,
terutama program layanan bimbingan dan konseling yang berisi tentang
rencana kerja bagi siswa di sekolah termasuk di dalamnya program kerja
untuk kegiatan yang berfungsi preventif.
4. Konselor dianggap sebagai polisi sekolah
Masih banyak anggapan bahwa konselor adalah orang yang bertindak
sebagai polisi sekolah, yaitu orang yang harus menjaga tata tertib sekolah,
disiplin, dan keaman sekolah. Kesan ini muncul karena sering diketahui
bahwa barang siapa yang melanggar tata tertib sekolah harus berurusan
dengan konselor. Sampai saat ini masih ada konselor yang merangkap
sebagai penegak disiplin, bertugas memberi sanki kepada siswa yang
melanggar tata tertip sekolah. Untuk itu maka sebaiknya petugas
kedisiplinan di sekolah bukan dirangkap oleh konselor, tetapi oleh personil
lain yang bertanggung jawab lansung terhadap tata tertib.
5. Konselor yang harus aktif sedangkan klien pasif
Hal yang sebenarnya bukanlah yang demikian karena proses bimbingan
adalah proses yang sistematis artinya konselor bertugas memberikan
beberapa alternatif jalan keluar dan biarkanlah klien yang akan memilih dan
menentukan cara pemecahan permasalahannya.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 39dari 59 27 Februari 2017

6. Adanya anggapan bahwa layanan bimbingan dan konseling dapat


dilakukan oleh siapa saja
Pandangan seperti ini muncul karena adanya anggapan bahwa pekerjaan
bimbingan dan keonseling sekedar memberikan nasehat saja. Padahal
layanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang profesioan,
sehingga hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pendidikan
khusus yaitu lulusan dari jurusan bimbingan dan konseling.
7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Dalam bimbingan dan konseling proses pemecahan masalah bukanlah
seperti resep dalam bidang medis. Cara pemecahan masalah dalam
bidang bimbingan dan konseling harus memperhatikan inidividu yang
dibimbing sehingga harus dikaji secara mendalam walaupun masalah klien
tampak sama.
8. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-
masalah incidental Memang sering terjadi pelayanan bimbingan dan
konseling bertitik tolak dari masalah yang sedang dirasakan klien sekarang
yang sifatnya dadakan (tiba-tiba). Namun pada hakekatnya pelayanan itu
sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu,
sekarang, dan yang akan datang. Di samping itu konselor tidak
seyogyanya menunggu saja klien yang datang dan mengemukakan
masalahnya. Untuk keperluan itu guru bimbingan dan konseling harus terus
menerus memasyarakatkan dan membangun suasana bimbingan dan
konseling. Guru bimbingan dan konseling yang bertugas di sekolah harus
menyusun program pelayanan bimbingan secara menyeluruh dan
berkisnambungan dari waktu ke waktu, dimana program pelayanan
bimbingan dan konseling harus disusun berdasarkan need assessment
(analisis kebutuhan siswa) dan tugas-tugas perkembangan siswa di
sekolah.
9. Guru Bimbingan dan Konseling bekerja sendiri
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak akan bisa berjalan
efektif dan mencapai tujuan secara maksimal tanpa adanya peran serta
semua kompenen di sekolah, yaitu guru bidang studi, wali kelas, kepala

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 40dari 59 27 Februari 2017

sekolah, dan staf adnimistrasi, Kerja sama dengan orang tua siswa juga
sangat dianjurkan karena waktu anak terbanyak justru di rumah bersama
orang tua.
10. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat
Disadari bahwa semua pihak menghendaki agara masalah yang dihadapi
oleh klien segera mungkin dapat diatasi, hasilnyapun hendaknya dapat
dilihat dengan segera. Namun harapan itupun sering kali tidak terkabul.
Pengubahan pandangan ataupun sikap ataupun perilaku seringkali harus
melalui suatu proses yang mungkin bisa berlangsung beberapa hari,
minggu, dan bahkan bulan. Oleh karena itu, dalam hal ini bagi orang-orang
yang menginginkan hasil segera tampak akan menjadi kecewa dan
kekecewaan itu justru akan mementahkan usaha-usaha pengubahan
pandangan, sikap, dan perilaku yang diinginkan.
11. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrumen
Perlengkapan dan sarana utama yang pasti dan dapat dikembangkan pada
diri konselor adalah ketrampilan pribadi. Dengan kata lain, instrumen (alat-
alat tes, inventori, angket, dan sebagainya) hanyalah sekedar membantu.
Ketiadaan alat-alat tersebut tidak boleh menghambat dan mengganggu
apalagi melumpuhkan sama sekali pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Oleh karena itu konselor tidak boleh menjadikan ketiadaan alat-
alat (instrument) itu sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi apalgi
tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
12. Bimbingan dan konseling hanyalah menangni masalah yang dianggap
ringan
Ukuran berat-ringannya suatu masalah memang sangat relatif, seringkali
masalah seseorang dianggap ringan dan sepele, namu setelah dilakukan
analisis secara mendalam ternaya masalah orang tersebut kompleks dan
sangat berat. Demikian sebaliknya, masalah seseorang kelihatanya sangat
berat, namun setelah dilakukan analisis secara mendalam ternyata
masalahnya sederhana dan ringan. Menyikapi keadaan ini maka perlu
diketahui bahwasannya tugas guru bimbingan dan konseling di sekolah

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 41dari 59 27 Februari 2017

yang paling penting adalah membantu memecahkan masalah siswa


sampai tuntas. Namun perlu diketahui bahwa guru bimbingan dan
konseling juga memiliki keterbatasan, jadi apabila ada masalah siswa di
luar kemampuannnya maka guru bimbingan dan konseling perlu mereferal
kepada para ahli yang berkompeten.

F. RINGKASAN
Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari
dimasukkannya Bimbingan dan Penyuluhan pada setting sekolah. Pemikiran
ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Malang 1960.
Peranan bimbingan dan konseling di sekolah semakin mendapat
perhatian dan posisi yang kuat sejak tahun 1971 yaitu dengan beridirinya
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) yang dilanjutkan dengan
lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas yang di dalamnya
memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. Kurikulum 1975 berisi
layanan Bimbingan dan Penyuluhan sebagai salah satu dari wilayah layanan
dalam sistem persekolahan mulai dari jenjang SD sampai dengan SMA yaitu
pembelajaran yang didampingi layanan Manajemen dan Layanan Bimbingan
dan Konseling. Dengan diterbitkannya perundang-undangan, peraturan
pemerintah, dan peraturan Menteri Pendidikan sejak tahun 1960 an hingga
saat ini membuktikan bahwa pamerintah merasa melalui Menteri
pendidikannya merasa bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling sangat
dibutuhkan dalam proses penyelenggaraan Pendidikan di sekolah. Dengan
diterbitkannnya Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Secara resmi
mulai diterapkannya pola Bimbingan dan Konseling Komprehensif,
sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 6 ayat 1 yang menyebutkan bahwa:
“Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program
yang mencakup: (a) layanan dasar; (b) layanan peminatan dan perencanaan
individual; (c) layanan responsif; dan (d) layanan dukungan sistem”.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 42dari 59 27 Februari 2017

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan


yang sangat diperlukan dalam proses pelaksanaan program Pendidikan
formal di sekolah. Kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling berlatar
belakang beberapa aspek, yaitu aspek psikologis, sosial budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan paedagogies. Bimbingan sendiri dapat
diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik
anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Adapun konseling dapat diartikan
sebagai suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang
sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Konsepsi bimbingan dan konseling ternyata mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya istilah bimbingan berdiri
sendiri dan di dalamnya tidak mengandung pengertian konseling. Pada
periode berikutnya istilah bimbingan dan konseling dipakai sacara
bersamaan dan yang satu memuat yang lain. Pada perkembangan lebih
lanjut istilah konseling berdiri sendiri dan sekaligus memuat pengertian
bimbingan. Ke dua istilah bimbingan dan konseling dalam pelaksanaannya
di sekolah senantiasa digunakan secara bersamaan, namun kedua istilah itu
memiliki persamaan dan perbedaan bila dilihat dari berbagai aspek.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sama-sama
bertujuan untuk membantu siswa dalam mencapai tingkat perkembangan
seoptimal mungkin. Namun kedua istilah ini memiliki perbedaan bila ditinjau
dari ruang lingkup, masalah, tujuan, layanan, fungsi, peranan, dan petugas.
Sebagai komponen yang terpadu dalam sistem pendidikan, bimbingan dan
konseling memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai
kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami diri dan lingkungan,
menerima diri, mengarahkan diri, dan mengambil keputusan, serta

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 43dari 59 27 Februari 2017

merealisasikan diri secara bertanggung jawab, sehingga tercapai


kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.

G. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Jelaskan pengertian bimbingan dan pengertian konseling yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur pokok pengertian bimbingan dan
pengertian konseling, sehingga dapat mengurangi terjadinya
kesalahpahaman terhadap arti bimbingan dan arti konseling itu sendiri.
2. Berikan penjelasan tentang persamaan dan perbedaan antara bimbingan
dan konseling.
3. Jelaskan, tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh siswa
yang berada dalam masa remaja.
4. Jelaskan urgensi bimbingan dan kosneling di sekolah.
5. Jelaskan faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi perlunya
bimbingan dan konseling di sekolah. Sertailah contoh peristiwa dalam
kehidupan di sekolah yang dapat memperjelas jawaban saudara.
6. Diskusikan dengan teman-teman, berbagai permasalahan yang dapat
terjadi apabila di sekolah (pada zaman sekarang) tidak terdapat
pelayanan bidang bimbingan dan konseling.

H. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga Pendidikan
Nasional, (2007), Rambu-Rambu Penyelenggaran Bimbingan dan
Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta, Dirjen Dikti.

Gladding, S.t. (2012), Konseling Profesi yang Menyeluruh, Edisi Keenam,


Jakarta, Pt Indeks.

Gibson, R.L & Mithcell, M.H. (2011), Bimbingan dan Konseling, Edisi
Ketujuh, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Hurlock, E.B. (1980) Psikologi Perkembangan, Suatau Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 44dari 59 27 Februari 2017

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan


Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan (2016), Panduan
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Atas (SMA)

Permendikbud No. 111 tahun 2014, (2014), Tentang Bimbingan dan


Konseling di Sekolah Dasar dan Menengah

Prayitno dan Amti, E. (2015), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Edisi


Revisi, Jakarta, Rineka Cipta.

Supriatna, M. (2013) Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,


Orientasi Dasar Perkembangan Profesi, Edisi Revisi, Jakarta, Raja
Grapindo Persada.

Sutirna, (2013), Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non formal,


dan Informal, Yogyakarta, Andhi.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 45dari 59 27 Februari 2017

BAB II
URGENSI DAN KEDUDUKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
FORMAL

Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan dibahas serangkaian materi pembelajaran yang meliputi:
urgensi bimbingan dan konseling, kedudukan layanan bimbingan dan konseling
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, keunikan dan keterkaitan tugas
Guru dan konselor, dan bidang-bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah.

Capain Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
2. Memiliki wawasan yang luas dan benar tetang kedudukan bimbingan dan
konseling dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
3. Menjelaskan tiga wilayah/bidang utama dalam proses penyelenggaraan
pendidikan formal di sekolah.
4. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab guru BK dalam pencapaian tujuan
pendidikan bagi siswa di sekolah.
5. Menjalaskan kontribusi unik dan keterkaitan layanan guru bidang studi dan
konselor.

MATERI

A. Urgensi Bimbingan dan Konseling


Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun
yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik
yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 46dari 59 27 Februari 2017

dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek


fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual). Konseli sebagai seorang
individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on
becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan
karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang
dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah
kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses
perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas
dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu
berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan
nilai-nilai yang dianut. Perkembangan konseli tidak lepas dari pengaruh
lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada
lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan
dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.
Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan
kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku
konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-
masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang
diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan
tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat,
pertumbuhan kotakota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat,
revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan
perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri. Iklim lingkungan
kehidupan yang kurang sehat, seperti: maraknya tayangan pornografi di
televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi, minuman keras, dan
obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam
kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang dewasa sangat
mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia
remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang
mulia), seperti: pelanggaran tata tertib Sekolah/Madrasah, tawuran,
meminum minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 47dari 59 27 Februari 2017

(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja, narkotika,


ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex).
Penampilan perilaku remaja seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena
tidak sesuai dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan,
seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun
2003), yaitu: (1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2)
berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (4) memiliki
kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian yang mantap dan
mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan)
bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan
proses pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan
tersebut. Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak
diharapkan seperti disebutkan, adalah mengembangkan potensi konseli dan
memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai
standar kompetensi kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan
bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis
data tentang perkembangan konseli beserta berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dengan demikian, pendidikan yang bermutu, efektif atau
ideal adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara
sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan
instruksional dengan mengabaikan bidang bimbingan dan konseling, hanya
akan menghasilkan siswa yang pintar dan terampil dalam aspek akademik,
tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek
kepribadian. Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan
bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi
tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan
yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 48dari 59 27 Februari 2017

konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau


bimbingan dan konseling komprehensif.

B. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Formal


Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah
dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih
dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan, dan layanan di
bidang pembelajaran yang dibingkai dalam kurikulum. Terdapat tiga wilayah
dalam penyelenggaraan Pendidikan di sekolah, yaitu:
1. Wilayah atau Bidang Manajemen dan Kepemimpinan
Wilayah ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab
dan pengambilan kebijaksanaan serta bentuk-bentuk kegiuatan
pengelolaan dan manajemen sekolah seperti perencanaan, pengadaan
dan pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik dan pengawasan.

2. Wilayah atau Bidang Pembelajaran yang Mendidik


Wilayah ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan
pelaksanaan pengajaran yaitu penyampaian dan pengembangan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan berkomunikasi
peserta didik.
3. Bidang Bimbingan dan Konseling
Bidang ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu
kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing
peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat, minat, potensi,
dan tahap-tahap perkembangannya.

Kendatipun ketiga wilayah / bidang tersebut tampaknya terpisah antara


satu dengan yang lain, namun semuanya memiliki arah yang sama. Yaitu
memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta
didik. Antara bidang yang satu dengan lain terdapat hubungan yang saling isi
mengisi. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan
yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya proses belajar mengajar akan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 49dari 59 27 Februari 2017

berjalan dengan lancar dan efektif apabila siswa terbebas dari masalah-masalah
yang mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah-masalah siswa
tersebut dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh lagi,
materi layanan bimbingan dan konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa. Demikian juga terhadap
administrasi dan supevisi, bimbingan dan konseling dapat memberikan
sumbangan berarti, misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum,
pengembangan program-program pengajaran, pengambilan kebijakan yang tepat
dalam rangka penciptaan iklim yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan
kebutuhan dan perkembangan siswa.
Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberikan
sumbangan yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Bidang
kurikulum dan pengajaran merupakan lahan yang efektif bagi terlaksananya di
dalam praktek materi-materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan
pengajaran yang sehat dan mantap akan memberikan sumbangan yang besar
bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan juga merupakan wahana bagi
pengetahuan masalah-masalah siswa. Pengajaran perbaikan dan pemberian
bantuan materi pengayaan merupakan bentuk layanan bimbingan yang
diselenggarakan melalui kegiatan pengajaran. Bidang administrasi dan supervisi
memberikan sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling
melaalui berbagai kebijakan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang
memungkinkan berjalannya layanan–layanan itu secara optimal, sehingga
segenap fungsi-fungsi dan jenis layanan serta kegiatan bimbingan dan konseling
dapat terlaksana dengan lancar dan mencapai sasaran.
Atas dasar uraian tersebut di atas, nampaklah bahwa suatu kegiatan
pendidikan yang baik dan ideal hendaknya mencakup ketiga bidang tersebut.
Pendidikan yang hanya menjalankan program kegiatan pengajaran dan
administratif saja tanpa memperhatikan pembinaan siswa mungkin hanya akan
menghasilkan individu yang cakap dan bercita-cita tinggi, tetapi mereka kurang
mampu dalam memahami kemampuan atau potensi dirinya, dan tidak sanggup
untuk mewujudkan dirinya secara optimal. Melalui program layanan bimbingan
dan konseling yang baik dan benar, maka setiap siswa mendapat kesempatan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 50dari 59 27 Februari 2017

untuk mengembangkan setiap potensi dan kemampuan seoptimal mungkin.


Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bimbingan dan konseling dapat
mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-citanya, dan juga
dengan kondisi dan situasi lingkungan sekitarnya.
Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling akan lebih terasa jika
melihat berbagai keadaan yang terjadi di sekolah. Keadaan-keadaan yang
dimaksudkan misalnya adalah sebagai berikut.
a. Terdapat berbagai masalah dalam pendidikan yang tidak mungkin
diselesaikan oleh seorang guru. Misalnya; pengumpulan data tentang siswa,
pemberian layanan konseling, penyelesaian masalah pribadi dan atau sosial
siswa. Sedangkan guru lebih memfokuskan pada tugas-tugas dan tanggung
jawabnya dalam proses kegiatan belajar dan pembelajaran.
b. Dalam situasi tertentu kadang-kadang terjadi perselisihan atau konflik antara
siswa dan guru, sehingga dalam situasi pertentangan itu sangatlah sulit guru
untuk menyelesaikannya. Untuk itu perlulah adanya pihak ketiga atau pihak
lain yang dapat menyelesaikan konflik tersebut.
c. Sering ditemukannya masalah-masalah pribadi siswa, sehingga diperlukan
seorang ahli khusus yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut,
yaitu seorang konselor yang memang sudah dididik untuk tugas penanganan
masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar. Sedangkan guru
sudah diberi tanggung jawab khusus dalam bidang pengajaran dan secara
profesional, guru tidak dibekali ilmu khusus untuk memecahkan masalah
yang dimaksudkan.

Atas dasar uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bimbingan dan konseling
merupakan salah bidang kegiatan dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan
proses pendidikan, yang secara terintegrasi bersama-sama dengan bidang
administrasi dan bidang kurikulum mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu
membantu perkembangan peserta didik secara optimal sesuai dengan potensi,
bakat, minat, dan kemampuan peserta didik.
Dalam Permendiknas No. 23/2007 dirumuskan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 51dari 59 27 Februari 2017

bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui
pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk
mewujdukan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity
development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan
(sebagaimana dimaksud dan dirumuskan dalam Permendiknas No. 23/2006
tentang SKL). Persamaan, keunikan, dan keterkaitan wilayah layanan guru dan
konselor dapat digambarkan dalam Gambar 2. 1 berikut:

Perkembangan Optimum Siswa

Standar Kompetensi Misi bersama guru dan Standar Kompetensi


Kemandirian utk konselor dalam Lulusan mata pelajaran
mewujdudkan diri memfasilitasi (Pembelajaran bidang
(akademik, karir, sosial, perkembangan peserta studi)
pribadi) (Bimbingan dan didik seutuhnya dan
Konseling) pencapaian tujuan
pendidikan nasional
Wilayah Konselor Wilayah Penghormatan Wilayah Guru
bersama

Gambar 2.1 Kesamaan dan Keunikan Wilayah Kerja Guru dan Konselor

Telaah di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri dalam


Permendiknas No. 22/2006 lebih merupakan wilayah penghormatan bersama
yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya
sebagai mitra kerja. Sementara itu bimbingan dan konseling tetap memiliki
wilayah layanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian
kompetensi peserta didik. Posisi wilayah penghormatan bersama mengandung
arti bahwa masalah-masalah perkembangan siswa yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya, demikian pula
masalah yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk menindak lanjutinya
apabila itu terkait dengan proses pembelajaran bidang studi.
Masalah kesulitan belajar siswa sesungguhnya akan lebih banyak
bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini berati bahwa di dalam proses
pembelajaran, dan untuk membangun pembelajaran bermutu, perlu ada fungsi-
fungsi bimbingan dan konseling yang diperankan guru di dalam proses

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 52dari 59 27 Februari 2017

pembelajaran. Jadi sesungguhnya tidak ada wilayah yang betul-betul digarap


bersama oleh guru dan konselor, tapi keduanya menghadapi wilayah
penghormatan bersama itu. Reposisi optimum atas keberadaan bimbingan dan
konseling di dalam struktur kurikulum berdasarkan Permendiknas No. 22/2006
dapat dilukiskan dalam Gambar 3 berikut ini.

Pimpinan Satuan
Pendidikan
Manajemen

Muatan Lokal

Mata Pelajaran
Bidang Studi

Pengembangan Diri KURIKULUM


Perkembangan
Guru Optimum
(KTSP)
Peserta Didik

Pengembangan Diri

Bimbingan dan
Konseling
Konselor
Konselor

C. Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor


Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta diidik secara utuh
dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus
dilaksanakan oleh guru, konselor dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra
kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan
khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta
didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara konselor dengan guru,

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 53dari 59 27 Februari 2017

santara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan (referal). Masalah-


masalah perkembagan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian pula
masalah yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk mrenindak
lanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran bidang studi.
Secara rinci keterkaitan dan kekhusuan layanan pembelajaran oleh guru dan
layanan bimbingan dan konseling oleh konselor dapat dilukiskan dalam
matriks berikut.

Matriks 1
Kontribusi Unik dan keterkaitan Layanan Guru dan Konselor

Worldview Guru Konselor


Wilayah Gerak Khususnya Sistem Pendidikan Khususnya Sistem
Formal Pendidikan Formal
Tujuan Umum Pencapaian tujuan pendidikan Pencapaian tujuan
nasional pendidikan nasional
1. Konteks Tugas Pembelajaran yang Layanan BK yang
berdampak mendididk melalui menumbuhkan
mata pelajaran dengan Kemandirian dalam
Skenario Guru Pengambilan
Keputusan oleh Konseli
mengenai pendidikan
dan karir dengan
fasilitasi Konselor
 Masalah yang Terkait dengan mata pelajaran masalah pribadi, sosial,
dihadapi (sebagian) belajar, karir
Peserta didik
 Hubungan kerja Alih tangan sesuai hakekat Alih tangan sesuai
masalah hakekat masalah
2. Target Intervensi
 Individual Minim Utama
 Kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis
 Klasikal Utama Minim
3 Ekspektasi Kinerja
 Ukuran Pencapaian Standar Kemandirian Konseli
keberhasilan Kompetensi Lulusan dalam Pengambilan
Keputusan dengan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 54dari 59 27 Februari 2017

Standar Ipsatif
 Dampak Utama Minim
Langsung
tindak
intervensi
 Dampak tidak Pilihan strategis Utama
langsung
tindak
intervensi
 Pendekatan Optimasi pemanfaatan Pengenalan diri oleh
umum instructional effects & Konseli diperhadapkan
nurturant effects melalui mata dengan pengenalan
pelajatan, dalam pembelajaran lingkungan dalam
yang mendidik, skenario rangka pengatasan
tindakan diatur oleh Guru masalah pribadi, sosial,
(Wawasan kependidikan guru) (sebagian) belajar, dan
karir, skenario tindakan
merupakan hasil
transaksi yang
merupakan keputusan
konseli (worldview
konselor)
 Perencanaan Penetapan kebutuhan belajar Penetapan kebutuhan
tindak intervensi oleh guru (keputusan penataan diri
situasional oleh guru) diputuskan secara
transaksional oleh
konseli, difasilitasi oleh
Konselor
 Pelaksanaan Penyesuaian sambil jalan Penyesuaian sambil
tindak intervensi berdasarkan respons jalan berdasarkan
ideosinkratik peserta didik transaksi makna antara
terhadap keputusan dan konseli dengan konselor
tindakan guru (keputusan (keputusan
transaksional oleh guru) transaksional diambil
oleh konseli)
 Penilaian proses Ketercapaian Standar Aproksimasi
dan hasil Kompetensi Kemandirian dengan
Standar Ipsatif
 Lintasan Menuju ketercapaian Tujuan Menuju Kemandirian
Perkembangan Utuh Pendidikan (holistik) dalam pengambilan
peserta didik keputusan Pendidikan
dan Karir dalam konteks
Tujuan Utuh Pendidikan
(holistik)

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 55dari 59 27 Februari 2017

Dibandingkan dengan seorang psikolog, seorang konselor memikul tugas


dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
komprehensif, yang berorientasi pengembangan dan pemeliharaan, dan
melayani seluruh peserta didik, dengan kerangka kerja utuh yang dapat
dirumuskan ke dalam komponen-komponen berikut ini:
1. Komponen Layanan Umum, yaitu layanan yang bersifat antisipatoris bagi
semua siswa yang diarahkan untuk pengembangan perilaku kemandirian
sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Di sinilah perlu
dan bisa dikembangkan apa yang disebut dengan “program umum BK” atau
disebut juga sebagai “kurikulum bimbingan” yang menjadi komponen utama
dan arah pengembangan perilaku kemandirian siswa yang dirumuskan
dalam standar kompetensi kemandirian siswa. Penggunaan instrumen BK
untuk asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas
sangat diperlukan untuk implementasi komponen ini. Dalam hal tertentu guru
bisa ambil bagian untuk mendukung pencapaian kompetensi belajar siswa
melalui pengembangan nuturant effect pembelajaran.
2. Komponen Layanan Responsif, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk
membantu siswa memecahkan masalah (pribadi, sosial, akademik, karir)
yang dihadapinya pada saat ini dan memerlukan pemecahan segera.
Penggunaan instrumen pengungkapan masalah diperlukan untuk
mendeteksi masalah apa yang perlu dientaskan. Di sinilah layanan konseling
individual maupun kelompok diperlukan dengan segala perangkat
pendukungnya. Guru diharapkan ikut berpartisipasi aktif dalam komponen
ini. Misal; guru dapat membantu memecahkan masalah-masalah belajar
siswa dan masalah siswa yang tidak terlalu berat. Selain itu guru juga dapat
memberikan informasi yang akurat yang dibutuhak konselor dalam
penyelesaian masalah siswa di sekolah.
3. Komponen Layanan Perencanaan Individual, yaitu layanan yang
dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa secara individual di dalam
merencanakan masa depannya berkenaan dengan kehidupan akademik
maupun karir. Pemahaman siswa secara mendalam dengan segala
karakteristiknya dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 56dari 59 27 Februari 2017

peluang dan potensi yang dimiliki siswa amat diperlukan sehingga siswa
mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam
mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan
kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan orientasi, informasi, konseling
individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam
implementasi layanan ini. Guru sebagai orang yang memiliki waktu lebih
banyak berjumpa dengan siswa di sekolah dapat membantu konselor dalam
menyediakan berbagai data yang dibutuhkan dalam pelayanan undividual.
4. Komponen Sistem Pendukung, yaitu kegiatan yang terkait dengan dukungan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya, Teknologi Informasi dan
Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara
berkelanjutan.

D. RINGKASAN
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun
yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik
yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek
fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral spiritual). Konseli sebagai seorang
individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on
becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling akan lebih terasa jika
melihat berbagai keadaan yang terjadi di sekolah. Keadaan-keadaan yang
dimaksudkan misalnya adalah sebagai berikut seperti (a) Terdapat berbagai
masalah dalam pendidikan yang tidak mungkin diselesaikan oleh seorang
guru. (b) Dalam situasi tertentu kadang-kadang terjadi perselisihan atau
konflik antara siswa dan guru, sehingga dalam situasi pertentangan itu
sangatlah sulit guru untuk menyelesaikannya. Untuk itu perlulah adanya
pihak ketiga atau pihak lain yang dapat menyelesaikan konflik tersebut. (c)
Sering ditemukannya masalah-masalah pribadi siswa, sehingga diperlukan

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 57dari 59 27 Februari 2017

seorang ahli khusus yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut,


yaitu seorang konselor yang memang sudah dididik untuk tugas penanganan
masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
Sebagai pendidikan formal, pelaksanaan proses pendidikan di sekolah
sekurang-kurangnya meliputi tiga daerah ruang lingkup, yaitu bidang
instruksional (pengajaran) dan kurikuler, bidang administratif dan supervisi,
dan bidang bimbingan dan konseling. Tugas bidang layanan bimbingan dan
konseling adalah memberikan pelayanan agar siswa memperoleh
kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang
ditempuhnya. Jadi bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian
yang terintegrasi dalam proses pendidikan untuk membantu tercapainya
tujuan pendidikan yaitu perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan
kemampuan, minat, bakat, dan potensi masing-masing peserta didik.

E. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Jelaskan urgensinya pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
2. Jelaskan dengan contoh pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah.
3. Bagaimanakedudukan bimbingan dan konseling dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
4. Jelaskan tiga wilayah/bidang utama dalam proses penyelenggaraan
Pendidikan formal di sekolah.
5. Jelaskan tugas dan tanggung jawab guru BK dalam pencapaian tujuan
pendidikan bagi siswa di sekolah.
6. Jelaskan kontribusi unik dan keterkaitan layanan guru bidang studi dan
konselor.

F. DAFTAR PUSTAKA

Direktorat jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga Pendidikan


Nasional, (2007), Rambu-Rambu Penyelenggaran Bimbingan dan
Konseling dalam jalur Pendidikan Formal. Jakarta, Dirjen Dikti.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 58dari 59 27 Februari 2017

Gladding, S.t. (2012), Konseling Profesi yang Menyeluruh, Edisi Keenam,


Jakarta, Pt Indeks.

Gibson, R.L & Mithcell, M.H. (2011), Bimbingan dan Konseling, Edisi
Ketujuh, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Hurlock,E.B. (1980) Psikologi Perkembangan, Suatau Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru dan


Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan (2016), Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Atas
(SMA)

Permendikbud No. 111 tahun 2014, (2014), Tentang Bimbingan dan


Konseling Sekolah Dasar dan Menengah.

Prayitno dan Amti, E. (2015), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Edisi


Revisi, Jakarta, Rineka Cipta.

Supriatna, M. (2013) Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,


Orientasi Dasar Perkembangan Profesi, Edisi Revisi, Jakarta, Raja
Grapindo Persada.

Sutirna, (2013), Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non formal,


dan Informal, Yogyakarta, Andhi.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229
Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001
Website: www.unnes.ac.id - E-mail: unnes@unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 02 59dari 59 27 Februari 2017

Dibuat oleh : Diperiksa oleh :


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen
tanpa ijin tertulis dari BPM UNNES

Anda mungkin juga menyukai